Anda di halaman 1dari 7

A.

Peran Pemerintah dalam Meregulasi Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia


Pemerintah berdasarkan kekuasaan konstitusi UUD 1945 berhak untuk mengatur dan
mengurusi masyarakat dalam hal kepentingan umum. Sehingga dalam konteks birokrasi
harus mampu mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainnya masyarakat maju, mandiri,
dan sejahtera. Termasuk fungsi pelayanan kesehatan yang merupakan tugas birokrasi
sebagai alat pemerintah. Masyarakat tentunya berhak untuk mendapatkan pelayanan
secara optimal tanpa memandang status sosial. Pemerintah mempunyai kewajiban dalam
mengendalikan dan menyempurnakan layanan kesehatan yang ditunjukan pada
masyarakat dalam bentuk regulasi. Menurut Selznick, 1985 dalam Noll, 1985 regulasi
adalah pengendalian yang berkesinambungan dan berfokus yang dilakukan oleh lembaga
public terhadap kegiatan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan
regulasi pelayanan kesehatan merupakan upaya public untuk memberikan pengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap perilaku dan fungsi organisasi maupun
perorangan yang menyediakan pelayan kesehatan (Hafez,1997). Peran Negara dan
pemerintah dalam kebijakan kesehatan menurut WHO, adalah sebagai berikut:
1. Peran pemerintah sebagai pengarah
Peran pemerintah sebagai pengarah dalam regulasi pelayanan kesehatan, dimana
pemerintah menetapkan, melaksanakan dan memantau aturan sistem pelayanan
kesehatan, menjamin keseimbangan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan dan menyusun rencana strategis untuk keseluruhan sistem
kesehatan.
2. Peran pemerintah sebagai regulator
Pemerintah melakukan pengawasan untuk menjamin agar organisasi pelayanan
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Peran pemerintah sebagai pelaksana
Melalui sarana kesehatan milik pemerintah, wajib menyediakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan efisien.
Pemerintah, organisasi profesi, bahkan masyarakat memiliki semangat dan cita-cita yang
sama untuk pembangunan kesehatan di Indonesia yakni pelayanan kesehatan yang
bermutu. Untuuk iyuu penguatan layanan kesehatan sangat dibutuhkan. Pemerintah
melakukan lima upaya guna menguatkan pelayanan kesehatan, yakni :
1) Penigkatan akses, upaya ini dilakukan melalui pemunahan tenaga kesehatan,
peningkatan sarana pelayanan kesehatan primer (Puskesmas, Klinik pratama, dan
dokter praktek mandiri, pemenuhan prasarana pendukung (alat kesehatan, obat,
dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk pelayanan didaerah terpencil dan
sangat terpencil, dengan pendekatan pelayanan kesehatan bergerak, gugus pulau,
atau telemedicine.
2) Peningkatan mutu, upaya ini dilakukan untuk meningkatkan mutu baik fasilitas
penyelenggara layanan maupun sumber daya manusia, diantaranya melalui
penyediaan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) atau standar prosedur
operasional (SOP), peningkataan kemampuan tenaga kesehatan (Nakes), dokter
layanan primer (DLP) dan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
3) Regionisasi rujukan, melalui penguatan sistem rujukan baik ditingkat Kabupaten,
regional, maupun nasional. Sejak jaminan kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan
dimulai awal 2014, kebutuhan penataan sistem rujukan semakin dibutuhkan. Di
era JKN, mekanisme rujukan penting untuk menjamim mutu pelayanan dan
efisiensi pembiayaan.
4) Penguatan peran dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan dinas kesehatan provinsi
melalui sosialisasi, advokasi dan capacity building.
5) Penguatan dukungan bagi penguatan pelayanan kesehatan dari lintas sector, baik
itu berupa regulasi, infrastruktur maupun pendanaan.
Peran pemerintah dalam meregulasi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia sudah baik,
menurut saya dibuktikan dengan adanya UU kesehatan, UU tentang praktik dokter, UU
rumah sakit dan puskesmas dan UU tentang tenaga kesehatan, yang mengatur tentang
pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan perijinan
dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta di tambah lagi dengan adanya SOP yang
menjadi standar dalam menjalankan pelayanan kesehatan baik untuk pihak penyedia
layanan maupun tentang tenaga kesehatan yang akan memberikan pelayanan kesehatan
bagi, masyarakat.

