Anda di halaman 1dari 36

KEMAGNETAN

Sifat-sifat Magnetik

Pertemuan #9
Rabu, 08 April 2020
15.00 – 16.40

Dr.-Ing. Rahmondia N. Setiadi, M.Si


Sifat Magnetik

Pada bagian ini akan dibahas tentang
– Penyebab terjadinya hiteresis pada benda
feromagetik
– Bagaimana variasi magnetisasi dengan
perubahan medan magnetik dapat diukur
pada kasus tertentu seperti medan lemah dan
ketika mendekati saturasi

Pengukuran resolusi tinggi pada variasi M
terhadap H yang diberikan menunjukkan
adanya diskontinuitas, ini disebut efek
Barkhausen
Sifat Magnetik

Selain itu, akan terjadi juga perubahan panjang
pada benda feromagnetik ketika dimagnetisasi,
ini disebut magnetostriksi, dan ada pula
hubungan antara anisotropi dengan
magnetostriksi
Kurva Histeresis

Sifat magnetik makro yang penting pada bahan
feromagnetik dapat direpresentasikan dalam
plot B – H, atau kurva histeresis

Dari kurva ini, magnetisasi dapat dihitung pada
setiap titik dengan persamaan umum;
B=μ 0 ( H +M )

Sebagaimana kurva histeresis yang tidak
kontinu, perubahan yang irreversible pada
magnetisasi menyebabkan efek Barkhausen,
yang dinamakan berdasarkan penemunya
Kurva Histeresis

Efek Barkhausen digunakan sebagai metode
untuk menginvestigasi sifat struktur mikro
bahan feromagnetik

Salah satu sifat penting yang tidak terdapat di
dalam kurva histeresis adalah magnetostriksi,
yang merupakan perubahan panjang material
sebagai hasil dari magnetostriksi spontan atau
magnetostriksi akibat medan luar
Kurva Histeresis

Dari sebuah kurva histeresis, dapat ditentukan
beberapa sifat magnetik bahan yang
digunakan untuk mengkarakterisasi loop
histeresis
Kurva Histeresis

Berapa banyak parameter yang digunakan?

Tidak ada ketentuan khusus tentang jumlah
parameter yang dapat digunakan

Selanjutnya akan kita coba menghitung sifat
penting dan menentukan sifat mana yang
diperlukan sesuai kebutuhan
Karakterisasi Parametris
Histeresis

Parameter pertama yang cukup penting pada
kurva histeresis adalah magnetisasi saturasi
M0, yang merupakan nilai maksimum
magnetisasi yang dapat dicapai, atau dapat
juga ditulis Ms jika berada di bawah suhu Curie

Lebar kurva histeresis yang memotong sumbu
H adalah 2 kali nilai koersivitas Hc, nilainya
tidak bergantung pada Ms dan dapat berubah
terhadap treatment suhu
Karakterisasi Parametris
Histeresis

Perpotongan kurva dengan sumbu B disebut
induksi remanen Br, bernilai independen, tidak
bergantung sepenuhnya pada Ms dan Hc
● Arah kurva histeresis, dinyatakan dalam μ'maks,
adalah kemiringan kurva pada titik koersivitas,
dapat berubah secara independen, dan tidak
bergantung pada parameter lain
● Histeresis loss WH juga merupakan parameter
independen sebagaimana juga permeabilitas
awal μ'in
Karakterisasi Parametris
Histeresis

Lengkungan loop histeresis, walaupun belum
jelas independen atau tidak, tetapi ini tidak
bergantung pada koersivitas dan permeabilitas
diferensial μ'

Dengan adanya parameter di atas, diharapkan
dapat mengkarakterisasi sifat-sifat material
magnetik dengan menggunakan lima atau
enam parameter
Karakterisasi Parametris
Histeresis

Sifat-sifat magnetik material feromagnetik
biasanya ditampilkan talam bentuk tabel
dimana sifat-sifat yang diberikan dalam
parameter koersivitas, remanen, histeresis loss,
permeabilitas awal, permeabilitas maksimum,
dan magnetisasi saturasi atau induksi magnetik
saturasi seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut;
Karakterisasi Parametris
Histeresis
Penyebab Histeresis

