Anda di halaman 1dari 26

FISIKA ZAT PADAT

Kemagnetan Pada Batuan dan Mineral

Disusun Oleh:
Candra Indi Kumala

(13030184025)

Margaretna Rooshardini

(13030184029)

Meyrinda Tobing

(13030184030)

Mila Intan Sari

(13030184031)

Aniyatin Mufarokhah

(13030184033)

Lina Arifin

(13030184034)

Pendidikan Fisika A 2013


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
2016

Paleomagnetik merupakan studi tentang rekaman medan magnetik bumi dalam


batuan. Mineral-mineral tertentu dalam batuan menunjukkan rekaman arah dan intensitas
medan magnet pada waktu terbentuknya batuan. Jika magnetik ini berasal dari waktu
terbentuknya batuan, pengukuran arah dapat diugunakan untuk menentukan garis lintang
dimana batuan dibentuk. Jika garis lintangnya berbeda dengan garis lintang berikutnya
dimana batuan ditemukan, maka bukti yang sangat kuat ini telah mendukung bahwa batuan
dapat bergerak melintasi permukaan bumi. Selain itu, jika hal ini dapat ditunjukkan dengan
pola pergerakan yang berbeda dari sebelumnya dari batuan pada umur yang sama dan benua
yang berbeda, maka pergerakan relatif seharusnya terjadi diantara batuan tersebut. Dalam hal
ini pengukuran paleomagnetik menunjukkan bahwa apungan benua terjadi, dan memberikan
perkiraan kuantitatif pertama dari pergerakan benua relatif
Dasar Kemagnetan
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata
magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magntis lthos yang berarti batu Magnesian.
Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa
(sekarang berada di wilayah Turki) di mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak
zaman dulu di wilayah tersebut. Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang
mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau
magnet tidak tetap. Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah magnet buatan.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan (south/ S).
Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki
dua kutub.Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari
yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama
terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang
tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik
yang rendah oleh magnet. Penggolongan Benda Berdasarkan Sifat Magnetnya Berdasarkan
sifat magnetnya benda dibagi menjadi 2 macam yaitu ferromagnetik (benda yang dapat
diterik kuat oleh magnet), parramagnetik (benda yang dapat ditarik magnet dengan lemah)
dan diamagnetik (benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet). Contoh ferromagnetik adalah
besi, baja, nikel dan kobalt. Contoh parramagnetik adalah platina dan aluminium. Contoh
diamagnetik adalah seng, dan bismut. Ciri-Ciri Magnet Setiap magnet mempunyai sifat (ciri)
sebagai berikut :

(1) dapat menarik benda logam tertentu.


(2) gaya tarik terbesar berada di kutubnya.
(3) selalu menunjukkan arah utara dan selatan bila digantung bebas.
(4) memiliki dua kutub.
(5) tarik menarik bila tak sejenis.
(6) tolak menolak bila sejenis.
Sejarah Kemagnetan
Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes mengukur perubahan tahanan listrik yang
disebabkan oleh perubahan suhu Hg dalam helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan
listrik tiba-tiba hilang pada suhu 4,153K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24 unsur
hantaran super dan lebih banyak lagi paduan dan senyawa yang menunjukkan sifat-sifat
hantaran super. Temperatur kritisnya berkisar antara 1 samapai 19 Kelvin. Bahan-bahan lead
(timah), tin (timah patri), alumunium, dan mercury, pada suhu mendekati 0K mempunyai
resistivitas nol.
Penerapan sifat bahan/material superkonduktor dalam dunia teknologi adalah dengan
dikembangkannya kereta api supercepat di Jepang yang diberi nama The Yamanashi MLX01
MagLev train yang melayang diatas magnet superkonduktor. Superkonduktor pertama kali
ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas
Leiden pada tahun 1911. Superkonduktivitas adalah suatu fenomena dimana hambatan listrik
sama dengan nol dan terjadinya tolakan medan magnet yang terjadi ketika suatu bahan
didinginkan dibawah temperature tertentu (suhu kritis).
Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada tahun 1933.
Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan
menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan dalam
medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah
yang kemudian diterapkan dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang
dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat
menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut
ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal
dengan efek Meissner.
Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet tidak boleh terlalu besar, apabila medan

magnetnya terlalu besar maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan
sifat superkonduktivitasnya.

