Anda di halaman 1dari 21

Illustrasi Strategic Planing

PENINGKATAN
KOMPETENSI APARATUR PEMERINTAH DESA
DALAM RANGKA
PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN DESA
TAHUN 2017

Disusun Dalam Rangka Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Manajemen Strategik Semester Ganjil 2015/2016
(Dosen: Dr. Koesnan A. Halim, SH., MM)

Oleh
ENDANG BASUNI
Nomor Pokok 15032012

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Maha suci Allah, segala pujian dan adalah milik-Nya, tiada Tuhan
lain disemesta alam selain Allah, karena Allah maha besar. Raga, nyawa
dan sukma ini hanya tunduk kepada-Mu. Hati, akal dan pikiran ini adalah
karunia-Mu, semua berjalan dengan kebenaran hakiki yang sejati. Firman-
Mu yang tertulis di dalam kitab dan di dalam rasa sejati, semua bertauhid.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah “Peningkatan Kompetensi
Aparatur Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Desa Dalam Rangka
Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa”.

Makalah ini merupakan bagian dari proses pembelajaran dan


persyaratan terpenuhinya Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah
Manajemen Stratejik Tahun Akademik 2016 pada Magister Ilmu
Administrasi – Universitas Krisnadwipayana,

Saya sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.H. Koesnan Abdul


Halim, SH.M.si sebagai Pengampu Pembelajaran sekaligus Pembimbing
mata kuliah Manajemen Stratejik pada Magister Ilmu Administrasi –
Universitas Krisnadwipayana, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberkatinya

Jakarta, 21 Mei 2016

ENDANG BASUNI
No, Pokok 15,032,012

2
DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar I

Daftar Tabel ii

BAB I :

3
DAFTAR TABEL

Hal.

TABEL i : PENCERMATAN LINGKUNGAN INTERNAL (PLI)

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea


keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat pernyataan
bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk
adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang
bertanggung jawab mengatur dan mengurus bangsa Indonesia. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah
melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan adalah
dibentuknya pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional
untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah
yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sesuai dengan pasal 18 Undang-Undang Dasar
1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam
pemerintahan provinsi, dan dalam pemerintahan provinsi dibagi dalam
kabupaten dan kota.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan di dalam


Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi kedalam Urusan
Pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi,

5
pemerintah daerah kabupaten dan kota. Sinergi Urusan Pemerintahan
akan melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Sinergi Urusan Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan
menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan antara
kementerian/lembaga dengan Daerah untuk mencapai tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menjalankan tugas dan fungsi diatas, Kementerian Dalam


Negeri dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, dan Peraturan Presiden
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, yaitu Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Dalam Negeri, salah satu unit kerja eselon 1 nya, yaitu
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, yang membawahi enam (6)
unit kerja eselon 2, yaitu 1) Sekretariat; 2) Direktorat Penataan dan
Administrasi Pemerintahan Desa; 3) Direktorat Fasilitasi Pengembangan
Kapasitas Aparatur Desa; 4) Direktorat Fasilitasi Keuangan dan Aset
Pemerintahan Desa; 5) Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Desa,
dan 6) Direktorat Evaluasi Perkembangan Desa. (terlampir diagram
Struktur Ditjen Bina Pemdes).

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun


2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri,
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan pweraturan
perundang-undangan. Sedangkan Direktorat Kelembagaan dan
Kerjasama Desa mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa di bidang fasilitasi
kelembagaan dan kerja sama desa. Permasalahan klasik yang ada
dilingkungan birokrasi, khususnya dilingkungan Direktorat
Kelembagaan dan Kerjasama Desa yaitu terkait dengan “kesadaran”

6
birokrasi/PNS akan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan
kewajiban yang diembannya sangat rendah, serta belum optimalnya
mempersiapkan kader PNS sebagai “Trainer”.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa, beserta peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan
undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber
dari APBN, dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Posisi Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Desa sangat strategis.