Histeresis loss dan koersivitas dapat meningkat
dalam pengolahan besi atau baja pada suhu
rendah atau ruang

Histeresis loss dan koersivitas juga dapat
meningkat akibat penambahan material bukan
besi seperti karbon pada pembuatan baja

Fenomena ini telah diketahui jauh sebelum teori
tentang histeresis dikemukakan
Penyebab Histeresis

Kurva histeresis pada besi akibat penambahan
bahan non-magnetik atau pengolahan pada
suhu ruang (hardened steel)
Penyebab Histeresis

Akibat dari pengolahan suhu ruang atau
penambahan bahan non-magnetik ini terjadi
“kecacatan” dalam bentuk pergeseran atau
ketidakmurnian pada metal, menyebabkan
terjadinya peningkatan energi yang hilang
dalam proses magnetisasi berupa friksi internal
yang menyebabkan peningkatan histeresis

Penyebab lain peningkatan histeresis adalah
anisotropi kristalin
Penyebab Histeresis

Material feromagnetik yang memiliki anisotropi
yang tinggi akan memiliki histeresis yang tinggi

Pada material anisotropi, momen magnetik
akan cenderung mengarah pada sumbu
kristalografi tertentu yang membutuhkan energi
yang kecil

Momen magnetik akan berubah arah ketika
diberi medan magnetik, tetapi cenderung
mendekati arah sumbu ekuivalen kristalografi
yang mendekati arah medan magnetik
Penyebab Histeresis

Fenomena ini menghasilkan perputaran
diskontinuitas dan tak-membalik pada momen
magnetik yang menyebabkan seperti terjadinya
aksi perpindahan diskrit atau tidak kontinu
Magnetisasi tanpa Histeresis

Apa yang terjadi dengan kurva histeresis jika
material tanpa “kecacatan” sama sekali?

Dengan mengecualikan efek anisotropi momen,
maka kurva akan bebas histeresis

Induksi magnetik akan memiliki fungsi yang
bernilai satu terhadap medan magnetik H.

Kurva magnetisasi akan reversibel seperti pada
gambar berikut
Magnetisasi tanpa Histeresis

Bentuk kurva magnetisasi dapat diperkirakan
sebelum membuat modelnya

Misalkan kita meninjau plot kurva magnetisasi
terhadap medan magnetik dalam kondisi ideal.
Karena magnetisasi mengalami saturasi, maka
M akan meningkat menuju Ms dengan
peningkatan H

Perubahan M pada awalnya sangat cepat dan
kemudian turun dengan meningkatnya H.
Sehingga M monoton naik dan dM/dH monoton
turun
Magnetisasi tanpa Histeresis

Akibatnya terbentuk kurva magnetisasi seperti
huruf “S”
Hubungan Frohlich-Kennelly

Hubungan kuantitatif antara magnetisasi M dan
medan magnet H sangat diperlukan karena
persamaan ini menyediakan informasi untuk
menginterpretasikan bagaimana magnetisasi
atau induksi magnetik suatu material akan
berubah terhadap medan

Hubungan empiris antara M dan H sepanjang
kurva magnetisasi tanpa histeresis
dikemukakan oleh Frohlich dan kemudian
dalam bentuk yang berbeda, tetapi setara, oleh
Kennelly
Hubungan Frohlich-Kennelly

Persamaan Frohlich untuk magnetisasi tanpa
histeresis adalah
αH
M=
1+β H

dimana α/β = Ms karena jika H → ∞, maka M


menuju Ms
Hubungan Frohlich-Kennelly

Secara independen, Kennelly memberikan
ekspresi untuk suseptibilitas medan kuat ketika
magnetisasi mendekati saturasi. Jika ekspresi
Kennelly dikonversi ke SI menjadi
1
μ− μ 0 =a+bH
yang mana ekuivalen dengan persamaan
Frohlich, dimana μ0a = 1/α dan μ0b = β/α = Ms
Hubungan Frohlich-Kennelly

Persamaan di atas dapat juga ditulis dalam
bentuk series
M =M s [1− aM s / H +(aM s / H )2 +...]

Ini adalah bentuk persamaan yang digunakan
oleh Weiss untuk menemukan Ms dari kurva
magnetisasi dengan ekstrapolasi menggunakan
1/H
Pengukuran Magnetisasi tanpa
Histeresis

Menghilangkan semua cacat dalam suatu
bahan biasanya tidak mudah dilakukan, namun
ada cara untuk mencapai magnetisasi tanpa
histeresis dengan cara lain. Yaitu dengan
membolak-balik magnetisasi dengan
menerapkan medan AC yang secara bertahap
menurunkan amplitudonya yang ditumpangkan
pada medan DC yang diukur

Sebagaimana medan AC, histeresis secara
bertahap dihapus dan magnetisasi menuju nilai
tanpa histeresis untuk kuat medan DC tertentu
Pengukuran Magnetisasi tanpa
Histeresis

Prosedur ini dapat dianggap sebagai
'pengguncang' magnetisasi sehingga
mengatasi gaya gesekan internal, dan
anisotropi atau efek switching histeresis, dan
mencapai nilai keseimbangan yang
sebenarnya. Efek yang sama juga dapat
ditimbulkan oleh pemberian tekanan bolak-balik
meskipun ini umumnya lebih sulit dicapai
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Kurva magnetisasi awal, yaitu variasi
magnetisasi dengan medan yang diperoleh
ketika medan DC pertama kali diterapkan pada
feromagnet yang mengalami demagnetisasi.
Hal ini diamati oleh Rayleigh bahwa di daerah
medan lemah dari kurva magnetisasi awal,
permeabilitas dapat ditentukan oleh persamaan
μ( H )=μ (0)+vH
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Yang mengarah pada ketergantungan parabola
B pada H berikut di sepanjang kurva
magnetisasi awal
B( H )=μ (0) H +vH 2

Menurut Rayleigh, μ(0)H mewakili perubahan
reversibel dalam induksi magnetik sedangkan
istilah vH2 mewakili perubahan ireversibel
dalam induksi magnetik.
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Selanjutnya, Rayleigh menunjukkan bahwa
loop histeresis amplitudo rendah dapat diwakili
oleh kurva parabola yang memiliki
permeabilitas diferensial reversibel pada ujung
loop yang sama dengan μ(0) seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Loop histeresis pada medan lemah di daerah
Rayleigh
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Dari asumsi ini dan hukum Rayleigh, di daerah
medan lemah loop histeresis amplitudo kecil
dapat dijelaskan dengan persamaan berikut
B=[μ (0)+vH m ] H ±(v /2)( H 2m− H 2 )
di mana Hm adalah medan maksimum di ujung
loop. Loop histeresis amplitudo rendah yang
berlaku untuk hubungan parabola ini dikenal
sebagai Rayleigh loop.
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Loop ini mengarah pada dua hasil lebih lanjut,
yaitu ekspresi untuk loss histeresis WH dan
remanen Br
W H =∫ H⋅ dB

W H =(4/3) vH 3m
dan
2
B r =(v /2) H m
Sifat pada Medan Lemah: hukum
Rayleigh

Hubungan ini hanya berlaku di daerah medan
lemah. Ketika Hm meningkat, hubungan
parabola menjadi tidak berlaku. Untuk
memodelkan perilaku histeresis pada rentang H
yang lebih luas, perlu untuk mendapatkan
pengetahuan lebih lanjut tentang mekanisme
mikroskopis yang terjadi dalam material
Sifat pada Medan Kuat: hukum
Pendekatan Saturasi

Di daerah medan kuat, magnetisasi mendekati
saturasi. Upaya pertama untuk memberikan
persamaan yang menggambarkan perilaku di
daerah ini adalah hukum Lamont
dM
χ= =konstanta×(M s− M )
dH
yang menyatakan secara bahwa pada medan
kuat suseptibilitas sebanding dengan selisih
dari saturasi, yang terbukti setara dengan
hubungan Frohlich-Kennelly
Sifat pada Medan Kuat: hukum
Pendekatan Saturasi

Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa
perilaku pada medan kuat dapat dimodelkan
dengan hukum pendekatan pada saturasi
seperti yang diberikan oleh Becker dan Doring,
dan Bozorth, yang dinyatakan dalam bentuk
series

( a b
)
M =M s 1− − 2 − ... +kH
H H

Anda mungkin juga menyukai