Anda di halaman 1dari 24

2

Kontrak Kuliah
SYARAT IKUT FINAL = MIN KEHADIRAN 75 %

1. Kehadiran = 10%
2. Tugas = 25%
3. Quis = 30%
4. Final Test = 35%
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 1

MODUL 1
KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa dapat melalukan analisis dan desain komponen struktur lentur yang
terkekang lateral secara menerus pada bagian sayap tekan
- Mahasiswa dapat memahami perilaku balok akibat lentur dua arah
- Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai tegangan geser pada balok,balok
memikul beban terpusat

A. Pendahuluan
Komponen struktur lentur adalah komponen stuktur yang menggabungkan batang
tarik dan batang tekan dengan suatu separasi. Besar separasi tersebut dapat bersifat tetap
atau berubah sebagai fungsi dari posisi. Untuk penampang komponen struktur lentur
yang memiliki satu sumbu simetri atau lebih dan terbebas dari semua jenis tekuk serta
dibebani pada pusat gesernya, tegangan lentur dapat ditentukan dengan cara berikut ini,
Mx My
 
S x Sy
Mx .cy My .cx
 
Ix Iy
dimana:
Sx, Sy adalah modulus penampang masing-masing terhadap sumbu –x dan sumbu –y,
Ix, Iy adalah momen inersia masing-masing terhadap sumbu –x dan sumbu –y,
cx, cy adalah jarak dari garis netral terhadap serat-serat ekstrim masing-masing terhadap
sumbu –x dan sumbu –y,

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 2

cy cy
cx
x x y y x x

Ix Iy Ix
Sx  Sy  Sx 
cy cx cy

Gambar 1.1 Modulus penampang berbagai tipe profil

B. Perilaku Balok Terkekang Lateral

Untuk balok dengan pengaku lateral yang memenuhi syarat dan kelangsingan
elemen-elemen penampangnya lebih kecil daripada λp, berlaku berikut ini,

 < y ,  < f y  = y ,  = f y  > y ,  = f y  >> y,  =

cy
z
M

M < My M = My My < M < M p M = Mp


1 2 3 4

Gambar 1.2 Distribusi tegangan pada level beban berbeda

 z 
Kondisi 1:
 cy 

cy

M    .z.dA   z2 .dA  .Ix  .Sx    fy
cy
 
 
z fy fy
2: M   fy . .z.dA   z2 .dA  .Ix  fy .Sx  Myx
cy cy cy

4: M  Mpx   fy .z.dA  fy  z .dA  fy .Zx

Yang mana Zx   z .dA adalah modulus plastis penampang

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 3

Mpx Mp Zx
Dengan demikian faktor penampang x  adalah: x  
Myx My Sx

Faktor penampang terhadap sumbu –x, ηx, dari profil IWF bervariasi antara 1,09 ~ 1,18.
Sedangkan terhadap sumbu –y, ηy, dapat mencapai 1,5.

Contoh: Tentukan faktor penampang terhadap sumbu –y, ηy, dari profil IWF berikut:
tf tf

tw
b
y y

 b b t t
Zy  2.2. .t f .   (d  2.t f ). w . w .2
 2 4 2 4
1 1
Zy  .t f .b2  .(d  2.t f ).t 2w
2 4
1 1
Iy  .t f .b3.2  .(d  2.t f ).t 3w
12 12
1 1
Iy  .t f .b3  .(d  2.t f ).t 3w
6 12
Iy 1 1 d  2.t f 3
Sy  1  .t f .b2  .( ).t w
2
.b 3 6 b

Zy 2 f

1 .t .b2  1 . d  2.t .t 2 
f w 3
 
x   4   1,5
2 d 2. t
Sy 1 .t .b  1 .
3 f 6 b
f
.t3w 2

C. Sendi Plastis
Bila tahanan lentur plastis penampang balok telah tercapai maka penampang
balok tersebut akan berdeformasi secara plastis tanpa memberikan tambahan tahanan
lentur, keadaan ini disebut balok telah membentuk sendi plastis. Diagram momen-
kelengkungan (M –  ) dari suatu penampang balok yang telah mengalami plastifikasi

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 4

adalah sebagai berikut:


M Plastifikasi
Mp

My Pengaruh tegangan sisa, cacat Daktilitas kelengkungan,


Dan geometri penampang 
 u
Mr
p

yp u 

Gambar 1.3 Karateristik momen - rotasi

Agar suatu penampang dapat mencapai  u , maka harus dipenuhi tiga persyaratan
yaitu kekangan lateral balok, b/t pada flens tekan, dan hw/tw pada web.

D. Desain Balok yang Terkekang Secara Lateral

Syarat tahanan,
b.Mn ≥ Mu
dimana, b = 0,9 adalah faktor tahanan,
Mnadalah tahanan nominal,
Muadalah momen lentur terfaktor.

Kompak,  < p

Tak kompak, p <  < r


Penampang
Langsing,  > r ………… (lihat balok

pelat)

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 5

Mn kompak tak kompak langsing


Mp

Mr

 (= b/t)
0 p r

Gambar 1.4 Tahanan momen nominal penampang

Penampang kompak (0 < λ < λp) Mn = fy*Z


dimana, Z adalah modulus plastis penampang,
fy adalah kuat leleh.
Untuk penampang dengan λ = λr, maka tahanan lentur nominal Mn = Mr. Momen
residual, Mr, ditetapkan sebagai:
Mr = (fy – fr).S
yang mana S adalah modulus penampang,
fr adalah tegangan sisa,
fy adalah kuat leleh.
Untuk penampang balok dengan λp < λ < λr, maka tahanan lentur nominal ditetapkan
dengan cara interpolasi linier sebagai berikut,
r     p
Mn  .Mp  .Mr  p    r
r   p  r  p

yang mana  adalah kelangsingan penampang balok (flens dan web), λp, λr lihat
Peraturan Baja Indonesia atau SNI Baja.
Untuk penampang balok hibrida dimana fyf > fyw, maka perhitungan Mr harus
berdasarkan pada nilai yang lebih kecil dari (fyf – fr) dan fyw.

Contoh:
Rencanakan balok berikut dengan beban mati D = 300 kg/m’ dan L = 1200 kg/m’.
Bentang balok adalah l = 10 m. Sisi tekan flens terkekang secara lateral.
Gunakan profil I dengan dua jenis baja masing-masing BJ 37 dan BJ 55.

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 6

Jawab:
qn

l = 10.0000 mm

qu = 1,2.D + 1,6.L = 1,2*300 + 1,6*1200 = 2280 kg/m


Mu  18 * qu * l 2  18 * 22,8 mm
N * 10.0002 mm2  28,5 t  m

b*Mn ≥ Mu
Mu 28,5
Atau Mn    31,7 t  m
b 0,9
p r
 b  170 370
Flens    
 2.t f  fy fy  fr

 h  1680 2550
Web    w 
 tw  fy fy

fr = 70 MPa untuk profil gilas.

b
y Zx = b. tf.(d – tf) + tw.(½.d – tf)2
tf
Zy = ½.tf.b2 + ¼.(d – 2.tf).tw2
hw = d – 2.(r0 + tf)
d x x

tw

BJ 37 : (fu = 370 MPa, fy = 240 MPa)


Coba profil IWF 300.300.10.15 (r0 = 18 mm)
p r
 b 300 
Flens     10 10,97 28,4
 2.t f 2 * 15 
 h 300  2.(18  15) 
Web   w   23,4  108 165
 tw 10 
 Penampang Kompak

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 7

Zx = b. tf.(d – tf) + tw.(½.d – tf)2


= 300*15*(300 – 15) + 10*(½.300 – 15)2
= 1.464.750 mm3
Mp = fy*Zx = 240*1.464.750 = 35 t-m
M
Mp (= 35 t – m) > u (= 31,7 t-m) OK
b
l 10000
Catatan :   33
d 300
BJ 55 : (fu = 550 MPa ; fy = 410 MPa)
Coba IWF 300.300.10.15 (r0 = 18 mm) Ix = 20,4*107 mm4
p r
Flens (= 10) 8,4 20 ………… Penampang tak kompak
Web (= 23,4) 83 126