Berdasarkan kebijakan politik tentang desa tersebut maka desa


menjadi mata rantai penting, bahkan menjadi penentu dari keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu
desa harus diberdayakan dalam berbagai aspeknya, anatara lain melalui
penguatan kelembagaan pemerintahan desa. Pra kondisi yang harus
dibangun untuk penguatan kelembagaan desa ada melakukan
penguatan, pembinaan dan pengembangan perangkat desa yang tersebar
di seluruh pelosok tanah air melalui peningkatan kapasitas aparaturnya.
Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan sulit tercapai tanpa adanya
dukungan personil yang memadai baik dalam jumlah maupun standar
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, sehingga perlu dukungan birokrasi karir
yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya.
Langkah berikutnya adalah adanya jaminan pelayanan public (public
services) yang disediakan pemerintah kepada masyarakat. Melalui
pendekatan teritorial dapat dinyatakan bahwa tugas-tugas pemerintahan
dibagi habis dalam daerah-daerah provinsi, kabupaten/kota dan desa
sedangkan melalui pendekatan fungsional nampak bahwa tugas-tugas
pemerintahan dibagi habis dalam fungsi-fungsi kementerian dan
lembaga non kementerian (K/L).

7
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dipandang perlu
untuk menyusun perencanaan stratejik Peningkatan Kompetensi
Aparatur Pemerintah Desa Dalam Rangka Penguatan Kelembagaan
Pemerintahan Desa Tahun 2017-2019

B. Organisasi Pelaksana

1. Unit Organisasi Pelaksana

Unit organisasi pelaksana program perencanaan stratejik ini


adalah satuan kerja Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Desa,
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam
Negeri.

2. Tugas Pokok

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43


Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa mempunyai
tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan
pweraturan perundang-undangan. Adapun tugas pokok Direktorat
Kelembagaan dan Kerjasama Desa adalah melaksanakan sebagian
tugas Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa di bidang fasilitasi
kelembagaan dan kerja sama desa.

3. Fungsi-fungsi

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut,


Direktporat Kelembagaan dan Kerjasama Desa mempunyai fungsi-
fungsi sebagai berikut:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang fasilitasi badan


permusyawaratan desa dan musyawarah desa, kelembagaan
masyarakat desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kerja sama
pemerintahan;

8
b. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi badan
permusyawaratan desa dan musyawarah desa, kelembagaan
masyarakat desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kerja sama
pemerintahan;

c. pelaksanaan pembinaan umum dan koordinasi di bidang


fasilitasi badan permusyawaratan desa dan musyawarah desa,
kelembagaan masyarakat desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kerja sama
pemerintahan;

d. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria


di bidang fasilitasi badan permusyawaratan desa dan
musyawarah desa, kelembagaan masyarakat desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, pemberdayaan kesejahteraan keluarga
dan kerja sama pemerintahan;

e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang


fasilitasi badan permusyawaratan desa dan musyawarah desa,
kelembagaan masyarakat desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kerja sama
pemerintahan;

f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi


badan permusyawaratan desa dan musyawarah desa,
kelembagaan masyarakat desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kerja sama
pemerintahan;

g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

C. Methode SWOT

Kenneth Andrews pada tahun 1950 an mengembangan model


SWOT sebagai suatu instrumen analisis yang sistematis untuk
mendalami lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi.

9
Analisis-analisis yang menggunakan pendekatan SWOT ini
merupakan suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan bagi
upaya merumuskan strategi yang diperlukan, dikarenakan mampu
mendeteksi kelemahan-kelemahan organisasi yang manakah perlu
diperkuat, serta kekuatan-kekuatan seperti apakah yang dapat
diupayakan untuk menciptakan nilai. Selanjutnya peluang-peluang
manakah yang memang berguna untuk dimanfaatkan oleh organisasi,
dan manakah yang perlu dicermati merupakan ancaman-ancaman
dimana organisasi perlu bersiap-siap mempersenjatai diri untuk
menghadapinya (Finlay, 2000). Artinya, dengan perkataan lain SWOT
menganalisis keadaan organisasi saat sekarang dan sekaligus
menghadirkan kemungkinan penginventarisasian alternatif-alternatif
strategis yang menawarkan jaminan terbaik bagi penciptaan suatu
kreativitas nilai kemasa depan (Linch, 2003).

Sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999


tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP-LAKIP),
program disusun dengan tehnik perencanaan stratejik sebagai bagian
dari penerapan manajemen stratejik. Sebagaimana diketahui bahwa
manajemen stratejik dibagi dalam 2 (dua) kelompok utama, yaitu
perencanaan stratejik dan manajemen kinerja.