Gambar 1. Efek Meissner


Medan Magnet
Daerah disekitar magnet dimana benda lain masih mengalami gaya magnet
dinamakan dengan medan magnet.Pengaruh medan magnet pada benda-benda lain
memiliki batas tertentu dan tidak semua daerah mendapat pengaruh medan magnet yang
sama kuat. Besarnya pengaruh medan magnet bergantung pada banyaknya garis gaya yang
menembus suatu luas tertentu di sekitar benda magnet.
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis garis gaya magnet yang keluar dari
kutub utara dan masuk ke kutub selatan.Arah induksi medan magmetik disekitar arus listrik
bergantung pada arah arus listrik, dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2. Aturan kaidah tangan kanan.

Pengertian Garis Gaya Magnet


Pola medan magnet dapat dilihat, dengan cara meletakkan selembar kertas di atas
sebuah magnet dan menaburkan serbuk besi di atas kertas tersebut. Medan magnet yang
digambarkan dengan garis khayal dapat disebut garis-garis gaya magnet.

Gambar 3. Garis gaya magnet


Garis gaya magnet adalah garis-garis khayal yang menunjukkan pola garis-garis
lengkung yang terbentuk di sekitar magnet. Pola ini merupakan pola garis-garis medan
magnetik yang disebut garis gaya magnetik. Garis gaya magnetic selalu berawal dari kutub
utara menuju kutub selatan magnet. Garis-garis yang terletak pada gambar tersebut di atas
disebut garis-garis gaya magnet. Beberapa contoh garis-garis gaya magnet dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 4.Contoh-contoh bentuk garis gaya magnet

Perhatikan dengan cermat bagaimana letak serbuk besi. Ternyata serbuk besi akan
membentuk pola seperti gambar di bawah ini.

Gambar 5. Medan Magnet


Medan magnet yang paling kuat terletak di kedua ujung kutub-kutub magnet. Dengan
mengetahui pola garis gaya magnet, kamu dapat menjelaskan peristiwa tolak-menolak dan
tarik-menarik antarkutub sejenis dan tidak sejenis.

Definisi Medan Magnet


Kuat medan magnetik H bergantung hanya pada muatan-muatan (yang bergerak) dan tak
bergantung pada mediumnya. Medan gaya yang dikaitkan dengan H adalah kerapatan fluks
magnetik B, yang diberikan oleh:

B=

0 H

Kuat medan magnet di suatu titik sebanding dengan rapat garis-garis gaya dan
berbanding terbalik dengan permeabilitasnya.
H=

B
0

0 H

B=

B=H
Keterangan:
B = Rapat garis-garis gaya.
0

= Permeabilitas zat ( 0=4 10 N A

H = Kuat medan magnet.


Bila rapat garis-garis gaya dalam medan yang serba sama B, maka banyaknya garis2
garis gaya ( ) yang menembus bidang seluar A m

dan mengapit sudut

dengan

kuat medan adalah : = B.A Sin Satuanya : Weber

Induksi Magnetik
q1

Telah dibicarakan tentang gaya Coulomb antar dua muatan q dan

yaitu

1 qq

Fe =
r^
4 0 r2

Persamaan hukum Coulomb tersebut dengan asumsi bahwa kedua muatan dalam keadaan
diam. Jika kedua muatan bergerak bersama-sama dengan kecepatan v dan
tambahan gaya magnet