Mp = fy*Zx = 410*1.464.750 = 60 t-m

  I
Mr = (fy – fr).Sx  fy  fr . 1 x
2
.d

20,4.107
 410  70. 1 = 46 t-m ………… Terlalu Kuat
2
.300
Coba IWF 250.250.9.14 (r0 = 16 mm) Ix = 10,8*107 mm4
p r
 125 
Flens    8,9  8,4 20 ………… Penampang tak kompak
 14 
 190 
Web    21 83 126
 9 
Zx = b. tf.(d – tf) + tw.(½.d – tf)2
= 250*14*(250 – 14) + 9*(½.250 – 14)2
= 936.889 mm3
Ix 10,8.107
Sx  1  1  864000 mm3
2
.d 2
.250

Mp = fy*Zx = 410*936.889 = 38 t-m


Mr = (fy – fr).Sx = (410 – 70)*864.000 = 29,4 t-m

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 8

r     p
Mn  .Mp  .Mr
r  p r  p

20  8,9 8,9  8,4


Mn  * 38  * 29,4  37,6 t  m
20  8,4 20  8,4
Mu
Mn (= 37,6 t – m) > (= 31,7 t-m) OK
b

E. Lendutan Balok

Lendutan balok untuk beberapa skenario pembebanan adalah sebagai berikut :

l
M1 .l 2
s  
16.EI
s
M1
q0

½.l S ½.l

s 
5 q0 .l 4 5 1
.
384 EI 84
 EI 48 EI

l 2 5 M .l 2
 . 8 .q0 .l 2 .  . 0

Dimana, M0  18 * q0 * l 2

a b
P

½.l S ½.l
P.b
s  * (3.l 2  4.b2 ) b < ½.l
48.EI

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 9

q0

S
l
M1 M2
a 1 *q * l 2
0
8

M1
M2

M0 Ms
M1 M2

5 M0 .l 2 M1 .l 2 M2 .l 2
s  .  
84 EI 16.EI 16.EI
1 l2
s  . * 5.M0  3.M1  3.M2 
48 EI
M  M2
Karena M0  Ms  1 Maka
2
1 l2
s  
. * 5.Ms  52 .M1  52 .M2  3.M1  3.M2
48 EI

5 l2
s  . * Ms  0,1.M1  0,1.M2 
48 EI
Lendutan tersebut harus dibatasi sesuai dengan Bab 6.4.3 pada Tata cara Perencanaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung di Indonesia.

F. Geser pada Profil Gilas

Secara umum persamaan tegangan geser adalah:


V.Q(y )
v
I.t(y )
dimana, V adalah gaya lintang yang bekerja pada suatu penampang,
d
2
Q( y )   .dA adalah statis momen terhadap garis netral,
y
I adalah momen inersia,
t adalah ketebalan penampang.
STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 10

dA
½.d

y
Garis netral

V
Dalam perencanaan dapat digunakan: v
d.t w
Dimana, d adalah tinggi total penampang,
tw adalah tebal web/badan.
atau Vn = τy.d.tw = 0,58.fyw.d.tw
 0,6.fyw.d.tw ……………………. (*)
Dimana fyw adalah kuat leleh web.
h 1100
Persamaan (*) dapat digunakan bila persyaratan berikut ini dipenuhi, 
tw fyw
Tahanan geser rencana adalah:
v.Vn ≥ Vu
yang mana v = 0,9
Vn adalah tahanan geser nominal,
Vu adalah gaya lintang terfaktor.

