Anda di halaman 1dari 17

Tujuan Pembelajaran Anatomi Sistem Urogenitalia untuk

Mahasiswa Kedokteran: Metode Delphi

Cynthia Hanny Lestari1, Siti Munawaroh2, Nanang Wiyono2, Yunia Hastami2


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
2
Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Korespondensi : zevicyn@gmail.com

Abstrak

Selama ratusan tahun, anatomi telah menjadi landasan dari pendidikan kedokteran. Ilmu anatomi digunakan sebagai
dasar dokter dalam mendiagnosis penyakit, menentukan pemeriksaan fisik, melakukan prosedur emergensi, mengetahui
komplikasi dari prosedur terapeutik, dan saling bertukar informasi klinis, baik kepada pasien maupun antar tenaga
kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tujuan pembelajaran anatomi sistem urogenitalia yang terperinci
untuk mahasiswa kedokteran sebagai bagian dari pengembangan kurikulum kedokteran di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode Delphi. Subjek penelitian ini adalah dosen anatomi di
Indonesia yang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Kuesioner Delphi putaran pertama diisi dengan memilih domain kognitif Bloom antara C1-C6 dan responden menyusun
kalimat tujuan pembelajaran sesuai materi inti. Pada putaran kedua, responden diminta memilih tingkat kepentingan
tujuan pembelajaran yang telah diajukan pada kolom skala Likert 1-4, dengan level konsensus 60%.

Putaran pertama Delphi menghasilkan 56 tujuan pembelajaran dari 216 poin materi inti dengan domain kognitif antara
C1-C3. Sedangkan Delphi putaran kedua menghasilkan 54 tujuan

Terdapat 54 tujuan pembelajaran sistem urogenitalia yang perlu diketahui, dengan domain kognitif antara C1-C3. Yang
termasuk domain kognitif mengingat (C1) 5 poin, memahami (C2) 34 poin, dan mengaplikasikan (C3) 16 poin.

Kata kunci: anatomi, konsensus, tujuan pembelajaran, Delphi, sistem urogenitalia


Abstract

Anatomy has been the basic of medical study for centuries. In clinical practice, anatomy is used for helping doctors in
diagnosing the disease, determining patients physical condition, performing emergency procedure, determining
complication of intervention procedure, and sharing clinical information with patients and also another paramedic. This
study aims to get learning objectives in anatomy subject, particularly in genitourinary system for medical student as part
of the development of medical curriculum in Indonesia.

This study is a qualitative using Two Round Delphi method. Subject of this study is medical lecturers in Indonesia that
fulfills the inclusion criteria which has been determined in advance. The sampling method used in this study is
purposive sampling. in the first round of the Delphi method, participants asked to choose Bloom’s cognitive domain
taxonomy between C1-C6, and the participants were asked to arrange the learning objectives according to the core
material. In the second round of Delphi method, participants were asked to choose the importance of learning objectives
in the scale of 1-4 based on Likert’s scale. The consensus level chosen is that of 60%, meaning that if 60% of the
participants chose between the scale of 3 to 4 in Likert’s scale.

The result of the first round of Delphi method is 56 learning objectives out of 216 core material points in the C1-C3
cognitive domain. Whereas the result of the second round of Delphi method is 54 learning objectives.

There are 54 important learning objectives that needs to be understood in the genitourinary system with various
cognitive domains between C1-C3. There are 5 points of learning objectives in the level C1 (Remembering), 35 points
in C2 level (Understanding), and 16 points in the C3 level (Applying)
Keywords: anatomy, consensus, learning objectives, Delphi, genitourinary system