Fm =

0
4

0 q q1
r
v x v 1 x
2
4 r
r

Fm

yang diusahakan pada q dan

q1

v1

, maka ada

tetapan yang fungsinya sama dengan

1
4 0

dalam elektrostatistika, yaitu gaya

tetapan yang diperlukan untuk membuat hukum eksperimen dapat digabungkan dengan

seperangkat satuan

0
4

10 N S /C

. Seperti halnya kasus gaya elektrostatik,

tetapan tersebut adalah memudahkan untuk membayangkan adanya muatan uji dengan
mendefinisikan medan magnet. Namun dalam kasus ini tidak hanya muatan uji q, tetapi juga
kecepatan v

harus difaktorkan keluar, sehingga menjadi:

Fm =q v x
B

Dengan B

B=

induksi magnet yaitu:

0 q
r
v x
4 r2 1 r

Satuan B

adalah

N
=Tesla(T )
Am

Gambar 6. Gaya Lorentz


Berdasarkan eksperimen, bila suatu muatan diam berada dalam medan magnet maka
muatan tersebut tidak dirasakan adanyainteraksi dengan medan magnet itu. Jika muatan
tersebut bergerak dalam medan magnet, maka muatan tersebut akan merasakan adanya
interaksi dengan medan magnet. Interaksi tersebut adalah adanya gaya yang dirasakan oleh
muatan. Gaya itu disebut gaya Lorentz, yang secara matematik dinyatakan dengan
persamaan:


F Lorentz

Felectric +
F magetic

= q E + q v x B

= q( E +v x B )

Bila muatan q yang bergerak dalam medan magnet B

mempuyai kecepatan v

, dan bila

E=0 , maka besarnya gaya magnet yang dirasakan muatan secara matematik dinyatakan

sebagai:

= q v x B

= q v B sin

atau

Gambar 7. Muatan bergerak pada medan magnet

Dimana:
F = gaya magnet (newton)
q = muatan yang bergerak (Coulomb)
v = kecepatan muatan (m/s)

B = induksi magnet (N/Am)

= sudut antara v dan B

Bila

= /2 = 90, maka gaya F maksimum, sehingga:

F=qvB
Bila

= 0, atau v

// B , maka F = 0

Intensitas Magnetik
Dalam magnet selain besaran induksi magnetik

magnetik yang diberi simbol

H . Dalam satuan

B , juga dikenal besaran intensitas

N
Am

= Tesla (T) dan

4 10-7 N A-2
Besarnya intensitas magnit (Hence/H) dapat didefinisikan:

H=

B
0

N
Am
N
2
A

N A2
A.m N

A
m

Momen Magnet
Momen magnetik dari magnet adalah besaran yang menentukan kekuatan magnet
yang dapat mengerahkan pada arus listrik dan torsi bahwa medan magnet akan mengerahkan
di atasnya. Sebuah loop arus listrik , bar magnet , sebuah elektron , sebuah molekul ,
dan planet semua memiliki momen magnetik.
Keduanya saat ini magnetik dan medan magnet dapat dianggap sebagai vektor yang
memiliki besar dan arah. Arah poin momen magnetik dari selatan ke kutub utara

magnet. Medan magnet yang dihasilkan oleh magnet sebanding dengan momen magnetik nya
juga. Lebih tepatnya, momen magnetik jangka biasanya mengacu pada momen magnet
dipol sistem, yang menghasilkan istilah pertama dalam ekspansi multipole dari medan
magnet umum. Komponen dipol medan magnet obyek simetris tentang arah momen magnetik
dipole, dan menurun sebagai kubus kebalikan dari jarak dari objek.

Kutub sebagai dimensi sumber dikurangi menjadi nol sekaligus menjaga momen
magnetik konstan. Ini adalah analog magnetik dari dipol listrik , tapi analogi ini tidak
lengkap. Secara khusus, monopol magnetik , analog magnetik dari sebuah muatan listrik ,
belum pernah diamati. Selain itu, salah satu bentuk momen dipol magnetik berhubungan
dengan properti kuantum fundamental, berputar dari partikel elementer .
Medan magnet di sekitar tiap sumber magnet terlihat semakin seperti bidang dipol
magnetik sebagai jarak dari sumber meningkat.
Sebuah dipol magnet, di akselerator partikel , adalah magnet dibangun untuk membuat
homogen medan magnet lebih dari jarak tertentu. Partikel gerak di bidang yang akan
melingkar di bidang tegak lurus ke lapangan dan kolinear dengan arah gerakan partikel dan
bebas dalam arah ortogonal untuk itu. Dengan demikian, partikel disuntikkan ke magnet dipol
akan melakukan perjalanan pada melingkar atau heliks lintasan. Dengan menambahkan
beberapa bagian dipol pada bidang yang sama, efek radial lentur dari balok meningkat.
Dalam akselerator partikel , magnet dipol yang digunakan untuk mewujudkan tikungan
di lintasan desain (atau 'orbit') dari partikel-partikel, seperti dalam akselerator melingkar.
Kegunaan lain meliputi:

Injeksi partikel ke pedal gas


Ejeksi partikel dari akselerator
Koreksi orbit kesalahan
Produksi sinkrotron radiasi

Kegunaan lain dari magnet dipol termasuk isotop pengukuran massa di spektrometri
massa , dan partikel pengukuran momentum di fisika partikel .

Magnet tersebut juga digunakan dalam televisi tradisional, yang berisi tabung sinar
katoda , yang pada dasarnya adalah kecil akselerator partikel . Magnet mereka disebut
membelokkan gulungan. Magnet bergerak satu tempat pada layar tabung TV dalam cara yang
terkontrol seluruh layar.
Medan magnet eksternal yang dihasilkan oleh momen dipol magnet

Gambar 8. Analog elektrostatik untuk momen magnetik: dua tuduhan yang berlawanan
dipisahkan oleh jarak yang terbatas. Panah masing-masing mewakili arah dari vektor medan
pada titik tersebut.

Gambar 9. Medan magnet dari loop saat ini.


Cincin merupakan loop saat ini, yang masuk ke halaman di x dan keluar di titik.
Dalam fisika klasik , medan magnetik dari sebuah dipol dihitung sebagai batas baik loop
saat ini atau sepasang biaya sebagai sumber menyusut ke titik sekaligus menjaga momen
magnetik m konstan. Untuk loop saat ini, batas ini paling mudah diperoleh untuk vektor
potensial . Di luar daerah sumber, potensi ini (dalam satuan SI )

dan kerapatan fluks magnetik (kekuatan medan B-) dalam teslas adalah

Atau seseorang dapat memperoleh potensial skalar pertama dari batas kutub magnet,

dan karenanya kekuatan medan magnet (atau kekuatan H-lapangan) dalam ampereternyata per meter adalah

Medan magnet adalah simetris di bawah rotasi tentang sumbu momen magnetik.
Medan Magnet Internal dari Sebuah Dipol
Kedua model untuk sebuah dipol (loop arus dan kutub magnet) memberikan prediksi
yang sama untuk medan magnet yang jauh dari sumber. Namun, di dalam wilayah sumber
mereka memberikan prediksi yang berbeda. Medan magnet antara kutub berada dalam arah
yang berlawanan dengan momen magnetik (yang poin dari muatan negatif ke muatan positif),
sementara di dalam sebuah loop arus berada dalam arah yang sama (lihat gambar ke kanan).
Jelas, batas-batas bidang ini juga harus berbeda sebagai sumber menyusut ke ukuran nol.
Perbedaan ini hanya penting jika batas dipol digunakan untuk menghitung medan di dalam
bahan magnetik.
Jika dipol magnetik terbentuk dengan membuat loop arus yang lebih kecil dan lebih
kecil, namun menjaga arus konstan produk dan daerah, bidang pembatas

Berbeda dengan ekspresi dalam bagian sebelumnya, batas ini adalah benar untuk bidang
internal dari dipol.
Jika dipol magnetik terbentuk dengan mengambil sebuah "kutub utara" dan "kutub
selatan", membawa mereka lebih dekat dan lebih dekat bersama-sama tetapi menjaga produk
dari magnet kutub-biaya dan jarak konstan, bidang pembatas

Bidang ini berhubungan dengan B = 0 (H + M), di mana

adalah magnetisasi .

