Skripsi Oke
Skripsi Oke
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditandai dengan adanya perubahan angka kematian dan angka kesakitan akibat
penyakit infeksius menjadi penyakit non infeksius. Hal ini terjadi karena
adanya era globalisasi yang mengubah pola hidup di masyarakat, mulai dari
diabetes melitus. Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular
yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan datang (Nurlaela, 2015).
regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang
1
2
kematian 1,26 juta orang (2,2%) dari sekitar 57 juta kematian di dunia dalam
Association (ADA, 2014) Diabetes melitus terbagi dalam beberapa tipe, yaitu
diabetes melitus yang lain. Diabetes tipe 2 jauh lebih sering daripada diabetes
tipe 1 (membentuk sekitar 90% dari semua kasus diabetes) dan biasanya
dengan angka kejadianya 138 juta kasus (8.5%). IDF memperkirakan pada
tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 205 juta
kasus karena perubahan gaya hidup di antara usia penderita DM 40-59 tahun
2010 sebanyak 8,7 juta dan akan meningkat menjadi 21,8 juta pada tahun
3
1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi
DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1%
(3,7%) dan paling rendah daerah Jawa Barat (0,5%). Prevalensi dari penderita
namun mulai umur >65 tahun cenderung menurun dan cenderung lebih tinggi
(RISKESDAS, 2013)
banyak terjadi dalam rentang usia 56-64 tahun dengan prevalensi sebesar
4,8%, angka ini menunjukkan bahwa Sumatera Barat masih menjadi salah satu
2014)
4
hiperosmoler non ketorik, koma lakto asiadosis dan komplikasi kronis yang
gengren diabetika dan disfugsi erektil diabetika, jika tidak segera ditangani
pemantauan kadar gula darah, terapi obat, perawatan kaki, dan latihan fisik
pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri (self care). Self care
Ketika self care tidak adekuat dan tidak dapat dipertahankan maka akan
5
pada klien diabetes melitus menjadi aktifitas yang begitu penting. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa self care pada pasien diabetes melitus dapat
pengetahuan yang banyak tentang perawatan dirinya (La Greca et al, 2004).
membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah prilaku yang tidak sehat
penciuman, rasa dan meraba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
kondisi penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama dengan kualitas hidup
tingkat pengetahuan kurang 42,9% dan pasien dengan kadar glukosa darah
wilayah Sumatera Barat. Berdasarkan data yang di dapatkan dari rekam medik
penderita diabetes melitus pada tahun 2016-2017 sebanyak 1.468 orang. Pada
tahun 2016 sebanyak 753 dengan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 400 orang
dan 2017 sebanyak 715 orang dengan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 435
orang. Dari jumlah diatas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya angka
hari mencapai 30 orang, dan melakukan konsul rutin ke poli penyakit dalam
B. Rumusan Masalah
pengetahuan dengan self care pasien Diabetes melitus di RSUD Dr. Achmad
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
diabetes melitus tipe 2 di poli penyakit dalam RSUD dr. Achmad Mochtar
hal yang penting dilakukan bagi pasien DM tipe 2, sehingga gula darah
diabetes.
2. Bagi Perawat
4. Bagi Pasien
5. Bagi Masyarakat
DM.
penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
pengetahuan dengan self care pada pasien DM tipe 2 di RSUD dr. Achmad
sampling . Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah terdiri dari data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi
menjadi pengaruh umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan secara
11
12
2. Klasifikasi Diabetes
muda). Namun karena ternyata diabetes ini juga dapat terjadi pada
orang dewasa, maka orang lebih suka memakai istilah diabetes tipe 1.
pemberian insulin dari luar. Oleh karena itu, istilah yang yang dipakai
semua diabetes.
menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak
diberikan dari luar dengan cara suntikan. Sampai sekarang, belum ada
diminum(Kurniadi, 2014)
13
orang dewasa, tetapi terkadang juga sering pada remaja. Penyebab dari
diabetes tipe 2 adallah insulin tidak dapat direspons dengan baik oleh
sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh tidak mau menerima glukosa yang dibawa
insulin, inilah yang disebut resitensi insulin. Resistensi insulin ini yang
life style karena selain faktor keturunan, juga disebabkan oleh gaya
Tabel 2.1
Perbedaan DM tipe 1 dan DM tipe 2
penghasil insulin
Sel β prankras rusak sehingga Sering terjadai resitensi insulin
tahun
Sumber : (Kurniadi, 2014)
penduduk miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakan jika ada 3 gejala
5) Diabetes sekunder
3. Patofisiologi
diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah menignkat dan terjadi
ambang batas gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum
meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi
insulin. Pada keadan normal insulin terikat oleh suatu reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat adanya ikatan insulin dengan reseptor
akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel.