Contoh:
Tentukan tahanan geser rencana profil IWF 300.300.10.15
D = 300 mm BJ 37: fu = 370 MPa
tw = 10 mm fy = 240 MPa
tf = 15 mm
r0 = 18 mm

Jawab :
h = d – 2 (ro + tf) = 300 – 2 (18 + 15) = 234 mm
h  234  1100  1100 
  23,4     71
t w  10  fyw  240 
∴ Vn = 0,6.fyw.d.tw = 0,6*240*300*10 = 43,2 ton
Vd = v.Vn = 0,9*43,2 = 38,9 ton

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 11

G. Beban Terpusat Pada Profil

Leleh pada flens Lipat Tekuk Torsi Lateral

Tekuk Vertikal

Gambar 1.5 Tekuk pada profil akibat beban terpusat

1) Lentur Lokal pada Flens

tf
stiffener las stiffener
Tepi
terbuka

j b
Pu 

Pu

Pu ≤ .Rn.  tidak perlu stiffener


 = 0,9
Rn = 6,25.tf2.fyf [N]
1 j > 10.tf
=
½ j ≤ 10.tf
Bila  ≤ 0,15.b  tidak perlu stiffener

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 12

2) Leleh Lokal pada Web


N Ru
j Ru
k k
N + 5k
Tepi terbuka
d fyw tw
N + 2,5k
k
j Ru tf
N

Ru ≤ .Rn = .(.k + N).fyw.tw [=N] → tidak perlu stiffener


dimana  = 1,0
N ≥ k, pada tumpuan
5 j>d
=
2,5 j≤d

3) Lipat pada Web (gambar sama dengan di atas)


 t
R u  .R n  ..t 2w .1  . tw
 f
  1,5  t
. fyw . t w [=N] → tidak perlu stiffener

f

Dimana,  = 0,75
355 bila j > ½.d
=   3. Nd bila N/d  0,2
175 bila j  ½.d
 4d.N  0,2 bila N/d  0,2

4) Tekuk Web Bergoyang


Ru Ru

(a) (b)

Ru ≤ .Rn ⎯ tidak perlu stiffener


Dimana  = 0,85

a) Sisi tekan flens fixed terhadap rotasi pada posisi bekerjanya gaya Ru

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 13

h bf
Untuk  2,3 Maka
t w Lb

Cr .t 3w .t f   h bf  
3
Rn  .1  0,4. .   [=N]
h2   t w L b  

h bf
Untuk  2,3  Rn  
t w Lb
Solusi: Di tempat bekerjanya Ru dipasang
1. Bresing lateral lokal di flens tarik, atau
2. Sepasang pengaku vertikal atau pelat pengganda

b) Sisi flens tekan bebas terhadap rotasi pada posisi bekerjanya gaya Ru
h bf
Untuk  1,7 Maka
t w Lb

C r .t 3w .t f   h bf  
3
Rn  .0,4. .   [=N]
h2   t w Lb  
 
h bf
Untuk  1,7  Rn  
t w Lb
Solusi: Dipasang bresing lateral lokal di flens tarik dan tekan di tempat
bekerjanya Ru dipasang

Dimana Lb adalah jarak terbesar dari titik-titik yang tidak dikekang secara
lateral pada salah satu flens balok.

6,6*106 bila Mu < My di titik kerja Ru


tw h Cr =
3,3*106 bila Mu ≥ My di titik kerja Ru
bf

5) Tekuk Web Akibat Dua Gaya Simetris


Ru Ru

tw Tepi terbuka

Ru Ru j

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 14

Ru ≤ .Rn ⎯ tidak perlu stiffener


Dimana  = 0,90

t 3w
R n  10.750*  * * fyw [=N]
h

1 bila j > ½.d


=
0,5 bila j ≤ ½.d

6) Geser Web pada Daerah Panel


Vu ≤ .Vn ⎯ Pelat pengganda atau pelat diagonal
Dimana  = 0,90

Nu bcf

tcf
fy
Pelat terusan

tw
Pelat diagonal db

Pelat pengganda

dc

Nu

a) Bila tidak dilakukan analisis khusus daerah panel terhadap stabilitas struktur.
Nu ≤ 0,4.Ny, Vn = 0,60.fy.dc.tw
 N 
Nu > 0,4.Ny, Vn = 0,60.fy.dc.tw.  1,4  u 
 N y 

b) Bila dilakukan analisis khusus daerah panel terhadap stabilitas struktur
 3.bcf .t 2cf 
Nu ≤ 0,75.Ny, Vn = 0,60.fy.dc.tw.  1  
 db .dc .t w 
 