1. Pendahuluan cenderung lebih menginginkan pengajaran


anatomi yang bersifat praktis, seperti dengan
Anatomi telah menjadi landasan diseksi, korelasi klinis pada manusia, dan
pendidikan kedokteran selama ratusan anatomi radiologis dibandingkan dengan
tahun(1). Dalam praktik klinis, ilmu anatomi pengajaran secara teoritik seperti kuliah(4).
berguna untuk membantu dokter dalam
menegakan diagnosis penyakit, menentukan Banyak ahli yang berpendapat bahwa
pemeriksaan fisik yang sesuai, melakukan menurut uji pedagogis, ilmu anatomi telah
prosedur emergensi, mengetahui komplikasi bertahan sebagai ilmu yang paling banyak
dari prosedur terapeutik, dan saling bertukar membutuhkan waktu. Namun, dalam
informasi klinis, baik kepada pasien maupun beberapa tahun terakhir, pembelajaran
tenaga kesehatan lainnya. Pengetahuan mengenai anatomi manusia perlahan-lahan
mengenai topografi anatomi juga diperlukan mulai dikurangi dari kurikulum medis. Para
untuk melakukan banyak prosedur klinis ahli telah memperdebatkan beberapa bidang
dengan aman dan efektif (1–3). ilmu dasar yang akan berubah selama
pendidikan profesi dokter maupun tenaga
Penelitian menunjukan bahwa tidak ada kesehatan lainnya, sehingga
perbedaan yang signifikan pada evaluasi dan menyingkirkannya dalam suatu 'kurikulum
pentingnya pembelajaran materi anatomi pada inti'. Walaupun begitu, ilmu anatomi manusia
mahasiswa kedokteran dengan ahli anatomi. tentu akan tetap konstan dan menyediakan
Mahasiswa kedokteran dan ahli anatomi pengetahuan yang cocok untuk semua karir di
percaya bahwa anatomi merupakan suatu bidang medis(1).
bidang ilmu yang sangat penting yang harus
dikuasai seorang dokter. Karena erat Pengurangan waktu untuk mengajar
hubungannya dengan klinis, mahasiswa anatomi telah banyak dilakukan oleh beberapa
fakultas kedokteran di beberapa negara. Hal dengan apa yang menarik untuk diketahui
ini telah dilakukan melalui penambahan merupakan hal yang masih menjadi
modul studi khusus, integrasi anatomi dalam pertanyaan(11,12).
Problem Based Learning atau pembelajaran Tujuan pembelajaran dapat diartikan
berbasis masalah, penggunaan preparat sebagai sebuah deskripsi mengenai apa yang
plastinasi, gambar yang dihasilkan komputer, harus dilakukan peserta didik setelah
model plastik dan alat-alat pengajaran menyelesaikan suatu kegiatan belajar
lainnya(5). Para ahli bedah berpendapat bahwa mengajar. Tujuan pembelajaran yang ditulis
pengurangan waktu belajar anatomi ini hendaknya menguraikan tentang apa saja
mengakibatkan pemahaman anatomi pada pengetahuan, keterampilan, dan atau sikap
mahasiswa kedokteran cenderung kurang yang harus diperoleh peserta didik dari
adekuat. Meskipun hal ini masih kegiatan belajar mengajar yang telah
diperdebatkan apakah pemahaman yang dilakukan. Tujuan pembelajaran hendaknya
kurang tersebut disebabkan karena bersifat kuantitatif (13).
berkurangnya waktu untuk mempelajari ilmu Menurut hasil penelitian Kiesewetter tahun
anatomi, metode pembelajaran yang tidak 2016, katalog tujuan pembelajaran dibagi
sesuai, ataupun materi anatomi yang banyak menjadi 3 bagian, yaitu: ilmu dasar (10-15%),
dan sulit meskipun anatomi tergolong sebagai Pengenalan kausa sebagai landasan pada
ilmu dasar (6). perilaku proaktif (sekitar 40%), dan
Dikarenakan banyaknya materi anatomi pendekatan terhadap pencarian solusi (45-
yang perlu disampaikan pada mahasiswa 60%). Persentase yang dicantumkan bertujuan
preklinik, maka telah dilakukan beberapa untuk mengatur skala untuk fraksi waktu dan
penelitian untuk mengetahui materi inti konten dalam kaitannya dengan seluruh
anatomi seluruh tubuh manusia yang kurikulum.
penting(6,7) maupun spesifik membahas sistem Penelitian yang dilakukan Marthasari
tubuh tertentu (4,8,9). Karena keterbatasan (2018) yang berupa materi inti anatomi sistem
waktu yang tersedia untuk pembelajaran urogenital menggunakan metode Delphi, yaitu
anatomi, dibutuhkan keputusan untuk metode untuk mendapatkan konsensus dari
melakukan seleksi terhadap konten yang pendapat para ahli dengan memberikan
relevan untuk kurikulum anatomi mahasiswa sejumlah kuesioner yang dikombinasi dengan
preklinik (10). umpan-balik dari mereka (Habibi et al.,
Penentuan materi yang relevan dan 2014). Penelitian tersebut belum terintepretasi
esensial sebagai dasar dari praktik klinis ke dalam tujuan pembelajaran. Oleh karena
merupakan tantangan utama bagi itu, perlu dilakukan penelitian kembali
pembelajaran anatomi pada era modern saat mengenai materi inti anatomi dalam bentuk
ini. Pendefinisian secara mendetail mengenai tujuan pembelajaran dengan metode delphi
materi inti yang relevan sebagai dasar ilmu seperti pada penelitian Smith et al (2016),
pengetauan medis terus mengalami khususnya untuk sistem urogenitalia.
perkembangan. Kebutuhan yang mendesak Sehingga diharapkan dapat menjadi standar
akan waktu yang seharusnya diberikan untuk acuan bahan pengajaran oleh dosen anatomi
pembelajaran anatomi dan ilmu dasar juga dan pembelajaran mahasiswa kedokteran
turut menjadi perhatian. Penentuan batas kedepannya.
antara informasi yang sifatnya esensial dan
benar-benar dibutuhkan untuk praktik klinis
2. Metode kepada peneliti untuk dianalisis dan
dikonsultasikan kepada ahli anatomi sistem
Penelitian ini merupakan penelitian urogenitalia. Kriteria pernyataan pada
kualitatif dengan metode Delphi. Penelitian kuesioner putaran I dimunculkan kembali
ini bertujuan untuk mendapatkan konsensus pada kuesioner putaran II adalah apabila
dari pakar anatomi mengenai tujuan domain kognisi (antara C1-C6) dipilih
pembelajaran materi anatomi sistem minimal 2 panel dan apabila dihasilkan lebih
urogenitalia yang harus dimiliki oleh dari satu domain kognitif dengan jumlah
mahasiswa kedokteran sebagai bagian dari panel yang sama, maka peneliti memutuskan
kurikulum kedokteran dan dapat digunakan untuk mengambil tingkatan domain kognitif
sebagai bahan acuan pengajar materi anatomi lebih tinggi.
program studi kedokteran. Pemilihan sampel Pada Delphi putaran kedua panel diminta
dengan menggunakan teknik purposive untuk memilih tingkat kepentingan tujuan
sampling dengan kriteria inklusi dosen yang pembelajaran melalui Likert Scale. Pada
pernah mengajar materi anatomi program Delphi putaran II peneliti menetapkan level
studi kedokteran minimal 3 tahun dan konsensus 60% dari keseluruhan panel yang
memiliki latar belakang pendidikan dokter memilih level 3 atau 4 pada Likert Scale, yang
umum. artinya materi anatomi sistem urogenitalia
Metode Delphi yang digunakan sebanyak dianggap penting apabila didapatkan minimal
dua putaran dengan jumlah 6 orang panel 60% panel Delphi atau sebanyak 12 orang
pada putaran pertama dan 20 orang panel memilih angka 3 (penting) atau 4 (sangat
pada putaran kedua. Dimana 5 orang panel penting) pada Likert Scale. Panel Delphi tidak
pada putaran kedua merupakan panel pada hanya memilih tingkat kepentingan pada
putaran pertama. Peneliti membuat kuesioner Likert Scale namun juga dapat memberikan
Delphi putaran pertama berdasarkan hasil saran/masukan. Di setiap putaran, peneliti
penelitian Marthasari et al. (2018) yang telah melakukan konsultasi dengan ahli yang telah
dimodifikasi. Setelah itu kuesioner disebar ke mengajar 5-11 tahun untuk mengakomodasi
setiap panel Delphi dengan identitas panel setiap saran/masukan dari panel. Setelah
yang dirahasiakan. dikonsultasikan kepada ahli, terbentuklah 54
Pada Delphi putaran pertama, panel tujuan pembelajaran.
diminta untuk mengisi domain kognitif C1-C6
yang dapat mengintepretasikan kemampuan 3. Hasil
pengetahuan yang harus dimiliki mahasiswa
kedokteran ke dalam tujuan pembelajaran Responden kuesioner Delphi pada putaran
materi anatomi sistem urogenitalia yang kedua berasal dari 12 universitas yang
sesuai bahan ajar anatomi sistem urogenitalia. tersebar di seluruh Indonesia yang tersebar di
Panel Delphi juga diminta menyusun kalimat 4 pulau, yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan
tujuan pembelajaran berdasarkan kata kerja dan Sulawesi. Karakteristik responden dapat
operasional yang telah dipilih dan Standar dilihat pada Tabel 1.
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun
2012. Setelah itu, kuesioner dikembalikan lagi
Tabel 1. Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah (N) Persentase (%)