2008)
dan terkumpulnya produksi ketone tubuh. Karena ini tipe DKA (Daibetik
mengatu kadar glukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi
kadarnya. Namun, jia sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatnya
4. Etiologi
1) Faktor genetik
18
2) Faktor imunologi
(Rendy, 2012)
sel.
tipe 2, adallah :
tahun)
2) obesitas
3) riwayat keluarga
6) Riwayat getasional DM
7) Kebiasaan diet
8) Kurang olahraga
2012)
1) Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering
dari pada biasanya, apalagi pada malam hari (poliuri), hal ini terjadi
sehingga gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine
yang keluar tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak
banyak dan buang air kecil pun menjadi sering. dalam keadaan normal,
urine akan keluar sekitar 1,5 liter perhari, tetapi pada penderita DM
yang tidak terkontrol dapat memproduksi lima kali dari jumlah itu.
Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau
dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi
Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir
bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian
21
rasa lapar.
4) Berat badan turun dan menjadi kurus. ketika tubuh tidak bisa
tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada didalam
gram glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori
5) Gejala lain. gejala lain yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan
selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit
8) kram,
9) kelelahan,
11) pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
12) kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,
13) pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg (Fatimah, 2015)
6. Faktor Resiko
22
1) Obesitas (Kegemukan)
2) Hipertensi
gen diabetes.
4) Dislipedimia
5) Umur
a. Diet
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT)
atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
c. Pendidikan Kesehatan
senam kaki
(Tarwoto, 2012)
d. Obat
makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula
1) Antidiabetik Oral
2) Insulin
(Fatimah, 2015)
26
insulin.
(4) Suhu
8. Komplikasi
2015)
2) Komplikasi kronis
a) Retinopati diabetika
2. Makroangiopati
3. Gengren diabetika
sembuh.
4. Komplikasi neurofatik
9. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan sekunder
untuk berobat.
c. Pencegahan tersier
kisara normal.
31
Margareth 2012)
seperti berikut :
Alligood, 2006).
(Muhlisin, 2010)
care diabetes diartikan sama dengan self management pada klien DM.
penuh bagi setiap klien diabetes ( Bai et al, 2009). Self care diabetes
peawatan kaki.
spesifik.
Self care requisites merupakan bagian dari teori self care Orem
(kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari kondisi yang dialami pasien).
self care requites ditujukan untuk memilihara ecukupan akan udara, air
kesejahteraan
hubungan sosial
tinggalnya.
diri.
(Sari, 2013). Self care pada dibetes mellitus merupakan program yang
tindakan self care untuk mengontrol glukosa darah. Tindakan yang dapat
a) Manajemen Diet
38
beberapa hal yaitu jumlah kalori yang dibutukan, jadwal makan yang
b) Latihan fisik
tekanan darah, serta mengurangi stress dan tekanan darah (Black &
Hawks. 2014).
apakah diabetes mellitus tipe 1 atau tipe II. (Black & Hawks. 2014).
2) Terapi insulin
kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemi oral tidak
behasil mengontrolnya.
e) Perawatan kaki
memilih alas kaki yang nyaman, serta mengecek bagian sepatu yang
a. Usia
positif terhadap self care diabetes. Semakin meningkat usia maka akan
yang akan dicapai jika klien melakukan aktivitas self care diabetes
b. Jenis Kelamin
klien yang berjenis kelamin laki-laki. Aktivitas self care diabetes harus
2005)
c. Sosial Ekonomi
42
bersifat positif dimana pada klien dengan status sosial ekonomi yang
tinggi maka perilaku self care diabetesnya akan meningkat (bai et al,
d. Lama Menderita DM
lama memilki skor self care diabetes yang lebih tinggi dibandingkan
dengan klien yang memiliki durasi DM lebih pendek ( Bai et al, 2009).
e. Aspek Emosional
terhadap perubahan kadar gula darah dan bosan dengan perawatan rutin
f. Motivasi
tipe 2 karena motivasi yang ada pada diri klien DM tipe 2 akan mampu
minimalkan.
Jika ditinjau dari segi perilaku, self care pada pasien diabetes
kesehatan baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
teori Lawrence Green (1980), Snehandu B. Kar (1983), dan WHO (1984)
sebagainya
Pengalaman Pengetahuan
Keyakinan Persepsi
Lingkungan Sikap Perilaku
Sosio-Budaya Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat
46
Gambar 2.1
Determinan Perilaku Manusia
C. Konsep pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
kesehatan adallah :
pencegahan penyakit )
tradisional.