 3.bcf .t 2cf   1,2.Nu 
Nu > 0,75.Ny, 
Vn = 0,60.fy.dc.tw. 1  1,9 
 db .dc .t w   N y 
 
STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 15

dimana Ny = fy.Ag

7) Persyaratan Stiffener untuk Beban Terpusat


Pengaku vertikal atau diagonal,
a) Lebar dua stiffener di kedua sisi web ditambah tebal web tidak boleh
kurang dari 2/3 lebar flens.
b) Tebal stiffener tidak boleh kurang dari ½ tebal flens, dan tidak boleh

kurang dari lebar pelat stiffener dikalikan 1 . fy


250

Pengaku vertikal yang dipasang secara penuh dari flens atas hingga flens
bawah karena gaya tekan yang bekerja terhadap flens balok biasa atau balok
berdinding penuh harus direncanakan sesuai dengan persyaratan perencana-an
komponen struktur tekan dengan persyaratan tambahan berikut ini:
a) Panjang tekuk efektif 0,75.h;
b) Ada satu pasang pengaku vertical;
c) Bagian dari pelat badan selebar 25.tw untuk pengaku interior atau 12.tw
untuk pengaku exterior.

Pengaku
vertikal
Pengaku
tw tw vertikal

Pengaku
vertikal

25.tw 12.tw

Interior Exterior
8) Lain-lain
a) Pada ujung-ujung komponen struktur yang tidak merangka ke komponen
struktur yang lain, harus dipasang sepasang pengaku vertical penuh
setinggi balok.
b) Pelat pengganda harus direncanakan sesuai dengan Standar Struktur
Bangunan Baja Indonesia, Bab 12.

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 16

9) Contoh :
Pu1 = 50 ton Pu1 = 50 ton

Pu2 = 50 ton Pu2 = 50 ton


2500 5000 2500 Pu1 + Pu2 = 100 ton
300

300
fyw = 240 MPa
fyf = 240 MPa
700 13 k = 52 mm
N = 150 mm
24
(1) Leleh lokal pada web
Lapangan: .Rn = .(.k + N).fyw.tw
(j > d) = 1,0*(5*52 + 150)*240*13
= 128 ton > Pu1 (= 50 ton) OK
Tumpuan: .Rn = .(.k + N).fyw.tw
(j < d) = 1,0*(2,5*52 + 150)*240*13
= 87 ton < Pu1 + Pu2 (= 100 ton) → perlu pengaku
vertikal

(2) Lentur lokal pada flens


Lapangan: .Rn. = ..(tf2.fyf)
(j > 10.tf) = 0,9*1,0*(6,25*242*240)
= 78 ton > Pu2 (= 50 ton) OK

(3) Lipat pada Web

Lapangan:


 
t
R u  .R n  ..t 2w .1  . tw
f
1,5  t
. fyw . t w

f

(j > ½.d)
  3. Nd  3 * 150  9
700 14
 = 355

Ru  0,75* 355* 132 * 1  14



9 13
24
 1,5 . 240* 24
13

= 119 ton > Pu1 (= 50 ton) OK


Tumpuan: j = 300
j < ½.d   = 175
½.d = 350
STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 17