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 7 33,33
Perempuan 14 66,67
2 Usia (tahun)
25-30 1 4,76
31-35 4 19,04
36-39 3 14,28
40-44 8 38,09
≥45 5 23,80
3 Pendidikan Terakhir
S1 0 0
S2 17 80,95
S3 4 19,04
4 Tahun kelulusan S1
1980-1985 0 0
1986-1990 1 4,76
1991-1995 1 4,76
1996-2000 2 9,52
2001-2005 11 52,38
2006-2010 3 14,28

Terdapat 216 poin materi inti pada pembelajaran dengan domain kognitif
kuesioner Delphi putaran pertama ini, antara C1-C3 seperti pada tabel 2.
yang kemudian dikelompokkan Setelah diadakan putaran kedua tujuan
menurut domain kognitif menurut pembelajaran berkurang menjadi 55.
Taksonomi Bloom. Kemudian Kemudian, stelah peneliti
responden pada kuesioner ini, berkonsultasi kepada ahli anatomi
menyusun materi inti tersebut menjadi sistem urogenitalia, tujuan
tujuan pembelajaran. Hasil akhir pada pembelajaran tersebut berkurang
kuesioner Delphi putaran pertama menjadi 54 poin. Rangkuman tujuan
adalah 56 tujuan pembelajaran materi pembelajaran dapat dilihat pada tabel
anatomi sistem urogenitalia. 3.
Hasil akhir kuesioner Delphi
putaran pertama yaitu 56 tujuan

Tabel 2. Jumlah topik inti pada setiap sub sistem urogenitalia


No Sistem Urogenitalia C1 C2 C3 C4 C5 C6 Total
1 Ren - 1 1 - - - 2
2 Glandula Suprarenalis - 2 1 - - - 3
3 Ureter 2 1 1 - - - 4
4 Vesica Urinaria - 3 1 - - - 4
5 Urethra - 4 1 - - - 5
6 Penis 1 2 1 - - - 4
7 Scrotum - 3 1 - - - 4
8 Testis 1 2 1 - - - 4
9 Epididymis 1 1 2 - - - 4
10 Ductus Defferetes - 1 1 - - - 2
11 Vesicula Seminalis - 2 1 - - - 3
12 Ductus Ejaculatorius - 2 2 - - - 4
13 Glandula Prostata - 3 1 - - - 4 Tabel 3.
Glandula Jumlah
14 - 1 1 - - - 2
Bulbourethralis Topik Inti
Drainase Limfatik Pada
15 - 7 - - - - 7 Setiap Sub
Sistem Urogenitalia Sistem
Total 5 35 16 56
Urogenitalia

Jumlah Jumlah Jumlah


Jumlah Jumlah
Materi Tujuan tujuan
Tujuan Tujuan
No Subsistem Inti Pembelajar pembelajar
Pembelajar Pembelajar
. Urogenitalia Sistem an Awal an Akhir
an yang an yang
Urogen
Hilang Digabung
italia
1 Ren 35 2 0 0 2
Glandula
2 7 3 0 0 3
Suprarenalis
3 Ureter 13 4 0 1 3
4 Vesica Urinaria 24 4 0 0 4
5 Urethra 17 5 0 0 5
6 Penis 34 4 0 0 4
7 Scrotum 14 4 1 0 3
8 Testis 22 4 0 0 4
9 Epididymis 10 4 0 0 4
Ductus
10 6 2 0 0 2
defferentes
Vesicula
11 5 3 0 0 3
Seminalis
Ductus
12 6 4 0 0 4
ejaculatorius
Glandula
13 11 4 0 0 4
Prostata
Glandula
14 3 2 0 0 2
Bulbourethralis
Drainase
15 limfatik sistem 9 7 0 0 7
urogenitalia
Total 216 56 1 1 54

Penelitian ini dilaksanakan dengan berarti mahasiswa diharapkan mampu


menggunakan metode Delphi 2 putaran yang menerapkan suatu materi ke dalam praktik
bertujuan untuk menghasilkan tujuan klinis berupa pemeriksaan, diagnosis suatu
pembelajaran anatomi sistem urogenitalia penyakit dan tatalaksana sesuai dengan
untuk mahasiswa kedokteran. standar kompetensi dokter Indonesia.
Subjek penelitian yang menjadi panel
Delphi merupakan dosen yang telah mengajar Pada Delphi putaran II, jumlah responden
anatomi di 12 Universitas berbeda di 8 yang memberikan saran/masukan cukup
provinsi di seluruh Indonesia. Dengan banyak. Untuk itu, konsultasi kepada ahli
pengalaman mengajar anatomi di berbagai mempunyai peranan yang sangat penting.
universitas demikian, diharapkan para panel Beberapa responden memberikan saran bahwa
Delphi dapat menghasilkan tujuan tujuan pembelajaran mengenai fungsi dari
pembelajaran yang lebih umum. Pemilihan suatu organ cenderung lebih cocok untuk
subjek penelitian ini karena dosen berperan tujuan pembelajaran pada laboratorium
penting dalam membantu mahasiswa fisiologi. Namun setelah dilakukan konsultasi
memvisualisasikan struktur anatomi tubuh, kepada ahli, fungsi tetap masuk tujuan
memahami teori-teori dan pengetahuan dasar pembelajaran anatomi namun penjelasan yang
anatomi, serta memandu dalam diskusi dan diberikan hanya secara umum dan penjelasan
mendorong pemikiran-pemikiran yang mendalam dibahas dalam laboratorium
konstruktif(14). fisiologi.
Karakteristik panel Delphi berbeda-beda,
baik dari jenis kelamin, usia, Pendidikan Pada Delphi putaran kedua, terdapat 1
terakhir, lama menjadi dosen anatomi, dan topik mengalami pengurangan, yaitu
domisili. Perbedaan karakteristik tersebut neurovaskularisasi scrotum. Hal ini
tidak menjadikan jawaban responden dikarenakan beberapa responden merasa
mengenai tingkat pentingnya tujuan struktur neurovaskularisasi sangat sulit
pembelajaran menjadi berbeda secara apabila diidentifikasi dalam cadaver.
bermakna. Setiap panel Delphi memiliki Kemudian pada saat dikonsultasikan kepada
pendapat yang berbeda-beda dalam menilai ahli, topik innervasi dan vaskularisasi ureter
tingkat kemampuan pengetahuan dan digabung menjadi 1 poin tujuan
pengelompokan materi. Beberapa panel ada pembelajaran, yaitu neurovaskularisasi ureter,
yang berpendapat tingkat pengetahuan atau dikarenakan memiliki domain kognitif yang
domain kognitif lebih tinggi dan ada yang sama, yaitu C1.
memilih lebih rendah. Pada Delphi putaran
pertama terdapat beberapa materi inti anatomi Pada topik Ren dihasilkan 2 tujuan
yang dikelompokkan dalam satu tujuan pembelajaran dengan domain kognitifnya C2
pembelajaran. dan C3 yang dianggap sangat penting oleh
Pada Delphi putaran pertama, tujuan sebagian besar panel. Di antaranya adalah
pembelajaran dihasilkan dengan tingkat tujuan pembelajaran mengenai fungsi ren,
domain kognitifnya paling tinggi C3 yang topografi ren, dan menghubungkan ren
dengan kasus klinis dengan domain kognitif dan mengenai neurovaskularisasi glandula
C3 yaitu diharapkan mahasiswa dapat suprarenalis dengan domain C2, diharapkan
menjelaskan materi tersebut sehingga mahasiswa mampu menjelaskan dan
mahasiswa mampu menghubungkannya mengidentifikasi materi tersebut. Tujuan
dengan pemeriksaan nyeri ketok costovertebra pembelajaran yang terdapat pada topik
jika terdapat kelainan. Kasus klinis yang glandula suprarenalis ini dianggap penting
dimaksud dalam tujuan pembelajaran ini oleh sebagian besar responden.
antaralain yang tertera dalam SKDI 2012,
yaitu mengenai Infeksi Saluran kemih atas, Selanjutnya, mengenai topik ureter,
pyelonephritis tanpa komplikasi yang terdapat 4 tujuan pembelajaran dengan
memiliki tingkat kompetensi 4A; lalu domain kognitif yang beragam, yakni C1, C2,
mengenai Gromelunonefritis akut dan kronik, dan C3. Mengenai struktur dan morfologi
dan kolik renal dengan tingkat kompetensi ureter, dengan domain kognitif C3,
3A; kasus trauma seperti rupture ginjal diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
memiliki tingkat kompetensi 3B, dan penyakit dan mengidentifikasi materi tersebut,
seperti karsinoma sel renal, tumor Wilm’s, sehingga diharapkan nantiya mahasiswa
penyakit ginjal kronisk, sindroma nefrotik, mampu menghubungkannya dengan kasus
ginjal polikistik simptomatik, dan nekrosis klinis. Selanjutnya, mengenai topografi,
tubular akut memiliki tingkat kompetensi 2; fungsi, serta lokasi penyempitan ureter
dan penyakit kongenital seperti ginnjal tapal dengan domain kognitif C2, diharapkan
kuda memiliki tingkat kompetensi 1(15). mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
Selanjutnya tujuan pembelajaran mengenai materi tersebut. Selanjutnya, dengan domain
struktur ren, morfologi ren, arah aliran urin, kognitif C1, yaitu mengenai
dan neurovaskularisasi ren, memiliki domain neurovaskularisasi ureter, diharapkan
kognitif C2, yaitu diharapkan mahasiswa mahasiswa mampu mengetahui dan
mampu menjelaskan dan mengidentifikasi menunjukan lokasi dari neurovaskularisasi
materi tersebut. Pemahaman mengenai tersebut, sehingga mahasiswa diharapkan
anatomi ren secara struktural dinilai penting dapat mengaitkan materi tersebut dengan
terkait dengan korelasi klinis yang telah nyeri alih pada kolik ureter. Anatomi ureter
disebutkan, dan pada pasien-pasien dengan penting untuk dipahami dikarenakan
trauma abdomen dan operasi yang dilakukan strukturnya yang berupa saluran kecil, sulit
pada abdominopelvic. Pemahaman mengenai diidentifikasi karena strukturnya mirip dengan
fascia renalis pada poin tujuan pembelajaran pembuluh darah dan melekat pada peritoneum
struktur ren penting terkait dengan fungsinya posterior, serta strukturnya yang rentan,
untuk mencegah ekstravasasi darah pada mejadikan ureter mudah mengalami cedera
trauma ren(16). intraoperatif (17).

