Cara Mencari Curah Hujan Yang Hilang
Cara Mencari Curah Hujan Yang Hilang
35
36
Dengan :
Px = Tinggi hujan yang dipertanyakan
PA, PB, Pc = Tinggi hujan pada stasiun disekitarnya
dXA, dXB, dXC = Jarak stasiun X terhadap masing – masing stasiun A,B,C
pengaruh system tersebut tidak terjadi perubahan lingkungan dan tidak terjadi
perubahan cara menakar selama pencatatan data tersebut dan sebaliknya.
Ketelitian hasil perhitungan dalam ramalan Hidrologi sangat diperlukan, yang
tergantung dari konsistensi data itu sendiri. Dalam suatu rangkaian data pengamatan
hujan, dapat timbul non-homogenitas dan ketidaksesuaian, yang dapat
mengakibatkan penyimpangan dalam perhitungan.
Non-homogenitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Perubahan letak stasiun.
b. Perubahan system pendataan.
c. Perubahan iklim.
d. Perubahan dalam lingkungan sekitar.
Uji konsistensi ini dapat diselidiki dengan cara membandingkan curah hujan
tahunan komulatif dari stasiun yang diteliti dengan harga komulatif curah hujan rata-
rata dari suatu jaringan stasiun dasar yang bersesuaian. Pada umumnya, metode ini
disusun dengan urutan kronologis mundur dan dimulai dari tahun yang terakhir atau
data yang terbaru hingga data terakhir.
Jika data hujan tidak konsisten karena perubahan atau gangguan lingkungan di
sekitar tempat penakar hujan dipasang, misalnya, penakar hujan terlindung oleh
pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, perubahan penakaran dan
pencatatan, pemindahan letak penakar dan sebagainya, memungkinkan terjadi
penyimpangan terhadap trend semula. Hal ini dapat diselidiki dengan menggunakan
lengkung massa ganda.
Kalau tidak ada perubahan terhadap lingkungan maka akan diperoleh garis
ABC berupa garis lurus dan tidak terjadi patahan arah garis, maka data hujan tersebut
adalah konsisten. Tetapi apabila pada tahun tertentu terjadi perubahan lingkungan,
didapat garis patah ABC’. Penyimpangan tiba-tiba dari garis semula menunjukkan
adanya perubahan tersebut, yang bukan disebabkan oleh perubahan iklim atau
keadaan hidrologis yang dapat menyebabkan adanya perubahan trend. Sehingga data
hujan tersebut dapat dikatakan tidak konsisten dan harus dilakukan koreksi.
Apabila data hujan tersebut tidak konsisten, maka dapat dilakukan koreksi
dengan menggunakan rumus :
40
Yz = Fk x Y
Fk = tan α
tan α0
Keterangan:
Yz : Data hujan yang diperbaiki, mm
Y : Data hujan hasil pengamatan, mm
Tgα : Kemiringan sebelum ada perubahan
Tg αc : Kemiringan setelah ada perubahan
Keterangan :
- Pola yang terjadi berupa garis lurus dan tidak terjadi patahan arah garis itu,
maka data hujan pos X adalah konsisten.
- Pola yang terjadi berupa garis lurus dan terjadi patahan arah garis itu, maka
data hujan pos X adalah tidak konsisten dan harus dilakukan koreksi.
2.4. Soal 2 dan Data
41
Soal 2 adalah lakukan estimasi data hujan yang hilang dan uji konsistensi data.
Data yang diketahui adalah pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Data Hujan Harian Maksimum Stasiun A, B, C, D
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
No. Tahun Hujan Hujan Hujan Hujan
A B C D
1 2000 267,0 252,9 238,9
2 2001 254,0 241,3 228,6 215,9
3 2002 324,0 307,8 291,6 275,4
4 2003 287,0 272,7 258,3 244,0
5 2004 235,0 223,3 211,5 199,8
6 2005 219,0 208,1 197,1
7 2006 301,0 286,0 270,9 255,9
8 2007 263,0 249,9 236,7 223,6
9 2008 194,0 184,3 174,6 164,9
10 2009 278,0 264,1 250,2 236,3
11 2010 321,0 305,0 272,9
12 2011 311,0 295,5 279,9 264,2
Keterangan :
Data yang hilang pada stasiun A
Data yang hilang pada stasiun C
Data yang hilang pada stasiun D
Data yang diasumsi adalah jarak antar stasiun. Jarak antar stasiun ini didasarkan
pada lampiran peta yang terdapat dalam soal. Berikut ini adalah jarak antar stasiun
hasil pengukuran. Satuan untuk jarak dibawah ini adalah Km.
POS A B C D
A 0 15 20 30
B 15 0 22,6 22,8
C 20 22,6 0 16,8
D 30 22,8 16,8 0
1 1 1
P +
2 B
P +
2 C
PD
(dXB) (dXC ) (dXD)2
Px =
1 1 1
+ +
( dXB) (dXC ) ( dXD)2
2 2
1 1 1
2
267+ 2
252,9+ 238,9
(15) (20) (30)2
PA =
1 1 1
+ +
(15) (20) (30)2
2 2
1 1 1
267+ 252,9+ 238,9
225 400 900
PA =
1 1 1
+ +
225 400 900
PA = 258,7 mm
Jadi, data yang hilang di stasiun hujan A pada tahun 2000 adalah 258,7 mm
1 1 1
2
321+ 2
305+ 272,9
(20) (22,6) (16,8)2
PC =
1 1 1
+ +
(20) ( 22,6) (16,8)2
2 2
1 1 1
321+ 305+ 272,9
499 511 282
PC =
1 1 1
+ +
499 511 282
PC = 284,3 mm
46
Jadi, data yang hilang di stasiun hujan C pada tahun 2010 adalah 284,3 mm
1 1 1
2
219+ 2
208,1+ 197,1
(30) (22,8) ( 16,8)2
PD=
1 1 1
+ +
(30) (22,8) (16,8)2
2 2
1 1 1
219+ 208,1+ 197,1
900 520 282
PD=
1 1 1
+ +
900 520 282
PD = 201,0 mm
Jadi, data yang hilang di stasiun hujan D pada tahun 2005 adalah 201,0 mm
47
2.5.4. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan mendapatkan nilai yang berbeda antara metode
“Normal Ratio Method” dan metode “Inversed Square Distance”. Jika pada metode
“Normal Ratio Method” hasil yang didapat adalah lebih kecil dari hasil perhitungan
menggunakan metode “Inversed Square Distance” hal ini dikarenakan ada faktor
jarak yang mempengaruhi. Jadi, dapat disimpulkan dalam mengestimasi hujan yang
hilang tidak hanya faktor tinggi hujan distasiun lain yang dipertimbangkan, namun
juga harus diperhatikan jarak antara stasiun yang diketahui dengan stasiun yang
dicari.
Data yang dipakai dalam Uji Konsistensi ini data berdasarkan analisa
menggunakan metode “Normal Ratio Method” karena data dalam perhitungan
menggunakan metode tersebut adalah asli atau tanpa asumsi.
3000.0
2500.0
Komulatif Stasiun A
2000.0
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 3000.0 3500.0
Komulatif Rerata Stasiun B,C,D
50
3000.0
2500.0
Komulatif Stasiun B
2000.0
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 3000.0 3500.0
Komulatif Rerata Stasiun A,C,D
3500.0
3000.0
2500.0
Komulatif Stasiun C
2000.0
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 3000.0 3500.0
Komulatif Rerata Stasiun A,B,D
3000.0
2500.0
2000.0
Komulatif Stasiun D
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 3000.0 3500.0
Komulatif Rerata Stasiun A,B,C
2.6.5. Kesimpulan
Berdasarkan grafik uji konsistensi stasiun A terhadap B, C, D. Maka dapat
disimpulkan bahwa data hujan konsisten, hal ini dikarenakan grafik berupa garis
lurus dan tidak terjadi patahan. Begitu juga yang terjadi pada grafik uji konsistensi
stasiun B terhadap A,C,D, grafik uji konsistensi stasiun C terhadap A,B,D, dan grafik
uji konsistensi stasiun D terhadap A,B,C.
Dalam grafik ini ditunjukkan bahwa garis teoritis atau linier yang ditunjukkan
dengan warna merah memiliki nilai yang sama dengan garis empiris yang
ditunjukkan dengan warna hitam, sehingga pola yang terjadi berupa garis lurus dan
tidak terjadi patahan arah garis. Jadi dapat disimpulkan data – data pada 4 stasiun
tersebut adalah konsisten.
Daftar Bacaan :
1. Limantara, L.M. , (2010). Hidrologi Praktis , CV. Lubuk Agung, Bandung
2. Joyce Martha dkk. Mengenal Dasar – dasar Hidrologi. Nova, Bandung
3. Soewarno, (2000). Hidrologi Operasional – Jilid Kesatu, Penerbit Citra Aditya
Bakti, Bandung