2. Tingkat Pengetahuan
47
a. Tahu (know)
b. Memahami ( comprehension )
c. Aplikasi (aplikation)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis ( syntesis)
f. Evaluasi (evaluation)
a. Pendidikan
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, keluarga dan
b. Persepsi
c. Motivasi
d. Pengalaman
e. Informasi
pengetahuan sesorang.
4. Sumber-Sumber Pengetahuan
diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengn tanpa keraguan, dengan
ulama, orang yang dituakan. Apapun mereka katakan benar atau salah,
baik atau buruk, dan indah atau jelek. Pada umumnya diikuti
c. Pancaindera ( pengalaman )
D. Kerangka teori
50
Diabetes mellitus
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap Komplikasi DM
Kepercayaan
Keyakinan
Persepsi
Pengalaman
Nilai-nilai
Sosial budaya
Sosial Ekonomi
Faktor Pemungkin
Self care
Sarana prasarana
Pekerjaan
Lingkungan fisik/ geografis
BAB III
KERANGKA KONSEP
51
A. Kerangka Konsep
hubungan pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe II
Pengetahuan
B. Defenisi Operasional
51
52
C. Hipotesis Penelitian
Bukittinggi 2018.
BAB IV
METODE PENELITIAN
53
A. Desain Penelitian
penderita diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam RSUD Dr. Achmad
2010).
1. Populasi
2. Sampel
n= N 53
54
Nd2+1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
di tetapkan 10 %.
n= 435
435 (0.1)2 + 1
dari penelitian.
55
3. Teknik Sampling
(Notoatmodjo, 2010).
D. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Pengetahuan
dengan biaya hidup dan UMR yang rendah serta tingkat pendidikan yang
56
menjawab salah diberi nilai 1 dan jika responden menjawab tidak tau maka
diberi nilai 0.
(1 item).
57
Penilaian pada pertanyaan positif yaitu 0=0, 1=1, 2=2, 3=3, 4=4, 5=5, 6=6,
(2018) pada 30 orang pasien DM tipe 2 yang sedang rawat inap di RSUP
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
1) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
pembagian kuesioner.
58
2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari RSUD dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi.
dibawah ini :
E. Pengolahan Data
dan perbaikan isian formulir atau kuesioner yang telah diisi oleh
diberikan.
59
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
c. Processing(Memasukkan Data)
ada kesalahan atau tidak. Peneliti akan memeriksa data yang benar-benar
pada setiap variabel. data-data yang didapatkan oleh peneliti tidak ada
yang dibuang atau dihapus. Semua data yang didapatkan oleh peneliti
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivarat
0,0 sd < 0,2 sangat lemah, 0,2 sd < 0,4 lemah, 0,4 sd < 0,6 sedang, 0,6
b. Nilai p :
Jika p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dua
variabel yang diuji dan jika p > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan
c. Arah Korelasi
Positif (+) berarti searah, semakin besar nilai satu variabel semakin
besar pula nilai variable lainnya, dan jika negative (-) berarti
61
berlawanan arah, semakin besar nilai satu variable, semakin kecil nilai
variable lainnya.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
No Karakteristik Responden f %
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 50 61,7
b. Perempuan 31 38,3
2. Pendidikan
a. SMP/ sederajat 5 6,1
b. SMA/ Sederajat 51 63
c. Perguruan Tinggi 25 30,9
3. Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga 18 22,2
b. Petani/ Pedagang/ Buruh 33 10,7
c. PNS/ TNI/ Polri 11 13,6
d. Tidak bekerja 19 23,5
4. Status Pernikahan
a. Menikah 66 81,5
b. Janda/ Duda 15 18,5
5. Lama Menderita DM
a. < 1 tahun 12 14,8
b. 1 – 5 tahun 34 42
c. > 5 tahun 35 43,2
62
63
dari segi pekerjaan ditemukan mayoritas responden adalah tidak bekerja yaitu
B. Analisis Univariat
Tabel 5.2
Rata-rata Pengetahuan Responden Tentang Diabetes Mellitus
Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi
Tahun 2018
Variabel Mean SD Min – Max N
Pengetahua
36,6 6,01 25 – 48 81
n
Tabel 5.3
Rata-rata Pengetahuan Responden Tentang Diabetes Mellitus
Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi
Tahun 2018
Variabel Mean SD Min - Max N
adalah 33,6 dengan standar deviasi 7,37, skor self care terendah adalah 22
C. Analisis Bivariat
antara dua variabel atau lebih yang diduga saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan dengan Self Care pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018
Pearson
Variabel p-value N
correlation (r)
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 didapatkan nilai person correlation (r)
0,832 dan p-value = 0,000. Artinya terdapat hubungan yang positif dan
65
signifikan antara pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
sesuatu yang diketahui responden tentang diabetes mellitus dan hal ini
2012).