Selanjutnya untuk topik Glandula Untuk topik vesica urinaria, terdapat 4


suprarenalis, dihasilkan 3 tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang penting, dengan
dengan domain kognitif C2 dan C3, yakni domain kognitif C2 dan C3. Fungsi dan
mengenai fungsi dan topografi glandula topografi vesica urinaria memiliki domain
suprarenalis dengan domain kognitif C3 kognitif C3, sehingga diharapkan mahasiswa
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mampu memahami dan menjelaskan materi
dan menghubungkan materi tersebut dengan tersebut, dan menghubungkannya dengan
kasus klinis yang berhubungan dengan kasus klinis, seperti pada nyeri tekan
fisiologis. Tujuan pembelajaran lainnya pada suprapubik. Selanjutnya, mengenai struktur,
topik glandula suprarenalis, yakni mengenai morfologi, lapisan dinding, dan otot-otot yang
struktur dan morfologi glandula suprarenalis berperan dalam fungsi vesical urinaria, dan
lokasi fiksasi (ligamentum), serta kelenjar tersebut. Selain itu, pemahaman
neurovaskularisasi pada vesical urinaria, mengenai anatomi urethra berfungsi secara
memiliki domain kognitif C2, yang berarti klinis sebagai dasar melakukan prosedur
diharapkan mahasiswa mampu memahami, kateterisasi urin dan sebagai dasar
dan menjelaskan struktur tersebut. Beberapa pemahaman mengenai patofisiologi
poin dari topik vesica urinaria dinilai penting, inkontinensia urin yang dapat mengarahkan
terkait dengan korelasi klinis seperti retensi kepada dioagnostik dan struktur yang
urin yang menyebabkan adanya distensi pada berdampak secara klinis (20).
area suprapubic, sehingga menjadi dasar para
klinisi untuk melakukan pemeriksaan fisik Topik mengenai penis, memiliki 4 tujuan
seperti perkusi suprapubic. Selain itu, dalam pembelajaran yang penting. Domain kognitif
melakukan prosedur terapeutik seperti berkisar antara C1, C2, dan C3. Mengenai
kateterisasi supraapubik atau cystotomy fungsi dan topografi penis dengan domain
menjadikan pengetahuan mengenai topografi kognitif C3, diharapkan mahasiswa mampu
vesica urinaria penting untuk dipahami klinisi menjelaskan dan menghubungnkannya
(18)
. Pemahaman mengenai musculus detrusor dengan kasus klinis. Alasan dipilihnya
pada vesica urinaria dan sphincter urethra, domain kognitif C3 pada tujuan pembelajaran
serta neurovaskularisasi pada vesical urinaria tersebut adalah diharapkan mahasiswa mampu
berguna dalam memahami patofisiologi menerapkan materi tersebut, mulai dari
inkontinensia urin, sehingga klinisi dapat pemeriksaan fisik, diagnosis penyakit, hingga
memilih tindakan terapi yang sesuai (19). tatalaksana awal. Dan juga dikarenakan
berkaitan dengan penyakit seperti fimosis dan
Mengenai topik urethra, terdapat 6 tujuan parafimosis di SKDI dengan kompetensi 4A,
pembelajaran dengan domain kognitif C2 dan serta hipospadia dan epispadia dengan standar
C3. Mengenai perbedaan urethra masculina kompetensi 2 (15). Selain itu, keterampilan
dan feminima dengan domain kognitif C3, melakukan tindakan bedah minor sirkumsisi
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan juga terdapat pada SKDI dengan standar
perbedaan struktur anatomis dari urethra kompetensi 4A (15). Selanjutnya untuk
masculina dan feminima, sehingga mahasiswa struktur dan morfologi penis dengan domain
mampu mengaplikasikannya dengan kasus kognitif C2, mahasiswa diharapkan mampu
klinis yang terdapat pada SKDI 2012, yaitu menjelaskan materi tersebut. Mengenai lokasi
mengenai infeksi saluran kemih bawah dari preputium, frenulum preputia, dan
(urethritis) dengan kompetensi 4A, rupture glandula preputialis, dengan domain kognitif
urethra baik anterior maupun posterior dengan C2, diharapkan mahasiswa mampu
kompetensi 3B, dan striktura urethra dengan menjelaskan dan mengidentifikasi lokasinya.
kompetensi 2 (15). Selanjutnya mengenai Serta mengenai neurovaskularisasi penis
fungsi dan topografi, lokasi dan struktur dengan domain kognitif C1, diharapkan
urethra, serta neurovaskularisasi urethra mahasiswa mampu mengetahui mengenai
dengan domain kognitif C2, diharapkan arteri, vena, can nervus yang berperan,
mahasiswa mampu menjelaskan, khususnya dalam proses ereksi dan ejakulasi.
mengidentifikasi, dan memahami materi Pengetahuan mengenai anatomi penis dinilai
tersebut dengan baik. Selain itu, pemahaman penting untuk mengenali dan mendiagnosis
terhadap berbagai kelenjar yang bermuara kelainan kongenital pada penis yang terjadi
pada urethra, seperti glandula Littre pada pada tahap embryonal, terkait dengan
urethra masculina, dan glandula paraurethral diferensiasi pada organ-organ genitalia
pada urethra feminima memiliki domain eksterna pada minggu ke-7 sampai dengan
kognitif C2, yakni mahasiswa mampu minggu ke-17 gestasi (21). Di samping itu,
menjelaskan dan mengidentifikasi berbagai pengetahuan mengenai anatomi penis juga
penting sebagai dasar pengetahuan mengenai dengan kasus klinis. Kasus klinis yang
gambaran radiologis seperti sonografi, dimaksus seperti epididymitis yang terdapat
terutama yang berkaitan dengan trauma, dalam SKDI dengan standar kompetensi 2 (15).
sehingga diharapkan dapat menjadi dasar para Selain itu, diharapkan juga mahasiswa
klinisi untuk melakukan prosedur diagnostik mampu menjelaskan dan mengidentifikasi
dan triage, serta memutuskan tindakan lokasi dari plexus venosus pampiniformis dan
operatif yang tepat untuk kasus tersebut (22). menghubungkannya dengan kasus klinis,
misalnya pada varikokel dengan kompetensi
Pada topik mengenai skrotum, terdapat 3 dasar 2 pada SKDI. Adapun mengenai
tujuan pembelajaran dengan domain kognitif struktur dan morfologi, srta vaskularisasi
C2 dan C3. Mengenai topografi dan fungsi dengan domain kognitif C2, diharapkan
dengan domain kognitif C3, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan materi
mahasiswa mampu menjelaskan materi tersebut. Lalu, mengenai innervasi dengan
tersebut dan menghubungkannya dengan domain kognitif C1, diharapkan mahasiswa
kasus klinis. Selanjutnya, mengenai struktur, mampu mengetahui dan menunjukan lokasi
morfologi, otot-otot pada skrotum yang dari innervasi epididymis, yakni Plexus
berperan terhadap perubahan suhu Testicularis.
lingkungan, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan materi tersebut dengan baik. Tujuan pembelajaran mengenai fungsi dan
topografi dari ductus deferens diyakini
Untuk topik testis terdapat 4 tujuan sebagai materi yang sangat penting oleh
pembelajaran dengan domain kognitif C1 sebagian besar panel. Domain kognitif yang
sampai dengan C3. Mengenai fungsi dan disetujui adalah C3, yang berarti mahasiswa
topografi dengan domain kognitif C3, diharapkan mampu menjelaskan materi
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tesebut danmenghubungkannya dengan kasus
materi tersebut dan menghubungannya klinis. Tujuan pembelajaran mengenai
dengan kasus klinis. Kasus klinis yang struktur, morfologi, dan neurovaskularisasi
dimaksud, antara lain adalah kasus-kasus pada dari ductus deferens, dengan domain kognitif
daftar penyakit yang tertera di SKDI 2012, C2, diharapkan mahasiswa mampu
seperti: Torsio testis dengan kompetensi 3B, menjelaskan materi tersebut dengan baik. Hal
undescensus testiculorum atau testis tidak tersebut telah disetujui oleh sebagian besar
turun, retractile testis, varikokel, dan hidrokel panel Delphi.
dengan kompetensi 2, serta seminoma dan
teratoma testis dengan standar kompetensi 1. Topik mengenai vesicula seminalis,
Selanjutnya mengenai vaskularisasi pada terdapat 3 tujuan pembelajaran dengan
testis, dengan domain kognitif C2 (15) domain kognitif C1, C2, dan C3. Terkait
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dengan fungsi dan topografi vesicula
materi tersebut. Dan mengenai innervasi testis seminalis dengan domain kognitif C3,
dengn domain kognitif C1, diharapkan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
mahasiswa mampu mengetahui dan materi tersebut dan menghubungkannya
menunjukan lokasi innervasi testis. dengan kasus klinis. Sedangkan untuk
morfologi dan struktur memiliki domain
Pada topik epididymis, memiliki 4 tujuan kognitif C2, yang berarti mahasiswa nantinya
pembelajaran dengan domain kognitif C1 diharapkan dapat menjelaskan materi tersebut.
sampai dengan C3. Mengenai fungsi, Selanjutnya, dengan domain kognitif C1,
topografi dengan domain kognitif C3, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menunjukan neurovaskularisasi pada
materi tersebut dan menghubungannya
vesicular seminalis, yakni pada A. Vesicalis melakukan prosedur pemeriksaan fisik,
Inferior dan A. Rectalis Media. penegakan diagnosis, sampai dengan
melakukan terapi awal apabila dibutuhkan.
Pada topik mengenai ductus ejaculatorius, Pengetahuan mengenai anatomi pada glandula
terdapat 4 tujuan pembelajaran. Tujuan prostate dinilai penting terkait dengan korelasi
pembelajaran tersebut memiliki domain klinisnya, seperti melakukan prosedur
kognitif yang berkisar antara C2 dan C3. pemeriksaan fisisk Digital Rectal
Mengenai fungsi dan topografi, dengan Examination sebagai upaya sederhana dalam
domain kognitif C3, diharapkan mahasiswa mendeteksi karsinoma prostat dan hyperplasia
mampu menjelaskan materi tersebut dan prostat jinak. Pemahaman mengenai zona-
menghubungkannya dengan kasus klinis. zona pada glandula prostate juga penting
Selanutnya, tujuan pembelajaran mengenai terkait dengan predisposisi penyakit-penyakit
plexus venosus pampiniformis juga memiliki neoplastic tersebut. Beberapa studi
domain kognitif C3 sehingga diharapkan menunjukan pentingnya neurovaskularisasi
mahasiswa mamp menjelaskan dan prostat terkait dengan invasi perineural pada
mengidentifikasi materi tersebut. Namun, 5% karsinoma prostat (23).
panel berkesimpulan bahwa materi mengenai
plexus venosus pampiniformis tidak termasuk Selanjutnya, topik mengenai Glandula
dalam topik mengenai ductus ejaculatorius. Bulbourethralis memiliki 2 tujuan
Selanjutnya, mengenai morfologi, struktur pembelajaran dengan domain kognitif C2 dan
histologis, serta neurovaskularisasi pada C3. Mengenai fungsi dan topografi glandula
ductus ejaculatorius, dengan domain kognitif bulbourethralis, memiliiki domain kognitif C3
C2. Diharapkan mahasiswa mampu yang berarti mahasiswa mampu menjelaskan
menjelaskan materi tersebut. materi tersebut sehingga mampu
menghubungkannya dengan kasus klinis.
Pada topik mengenai glandula prostata, Sedangkan untuk domain kognitif C2,
terdapat 4 buah tujuan pembelajaran dengan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
domain kognitif C2 dan C3. Tujuan struktur dan morfologi pada glandula
pembelajaran terkait fungsi dan topografi bulbourethralis tersebut.
pada glandula prostate meiliki domain
kognitif C3, yang berarti diharapkan Topik terakhir, yaitu mengenai drainase
mahasiswa mampu menjelaskan dan limfatik pada sistem urogenitalia, memiliki 7
menghubungkan materi tersebut dengan kasus buah tujuan pembelajaran dengan domain
klinis. Kasus klinis yang dimaksud antara lain kognitif yang sama, yaitu C2 yang berarti
Prostatitis yang memiliki tingkat kompetensi mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
3A, dan penyakit-penyakit neoplastik seperti dan mengidentifikasi materi tersebut. Adapun
Hiperplasia prostat jinak dan karsinoma ketujuh materi tersebut, yakni mengenai Nl.
prostat yang tertera dalam SKDI dengan Aortici laterales (lumbales), Nl. Communes,
tingkat kompetensi 2 (15). Adapun tujuan Nl. Illiaci interni, Nl. Illiaci externi, Nl.
pembelajaran lain pada topik glandula Ingunales superficiales, Nl. Inguinales
prostata dengan domain kognitif C2, yakni profundi, Nl. Illiaci sacrales. Pengetahuan