Angkatan antara dua dipol magnetic


Gaya F yang diberikan oleh salah satu momen dipol m 1 m 2 yang lain dipisahkan dalam
ruang oleh vektor r dapat dihitung dengan menggunakan

atau

dimana r adalah jarak antara dipol. Gaya yang bekerja pada m 1 adalah dalam arah yang
berlawanan.
Torsi dapat diperoleh dari rumus

yang memberikan

Bidang dipole dari sumber yang terbatas


Para potensial skalar magnetik dihasilkan oleh sumber terbatas, tetapi eksternal untuk
itu, dapat diwakili oleh ekspansi multipole . Setiap istilah dalam ekspansi dikaitkan dengan
karakteristik sejenak dan potensi memiliki tingkat karakteristik menurun dengan jarak r dari
sumber. Saat Monopole memiliki tingkat 1 / r penurunan, momen dipol memiliki 1 / r
tingkat, saat quadrupole memiliki 1 / r

tingkat, dan seterusnya. Semakin tinggi urutan,

semakin cepat potensi menurun. Karena istilah orde terendah yang diamati dalam sumbersumber magnetik adalah istilah dipole, itu mendominasi pada jarak jauh. Oleh karena itu,
pada jarak jauh setiap sumber magnet terlihat seperti dipol yang sama dengan momen
magnetik .

Medan magnetik pada sumbu simpal arus diberikan oleh


B=

0 IR (2 R)
i
4 ( x 2 + R2 )3 /2

0 2 R 2 I
B=
i
4 ( x 2 + R2 )3 /2
Dengan i merupakan vektor satuan di sepanjang sumbu simpal tersebut. Pada jarak
yang sangat jauh dari simpalnya, x jauh lebih besar dari pada R, sehingga
3/ 2

( x 2+ R 2 )

2
= (x )

3/ 2

x 3 maka medannya berupa medan dipol :

B=

0 2 m
4 x3

Dengan :
m= AI =I R 2

Gambar 10. Pengurangan jarak kubus

Dengan m merupakan momen dipol simpal yang besarnya adalah perkalian antara
arus dan luasan simpal sedangkan arahnya adalah tegak lurus terhadap simpal yang diberikan
oleh kaidah tangan kanan.

Kemagnetan Bumi
Bumi dapat dianggap sebagai magnet yang sangat besar. Pernyataan tersebut pertama
kali dikemukakan oleh William Gilbert pada tahun 1600. Kutub utara magnet bumi berada
disekitar kutub selatan bumi, sedangkan kutub selatan magnet bumi berada di sekitar kutub
utara bumi. Karena bumi di anggap sebagai magnet maka dalam ruang di sekitar bumi
terdapat medan magnet.

Gambar 11 : Medan magnet bumi

22

M Earth 8.10 A m

5.105 T (0.5 G)

Medan magnet bumi dipermukaan :

Medan Magnet di Alam Semesta

pada orbit bumi

10 T ( 10G)

permukaan matahari

titik matahari

2 101 T ( 102103 G)
:
10

: 5.10 T ( 10 G)

Gambar 12. Matahari

neutron star
Magneter:

108 T ( 1012 G)

1011 T ( 10 15 G)

Gambar 13. Bintang neutron

Galactic field :

10 10 G
10
9
10 10 T

Gambar 14. Galaksi

Magnetisasi dan Magnetik dalam Bidang Material

Sifat-sifat magnetik atau besaran-besaran magnetik dan interaksi yang terjadi


antara besaran yang satu dengan besaran yang lain dan interaksi antara besaran magnetik
dan besaran listrik. Hasil interaksi yang ditimbulkan dapat menghasilkan tenaga atau energi
yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia adalah produk vektor antara arus listrik dengan
rapat fluks magnetik;energi torsi adalah produk vektor antara momen magnetik dengan
vektor rapat fluks magnet yang merupakan prinsip kerja dari motor-motor listrik. Besaranbesaran magnetik yang banyak dijumpai yaitu: fluks magnetik (m); rapat fluks magnetik
(B); intensitas medan magnetik (H); magnetisasi (M); momen magnetik; vektor energi torsi;
dan besaran-besarn yang berkiatan dengan sifat bahan atau medium adalah permeabilitas
absolut (), permeabilitas relatif (r), suseptibilitas magnetik.besaran magnetik yang
berkaiatan dengan komponen pasif adalah induktasi (L) dan induktansi timbal balik (M).
fluks magnetik (m), dalam satuan stndar internasional skala besar (MKS) dinyatakan dalam
satuan Weber (Wb) dan dalam skala kecil (CGS) dinyatakan dalam satuan Maxwell (Mz),
yaitu banyaknya garis-garis induksi yang melalui permukaan tegak lurus seluas A.
1

Pertimbangan yang ketat membutuhkan pendekatan mekanika kuantum


sehingga kita sederhanakan menjadi dua bagaian:

Gambar 15. Momen magnetik orbital dan momen magnetik berputar


Dengan Bohr magneton: B = 9.274 10-24 Am2
Magneton Bohr; Atom saat = momen orbital + momen berputar
Garis-garis fluks magnetik tidak berakhir dimuatan magnetik tetapi
garis-garis ini membentuk loop tertetup, dengan demikian, Hukum
Gauss medan magnetik adalah:
0

(m) =

B .d A
A

=0

Diamana :
B adalah vektor fluks magnetik, dengan satuan Wb/m2 atau Tesla (T)
dalam MKS;dan Mx/cm2 atau Gauss (Ga) CGS
dA adalah elemen luas (m2 atau cm2)
Fluks

magnetik m yang dipancarkan dari permukaan seluas A oleh

vektor rapat fluks magnetik B yang homogen atau serba sama adalah
0

(m) =

B .d A
A

Wb

Atau
(m) = B.A cos

Dengan:
B = vektor rapat fluks magnet serba sama (T), dA = vektor elemen luas
(m2)
2

Momen magnetik bersih dari volume V

Gambar 16. Volume momen magnetik


mtotal = mi
Magnetisasi - momen magnetik per satuan volume

M = mtotal /V
Vektor magnetisasi M didefinisikan sebagai jumlah vektor-vektor
momen magnetik yang dimiliki oleh masing-masing atom suatu bahan
(A/m2) per satuan volume (m3)
Permeabilitas relatif untuk berbagai ahan atau medium memiliki nilai
yang berbeda-beda, untuk bahan ferromagnetik keras r memiliki orde
103, untuk bahan ferromagnetik lunak ( bessi lunak, ferrit) nilainya lebih
kecil dari pada 100, untuk bahan paramagnetik r sekitar 1, sedangkan
untuk bahan diamagnetik nilainya lebih kecil dari pada 1. Udara dan
ruang vaku termasuk medium paramagnetik
3.