Wawan & Dewi (2010), yang menyatakan bahwa salah satu faktor internal
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu. Teori lain juga
66
67
dan Isnaeni (2017) tentang hubungan motivasi diri dan pengetahuan gizi
yang telah dilakukan oleh Fatmawati, dkk (2014) tentang faktor yang
berhubungan dengan aktivitas self care pada pasien diabetes mellitus tipe
mellitus.
diabetes mellitus yaitu kelebihan asumsi gula dan makanan yang manis
mellitus dan menghindari penggunaan kaos kaki yang sempit atau ketat
rasa di tangan dan jari-jari kaki, sering buang air kecil dan rasa haus
merupakan salah satu tanda dan gejala dibetes mellitus. Selain itu, pada
masih keliru tentang sekresi insulin yang berperan penting dalam kadar
menyatakan insulin dihasilkan oleh ginjal. Hal ini tentulah keliru karena
insulin pada dasarnya dihasilkan pancreas dan kerusakan sel-sel beta (β)
dengan baik yang pada akhirnya terjadi peningkatan kadar glukosa darah.
tentang diabetes mellitus, hasil temuan penelitian ini terlihat bahwa adanya
peran faktor tingkat pendidikan responden yang juga ikut berperan dalam
69
responden adalah 33,6 dengan standar deviasi 7,37, skor self care terendah
bahwa perilaku self care pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Achmad
berbagai faktor (Sari, 2013). Self care pada diabetes mellitus merupakan
tindakan self care untuk mengontrol glukosa darah. Tindakan yang dapat
(2011) self care merupakan tindakan yang dilakukan secara mandiri oleh
Sulistria (2013) tentang tingkat self care pasien rawat jalan diabetes
indikator pengukuran kadar gula darah dan perawatan kaki dan penelitian
perilaku self care pada pasien diabetes mellitus, khususnya dalam tindakan
diabetes mellitus.
self care yang baik bagi penderita diabetes mellitus, khususnya diabetes
kurang baik. Perilaku self care responden terlihat rendah pada aspek
mengontrol kadar glukosa darah dalam hal ini yaitu pengukuran kadar gula
darah, selain itu perilaku self care responden juga terlihat rendah pada
aspek perawatan kaki, yaitu tindakan dalam memeriksa alas kaki atau
sepatu untuk mencegah komplikasi luka kaki diabetes dan yang terakhir
perilaku self care responden juga terlihat rendah pada aspek latihan atau
berpendidikan tinggi.
baik, dimana perilaku self care responden terlihat tinggi pada aspek
B. Analisis Bivariat
dan signifikan antara pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan kekuatan hubungan sangat kuat dimana diapatkan nilai
satu faktor yang berperan penting dalam menentukan arah perilaku self care
73
penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang
Tengah 2 dan 2, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
tipe 2, secara statistik didapatkan nilai p = 0,019 dan penelitian yang telah
dilakukan oleh Risti dan Isnaeni (2017) tentang hubungan motivasi diri dan
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan diet DM pada
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktek self
self care pada penderita diabetes mellitus tipe II, dimana terlihat adanya
responden tentang self care dan diabetes mellitus. Begitu pula sebaliknya,
Pengetahuan yang baik tentang self care dan diabetes mellitus adalah
mengetahui dan memahami segala aspek yang berhubungan dengan self care
baik mampu membentuk perilaku sehat dalam hal ini adalah perilaku self care
yang baik pada penderita diabetes mellitus, karena pengetahuan yang baik
menunjukkan perilaku self care yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
selain faktor pengetahuan, perilaku self care pada pasien diabetes mellitus
juga dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya adalah faktor status pernikahan
memiliki pasangan (janda/ duda) yaitu perilaku self care terlihat lebih baik
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
2. Rata-rata self care responden diabetes mellitus tipe 2 adalah 33,6 dengan
care pada pasien diabetes mellitus dengan kekuatan hubungan sangat kuat,
B. Saran
pasien memiliki bahan bacaan terkait diabetes mellitus dan self care yang
76
77
mempengaruhi perilaku self care pada pasien diabetes mellitus tipe II.
3. Bagi Pasien
mellitus tipe 2.
perilaku self care pada pasien diabetes mellitus, karena berdasarkan hasil
care pada pasien diabetes mellitus tipe 2, diantaranya adalah faktor status