Menurut Fred R. David, manajemen stratejik didifinisikan


sebagai seni sekaligus ilmu pengetahuan dalam memformulasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi pengambilan keputusan lintas
fungsi organisasi sehingga memungkinkan organisasi mencapai
tujuan-tujuannya.

Oleh karena itu, dalam memformulasikan perencanaan


program “Peningkatan Kompetensi Aparatur Direktorat
Kelembagaan dan Kerjasama Desa Dalam Rangka Penguatan
Kelembagaan Pemerintah Desa”, menggunakan metode SWOT
didalam analisis-analisisnya.

10
BAB II
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEJIK

A. Pokok Bahasan

1. Lokus : Lingkungan Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama


Desa, Ditjen Bina Pemerintahan Desa.
2. Fokus : Peningkatan Kompetensi Aparatur Pemerintah Desa
3. Visi : Aparatur kompeten, pemerintahan desa efisien dan
efektif
4. Misi : a. Melakukan pendataan kompetensi aparatur
pemerintahan desa; terkait aspek kognitif,
psikomotorik dan afectif.
b. Menyusun modul pelatihan trainer pelatihan
kapasitas aparatur pemerintahan desa; antara
lain modul kebijakan, revolusi mental dan
perencanaan partisipatif.
c. Melakukan bimbingan teknik training of trainer
peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan
desa; kepada aparatur pemerindan daerah
kabupaten/kota, aparatur kecamatan, dan
aparatur pemerintah desa.
5 Nilai-nilai : a. Tanggungjawab
b. Militansi
c. Rasa kebersamaan korps
d. Keimanan kepada Allah

B. Pencermatan Lingkungan Internal dan Eksternal

Pencermatan lingkungan strategis dilakukan untuk mengetahui


seberapa jauh pengaruhnya terhadap organisasi, dalam

11
melaksanakan misi organisaasi mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.

1. Pencermatan Lingkungan Internal (PLI)

Adalah analisis lingkungan internal yang dilakukan untuk


mengidentifikasikan kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weakneses) didalam organisasi, yang mempunyai pengaruh
terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan, sebagai berikut:

a. Strenghts

1) Kuatnya legalitas struktur organisasi


Struktur organisasi Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama
Desa, ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Dalam Negeri;

2) Luasnya kewenangan Direktorat


Kewenangan yang dimiliki direktorat relatif luas,
sebagaimana tercermin pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 beserta peraturan pelaksanaannya dan amanah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah:

3) Banyaknya kuantitas pegawai direktorat


Jumlah personil yang dimiliki berdasarkan strata
pendidikan S1 sejumlah 27 orang ASN, S2 sejumlah 15
orang ASN, untuk dilatih sebagai Pelatih (Trainer of Trainer);

4) Tersedianya jumlah sarana dan prasarana


Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung
mobilisasi pelaksanaan tugas dan fungsi;

5) Cukupnya anggaran Direktorat


Anggaran yang cukup tersedia dalam melaksanakan tugas
dan fungsi.

12
b. Weakneses

1) Rendahnya kinerja organisasi


Fungsi organisasi pelaksanaan kebijakan belum optimal
dalam pelaksanaan tugas yang diembannya;

2) Rendahnya etos kerja


Kewenangan yang dimiliki belum optimal dimanfaatkan
dalam melaksanakan kebijakan yang dimandatkan oleh
peraturan perundang-undangan;

3) Kurangnya kualitas pegawai


Jumlah personil sebagai “Pelatih/trainer” masih sedikit
jumlahnya dibandingkan beban tugas yang diembannya;

4) Rendahnya kualitas sarana prasaarana


Jumlah sarana dan prasarana yang belum memadai,
dibandingkan dengan beban kerja yang diembannya;

5) Kurangnta Pengelola Anggaran


Anggaran yang dimiliki belum optimal dimanfaatkan, hal ini
tercermin dari tingkat pencapaian dan penyerapan anggaran
yang rendah.

TABEL I
PENCERMATAN LINGKUNGAN INTERNAL (PLI)

STRENGHTS WEAKNESES

1. Kuatnya legalitas struktur 1. Rendahnya kinerja


organisasi organisasi
2. Luasnya kewenangan 2. Rendahnya etos kerja
Direktorat luas. 3. Kurangnya kualitas pegawai
3. Banyaknya kuantitas pegawai 4. Rendahnya kualitas sarana
direktorat prasaarana
4. Tersedianya jumlah sarana 5. Kurangnta Pengelola
dan prasarana Anggaran
5. Cukupnya anggaran
Direktorat.

13
2. Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE)

Adalah analisis lingkungan enternal yang dilakukan untuk


mengidentifikasikan peluang (oppoturnities) dan tantangan (threats)
yang mempunyai pengaruh terhadap pencapaian visi, misi dan
tujuan, sebagai berikut:

a. Oppoturnities

1) Kebijakan otonomi daerah terbuka


Adanya kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan desa; yang dimandatkan kepada Direktorat
Kelembagaan dan Kerjasama Desa;

2) Penataan regulasi gencar


Upaya penataan regulasi dan urusan pemerintahan Desa
sedang gencar dilakukan oleh pemerintah melalui K/L

3) Peran dan fungsi Kelembagaan Desa penting


Berdasarkan UU Nomor 6/2014, peran dan fungsi
kelembagaan desa mendjadi penting bagi pemerintah (K/L).

4) Semangat aparatur pemerintahan desa kuat


Upaya meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah
desa;

5) Instrumen RPJMDes strategis


Upaya meningkatkan kemampuan penyusunan perencanaan
pembangunan desa (RPJMDes,RKPDes dan APBDes).

b. Threats

1) Fungsi kelembagaan desa kurang difahami


Kelembagaan perangkat desa yang belum tepat fungsi dan
tepat ukuran (right sizing) akibat kurang difahami oleh
perangkat desa dan daerah.

2) Regulasi kelembagaan desa yang kontra produktif.


Adanya regulasi yang pengaturannya masih tumpang tindih,
inkonsisten dan multitafsir;

14
3) Kualitas pegawai daerah rendah
Tingkat produktivitas ASN daerah dan desa masih rendah,
serta manajemen sumber daya manusia aparatur belum
dilaksanakan secara optimal untuk meningkatkan
profesionalisme, kinerja pegawai, dan organisasi;

4) Etos kerja pegawai daerah rendah


Adanya praktek penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan
belum mantapnya akuntabilitas kinerja instansi;

5) Partisipasi masyarakat desa rendah


Tingkat pelayanan public (public services), belum dapat
mengakomodasi kepentingan seluruh lapisan masyarakat
dan belum memenuhi hak-hak dasar warga
negara/penduduk.

TABEL II
PENCERMATAN LINGKUNGAN EKSTERNAL (PLE)

OPPORTINITIES TREATHS

1. Kebijakan otonomi daerah 1. Fungsi kelembagaan desa


terbuka kurang difahami
2. Penataan regulasi gencar 2. Regulasi kelembagaan
desa yang kontra
3. Peran dan fungsi Kelembagaan
produktif.
Desa penting
4. Semangat aparatur 3. Kualitas pegawai daerah
rendah
pemerintahan desa kuat
4. Etos kerja pegawai daerah
5. Instrumen RPJMDes strategis
rendah
5. Partisipasi masyarakat
desa rendah

15
3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal adalah


sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel III dan Tabel IV berikut
dibawah ini

TABEL III
KESIMPULAN ANALISIS FAKTOR INTERNAL (KAFI)

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL BO- RA- PRIO-


SKOR
STRATEJIK BOT TING RITAS

A. Strenghts
1. Kuatnya legalitas struktur
organisasi 15 4 60 I
2. Luasnya kewenangan Direktorat 20 3 60 II
3. Banyaknya kuantitas pegawai
direktorat 10 2 20 III
4. Tersedianya jumlah sarana dan
prasarana 10 1 10 IV
5. Cukupnya anggaran Direktorat 10 2 20 III
B. Weakness
1. Rendahnya kinerja organisasi 9 3 27 II
2. Rendahnya etos kerja 7 4 28 I
3. Kurangnya kualitas pegawai 7 2 14 III
4. Rendahnya kualitas sarana
prasaarana 5 1 5 IV
5. Kurangnya Pengelola Anggaran 7 2 14 III

Jumlah skor 100

16
TABEL IV
KESIMPULAN ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL (KAFE)

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL BO- RA- PRIO-


SKOR
STRATEJIK BOT TING RITAS

A. Opportunities

1. Kebijakan otonomi daerah terbuka 15 4 60 I

2. Penataan regulasi gencar 20 3 60 I

3. Peran dan fungsi Kelembagaan 10 2 20 II


Desa penting
4. Semangat aparatur pemerintahan 10 1 10 III
desa kuat
5. Instrumen RPJMDes strategis 10 2 20 II

B. Treaths

1. Fungsi kelembagaan desa kurang 9 3 27 II


difahami
2. Regulasi kelembagaan desa yang 7 4 28 I
kontra produktif.
3. Kualitas pegawai daerah rendah 7 2 14 III

4. Etos kerja pegawai daerah rendah 7 2 14 III

5. Partisipasi masyarakat desa 5 2 10 IV


rendah
Jumlah skor 100

17
TABEL V
ANALISIS STRATEGI DAN PILIHAN (ASP) KAFI VS KAFE

STRENGTHS WEAKNESSES
1. Kuatnya legalitas 1. Rendahnya kinerja
struktur organisasi organisasi
KAFI 2. LuasnyaKewenangan 2. Rendahnya etos kerja
Direktorat. 3. Kurangnya kualitas
3. Banyaknya kuantitas pegawai
pegawai direktorat 4. Rendahnya kualitas
4. Tersedianya jumlah sarana prasaarana
KAFE sarana prasarana 5. Kurangnya pengelola
5. Cukupnya anggaran Anggaran
Direktorat.
OPPORTUNITES STRATEGIK S.O STRATEGIK W.O
1. Kebijakan otonomi 1. Pemerintah Desa 1. Optimalkan upaya
daerah terbuka dijadikan sebagai penguatan
2. Penataan regulasi pelaksana program. kelembagaan desa.
gencar 2. Optimalisasi 2. Optimalkan
3. Peran dan fungsi Ke- kewenangan direktorat kewenangan direktorat
lembagaan Desa menata regulasi desa. untuk menataan
penting 3. Trainer didayagunakan regulasi desa.
4. Semangat aparatur mencetak trainer. 3. Optimalkan pengadaan
desa kuat 4. Gunakan sarana trainer Bimtek TOT.
5. Instrumen RPJMDes prasarana untuk 4. Penambahan tenaga
strategis bimtek TOT. pengelola anggaran.
5. Gunakan anggaran 5. Isu RPJMDes gunakan
direktorat untuk untuk meningkatkan
bimtek TOT RPJMDes kinerja organisasi
TREATHS STRATEGIK S.T STRATEGIK W.T
1. Fungsi kelembagaan 1. Gunakan kewenangan 1. Menyampaikan
desa kurang difahami direktorat untuk masukan kepada
2. Regulasi kelembagaan penguatan mendagri tentang
kontra produktif. kelembagaan desa. penguatan
2. Wewenang direktorat kelembagaan desa
3. Kualitas pegawai
daerah rendah untuk revitalisasi 2. Penambahan tenaga out
regulasi desa. sourching di direktorat.
4. Etos kerja pegawai
daerah rendah 3. Manfaatkan trainer 3. Manfaatkan trainer
untuk mendorong etos untuk menyusun
5. Partisipasi masyarakat
kerja pegawai daerah. modul bimtek TOT.
desa rendah
4. Gencarkan sosialisasi 4. Manfaatkan sarana
good governance di prasarana hotel untuk
masyarakat desa. kegiatan biomtek di
5. Tingkatkan pelayanan daerah.
pemerintah desa untuk 5. Pemerintah desa agar
meningkatkan selalu merangkul
partisipasi masyarakat. masyarakat.

18
TABEL VI
PENAJAMAN KAFI VS KAFE

YANG ADA SAAT INI POTENSI YAD


1. Kuatnya legalitas 1. Rendahnya kinerja
struktur organisasi organisasi
STRENGHT 2. LuasnyaKewenangan 2. Rendahnya etos kerja
Direktorat. 3. Kurangnya kualitas
3. Banyaknya kuantitas pegawai
OPPORTU- pegawai direktorat 4. Rendahnya kualitas
NITIES 4. Tersedianya jumlah sarana prasaarana
sarana prasarana 5. Kurangnya pengelola
5. Cukupnya anggaran Anggaran
Direktorat.
SANGAT MEYAKINKAN 1. Pemerintah Desa 1. Optimalkan upaya
1. Kebijakan otonomi dijadikan sebagai penguatan
daerah terbuka pelaksana program. kelembagaan desa.
2. Penataan regulasi 2. Optimalisasi 2. Optimalkan
gencar kewenangan direktorat kewenangan direktorat
menata regulasi desa. untuk menataan
3. Peran dan fungsi Ke-
3. Trainer regulasi desa.
lembagaan Desa
penting didayagunakan 3. Optimalkan
mencetak trainer. pengadaan trainer
4. Semangat aparatur
4. Gunakan sarana Bimtek TOT.
desa kuat
prasarana untuk 4. Penambahan tenaga
5. Instrumen RPJMDes
bimtek TOT. pengelola anggaran.
strategis
5. Gunakan anggaran 5. Isu RPJMDes gunakan
direktorat untuk untuk meningkatkan
bimtek TOT RPJMDes kinerja organisasi
SANGAT MERAGUKAN 1. Gunakan kewenangan 1. Menyampaikan
1. Fungsi kelembagaan direktorat untuk masukan kepada
desa kurang difahami penguatan mendagri tentang
kelembagaan desa. penguatan
2. Regulasi kelembagaan
2. Wewenang direktorat kelembagaan desa
kontra produktif.
untuk revitalisasi 2. Penambahan tenaga
3. Kualitas pegawai
regulasi desa. out sourching di
daerah rendah
3. Manfaatkan trainer direktorat.
4. Etos kerja pegawai
untuk mendorong etos 3. Manfaatkan trainer
daerah rendah
kerja pegawai daerah. untuk menyusun
5. Partisipasi masyarakat modul bimtek TOT.
4. Gencarkan sosialisasi
desa rendah
good governance di 4. Manfaatkan sarana
masyarakat desa. prasarana hotel untuk
5. Tingkatkan pelayanan kegiatan bimtek di
pemerintah desa daerah.
untuk meningkatkan 5. Pemerintah desa agar
partisipasi selalu merangkul
masyarakat. masyarakat.

19
TABEL VII
PENETAPAN URUTAN ASUMSI STRATEGIS PILIHAN

NILAI PENGARUH TERHADAP


ASUMSI MISI NILAI-NILAI URUT
NO VI FKK
STRETEGIS Rata JML
SI 1 2 3
2
1 2 3 4 5 Raat2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Pelaksanaan pro-
gram dapat me- 4 3 4 4 3,7 4 4 4 3 0 3 10,7 I
nguatkan kelem-
bagaan desa.
2. Kewenangan direk-
torat yang luas dapat 4 0 3 3 2 4 3 3 3 0 2,6 8,6 V
menata regulasi.
3. Trainer didayaguna-
kan mencetak trai- 4 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2,6 10,6 II
ner. melalui TOT.
4. Memanfaatkan sara-
na prasarana dan 3 3 3 3 3 4 4 3 3 0 2,8 8,8 IV
anggaran yg minim
untuk bimtek TOT.
5. Bimtek TOT RPJM-
Des untuk mening- 4 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2,6 10,6 II
katkan kinerja orga-
nisasi
6. Penguatan kelemba-
gaan desa merupa- 4 4 4 3 3,7 4 4 3 3 0 2,8 10,5 III
kan kewenangan
direktorat
7. Penambahan tenaga
outsourching direk-
torat utk melaksa- 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 2,4 8,4 VI
nakan wewenang
revitalisasi regulasi
desa
8. Manfaatkan trainer
menyusun modul
bimtek TOT utk men- 4 3 4 4 3,7 4 3 4 3 0 2,8 10,5 III
dorong etos kerja
pegawai daerah
9. Bimtek di daerah da-
lam rangka sosialisa- 4 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2,6 10,6 II
si good governance
10 Peningkatan pelaya-
. nan pemerintah desa
untuk meningkatkan 4 3 0 0 1 4 3 3 3 0 2,6 7,6 VI
partisipasi masyara-
kat

20
TABEL VIII
FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN

NO STRATEGI KET.
1 2 3
1. Optimalisasi pelaksana program untuk penguatkan I
kelembagaan desa

2. Optimalisasi pendayagunaan trainer untuk mencetak trainer. II


melalui bimtek TOT

3. Optimalisasi bimtek TOT RPJMDes untuk meningkatkan kinerja III


organisasi

4. Optimalisasi bimtek di daerah untuk membangun good IV


governance pemerintahan desa

5. Optimalisasi kewenangan direktorat untuk penguatan V


kelembagaan desa

21

Anda mungkin juga menyukai