Dalam bahan magnetizable induksi (B) memiliki dua sumber :


1.Medan magnetik H ( eksternal sumber )
2.set saat atom internal yang menyebabkan magnetisasi M
Hubungan

antara vektor rapat fluks magnetik (B), dengan vektor

intensitas medan magnetik (H), dan vektor magnetisasi M : B = H =0


rrH = 0 (xm + 1)H, atau
B
0

=H+M

Dimana :
H = vektor intensitas medan mgnetik (A/m)
M = vektor magnetisasi (A/m)

permeabilitas absolut medium (H/m)

permeabilitas absolut ruang vakum = 12,57 x 10-7 H/m

r = permeabilitas relatif medium (tidak memiliki dimensi)


xm = r 1 = suseptibilitas magnetik (tidak memiliki dimensi)

Sifat Magnetik Batuan dan Mineral


Suatu bahan yang bersifat magnetik berada dalam pengaruh kuat medan magnet luar,
maka bahan tersebut akan termagnetisasi. Besarnya magnetisasi ini sebanding dengan momen
magnetik tiap volume. Magnetisasi yang dihasilkan sebanding dengan kuat medan yang
mempengaruhinya dan bergantung pada nilai suseptibilitas magnetik medium tersebut.
Suseptibilitas merupakan harga magnet suatu bahan terhadap pengaruh magnet, yang pada
umunya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan
mineral magnetik di dalam batuan, akan semakin besar harga suseptibilitasnya

Sifat magnetik batuan dipengaruhi oleh kandungan mineral dan atom-atom penyusun
batuan tersebut. Proses magnetisasi batuan beku terjadi pada saat batuan beku mengalami
pendinginan dan melewati temperatur Curie. Pada umumnya bersumber dari medan amgnet
bumi, namun pada beberapa kasus bersumber dari batuan sekitarnya.
Sifat magnetik material pembentuk batuan-batuan dapat dibagi menjadi :
1. Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom-atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron
berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap pasangannya. Jika mendapat
medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan
magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi mempunyai suseptibilitas negatif dan
kecil, dan suseptibilitasnya tidak tergantung pada medan magnet luar. Contoh : bismuth,
gypsun, grafit, marmer, kuarsa, garam.
2. Paramagnetik
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada
elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin yang sama. Jika
terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang
mengarah searah dengan medan tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen
magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu bahan tersebut

dapat dikatakan mempunyai sifat suseptibilitas positif dan sedikit lebih besar dari satu serta
suseptibilitasnya bergantung pada temperatur. Contoh : piroksen, olivin, biotit, dll.
3. Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron sehingga mudah
terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok
bahan berspin searah yang membentuk dipol-dipol magnet (domain) mempunyai arah sama,
apalagi jika di dalam medan magnet luar. Ferromagnetik bersifat suseptibilitasnya positif dan
jauh lebih besar dari satu serta bergantung pada temperatur. Contoh : besi, nikel, kobalt.
4. Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipol magnetik yang
saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara keseluruhan sangat kecil. Bahan
antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan magnet kecil dan
suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik. Sehingga suseptibilitasnya seperti
paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan titik Curie kemudian turun lagi menurut
5.

hukum Curie-Weiss. Contoh : hematite.


Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi jumlah dipol
pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai resultan magnetisasi cukup
besar. Suseptibilitasnya tinggi dan tergantung temperatur. Contoh : magnetit, ilmenit, pirhotit.

Gambar 17. Klarifikasi unsur atas sifat magnetiknya

Gambar 18. Tipe magnetisasi pada batuan.


Sifat Magnetik Bahan
Bahan atau medium dapat diklasifikasikan ke dalam 5 jenis sesuai dengan respon
magnetisasinya terhadap pengaruh kuat Medan magnet luar. Klasifikasi ini didasarkan atas
spin elektron dari atom penyusun medium tersebut, dimana elektron sebagai ion negatif yang
menghasilkan momen momen magnetik. Prinsip utama dari kemagnetan suatu medium
bergantung pada spin elektronnya. Jika elektron pada atom suatu medium berpasangan, maka
elektron tersebut tidak akan menarik garis-garis gaya magnetik luar dan sebaliknya. Spin
elektron inilah yang menentukan apakah suatu medium dapat dikatakan bersifat megnetik
atau tidak.
Berikut ini merupakan beberapa satuan magnet :