mengenai morfologi dan zona-zona pada mengenai drainase aliran limfatik dari
glandula prostata, terkait dengan M. berbagai organ, khususnya pada sistem
Transversus perinei profundus, dan materi urogenitalia merupakan hal yang penting
mengenai neurovaskularisasi glandula dalam penegakan diagnosis dan penanganan
prostata. Pada materi tersebut, diharapkan berbagai penyakit termasuk kanker oleh
mahasiswa mampu menjelaskannya dengan karena kedekatan fisik sistem limfatik dengan
baik sebagai dasar dokter umum untuk jaringan tubuh yang memungkinkannya
membawa sel-sel kanker ke berbagai organ Daftar Pustaka
tubuh dalam proses yang disebut metastasis,
bahkan jika nodus limfatikus tidak dapat 1. Turney BW. Anatomy in a modern
menghancurkan sel-sel kanker mereka akan medical curriculum. Ann R Coll Surg
menjadi lokasi tumor sekunder (24). Engl. 2007;
2. Hirt B, Shiozawa T. Clinical anatomy as
Hambatan yang ditemukan peneliti selama a modern concept for 21st century
melakukan penelitian ini yaitu adanya teaching, postgraduate education, and
keterlambatan pengumpulan kuesioner sesuai research. 2013;(April):99–103.
kesepakatan antara responden dengan peneliti
dikarenakan sibuknya para responden. Hal ini 3. McHanwell S, Davies DC, Morris J,
dapat diatasi oleh peneliti dengan melakukan Parkin I, Whiten S, Atkinson M, et al. A
follow up dengan responden dan memberikan core syllabus in anatomy for medical
tenggang waktu sekitar 3-5 hari agar students - Adding common sense to
responden tidak tergesa-gesa dalam need to know. In: European Journal of
mengerjakan kuesioner yang nanti akan Anatomy. 2007.
mempengaruhi pengisian kuesioner. 4. Moxham BJ, Moxham SA. The
relationships between attitudes, course
Penguasaan materi sesuai dengan tujuan aims and teaching methods for the
pembelajaran yang dihasilkan pada penelitian teaching of Gross Anatomy in the
ini dinilai penting, karena diharapkan Medical Curriculum. In: European
mahasiswa kedokteran telah mendapatkannya Journal of Anatomy. 2007.
pada Pendidikan di preklinis maupun klinik. 5. Klement BJ, Paulsen DF, Wineski LE.
Sehingga kompetensi mahasiswa tidak lagi Implementation and modification of an
diragukan ketika telah menjadi dokter umum. anatomy-based integrated curriculum.
Anat Sci Educ. 2017;
4. Kesimpulan
6. Munawaroh S, Rahayu GR, Suryadi E,
Konsensus dosen anatomi mengenai tujuan Mada UG. Identification of Anatomy
pembelajaran sistem urogenitalia yang Contents for Medical Students Using
didapatkan dari hasil penelitian ini adalah DELPHI Technique. J Pendidik Kedokt
sejumlah 54 tujuan pembelajaran dari 216 Indones Indones J Med Educ.
materi inti yang terdapat di kuesioner. Tujuan 2017;6(2):98–107.
pembelajaran tersebut diantaranya: ren 7. Smith CF, Finn GM, Stewart J,
sebanyak 2 topik, glandula suprarenalis 3 Mchanwell S. Anatomical Society core
topik, ureter 4 topik, vesical urinaria 4 topik, regional anatomy syllabus for
urethra 6 topik, penis 4 topik, scrotum 4 topik, undergraduate medicine: The Delphi
testis 4 topik, dan epididymis 4 topik, ductus process. J Anat. 2016;228(1):2–14.
defferentes 2 topik, vesicular seminalis 3
8. Swamy M, Venkatachalam S,
topik, glandula prostate 4 topik, ductus
McLachlan J. A Delphi consensus study
ejaculatorius 4 topik, glandula bulbourethralis
to identify current clinically most
2 topik, drainase limfatik sistem urogenitalia
valuable orthopaedic anatomy
7 topik. Sedangkan menurut domain
components for teaching medical
kognitifnya, didapatkan hasil tujuan
students. BMC Med Educ. 2014;14(1).
pembelajaran dengan pengelompokan yaitu:
mengingat (C1) 5 poin, memahami (C2) 34 9. Tubbs RS, Sorenson EP, Sharma A,
poin, dan mengaplikasikan (C3) 16 poin. Benninger B, Norton N, Loukas M, et
al. The development of a core syllabus
for the teaching of head and neck 16. Moinuddin Z, Dhanda R. Anatomy of
anatomy to medical students. Clin Anat. the kidney and ureter. Anaesthesia and
2014; Intensive Care Medicine. 2015.
10. Vorstenbosch MATM, Kooloos JGM, 17. Fröber R. Surgical anatomy of the
Bolhuis SM, Laan RFJM. An ureter. BJU Int. 2007;
investigation of anatomical competence 18. Mahadevan V. Anatomy of the lower
in junior medical doctors. Anat Sci urinary tract. Surgery (United
Educ. 2016;9(1):8–17. Kingdom). 2016.
11. Haase P. The challenges of teaching an 19. Keane DP, O’Sullivan S. Urinary
old subject in a new world - A personal incontinence: Anatomy, physiology and
perspective. Clinical and Investigative pathophysiology. Bailliere’s Best Pract
Medicine. 2000; Res Clin Obstet Gynaecol. 2000;
12. Prakosa D, Mada UG. Menggagas 20. Ashton-Miller JA, DeLancey JOL.
pembelajaran anatomi pada kurikulum Functional anatomy of the female pelvic
berbasis kompetensi untuk pendidikan floor. In: Annals of the New York
kedokteran dasar. J Anat Indones. Academy of Sciences. 2007.
2006;1(2):47–52.
21. Yiee JH, Baskin LS. Penile embryology
13. Chatterjee D. The Journal of Education and anatomy.
in Perioperative Medicine How to Write TheScientificWorldJournal. 2010.
Well-Defined Learning Objectives. J
Educ Perioper Med [Internet]. 22. Nicola R, Carson N, Dogra VS.
2017;XIX(4):1. Available from: Imaging of traumatic injuries to the
http://www.ucdenver.edu/academics/col scrotum and penis. American Journal of
leges/medicalschool/education/degree_p Roentgenology. 2014.
rograms/MDProgram/administration/cur 23. Hammerich KH, Ayala GE, Wheeler
riculumoffice/Documents/CU- TM. Anatomy of the prostate gland and
14. Access O, Strategies E. Anatomy " Peer surgical pathology of prostate cancer.
Teaching " in Medical School : A. In: Prostate Cancer. 2008.
2016;1–14. 24. Wardhani LK, Kentjono WA. Aliran
15. konsil kedokteran indoensia. Konsil Limafatik Daerah Kepala dan Leher
Kedokteran Indonesia (KKI). Kons Serta Aspek Klinisnya. 2017;33–51.
Kedokt Indones. 2006;