N
d
3
 14  0,21  0,2  
   4. Nd  0,2  0,66

Ru  0,75* 175* 132 * 1  0,66. 13


 24 
 1,5
. 240* 24
13

= 59 ton < Pu1 + Pu2 (= 100 ton) → perlu pengaku vertikal


(4) Tekuk Web Bergoyang
Sisi tekan flens fixed terhadap rotasi


700
h bf 2 * 2  52 300  
*  2,75  2,3
t w Lb 13 5000
 Rn  OK

H. Teori Umum Lentur


Tinjau suatu balok prismatis dengan penampang sembarang yang dibebani lentur
pada bidang β berikut ini,

y
My 
M 

x
x
 
Mz

Gambar 1.6 Balok prisma dengan lentur murni


β adalah bidang kerja beban ; M ⊥ β

Garis Netral
P
My
  My = M cos  Mz
y tan   
 tan    z
z
Mz Mz = M sin  My
Bidang 
Cat.: Arah vektor momen positif
ditentukan konsisten terhadap
asumsi tensor tegangan.
STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 18

Persamaan kesetimbangan balok adalah:


Σ Nx = 0 ⇒ ∫x.dA = 0 ........................................ (1)
Σ My = 0 ⇒ My = –∫x.z dA ........................................ (2)
Σ Mz = 0 ⇒ Mz = –∫x.y dA ........................................ (3)

Bidang netral adalah suatu bidang dimana lenturan terjadi tegak lurus terhadap
bidang tersebut. Bidang netral dianggap bersudut α terhadap sumbu z. Berikut adalah
beberapa tinjauan untuk kasus α = 0, α = ½., dan α sembarang.
Kasus α = 0: (Lentur terjadi pada bidang xy)
Dalam kasus tersebut tegangan x dapat dinyatakan sebagai berikut:
x = –k1.y
Persamaan (1), (2), dan (3) menjadi:
∫x.dA = k1.∫y.dA = 0 ........................................ (4)
My = –∫x.z dA = ∫k1.yz.dA = k1.Iyz ........................................ (5)
Mz = –∫x.y dA = ∫k1.y2.dA = k1.Iz ........................................ (6)
Persamaan (4) menyatakan bahwa sumbu z adalah garis berat. Persamaan (5) dan (6)
memberikan
My Mz
k1  
Iyz Iz

Mz I z
Atau,   tan 
M y I yz

Untuk sumbu yang bukan sumbu utama atau untuk sumbu yang bukan bagian dari
sumbu simetri, maka Iyz  0 dan   ½., artinya garis netral tidak  bidang kerja
beban. Untuk sumbu utama atau bagian dari sumbu simetri penampang dengan paling
tidak satu sumbu simetri maka Iyz = 0,  = ½., dan My = 0, artinya garis netral  bidang
kerja beban dan beban hanya bekerja // bidang xy.
Kasus  = ½. : (Lentur terjadi pada bidang xz)

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 19

Persamaan tegangan x dapat dinyatakan sebagai berikut:


x = –k2.z
Persamaan (1), (2), dan (3) menjadi:
∫x.dA = k2.∫z.dA = 0 ........................................ (7)
My = –∫x.z dA = ∫k2.z2.dA = k2.Iy ........................................ (8)
Mz = –∫x.y dA = ∫k2.yz.dA = k2.Iyz ........................................ (9)
Persamaan (7) menyatakan bahwa sumbu y adalah garis berat. Persamaan (8) dan (9)
memberikan
My Mz
k2  
Iy Iyz

Mz Iyz
Atau,   tan 
My I y

Untuk sumbu yang bukan sumbu utama atau untuk sumbu yang bukan bagian dari
sumbu simetri maka Iyz ≠ 0 dan γ ≠ 0, artinya garis netral tidak tegak lurus bidang kerja
beban. Untuk sumbu utama atau bagian dari sumbu simetri penampang dengan paling
tidak satu sumbu simetri maka Iyz = 0, γ = 0, dan Mz = 0, artinya garis netral ⊥ bidang
kerja beban dan beban hanya bekerja sejajar bidang xz.
Kasus α sembarang:
Tegangan x dinyatakan sebagai superposisi (kasus elastis) dari dua kasus sebelumnya,
x = –k1.y – k2.z
My = k1.Iyz + k2.Iy
Mz = k1.Iz + k2.Iyz

My   Iy Iyz  k 2 
Atau,      
Mz  Iyz Iz  k1 

k 2  1  Iz  Iyz  My 
    
k 1  Iy .Iz  Iyz  Iyz I y  Mz 
2

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 20

My .Iz  Mz .Iyz Mz .Iy  My .Iyz


k2  dan k1 
Iy .Iz  Iyz2 Iy .Iz  Iyz2

Mz .Iy  My .Iyz My .Iz  Mz .Iyz


 x   .y  .z ........................................ (10)
Iy .Iz  Iyz2 Iy .Iz  Iyz2

yang berlaku secara umum untuk kasus lentur.


