Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA


PROVINSI RIAU

GAMBARAN PAGU ANGGARAN TERHADAP REALISASI BELANJA DI


KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI RIAU DARI TAHUN 2016-2019

Disusun Oleh :
Lisa Zulia Ramdani
NIM 1603136892

Dosen Pembimbing:
Drs. Harison, M.Si

PROGRAM STUDI STATISTIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI RIAU

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Drs. Harison, M.Si


NIP. 19610914 198903 1003

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Statistika
Jurusan Matematika FMIPA UNRI

Rustam Efendi, M.Si


NIP. 19670612 199702 1 001
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI RIAU

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan

Firman, S.Si, M.S.E

Mengetahui,
Kepala Subbagian Perencanaan dan Keuangan

Drs. H. Muliardi, M.Pd

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Satuan Kerja (Satker) adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang

yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang

melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program.

Satuan Kerja dibentuk untuk menyelenggarakan fungsi tertentu pemerintahan. Untuk

membiayai pelaksanaan fungsi tersebut, pemerintah menyediakan alokasi dana melalui

mekanisme penganggaran. Dalam mekanisme ini, satker dituntut dapat menyusun rencana

kerja dan anggarannya secara jelas, terencana dan berkesinambungan (expenditure

framework) dalam menghasilkan layanan bagi masyarakat (public services).

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja disusun dalam satu kesatuan dokumen

yang secara komprehensif memuat rencana kegiatan satker, rencana kebutuhan dana untuk

mendukung kegiatan tersebut, dan rencana/prakiraan penerimaan setoran penerimaan negara

bukan pajak (jika ada) yang akan dilakukan dalam periode satu tahun anggaran. Pada tahap

pelaksanaan anggaran, dokumentasi tersebut secara formal disusun dalam suatu Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran. Untuk keperluan manajerial, secara lebih detail dapat disusun

Petunjuk Operasional Kegiatan atau catatan berupa kartu pengawasan sesuai keperluan.

Dokumentasi anggaran dimaksud secara komprehensif harus dapat menggambarkan

dengan jelas keseluruhan rangkaian kegiatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut penting untuk

menjamin terlaksananya disiplin anggaran baik dalam konteks penyediaan uang, pencapaian

hasil, maupun pengendalian penggunaan sumber daya pada umumnya. Melalui kejelasan

dokumentasi, pengendalian intern akan dapat berjalan secara mandiri di lingkup tiap satker.

Di sisi lain, Bendahara Umum Negara dapat memperoleh manfaat berupa peningkatan
akurasi dalam penyediaan kas untuk mendukung realisasi pembayaran atas penyelesaian

kegiatan tiap satker.

Kejelasan dan kesatuan dokumentasi perencanaan yang baik dapat menekan risiko

inefisiensi dalam penggunaan sumber daya pada umumnya. Dengan demikian masalah yang

kerap terjadi di lingkup satker berupa kekurangan sumber daya terutama dalam konteks

penyediaan kas seperti Uang Persediaan dapat dihindari. Dalam konteks ini, dengan

pemanfaatan teknologi informasi secara baik, bahkan perdebatan mengenai fungsionalisasi

keberadaan bendahara pun akan dapat menemukan solusinya.

Untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan anggaran, pimpinan satker perlu

menyelenggarakan distribusi kewenangannya sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.

Mekanisme check and balance yang sehat yang terbangun antara Pejabat Pembuat Komitmen

dengan Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar memungkinkan pimpinan satker

mengendalikan pelaksanaan kegiatan, penganggaran, dan pengelolaan sumber daya lainnya

secara lebih mudah dan dapat dipertanggungjawabkan. Berjalannya mekanisme ini secara

baik dapat meningkatkan ketaatan para pejabat terhadap norma dan standar yang secara

otomatis dapat meringankan tugas pengawasan.

Dalam sebuah Satuan Kerja tentu saja akan ada dana yang akan di belanjakan yang

disebut dengan Pagu Anggaran dan Realisasi dari belanja pemerintah tersebut. Pagu

Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja pemerintah pusat

dan/atau pembiayaan anggaran dalam APBN. pagu dibagi menjadi tiga termin. Pagu Indikatif

ditetapkan pada bulan Maret, pagu anggaran (sementara) ditetapkan bulan Juli, sedangkan

yang terakhir adalah alokasi anggaran (pagu definitif) ditetapkan pada bulan November.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi realisasi belanja


2. Mengetahui perbandingan anggaran belanja melalui grafik

3. Mengetahui perbandingan realisasi belanja dengan anggaran belanja melalui grafik

1.3 Manfaat

Laporan ini diharapkan dapat memberikan solusi bagaimana hubungan antara pagu

anggaran dengan realisasi belanja satuan kerja yang ada di Kementerian Agama Provinsi

Riau serta apa yang mempengaruhi realisasi anggaran dan pagu anggaran.

BAB II
DESKRIPSI UMUM INSTANSI/PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau

Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau adalah salah satu Kantor Wilayah

Departemen Agama Provinsi di bawah Departemen Agama RI (Pusat). Salah satu tugas

pokoknya adalah melakukan pembinaan dan pelayanan di bidang agama dan keagamaan di
Provinsi Riau, sekaligus berfungsi melakukan dan menjabarkan kebijakan Menteri Agama RI

di Provinsi Riau. Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau, merupakan instansi

vertikal Departemen Agama (tidak termasuk yang diotonomikan), berada di bawah dan

bertanggungjawab langsung kepada Menteri Agama. Oleh karena itulah, maka setiap

kebijakan yang dilakukannya harus senantiasa pada garis dan rel yang telah ditetapkan oleh

Menteri Agama dan sekaligus mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan kepada

Menteri Agama. Meskipun Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau merupakan

instansi vertikal, namun bukan berarti Kantor Wilayah Departemen Agama hanya mengurusi

tugas-tugas pemerintah pusat semata, namun juga mengurusi tugas-tugas yang bersifat

kedaerahan, sebab pada kenyataannya Kantor ini membina dan melayani kepentingan-

kepentingan orang daerah. Oleh karena itulah, maka koordinasi antara Kepala Kantor

Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini

Gubernur Riau, senantiasa dilakukan, sehingga kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah

khususnya dalam bidang pembangunan agama dan keagamaan, sesuai dan sinkron dengan

kebijakan pemerintah pusat. Kantor Wilayah Departemen Agama adalah merupakan kantor

yang hampir sama dengan sebuah pemerintahan, sebab Kantor Wilayah ini pada

kenyataannya mengurusi seluruh kepentingan manusia sejak lahir sampai dengan masuk

kubur. Tugas-tugas kedinasannya, bersintuhan langsung dengan tugas-tugas kedinasan

lainnya. Sebagai contoh, penyelenggaraan ibadah haji. Ibadah haji bersintuhan dengan tugas

kedinasan lainnya, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Keimigrasian, Keamanan,

Ketertiban, dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah, tidak salah apabila ada yang mengatakan, Kepala Kantor Wilayah

Departemen Agama itu adalah Gubernur Agama. Sebab harus diakui bahwa, dalam

kenyataannya, Kepala Kantor ini mengurusi semua kepentingan masyarakat, sejak lahir

sampai dengan meninggal dunia.


Berdasarkan catatan dan data-data yang didapat, pada bulan Juni 1946 yakni setelah

beberapa bulan Indonesia Merdeka dan kurang lebih 6 bulan setelah terbentuknya

Depertemen Agama di Pusat ( tangggal, 3 Januari 1946 ), maka Residen Riau pada waktu itu

menunjuk Sdr. H. Bakri Sulaiman untuk membentuk Kantor Jawatan Agama Tingkat

Keresidenan yang berkedudukan di Tanjung Pinang. Berdasarkan perintah tersebut H. Bakri

Sulaiman mulai mencari personalia yang akan ditunjuk sebagai pendamping dalam

melaksanakan tugas yang baru, maka disusunlah personalia sebagai berikut :

1. M. Yatim D ditunjuk sebagai sektretaris; 2. H. Muhammad Syech diserahkan sebagai

Kepala Bagian Pengadilan Agama; 3. Mahmud Thoib diangkat sebagai Kepala Bagian

Pendidikan Agama; 4. Muhammad Nur sebagai Kepala Penerangan Agama; Penunjukan ini

tidak disertai dengan Surat Keputusan. Penyebab penunjukan mereka ini tidak disertai

dengan surat keputusan oleh karena H.Bakri Sulaiman sendiri ketika itu belum dikukuhkan

dengan Surat Keputusan. Dia ( H. Bakri Sulaiman ) baru mendapat pengukuhan seminggu

setelah diterima Residen Riau. Surat Keputusan itu dikeluarkan oleh Gubernur Sumatera Mr.

Tengku M. Hasan yang berkedudukan di Medan, tertanggal, 16 Juli 1946. Nomor tidak bisa

diketahui, Surat Keputusan tersebut hilang di zaman Revolusi Fisik. Dengan keluarnya Surat

Keputusan tersebut, maka secara resmi terbentuklah Jawatan Agama Daerah Riau yang

langsung dipimpin oleh H. Bakri Sulaiman.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi berkedudukan di provinsi, berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama. Kantor Wilayah Kementerian Agama

provinsi mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam

wilayah provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Agama dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah Kementerian menyelenggarakan fungsi:


a. perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan teknis di bidang pelayanan dan

bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di provinsi;

b. pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang haji dan umrah;

c. pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan madrasah, pendidikan

agama dan keagamaan;

d. pembinaan kerukunan umat beragama;

e. perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi;

f. pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi program;

dan

g. pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan lembaga

masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian di provinsi.

Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berkedudukan di kabupaten/kota,

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Agama. Kantor Kementerian Agama mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi

Kementerian Agama dalam wilayah kabupaten/kota berdasarkan kebijakan Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Agama provinsi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2 Visi Dan Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau

Adapun Visi dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau adalah

“Terwujudnya masyarakat Provinsi Riau yang Taat Beragama, Handal, Rukun, Cerdas dan

Mandiri”. Sedangkan Misi dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau yaitu:

1. Mewujudkan Masyarakat Yang Taat Menjalankan Ajaran Agamanya,

2. Meningkatkan Tatanan Masyarakat Yang Rukun Dan Toleran,

3. Meningkatkan Mutu Dan Memperluas Akses Pendidikan Madrasah, Pendidikan

Agama, Dan Pendidikan Keagamaan Yang Handal Dan Kompetitif,


4. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat,

5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Transparan Dan Akuntabel.

2.3 Struktur Organisasi dan Uraian Kerja

A. Struktur Organisasi

B. Uraian Kerja

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No 18 Tahun 1975 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama, maka Departemen Agama untuk Provinsi

Riau terdiri dari :

1. Kantor Wilayah Departemen Agama;

2. Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya;

3. Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 ( yang disempurnakan ) tanggal, 16 April

1975, maka Susunan Organisasi sesuai dengan Tipology IV Kantor Wilayah Departemen

Agama Provinsi Riau terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha;

2. Bidang Urusan Agama Islam;

3. Bidang Pendidikan Agama Islam;

4. Bidang Penerangan Agama Islam;

5. Bidang Urusan Haji;

6. Pembimbing Masyarakat ( Kristen ) Protestan;

7. Pembimbing Masyarakat Katholik.

8. Pembimbing Masyarakat Hindu dan Buddha;


9. Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya;

10. Kantor Urusan Agama Kecamatan;

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 45 Tahun 1981 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi, Provinsi Riau

termasuk dalam Tipology IV, terdiri dari ;

1. Bagian Sekretariat;

2. Bidang Urusan Agama Islam;

3. Bidang Penerangan Agama Islam;

4. Bidang Urusan haji;

5. Bidang Pembinaan Pendidikan Agama Islam;

6. Bidang Pembinaan Perguruan Agama Islam;

7. Pembimbing Masyarakat ( Kristen ) Protestan;

8. Pembimbing Masyaraka Khatolik;

9. Pembimbing Msyarakat Buddha;

10. Pembimbing Masyarakat Hindu;

11. Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kotamadya;

12. Kantor Urusan Agama Kecamatan

Untuk Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadaya Se Provinsi Riau termasuk

Tipology IX (kecuali Kantor Depertemen Agama Kotamadya Batam), dengan stuktur terdiri

dari:

1. Subbag Tata Usaha;

2. Seksi Agama Islam;

3. Seksi Penerangan Agama Islam;

4. Penyelenggara Haji;

5. Seksi Pendidikan Agama Islam;


6. Seksi Perguruan Agama Islam.

Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau mengalami perubahan struktur

sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota, dengan Tipology I A, terdiri dari ;

1. Bagian Tata Usaha;

2. Bidang Urusan Agama Islam;

3. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf;

4. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam;

5. Bidang Pendidikan Keagamaan Pondok Pesantren;

6. Bidang Pendidikan Agama dalam masyarakat dan pemberdayaan masjid;

7. Pembimbing Masyarakat Kristen;

8. Pembimbing Masyaraka Katolik;

9. Pembimbing Msyarakat Hindu;

10. Pembimbing Masyarakat Buddha;

11. Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;

12. Kantor Urusan Agama Kecamatan

Seperti yang dijelaskan diatas Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan

pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh Satuan Organisasi dan/atau Satuan Kerja

di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. Bagian Tata Usaha juga

memiliki tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan

pelayanan dan pembinaan administrasi keuangan dan barang milik negara di lingkungan

kantor wilayah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Agama dalam melaksanakan tugas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan

fungsi:
1. koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta laporan;

2. pelaksanaan urusan keuangan;

3. penyusunan organisasi dan tata laksana;

4. pengelolaan urusan kepegawaian;

5. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;

6. pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama;

7. pelayanan informasi dan hubungan masyarakat; dan

8. pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan pengelolaan

barang milik/kekayaan negara pada Kantor Wilayah Kementerian Agama.

Dalam melaksanakan tugasnya Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi

Perencanaan di bidang kepegawaian, keuangan dan inventaris kekayaan Negara, organisasi

dan tatalaksana, hukum dan hubungan masyarakat, kerukunan umat beragama, informasi

keagamaan, administrasi perkantoran, dan kerumahtanggaan; Pelaksanaan pembinaan dan

koordinasi di bidang kepegawaian, keuangan dan inventaris kekayaan negara, organisasi dan

tatalaksana, hukum dan hubungan masyarakat, kerukunan umat beragama, informaasi

keagamaan, administrasi perkantoran dan kerumahtanggaan; Evaluasi dan pelaporan di

bidang kepegawaian, keuangan dan inventaris kekayaan Negara, organisasi dan tatalaksana,

hukum dan hubungan masyarakat, kerukunan umat beragama, informasi keagamaan,

administrasi perkantoran, dan kerumahtanggaan serta koordinator penyelesaian tindak lanjut

hasil pengawasan.

1. Kepala Bagian Tata Usaha: HM. Saman, S. Sos, M. SI

2. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan: H. Anasri, S.Ag, M.Pd. Mempunyai tugas

melakukan pelayanan dan pembinaaan di bidang penyusunan, pengendalian rencana

program/anggaran, pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan pengembangan

sistem Informasi Keagamaan.


3. Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana dan Kepegawaian: Drs. H. Efrion Efni,

M.Ag. Mempunyai tugas melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang penyusunan

bahan kebijakan, pengembangan organisasi dan tatalaksana, evaluasi kinerja organisasi

dan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan, serta pengelolaan perencanaaan,

pembinaan dan pelayanan kepegawaian.

4. Sub Bagian Informasi dan Hubungan Masyarakat: H. Darwison, MA. Mempunyai

tugas melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang informasi dan hubungan

masyarakat.

5. Sub Bagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama: Drs. H. Saifunnajar, MM,

MH. Mempunyai tugas melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang penyiapan

peraturan perundang-undangan, penyiapan bahan penyelesaian kasus, hubungan

masyarakat, keprotokolan dan pembinaan kerukunan umat beragama.

6. Sub Bagian Umum: Drs. Alfiyan, M.Ag. Mempunyai tugas melakukan pelayanan dan

pembinaan di bidang urusan tata usaha, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga.
BAB III
DESKRIPSI UMUM PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek ini dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementerian Agama

Provinsi Riau bagian Tata Usaha, Subbagian Perencanaan dan Keuangan oleh

mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dari Universitas Riau pada

7 Oktober 2019 sampai dengan 29 November 2019. Dengan ketentuan jam kerjanya

sebagai berikut:

Senin-Kamis : Pukul 07.30-16.00

Istirahat : Pukul 12.00-13.00

Jumat : Pukul 07.30-16.30

Istirahat : Pukul 12.00-13.30

Sabtu-Minggu : Libur

3.2 Metodologi Penyelesaian Tujuan Kerja Praktek

Data yang digunakan dalam laporan ini yaitu laporan keuangan per satuan kerja di

kantor wilayah kementerian agama yang berisi anggaran belanja dan realisasi belanja dari

tahun 2016-2019 dan membandingkannya melalui grafik. Variabel yang digunakan yaitu

pagu anggaran per satuan kerja di kantor wilayah kementerian agama sebagai variabel respon

(Y) dan variabel prediktor (X) yaitu realisasi belanja per satuan kerja di kantor wilayah

kementerian agama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Belanja


Dalam sebuah SATKER ada dua jenis belanja yaitu Pagu Anggaran dan Realisasi

Belanja. Faktor yang mempengaruhi realisasi belanja yaitu jenis belanja dan jenis satuan

kerja. Adapun jenis belanja berupa:

1. Belanja Pegawai yang mencakup gaji, tunjangan kinerja, tunjangan profesi bagi

pegawai non PNS, uang makan, dll

2. Belanja Barang merupakan Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang

habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang

tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau

dijual kepada masyarakat di luar kriteria belanja bantuan sosial serta belanja

perjalanan. Belanja ini dipergunakan untuk

a. Belanja Barang Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang

habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu

satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat internal. Jenis pengeluaran

terdiri dari antara lain :

1. Belanja keperluan perkantoran;

2. Belanja pengadaan bahan makanan;

3. Belanja penambah daya tahan tubuh;

4. Belanja bahan;

5. Belanja pengiriman surat dinas;


6. Honor yang terkait dengan operasional Satker ;

7. Belanja langganan daya dan jasa (ditafsirkan sebagai Listrik, Telepon, dan

Air) termasuk atas rumah dinas yang tidak berpenghuni;

8. Belanja biaya pemeliharaan gedung dan bangunan (ditafsirkan sebagai

gedung operasional sehari-hari berikut halaman gedung operasional);

9. Belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin (ditafsirkan sebagai

pemeliharaan aset yang terkait dengan pelaksanaan operasional Satker

sehari-hari) tidak termasuk biaya pemeliharaan yang dikapitalisasi;

10. Belanja sewa gedung operasional sehari-hari satuan kerja;

11. Belanja barang operasional lainnya yang diperlukan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

b. Belanja Barang Non Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang

habis pakai dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu satuan kerja dan

umumnya pelayanan yang bersifat eksternal. Jenis pengeluaran terdiri antara lain :

1. Honor yang terkait dengan output kegiatan;

2. Belanja operasional terkait dengan penyelenggaraan administrasi kegiatan

di luar kantor, antara lain biaya paket rapat/pertemuan, ATK, uang saku,

uang transportasi lokal, biaya sewa peralatan yang mendukung

penyelenggaraan kegiatan berkenaan;

3. Belanja jasa konsultan;

4. Belanja sewa yang dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja;

5. Belanja jasa profesi;

6. Belanja biaya pemeliharaan non kapitalisasi yang dikaitkan dengan target

kinerja;

7. Belanja jasa;
8. Belanja perjalanan;

9. Belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi;

10. Belanja barang penunjang kegiatan tugas pembantuan;

11. Belanja barang fisik lain tugas pembantuan;

12. Belanja barang non operasional lainnya terkait dengan penetapan target

kinerja tahun yang direncanakan.

3. Belanja Modal mencakup Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau

menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya

yang ditetapkan pemerintah.

Sedangkan jenis Satuan kerja yaitu Sekretaris Jenderal (SETJEN), Bimbingan

Masyarakat Islam (BIMAS ISLAM), Pedidikan Islam (PENDIS), Bimbingan

Masyarakat Kristen (BIMAS KRISTEN), Bimbingan Masyarakat Katolik (BIMAS

KATOLIK), Bimbingan Masyarakat Hindu (BIMAS HINDU), Bimbingan Masyarakat

Buddha (BIMAS BUDDHA), Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU). Realisasi belanja

akan berubah setiap hari sedangkan Pagu tidak selalu setiap hari berubah.

4.2 Perbandingan Anggaran Belanja Melalui Grafik

Anggaran belanja merupakan hal yang penting dalam sebuah instansi/perusahaan, jika

tidak ada anggaran biaya maka sebuah instansi/perusahaan tidak bisa mengestimasi biaya

yang di keluarkan oleh suatu instansi/perusahaan, dalam laporan ini penulis akan

membandingkan anggaran belanja per satuan kerja di kantor wilayah di kementerian agama

dari tahun 2016-2019, melalui grafik dibawah ini:

Sekretariat Jenderal
DIPA Program Setjen
30000000

25000000

20000000

15000000

10000000

5000000

0
2016 2017 2018 2019

Bantuan sosial Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Bel Modal

Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam

DIPA Program Bimas Islam


90,000,000
80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Pendidikan Islam


DIPA Program Pendidikan Islam
700,000,000

600,000,000

500,000,000

400,000,000

300,000,000

200,000,000

100,000,000

-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Bimbingan Masyarakat Kristen

DIPA Program Bimas Kristen


18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Bimbingan Masyarakat Katolik


DIPA Program Bimas Katolik
6,000,000

5,000,000

4,000,000

3,000,000

2,000,000

1,000,000

-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Bimbingan Masyarakat Hindu

DIPA Program Bimas Hindu


1,600,000

1,400,000

1,200,000

1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Bimbingan Masyarakat Buddha


DIPA Program Bimas Buddha
8,000,000

7,000,000

6,000,000

5,000,000

4,000,000

3,000,000

2,000,000

1,000,000

-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai (51) Bel Brg Opr Bel Brg NonOpr


Belanja Modal Bantuan Sosial

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah

DIPA Program Penyelenggaraan Haji dan Umrah


9,000,000
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
2016 2017 2018 2019

Belanja Pegawai Bel Brg Opr Bel NonOpr Belanja Modal Bantuan Sosial

Grafik diatas menunjukan anggaran DIPA Ditjen setiap tahunnya, dapat dilihat bahwa

anggaran belanja yang selalu tinggi adalah Belanja Pegawai, tapi ada beberapa Ditjen yang

anggaran belanjanya melebihi anggaran belanja pegawai seperti Ditjen Bimbingan

Masyarakat Hindu. Pada Ditjen ini anggaran belanja yang tertinggi yaitu belanja non

operasional dan beberapa Ditjen lainnya juga mengalami ketimpangan yang sama seperti

Ditjen Bimas Hindu, ada juga beberapa Ditjen yang tidak menerangkan bantuan sosial

tahunannya dan belanja modal tahunannya.


4.3 Perbandingan Realisasi Belanja Dengan Anggaran Belanja Melalui Grafik

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Di instansi/perusahaan tempat praktikan kerja praktek, praktikan mendapatkan

pengetahuan yang cukup luas bagaimana bekerja di sebuah instansi/perusahaan.

Praktikan melaksanakan kerja praktek (KP) di Kantor Wilayah Kementerian Agama

Provinsi Riau di Subbagian Perencanaan dan Keuangan, praktikan juga mendapat

wawasan mengenai aplikasi input keuangan Online Monitoring SPAN yang di gunakan

di kantor wilayah kementerian agama provinsi riau, yaitu Aplikasi berbasis WEB yang

dapat diakses melalui jaringan Intranet dan Internet yang digunakan untuk melakukan

monitoring transaksi SPAN dan menyajikan reporting sesuai kebutuhan. Adapun tugas-

tugas yang dikerjakan praktikan, yaitu:

1. Membuat rekap pagu anggaran belanja.

2. Membuat perbandingan anggaran belanja.

3. Membuat realisasi belanja per satuan kerja.

4. Mengarsipkan dokumen.

5.2 Saran

Di bawah ini adalah saran dari praktikan untuk kerja praktek selanjutnya:

1. Bagi mahasiswa kerja praktek selanjutnya memilih instansi/perusahaan yang

jarang di datangi mahasiswa, agar instansi/perusahaan bisa menjalin kerjasama

dengan Fakultas

2. Bagi mahasiswa kerja pratek selanjutnya lebih dahulu mencari informasi

tentang instansi/perusahaan yang akan ditujukan untuk kerja praktek

3. Setelah memulai kerja praktek di instansi/perusahaan mahasiswa kerja praktek

selanjutnya sebaiknya lebih banyak berkomunikasi dengan karyawan/I di

instansi/perusahaan.
4. Pihak Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya

memberikan fasilitas bagi mahasiswa untuk mencari tempat kerja praktek, agar

mahasiswa lebih mudah dalam pencarian tempat kerja praktek.

5. Bagi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau, untuk di masa yang

akan datang dapat memudahkan mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktek

dan dapat menjalin kerjasama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

6. Diharapkan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau bisa

memberikan tugas dan kepercayaan terhadap praktikan yang akan

melaksanakan kerja praktek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ekonomi, Fakultas, and Universitas Negeri Jakarta. 2017. “Laporan Praktik Kerja

Lapangan Bagian Keuangan Pada Pt Perentjana Djaja.”

2.

Anda mungkin juga menyukai