Gambar 19. Satuan Magnetik

Elektron dapat terikat pada inti atom melalui gaya tarik menarik Coulomb. Jika
jumlah elektron berbeda dari muatan listrik inti, atom tersebut dinamakan sebagai ion.
Perilaku elektron terikat yang seperti gelombang dideskripsikan menggunakan fungsi
matematika yang disebut orbital atom. Tiap-tiap orbital atom memiliki satu set bilangan
kuantumnya sendiri, yaitu energi, momentum sudut, dan proyeksi momentum sudut.
Elektron dapat berpindah dari satu orbital ke orbital lainnya melalui emisi ataupun
absorpsi foton yang energinya sesuai dengan perbedaan potensial antarorbital. Metode
perpindahan orbital lainnya meliputi pertumbukan dengan partikel elektron lain. Agar dapat
melepaskan diri dari atom, energi elektron haruslah ditingkatkan melebihi energi
pengikatannya. Ini terjadi pada efek fotolistrik, di mana foton yang berenergi lebih tinggi dari
energi ionisasi atom diserap oleh elektron.
Oleh karena elektron bermuatan, ia menghasilkan momen magnetik orbital yang
proposional terhadap momentum sudut. Keseluruhan momen magnetik sebuah atom adalah
setera dengan jumlah vektor momen magnetik orbital dan momen magnetik spin keseluruhan
elektron dan inti atom. Namun, momen magnetik inti sangatlah kecil dan dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan elektron. Momen magnetik dari dua elektron yang menduduki orbital
yang sama (disebut elektron berpasangan) akan saling meniadakan.
Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak
mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron akan
menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai nilai yang sama (n
= 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu bilangan kuantum spin(s)
harus mempunyai nilai berbeda (+1/2 atau -1/2).
Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron? Karena
jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin yang sama
dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas larangan Pauli dengan
demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap subkulit sama dengan dua
kali dari jumlah orbitalnya.

orbital s maksimal 2 elektron,

orbital p maksimal 6 elektron,

orbital d maksimal 10 elektron, dan

orbital f maksimal 14 elektron,

Karena satu orbital hanya ditempati 2 elektron, maka 2 elektron tersebut dibedakan
berdasarkan arah putaran (spin) yang berbeda atau dapat dinyatakan bahwa elektron itu
mempunyai bilangan kuantum spin berbeda.
Pertanyaan tentang berapa banyak elektron yang dapat menempati sebuah orbital
atomik seperti pada orbital 1s adalah masalah yang sangat penting dalam hubungannya
dengan spektra atomik dan sifat-sifat atomiknya. Solusi dari masalah ini diberikan oleh Pauli
pada tahun 1924 dan aturan ini disebut sebagai prinsip Pauli atau prinsip eksklusi Pauli.
Prinsip Pauli yaitu tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat
bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan
kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus
berlawanan.

Gambar 19. Spin menurut Pauli


Daftar Pustaka
Alonso, Marcelo dan Edward J. Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas Medan dan
Gelombang. Jakarta: Erlangga
Dosen Fisika ITS. Fisika Listrik-Magnet-Gelombang-Optika-Fisika Modern. Surabaya
Murjono. 1997. Elektromagnetika. Bandung: Erlangga
Loeksmanto, Waloejo. 1994 Medan Elektromagnet. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Suyoso. 2003. Listrik Magnet. Yogyakarta: Jica


Tipler, Paul A. (1996). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga
http://eprints.uny.ac.id/9399/3/BAB%202%20-%2008306141032.pdf
http://kemagnetan-ipa.blogspot.co.id/2015/09/bumi-merupakan-magnet-terbesar.html
https://www.scribd.com/doc/150491359/makalah-akhir-vcka-doc
http://Bab4.SifatKemagnetanBatuan.pdf

Anda mungkin juga menyukai