Anggapan yang perlu diingat dalam menurunkan Persamaan (10) adalah:
a) balok adalah lurus
b) prismatis
c) sumbu –y dan –z adalah dua sumbu berat yang saling tegak lurus
d) material adalah elastis linier
e) tidak ada pengaruh puntir (semua beban bekerja pada pusat geser)
f) Arah vektor momen positif sesuai perjanjian tensor tegangan.

Bila sumbu –y dan –z adalah dua sumbu utama yang saling tegak lurus atau
bagian dari sumbu simetri dari suatu penampang yang paling tidak memiliki satu sumbu
simetri, maka Iyz = 0 dan Persamaan (10) untuk tegangan menjadi,
M My
 x   z .y  .z (pada sumbu utama)
Iz Iy
Bila pada serat-serat extreem dibatasi x ≤ fy, maka berlaku:
Mz My
 1
fy .Sz fy .S y
adalah persamaan interaksi untuk Mz, My dan berlaku untuk daerah elastis linier
saja. Garis netral adalah tempat kedudukan titik material dengan tegangan x = 0.
Dengan me-nol-kan Persamaan (10) dan disusun kembali diperoleh,
M
y Iz  Mz .Iyz I  I . tan 
y z yz
  tan   M 
z z
.Iy  Iyz Iy . tan   I yz
My

Untuk sumbu utama atau bagian dari sumbu simetri penampang dengan paling
tidak satu sumbu simetri, maka Iyz = 0 diperoleh,
I 1
tan   z .
I y tan 
artinya bila  = ½., ma ka  = 0 terlepas dari nilai Iz dan Iy. Namun bila   ½.,
maka nilai  menjadi sangat bergantung kepada nilai Iz dan Iy; dalam hal ini bidang
beban tidak tegak lurus bidang netral. Khusus untuk penampang dengan Iz = Iy, seperti

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 21

penampang bujur sangkar, maka bidang beban senantiasa tegak lurus bidang netral.
Persamaan-persamaan yang dikembangkan di atas hanya berlaku untuk material
elastis linier (x < fy). Bila material telah mencapai daerah plastis seperti halnya untuk
perencanaan lapangan, maka persamaan berikut dapat digunakan untuk profil-profil yang
paling tidak memiliki satu sumbu simetri,
Muy Muz
  1,0
b .Mny b .Mnz
Yang mana, Mu adalah momen terfaktor,
Mn adalah tahanan lentur nominal,
b = 0,9 adalah faktor tahanan.

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 22

I. DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005.
c) AISC-2005 Specification for Structural Steel Buildings.
d) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
h) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.

STRUKTUR BAJA 2
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TUGAS 01
STRUKTUR BAJA II KELAS I6 & M6
MARET 2020

Pu1 = 50,x ton Pu1 = 50,x ton

Pu2 = 50 ton Pu2 = 50 ton


2500 5000 2500 Pu1 + Pu2 = 100 ton
300

a
fyw = 240 MPa
fyf = 240 MPa
b c k = 52 mm
N = 150 mm
d

Kerjakan seperti contoh, untuk profil baja diharapkan memilih dari table profil baja.
X = angka terakhir stambuk
Tugas ditulis tangan dan difoto/discan
Dikirim email pebrinarrianisangle@gmail.com
Nama filenya SB2I6abcde01
abcde=lima angka terakhir stambuk Kode kelas
Kode tugas
contoh 6160505170026
penulisan filenya

SB2I67002601

Kode mata
kuliah
Lima angka
terakhir stambuk

Anda mungkin juga menyukai