B. Bentuk-bentuk regulasi mutu pelayanan kesehatan dari sisi input (sebelum


pelayanan), proses (saat pelayanan), dan output (setelah pelayanan) yang ada di
Indonesia.

a. Lisensi (Input/sebelum pelayanan)


Lisensi dalam pengertian umum dapat diartikan member izin. Pemberian lisensi dapat
dilakukan jika ada pihak yang member lisensi dan pihak yang menerima lisensi, hal ini
termasuk dalam sebuah perjanjian. Definisi lain, dari lisensi adalah pemberian izin dari
pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang
atau jasa yang dilisensikan. (Wikipedia).
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin paraktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Lisensi juga merupakan pemberian ijin praktek
sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Dalam dunia profesi, kemampuan seseorang tenaga profesi atau lembaga yang
bersangkut paut dengan profesi diuji dan kepadanya diberikan tanda, sebagai bukti
bahwa yang bersangkutan benar-benar diyakini dan dapat diberi kepercayaan untuk
melaksanakan tugas dalam bidang profesi. Oleh karena itu, untuk mencapai standar
mutu, lembaga lisensi dan perlindungan profesi memerlukan tenaga profesi yang
memiliki kualifikasi dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan untuk nasional. Untuk
mewujudkannya diperlukan itu dibutuhkan pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan setelah lulus uji kompetensi dan mendapatkan ijin melaksanakan
tugas.
Lisensi merupakan ijin yang diberikan oleh lembaga pemerintah atau lembaga lisensi
kepada individu untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah dibuktikan bahwa
individu yang bersangkutan memenuhi persyarratan kompetensi sehingga keamanan,
kesejahteraan, dan kesehatan masyarakat terlindungi.
Regulasi mutu untuk sisi input adalah lisensi atau pemberian ijin sebelum melakukan
tugas, dimana dengan ada lisensi ini sebagai regulasi yang harus dimiliki atau
didapatkan oleh seorang tenaga kesehatan, bias dipastikan mutu pelayanan kesehatan
di Indonesia baik, jika saja regulasi untuk memiliki lisensi ini diterapkan dengan baik.
b. Sertifikasi (Proses/ Saat Pelayanan)
Dengan berpedoman pada Permenkes Nomor 1796/2011, sertifikasi tenaga kesehatan
dikategorikan sebagai sertifikasi bagi peserat didik pada perguruan tinggi bidang
kesehatan atau tenaga kesehatan lainnya yang diusulkan oleh perguruan tinggi bidang
kesehatan, dan sertifikasi bagi tenaga kesehatan yang telah/pernah memiliki sertifikat
kompetensi dalam rangka memperpanjang masa berlakunya sertifikat kompetensi. Untuk
mendapatkan sertifikasi, setiap tenaga kesehatan wajib mengikuti uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh pemerintah, dimana tujuan dari uji kompetensi ini adalah untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap dari tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesi. Setelah tenaga kesehatan mengikuti uji kompetensi dan dinyatakan lulus,
maka tenaga kesehatan akan mendapatkan sertifikasi, dan sertifikasi yang didapatkan,
digunakan untuk registrasi sehingga tenaga kesehatan bisa mendapatkan surat tanda
registrasi (STR) yang merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Dan tenaga kesehatan yang
telah memiliki STR bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga kesehatan, melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan, dan memberikan kepastian hokum bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.
c. Akreditasi (Output/ Setelah Pelayanan)
Akreditasi menurut ensiklopedia nasional adalah suatu bentuk pengakuan yang diberikan
oleh pemerintah untuk suatu lembaga atau institusi, sedangkan Menurut DepKes RI
akreditasi rumah sakit adalah pengakuan oleh pemerintah kepada rumah sakit karena
telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Untuk samapi kepada pengakuan, rumah
sakit melalui suatu proses penilaian yang didasarkan pada standar nasional untuk
akreditasi rumah sakit (Depkes,1998). Penilaian dilakukan berulang dengan interval yang
regular dan diawali dengan kegiatan kajian mandiri (self assesment) oleh rumah sakit
yang dinilai. Survey akreditasi ini dilakukan oleh badan yang berlegitimasi dan di
Indonesai adalah Komite Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya (KARS)
sedangkan Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI berdasarkan rekomendasi KARS. Alasan
untuk melaksanakan akreditasi, secara filosofi kegiatan akreditasi merupakan bentuk
perhatian dan perlindungan pemerintah dengan memberikan pelayanan yang professional.
Kualitas peleyanan yang diberikan sesuai standar merupakan profesionalisme yang dapat
menyebabkan efisiensi dalam pelayanan dan kemampuan kompetitif rumah sakit yang
positif. Akreditasi pada rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dari rumah sakit tersebut. Jadi dengan adanya akreditasi pada suatu rumah
sakit maka bisa dipastikan rumah sakit tersebut untuk pelayanan kesehatannya sudah
bermutu. Terlebih untuk rumah sakit yang berakreditasi A dan B.
C. Perbedaan Antara Lisensi, Sertifikasi dan Akreditasi
Perbedaan antara lisensi, sertifikasi dan akreditasi adalah :
Proses Pengertian Pelaksana Sasaaran Komponen Persyaratan Standar
Evaluasi
LISENSI Perizinan adalah Pemerintah Individu Bagian dari regulasi untuk Standar minimal
(wajib): lisensi mekanisme atau konsil atau menjamin kompetensi minimum untuk
tenaga hukum dimana organisasi Bagian dari regulasi untuk melindungi
kesehatan, otoritas menjamin standar minimal suatu pasien,
lisensi fasilitas pemerintah fasilitas pelayanan menjamin
pelayanan memberikan izin keamanan, dan
kepada tenaga meminimalkan
kesehatan untuk resiko
terlibat dalam
pekerjaan atau
oragnisasi
kesehatan untuk
mengoperasikan
dan memberikan
layanan.
SERTIFIKASI Suatu proses Lembaga Individu Evaluasi persyaratan yang Standar lembaga
(sukarela/wajib): dimana otoritas yang diberi atau ditetapkan, pendidikan/pelati (misalnya ISO)
sertifikasi yang diakui, kewenanga, organisasi han tambahan, dan kompetensi untuk
ATLS, seperti lembaga pemerintah, di bidang tertentu Menunjukkan mengevaluasi
sertifikasi pemerintah, atau LSM bahwa organisasi mempunyai kepatuhan
tehnologi asosiasi pelayanan, tehnologi atau terhadap
kesehatan, professional kapasitas khusus spesifikasi
sertifikasi atau dewan rancangan
berbagai pusat khusus , lembag
di RS mengevaluasi
dan mengakui
baik individu
atau organisasi
yang telah
memenuhi
persyaratan atau
kriteria yang
telah ditentukan,
biasanya
menunjukkan
kompetensi
dalam bidang
khusus, diluar
persyaratan
minimum yang
telah ditetapkan.
Untuk lisensi.
AKREDITASI Proses formal Lembaga Organisasi Kepatuhan pada standar, on-site Standar
(sukarela), dimana badan yang diakui, atau evaluation, kepatuhan tsb tidak maksimal yang
contoh: yang diakui biasanya sebagian diharuskan oleh hukum dapat dicapai
akreditasi RS, baik pemerintah LSM fungsi untuk memacu
yan med dasar maupun organisasi perbaikan mutu
nonpemerintah yang kontinyu
menilai dan
mengakui
bahwa
organisasi
layanan
kesehatan telah
memenuhi
standar kinerja
yang telah
ditetapkan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
SK Poerwarni, Sopacua Evie.2006. Akreditasi Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit. Vol 9. Diakses pada tanggal 12 April 2020.
Https://Kebijakanpelayanakesehatan.blogspot.com/2012/03/peran-pemerintah-dan-
masyarakat-dalam.html?m=1.
https://www.academia.edu/8264830/Makalah-Lisensi.
Https://web90.opencloud.dssdi.ugm.ac.id.regulasi-lisensi-setifikasi.

Anda mungkin juga menyukai