LAMPIRAN

TUJUAN PEMBELAJARAN ANATOMI SISTEM UROGENITALIA

Domain
No Tujuan Pembelajaran
kognisi

1 Ren
1.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi C3
Ren, dan mampu menghubungkannya dengan kasus
klinis serta menyesuaikan posisi pemeriksaan nyeri
ketok costovertebra
1.2 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
mengidentifikasi struktur dan morfologi Ren dan C2
menjelaskan arah aliran urin, neurovaskularisasi Ren
2 Glandula Suprarenalis
2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
menghubungkan fungsi dan topografi glandula C3
suprarenalis dengan kasus klinis
2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan, mengidentifikasi
dan menghubungkan struktur dan morfologi glandula C2
suprarenalis dengan kasus klinis
2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan neurovaskularisasi
C2
glandula suprarenalis
3 Ureter
3.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi,
C2
serta lokasi penyempitan ureter
3.2 Mahasiswa mampu menjelaskan, mengidentifikasi
lokasi dan menghubungkan struktur dan morfologi C3
ureter dengan kasus klinis
3.3 Mahasiswa mampu mengetahui, dan menunjukan
C1
lokasi neurovaskularisasi Ureter
4 Vesica Urinaria
4.1 Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan fungsi
dan topografi Vesica urinaria dan menghubungkanya C3
dengan kasus klinis
4.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
morfologi, lapisan dinding, dan otot-otot yang C2
berperan dalam fungsi Vesica Urinaria
4.3 Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi fiksasi dari vesica urinaria
4.4 Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan
C2
neurovaskularisasi pada vesica urinaria
5 Urethra
5.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
C2
Urethra
5.2 Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan urethra
masculina dan feminima serta aplikasinya pada kasus C3
klinis
5.3 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
mengidentifikasi berbagai kelenjar yang bermuara C2
pada urethra
5.4 Mahasiswa mampu memahami, mengidentifikasi
C2
lokasi, dan menjelaskan struktur Urethra
5.5 Mahasiswa mampu mengidentifikasi lokasi, dan
C2
menjelaskan neurovaskularisasi Urethra
6 Penis
6.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Penis, dan mampu menghubungkannya dengan kasus C3
klinis
6.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
C2
morfologi penis
6.3 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
mengidentifikasi lokasi dari preputium, frenulum C2
preputia, dan glandula preputialis
6.4 Mahasiswa mampu mengetahui, dan mengidentifikasi
neurovaskularisasi penis, serta menyebutkan
C1
neurovaskularisasi yang berperan dalam proses ereksi
dan ejakulasi
7 Scrotum
7.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
scrotum, dan mampu menghubungkannya dengan C3
kasus klinis
7.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur, morfologi,
C2
dan lapisan-lapisan scrotum
7.3 Mahasiswa mampu mengaitkan otot-otot pada
scrotum dan aplikasinya dalam reaksi scrotum C2
terhadap perubahan suhu lingkungan
8 Testis
8.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
testis, dan mampu menghubungkannya dengan kasus
C3
klinis seperti infeksi menular seksual, phimosis, dan
tindakn kateterisasi
8.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
morfologi testis dan aplikasinya dalam proses C2
perjalanan sperma
8.3 Mahasiswa mampu menjelaskan vaskularisasi pada
testis sebagai dasar untuk melakukan tindakan C2
sirkumsisi
8.4 Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi
innervasi pada testis sebagai pemahaman
C1
pemeriksaan fisik dan diagnosis kelainan penis,
termasuk kelainan ereksi dan ejakulasi
9 Epididymis
9.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
epididymis, dan mampu menghubungkannya dengan C3
kasus klinis
9.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
C2
morfologi, serta vaskularisasi epididymis
9.3 Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi
C1
innervasi pada epididymis (Plexus Testicularis)
9.4 Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi
lokasi plexus pampiniformis dan menghubungkannya C3
dengan kasus klinis
10 Ductus Defferentes
10.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Ductus defferens, dan mampu menghubungkannya C3
dengan kasus klinis
10.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur, morfologi,
C2
dan neurovaskularisasi Ductus defferens
11 Vesicula Seminalis
11.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Vesicula seminalis, dan mampu menghubungkannya C3
dengan kasus klinis
11.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
C2
morfologi Vesicula seminalis
11.3 Mahasiswa mampu mengetahui dan menunjukan
neurovaskularisasi pada Vesicula seminalis (A. C2
Vesicalis inferior dan A. Rectalis Media)
12 Glandula Prostata
12.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Glandula prostata dan mampu menghubungkannya C3
dengan kasus klinis (pembesaran glandula prostata)
12.2 Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi dan zona-
C2
zona pada Glandula prostata
12.3 Mahasiswa mampu menjelaskan M. Transversus
C2
perinei profundus
12.4 Mahasiswa mampu menjelaskan vaskularisasi pada
C2
Glandula Prostata
13 Ductus Ejaculatorius
13.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Ductus ejaculatorius dan mampu menghubungkannya C3
dengan kasus klinis
13.2 Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi dan
C2
struktur histologi Ductus ejaculatorius
13.3 Mahasiswa mampu menjelaskan neurovaskularisasi
C2
pada Ductus ejaculatorius
13.4 Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi
lokasi plexus pampiniformis dan menghubungkannya C3
dengan kasus klinis
14 Glandula Bulbourethralis
14.1 Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan topografi
Glandula bulbourethralis, dan mampu C3
menghubungkannya dengan kasus klinis
14.2 Mahasiswa mampu menjelaskan struktur dan
C2
morfologi Glandula bulbourethralis
15 Drainase Limfatik Sistem Urogenitalia
15.1 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
mengidentifikasi lokasi Nl. Aortici laterales C2
(lumbales)
15.2 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Communes
15.3 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Illiaci interni
15.4 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Illiaci externi
15.5 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Inguinales superficiales
15.6 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Inguinales profundi
15.7 Mahasiswa mampu menjelaskan, dan
C2
mengidentifikasi lokasi Nl. Illiaci sacrales

Anda mungkin juga menyukai