Anda di halaman 1dari 3

MASALAH PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Mengelompokkan berbagai permasalahan pertanian di Kabupaten Probolinggo


berdasarkan unsur pokok usahatani yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan.

A. Tanah

Tanah menjadi pokok pembahasan utama pertanian di Kabupaten Probolinggo dengan


masalah tentang kepemilikan lahan dan luas lahan. Kepemilikan lahan pertanian di Kabupaten
Probolinggo dengan luas lahan rata – rata < 0,5 Ha atau biasa disebut dengan petani gurem.
Lahan pertanian yang sempit bisa dikarenakan lahan pertanian tersebut merupakan warisan.
Sehingga lahan pertanian yang awalnya luas harus dibagi untuk dijadikan warisan. Lahan yang
sempit tersebut masih kurang efektif dan efisien untuk kelayakan usaha tani. Hal ini perlu
campur tangan pemerintah untuk menentukan batas minimal luas kepemilikan lahan. Sehingga
tidak ada ladi lahan pertanian yang sempit. Selain itu 210,32 Ha lahan pertanian kering
digunakan untuk pembangunan jalan tol Grati – Lec.es. Hal itu membuat luas lahan pertanian
semakin berkurang di Kabupaten Probolinggo. Sehingga akan berdampak terhadap produksi dan
produktivitas hasil bumi yang semakin menurun. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi
menjadi non pertanian seperti jalan tol, pabrik, perumahan, dan bangunan lainnya. Pemerintah
seharusnya membatasi bangunan yang dapat beralih fungsi dari lahan pertanian. Selain
pemerintah, seharusnya petani menjaga lahan pertaniannya dengan tidak menjual kepada
investor atau menjadikannya lahan non pertanian.

Permasalahan saat ini adalah semakin terbatasnya sumber daya air. Hampir semua kegiatan
yang ada adalah untuk mencari sumber-sumber air untuk irigasi pertanian. Lahan pertanian
semakin terbatas, karena penggunaan lahan beralih ke non pertanian dan kehutanan. Oleh karena
itu harus lebih banyak upaya intensifikasi lahan, dengan meningkatkan pengelolaan lahan dan
air.

B. Tenaga kerja

Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Probolinggo saat ini adalah kesulitan
mendapatkan tenaga kerja, dimana generasi muda yang ada sekarang ini tidak mau jika
melakukan pekerjaan yang berat, dan mereka minta upah kerja yang tinggi. Generasi muda di
Kabupaten Probolinggo lebih tertarik untuk keluar dari desa dengan cara merantau agar
mendapatkan pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik daripada Bertani. Generasi muda kurang
berminat untuk terjun dalam dunia pertanian, sehingga petani yang ada saat ini merupakan
mereka yang Bertani untuk bertahan hidup dan tidak memiliki pekerjaan lain yang bisa
dilakukan. Oleh karena itu diperlukan solusi agar generasi muda mau dan mampu untuk terjun
dalam dunia pertanian.

Salah satu solusi yang saya sarankan yaitu memperkenalkan pertanian melalui dunia
pendidikan. Berdasarkan pengalaman saya ketika menjadi salah satu volunteer di Thailand,
tepatnya di Hat Yai. Pengenalan tentang pertanian dilakukan melalui pendidikan saat mereka
sekolah di TK (taman kanak – kanak) hingga SMA (sekolah menengah atas). Mereka melakukan
kegiatan pertanian berupa menanam, menyiram, merawat dan memanen hasilnya. Mereka
melakukan kegiatan pertanian saat jam istirahat. Sehingga menjadi seorang petani bagi mereka
adalah hal yang menyenangkan. Prinsip warga Hat Yai yaitu menanam, memetik, memanen,
mengkonsumsi dan menjual. Menurut mereka, orang yang terpandang atau orang kaya yaitu
orang yang memiliki halaman luas untuk kegiatan pertanian, bukan sekedar rumah yang bagus.
Hampir setiap rumah memiliki halaman untuk dijadikan lahan pertanian. Mereka menanam dan
merawat tanamannya secara mandiri dan hasilnya diutamakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
Jika ada hasil panen yang berlebih, maka mereka akan membawa hasil panennya ke pasar untuk
dijual. Jika pertanian sudah diajarkan melalui dunia pendidikan, maka untuk menjadi seorang
petani bukanlah hal yang tidak mungkin lagi.

Secara umum penggunaan teknologi budidaya tanaman di Kabupaten Probolinggo masih


belum merata, misalnya metode jajar legowo belum dilaksanakan secara menyeluruh. Kelompok
penanam padi masih belum mau mengubah tradisi cara menanam sehingga menyulitkan alih
teknologi. Adanya kelompok-kelompok petani yang berusaha di offarm maka diharapkan bisa
memperkuat bidang pertanian. Diharapkan permasalahan-permasalahan dalam berbudidaya
dalam diselesaikan secara kelompok. Misalnya kebutuhan pupuk organik dapat dipenuhi oleh
kelompok, dimana kelompok tersebut dapat memproduksi pupuk organik yang sesuai dengan
kondisi lokal, selain itu diharapkan ada perputaran ekonomi di lokasi tersebut.

C. Modal

Masalah dalam permodalan petani juga sangat penting, karena modal merupakan salah satu
faktor utama dalam usaha tani. Petani di Kabupaten Probolinggo juga mengalami permasalahan
dalam ketersediaan modal, sehingga petani harus meminjam ke tengkulak, koperasi, ataupun
bank. Selain itu, lahan yang sempit juga akan membuat petani untuk menyediakan banyak
modal. Petani di Kabupaten Probolinggo kesulitan untuk mereka meminjam ke Bank,
dikarenakan prosedur dan jaminan yang tidak bisa mereka penuhi. Sehingga solusi untuk
memperkuat permodalan petani yaitu dengan membuat kelompok tani agar pengeluaran tidak
sebanyak saat modal sendiri. Adanya kelompok tani ini bisa dijadikan jalan keluar untuk masalah
permodalan petani dikarenakan penggunaan dan modal bersama akan lebih efektif dan efisien.
Selain itu, kelompook tani juga akan mendapat beberapa bantuan dari pemerintah termasuk alat
pertanian. Hal itu membuat kelompok tani bisa menggunakan bantuan pemerintah tersebut secara
bersama. Bantuan dari pemerintah untuk kelompok tani dapat berupa alat pertanian, bibit,
penyuluhan dan juga pasar hasil pertanian.

D. Pengelolaan

Permasalahan yang terjadi di Kabupaten Probolinggo mengenai pengelolaan (manajemen)


dalam pertanian yaitu kurang teliti dalam setiap prosesnya. Petani kurang teliti dikarenakan
mereka tidak pernah mencoba hal baru, petani hanya menggunakan teknik bertani secara turun
menurun. Selain itu, rata – rata petani di Kabupaten Probolinggo memiliki pendidikan dan
pengalaman yang terbatas, serta tidak dapat menerima hal baru tentang teknologi. Sehingga
dalam mengelola pertaniannya dianggap kurang efektif dan efisien. Solusi dari masalah tersebut
yaitu melakukan penyuluhan, agar pemerintah bisa mengajarkan hal baru kepada petani. Hal itu
diharapkan agar petani bisa memutus rantai teknik pertanian secara turun menurun yang kurang
efektif dan efisien. Selain itu, petani juga butuh diberi pengetahuan lebih tentang komoditas yang
cocok ditanamn di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai