Cetakan Kedua
Reliability-centered Maintenance
Cetakan Kedua
Karangan
John Moubray
Penerbit ITB
Bandung
Butterworth-Heinemann Ltd
ISI
Pengantar
Pernyataan Terima Kasih
2. Register Pabrik
2.1. Apa itu register pabrik?
2.2. Apa itu “mesin”?
2.3. Bagaimana seharusnya menomori asset?
2.4. Informasi apa yang harus dicatat?
2.5. Bagaimana cara mengkompilasi register pabrik?
4. Konsekuensi-konsekuensi Kegagalan
4.1. Konsekuensi-konsekuensi kegagalan tersembunyi
4.2. Konsekuensi-konsekuensi keselamatan dan lingkungan
4.3. Konsekuensi-konsekuensi operasional
4.4. Konsekuensi-konsekuensi non-operasional
4.5. KOnsekuensi-konsekuensi: Ringkasan
5. Langkah-langkah Pencegahan
5.1. Kelayakan teknis
5.2. Kegagalan-kegagalan yang tergantung umur
5.3. Kegiatan-kegiatan restorasi terjadual
5.4. Kegiatan-kegiatan discard terjadual
5.5. Kegagalan yang tidan tergantung umur
5.6. Kegiatan-kegiatan on-condition terjadual
5.7. Memilih kegiatan-kegiatan pencegahan
6. Langkah-langkah Defaults
6.1. Kegiatan-kegiatan failure-finding terjadual
6.2. Tidak ada perawatan terjadual
6.3. Merancang ulang
6.4. Melumasi
6.5. Zonal inspection dan walk-around check
Semakin meningkat, ketergantungan manusia pada asset yang dibangkitkan oleh operasi
yang berkesinambungan dari bisnis yang sangat tinggi mekanisasinya dan terotomasikan.
Juga makin tergantung pada layanan seperti pemasokan listrik yang tak terinterupsikan
atau kereta api yang selalu berjalan tepat waktu. Lebih dari sebelumnya, ini semua
tergantung pada keterpaduan yang berkesinambungan dari asset-asset fisik.
Sehingga apabila sampai asset ini gagal, tidak saja harta ini tererosikan dan demikian
pula layanan-layanan ini akan terinterupsi, dan kehidupan kitapun ada dalam bahaya.
Kegagalan peralatan telah memainkan sebagian dari beberapa kecelakaan dan insiden
lingkungan yang paling buruk dalam sejarah industri – insiden yang selalu menjadi bahan
pembicaraan, seperti Torrey Canyon, Chernobyl, Bhopal, dan Piper Alpha. Sebagai
hasilnya, proses-proses dari padanya kegagalan-kegagalan ini timbul, dan, apa yang harus
dilakukan untuk mengatur mereka telah menjadi prioritas-prioritas yang sangat tinggi,
terutama selagi kita mulai menyadari sudah berapa banyak dari kegagalan-kegagalan ini
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang diyakini justru untuk mencegah mereka.
Industi pertama yang menantang issue-issue ini adalah industri penerbangan sipil
internasional. Dengan mendasarkan pada penelitian yang menantang akan keyakinan kita
yang sangat kuat dan diakui secara luas tentang perawatan, industri ini menggerakkan
suatu kerangka strategi yang sama sekali baru untuk menjamin bahwa sebarang asset
akan terus menerus bekerja sebagaimana penggunanya menginginkannya dari asset ini.
Kerangka ini dikenal dalam industri penerbangan sebagai MSG3, dan di luar industri ini
sebagai Reliability-centred Maintenance atau RCM.
Sejak awal 1980-an, RCM telah diterapkan pada ratusan lokasi industri di seluruh dunia.
Ini secara cepat telah menjadi pondasi dari praktek-praktek manajemen perawatan
sebagaimana halnya dengan double entry book-keeping pada manajemen financial, atau
network planning bagi manajemen proyek.
Buku ini menyediakan suatu introduksi yang komprehensif dari teori dan praktek RCM
dalam industri-industri bukan penerbangan.
Buku ini diperuntukkan bagi manajer-manajer perawatan, produksi dan operasi yang
menginginkan untuk belajar apa RCM itu, apa yang dicapai, dan bagaimana ini
diterapkan. Buku ini juga bisa digunakan sebagai bahan kuliah bagi mahasiswa bisnis
atau manajemen dengan introduksi yang komprehensif tentang manajemen fisik dari asset
fisik (sebagai kebalikan dari manajemen finansial dari asset fisik). Akhirnya, buku ini
akan menjadi sangat berharga bagi setiap mahasiswa dari sebarang cabang engineering
yang mencari pengertian yang menyeluruh dari suatu state-of-the-art perawatan modern.
Buku ini dirancang untuk dibaca pada tiga tingkatan:
Bab 1 ditulis untuk mereka yang hanya ingin melakukan review elemen-elemen kunci
dari Reliability-centred Maintenance.
Bab 3 sampai 7 menjelaskan elemen-elemen utama dari proses RCM itu sendiri, dan akan
menjadi yang paling berharga bagi mereka yang mencari tidak lebih dari alasan-alasan
teknik apa yang digunakan.
Bab-bab selebihnya adalah untuk mereka yang menginginkan eksplorasi RCM dengan
lebih rinci. Bab 2 dan 8 menyajikan ringkasan pendek akan hubungan antara RCM
dengan sistem-sistem perencanaan dan penjadualan tradisional. Bab 9 mendalami tentang
kegagalan itu sendiri – baik dari proses-proses dengan mana kegagalan-kegagalan
berkembang dan tentang hubungan antara umur dan kegagalan sebagai suatu subyek yang
makin hangat pembicaraannya. Bab 10 menyajikan implementasi dari RCM dengan
penekanan pada peran dari orang-orang yang diikutsertakan. Bab 11 menjelaskan apa
yang dicapai RCM, dan Bab 12 manyajikan sejarah singkat tentang RCM.
JOHN MOUBRAY
Lutterworth
Leicestershire
July 1991
Ucapan terima kasih
Untuk menulis buku ini hanyalah mungkin berkat bantuan banyak orang dari seluruh
dunia. Terutama, saya ingin mengukirkan terimakasih yang sangat dalam bagi setiap
orang dari beratus orang yang dengan mereka saya telah mendapatkan keistimewaan
bekerja (sama) pada lima tahun terakhir, setiap dari mereka telah menyumbangkan
sesuatu berbentuk materi-materi dalam halaman-halaman buku ini.
Sebagai tambahan, saya ingin menyampaikan rasa hormat untuk sejumlah orang yang
tanpa pertolongan mereka, saran mereka atau dukungan mereka pada saat-saat kritis,
tanpa mana buku ini mungkin tidak dapat ditulis sama sekali.
Pertama, rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya bagi Stan Nowlan yang telah
menggelar pondasi dari buku ini secara rinci sekali, melalui tulisannya sendiri ataupun
secara komunikasi pribadi, dan bagi seluruh koleganya pada industri penerbangan sipil
untuk pekerjaan pioneer mereka pada bidang ini.
Dari antara banyak klien yang telah memungkinkan untuk membuktikan bahwa RCM
adalah kekuatan yang bisa dikerjakan dalam indutri, saya terutama berhutang budi pada
mereka yang saya sebutkan berikut ini atas dukungan mereka:
John Cook, Mike Hopcraft, Terry Belton dan Dave Elsom dari Ford Eropa
Joe Campnell dari Brtish Steel Corporation
Dick Kemp dan Brian Davies dari the Scott Paper Company
Vincent Ryan dari Irish Electricity Supply Board
Brian Freeman dan Don Turner dari the China Light & Power Company
John Chatfield dan Trevor Foltynie dari the Wellcome Foundation
Godfrey Rowland, Richard Hall dan Alan Owen dari Rowntree Mackintosh
Ulrich Abromeit dan Marie Tellessen dari BP Oil
Ray Bates dan K S Ying dari Hong Kong Housing Authority
Peran-peran yang dimainkan oleh mendiang Joe Versteeg, Don Humprey, Denis Hoare,
dan David Wilson untuk menolong saya mengembangkan atau mempropagasikan
konsep-konsep yang dibahas dalam buku ini, juga saya menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya.
Saya juga berhutnag budi kepada seluruh rekan saya untuk pertolongan mereka dalam
menerapkan konsep-konsep dan untuk masukan-masukannya secara terus menerus
tentang apa yang bisa berjalan dan apa yang tidak bisa jalan, yang banyak dari ini semua
juga terefleksikan dalam halaman-halaman dari buku ini. Suatu ucapan terimakasih yang
sangat khusus akan hal-hal tersebut saya peruntukkan bagi kolega-kolega saya Joel
Black, Hugh Colman, Tony Landi dan Ian Hipkin.
Saya juga ingin menyampaikan terima kasih ke Tony Bell atas saran dan panduannya
selama bertahun-tahun, dan Jim Todd untuk bantuan yang ikhlas sewaktu buku ini masih
dalam tahap-tahap yang palling awal.
Akhirnya, pernyataan terima kasih yang sangat khusus bagi keluarga saya untuk
penciptaan lingkungan dalam mana memungkinkan saya untuk menulis buku ini, dan
kepada Aladon Ltd untuk izin mereproduksi RCM Information Worksheets dan Decision
Worksheets serta RCM 2 Decision Diagram.
1 Pengenalan
Reliability-centred Maintenance
Sejak lima belas tahun terakhir ini, perawatan telah berubah, mungkin lebih dari
disiplin manajemen lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan yang amat
besar dari jumlah dan variasi dari asset-asset fisik (pabrik, peralatan, gedung) yang
harus dirawat di seantero dunia, sangat lebih peliknya rancangan, teknik-teknik
perawatan baru dan adanya perubahan pandangan-pandangan pada organisasi dan
tanggung jawab-tanggung jawab perawatan.
Buku ini membahas suatu falsafah yang mempersiapkan kerangka kerja tadi. Ini
disebut Reliability-centred Maintenance, atau RCM.
Bila RCM diterapkan secara tepat, RCM akan mentransformasikan hubungan dari
mereka yang menggunakannya, asset fisik mereka dan orang-orang yang
mengoperasikan dan merawat asset tersebut. RCM memungkinkan juga pada suatu
asset baru untuk dioperasikan secara efektif dengan cepat, percaya diri dan tepat.
Bab ini menyajikan suatu pengenalan singkat pada RCM, dimulai dengan pandangan
tentang bagaimana perawatan telah berkembang selama 50 tahunan.
2 Reliability-centred Maintenance
Sejak tahun 1930 evolusi perawatan telah mengalami 3 generasi. RCM secara cepat
menjadi pondasi yang sangat kuat dari Perawatan Generasi Ketiga, tetapi perspektif
generasi ketiga ini hanya dapat dilihat secara jelas melalui Perawatan Generasi
Pertama dan Generasi Kedua.
Generasi Pertama
Generasi Pertama mencakup periode hingga Perang Dunia ke II. Pada waktu itu
mekanisasi industri tidak tinggi, sehingga downtime bukan merupakan masalah besar.
Ini berarti bahwa pencegahan kegagalan peralatan bukan merupakan prioritas utama
dibenak para manajer. Pada waktu itu kebanyakan peralatanpun sangat sederhana
dan kadang-kadang dirancang secara berlebihan. Ini membuatnya andal dan mudah
dirawat. Sebagai hasilnya pada waktu itu tidak dibutuhkan perawatan yang sistematis
jenis apapun yang tidak lebih dari membersihkan secukupnya, servis dan rutin-rutin
pelumasan. Ketrampilan yang dibutuhkanpun lebih rendah dibandingkan dengan
yang saat ini.
Generasi Kedua
Perubahan besar terjadi selama Perang Dunia ke II. Tekanan waktu perang
meningkatkan kebutuhan akan bermacam-macam barang selagi suplai tenaga kerja
untuk industri sangat berkurang. Ini menjurus ke peningkatan mekanisasi. Pada
sekitar tahun 1950-an jenis-jenis mesin menjadi makin banyak dan makin kompleks.
Industri mulai bergantung pada mereka.
Biaya perawatan juga mulai meningkat tajam relatif terhadap biaya operasi lain. Ini
menjurus ke pengembangan sistem-sistem perencanaan dan penjadualan perawatan.
Sistem-sistem ini telah sangat banyak menolong untuk mengendalikan perawatan,
dan kini telah menjadi bagian yang baku dari praktek perawatan.
Akhirnya, jumlah kapital yang terikat dengan fixed asset bersama-sama dengan
kenaikan yang tajam dari biaya kapital tersebut menyebabkan orang untuk mulai
mencari jalan dengan mana mereka dapat memaksimumkan umur asset.
Generasi Ketiga
Semenjak pertengahan tahun 70-an, proses perubahan dalam industri bahkan telah
mengumpulkan lebih banyak lagi momentum. Perubahan-perubahan ini dapat
diklasifikasikan dalam kelompok harapan baru, penelitian baru dan teknik-teknik baru.
2
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 3
Harapan-harapan Baru
Otomasi yang makin tinggi berarti pula bahwa makin banyak lagi kegagalan yang
mempengaruhi kemampuan kita untuk mempertahankan standar kualitas yang
memuaskan. Ini berlaku baik untuk standar pelayanan maupun kualitas produk.
Sebagai contoh, kegagalan peralatan dapat mempengaruhi kontrol klimatisasi gedung,
dapat mempengaruhi ketepatan dari jaringan-jaringan transport sebanding dengan
pengaruh kegagalan alat terhadap pencapaian toleransi-toleransi yang tepat pada
manufaktur.
Pada saat yang bersamaan selagi ketergantungan kita terhadap asset fisik meningkat,
begitupula biaya - untuk mengoperasikan dan untuk memilikinya. Untuk menjamin
pengembalian investasi yang maksimum, asset tersebut harus dapat dioperasikan
secara efisien selama kita menginginkannya.
Akhirnya, biaya perawatan itu sendiri masih terus meningkat, dalam nilai-nilai
absolutnya maupun dalam proporsinya terhadap belanja total. Pada beberapa
industri, biaya perawatan sekarang ini menjadi elemen biaya operasi yang kedua atau
bahkan yang pertama. Sebagai akibatnya, hanya dalam selang waktu 30 tahun biaya
perawatan beralih dari tingkat yang tidak ada artinya sama sekali menuju ke puncak
dari biaya industri menjadi suatu prioritas dari cost control.
Penelitian Baru
Di sisi yang lebih jauh dari harapan-harapan yang lebih tinggi tadi, penelitian baru
(sedang) mengubah sangat banyak akan kepercayaan dasar kita tentang umur dan
kegagalan. Terutama, sudahlah jelas bahwa makin lama makin mengecil kaitan antara
umur operasi dari kebanyakan asset dan bagaimana mereka dapat gagal. Gambar 1.2
menunjukkan bagaimana orang pada waktu-waktu yang lalu menganggap bahwa
selagi peralatan menjadi tua mereka lebih cenderung untuk gagal. Kepedulian yang
makin meningkat akan burn-in menjurus ke kepercayaan Generasi Kedua yang meluas
akan pola “bak-mandi”.
Akan tetapi penelitian Generasi Ketiga membuktikan bahwa tidak hanya satu atau
dua pola tetapi ada enam pola kegagalan yang betul-betul terjadi dalam praktek.
Penelitian ini selanjutnya akan dibahas secara rinci sedikit demi sedikit. tetapi ini juga
memiliki efek yang dalam terhadap perawatan.
4
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 5
Teknik-teknik Baru
Telah terjadi penambahan yang sangat banyak dari konsep-konsep dan teknik-teknik
perawatan baru. Beratus-ratus telah dikembangkan dalam kurun waktu lima belas
tahun terakhir ini, dan lebih banyak lagi mencuat setiap minggunya.
Gambar 1.3 menunjukkan bagaimana penekanan klasik pada overhaul dan sistem
administrasi telah berkembang menjurus ke dimasukkannya perkembangan-
perkembangan baru dalam sejumlah bidang yang berbeda-beda.
Tantangan utama yang dihadapi oleh orang-orang perawatan saat ini tidak hanya
belajar apa-apa saja teknik-teknik ini, tetapi untuk memutuskan mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak di dalam organisasi mereka. Bila kita mengambil
pilihan-pilihan yang tepat, akan memungkinkan untuk meningkatkan prestasi asset
dan pada waktu yang bersamaan dapat mengontrol dan malahan dapat menurunkan
biaya perawatan. Apabila kita mengambil pilihan-pilihan yang salah, masalah-
masalah baru akan timbul sedangkan masalah yang telah ada semakin parah.
Bagian selanjutnya dari bab ini memperkenalkan RCM secara lebih rinci. Ini dimulai
dengan mengeksplor arti dari “perawatan” itu sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan
mendefinisikan RCM dan menjelaskan tujuh langkah-langkah kunci yang
diikutsertakan pada waktu menerapkan proses ini.
Dari pandangan engineering, ada dua elemen dalam manajemen dari sebarang asset
fisik. Asset harus dapat dirawat dan dari waktu ke waktu dapat memerlukan pula
modifikasi.
Bila kita merawat sesuatu, apa sebenarnya yang diinginkan untuk menyebabkan
kelangsungannya? Tingkat keadaan yang bagaimana yang ingin kita pertahankan?
6
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 7
Jelaslah, supaya ini terjadi, peralatan harus mampu memenuhi fungsi yang
diharapkan terlebih dahulu. Hal ini mengingat bahwa perawatan - suatu proses “yang
menyebabkan kelangsungan” - hanya dapat mengeluarkan kemampuan yang melekat
(atau keandalan inheren) dari sebarang item. Perawatan tidak dapat
meningkatkannya.
Akan tetapi beberapa asset memang tidak mampu untuk memberikan prestasi yang
diharapkan. Dalam kasus-kasus ini, perawatan sendiri tidak dapat menjadikannya
untuk mampu melakukannya, sehingga item-item tersebut harus dimodifikasi
sehingga mereka dapat memberikan prestasi yang diinginkan atau kita harus
menurunkan tingkat keinginan atau harapan kita.
"Fungsi yang diharapkan" dari setiap asset dapat didefinisikan dengan berbagai cara,
tergantung pada di mana dan bagaimana digunakannya (konteks operasinya).
Pengertian "fungsi yang diharapkan" juga mengandung harapan-harapan prestasi
spesifik. Ini menjurus ke definisi formal Reliability-centred Maintenance sebagai
berikut:
Ditinjau dari segi perawatan sebelumnya, definisi yang lebih lengkap dari RCM dapat
seperti berikut: "suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan untuk menjamin agar sebarang asset fisik dapat berlangsung terus memenuhi fungsi
yang diharapkan dalam konteks operasinya saat ini".
8 Reliability-centred Maintenance
Setelah itu, proses RCM menuruti tujuh pertanyaan untuk setiap asset terpilih sebagai
berikut:
apa fungsi-fungsi dan standar-standar prestasi kaitannya dari asset dalam konteks
operasinya saat ini?
dengan jalan apa saja asset ini bisa gagal untuk memenuhi fungsi-fungsinya?
apa yang menyebabkan masing-masing kegagalan fungsi?
apa yang terjadi apabila setiap kegagalan timbul?
dengan cara apa saja setiap kegagalan ini berpengaruh?
apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan?
apa yang harus dilakukan apabila suatu cara pencegahan tidak dapat ditemukan?
Bila perawatan dimaksudkan untuk menjamin agar asset terus menerus memenuhi
fungsi-fungsi yang diharapkan, maka tujuan-tujuan perawatan untuk sebarang asset
hanya dapat ditetapkan dengan mendefinisikan apa saja fungsi-fungsi ini, bersama-
sama dengan tingkat-tingkat prestasi yang diinginkan.
Oleh alasan ini, proses RCM memulai dengan mendefinisikan terlebih dahulu fungsi-
fungsi dan standar prestasi dari setiap asset dalam konteks operasinya. RCM juga
sangat menekankan pada kebutuhan untuk mengkuantifikasikan standar-standar
prestasi bila mungkin. Standar-standar ini mencakup output, kualitas produk,
customer service, issu lingkungan, biaya-biaya operasi dan keselamatan.
Bila dilaksanakan dengan betul, langkah ini saja biasanya memakan 1/3 waktu yang
dibutuhkan untuk keseluruhan analisis RCM. Ini biasanya menyebabkan (pula) team
yang melakukan analisis menjadi belajar sangat banyak - kadangkala dengan jumlah
yang menakutkan - tentang bagaimana sebetulnya peralatan bekerja.
8
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 9
Kegagalan-kegagalan Fungsi
Apabila asset telah dirancang secara adekuat, kejadian yang memungkinkan untuk
menghentikannya untuk beroperasi sebagaimana seharusnya hanyalah beberapa jenis
kegagalan saja. Ini memberikan pengertian bahwa tujuan perawatan dapat dicapai
dengan memanfaatkan pendekatan yang tepat dari manajemen kegagalan. Akan
tetapi sebelum kita dapat menggunakan gabungan yang baik dari alat-alat manajemen
kegagalan, kita perlu mengidentifikasi kegagalan-kegagalan apa yang dapat timbul.
Proses RCM melakukannya pada dua tingkatan:
Bagaimana cara-cara suatu item dapat gagal untuk memenuhi fungsi-fungsi yang
diharapkan dikenal sebagai functional failures (kegagalan-kegagalan fungsi), yang
didefinisikan sebagai ketidak mampuan suatu asset untuk memenuhi suatu standar prestasi
yang diinginkan. Jelas ini semua hanya dapat diidentifikasi setelah fungsi-fungsi dan
standar-standar prestasi asset telah didefinisikan.
Mode-mode Kegagalan
Bila melakukan langkah ini, sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab dari
setiap kegagalan dengan rincian yang cukup untuk menjamin bahwa waktu dan
usaha tidak percuma untuk mencoba menangani gejala-gejala (symptoms) bukannya
sebab-sebab (causes). Di sisi lain, yang tidak kalah pentingnya adalah menjamin agar
supaya waktu tidak disia-siakan untuk masuk lebih dalam lagi ke analisis yang terlalu
rinci.
Efek-efek Kegagalan
Konsekuensi-konsekuensi Kegagalan
Analisis yang rinci dari suatu perusahaan industri ukuran sedang bisa mendapatkan
tiga ribu sampai sepuluh ribu mode-mode kegagalan yang mungkin. Masing-masing
dari kegagalan-kegagalan ini memang dapat mempengaruhi organisasi dengan satu
atau beberapa cara, tetapi untuk setiap kasus efek-efeknya berbeda. Mereka bisa
mempengaruhi operasi. Mereka dapat mempengaruhi kualitas produk, customer
service, keselamatan atau lingkungan. Mereka semua menyita waktu dan
membutuhkan uang untuk mereparasinya.
10
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 11
Kita akan lihat di sini bagaimana proses RCM menggunakan kategori-kategori ini
sebagai dasar dari kerangka strategi untuk proses pengambilan keputusan perawatan.
Dengan mereview secara terstruktur konsekuensi-konsekuensi dari setiap mode
kegagalan dalam term-term dari kategori-kategori di atas, RCM memadukan tujuan-
tujuan operasional, lingkungan dan keselamatan dari fungsi perawatan. Ini menolong
dalam masuknya keselamatan ke dalam manajemen enjiniring.
Proses evaluasi konsekuensi akan dibahas lagi pada bab ini, dan secara lebih rinci lagi
pada Bab 4.
Pada intinya, bagian dari proses RCM ini menanyakan apakah setiap kegagalan
memiliki konsekuensi-konsekuensi yang signifikan. Apalila tidak, maka keputusan
default yang biasa diambil adalah tidak ada perawatan pencegahan. Apabila ya,
langkah berikutnya adalah menanyakan kegiatan-kegiatan pencegahan apa (bila ada)
harus dilaksanakan. Akan tetapi, proses pemilihan kegiatan tersebut tidak dapat
direview dengan berarti tanpa lebih dahulu mempertimbangkan pola-pola kegagalan
dan efek-efeknya pada pemilihan dari berbagai metoda pencegahan.
12 Reliability-centred Maintenance
Kegiatan-kegiatan Pencegahan
Banyak orang percaya bahwa cara terbaik untuk mengoptimasi avalability pabrik
adalah dengan melakukan beberapa jenis perawatan pencegahan secara rutin.
Kebijakan Generasi Kedua menyarankan bahwa kegiatan pencegahan ini harus terdiri
dari overhaul-overhaul atau penggantian-penggantian komponen pada interval-
interval waktu yang tetap.
Gambar 1.4 menyajikan pandangan interval waktu yang tetap dari kegagalan. Di sini
dianggap bahwa kebanyakan item beroperasi dengan andal pada suatu periode waktu
"X", dan kemudian aus. Pemikiran klasik menyiratkan bahwa pencatatan yang teliti
terhadap kegagalan peralatan akan memungkinkan kita untuk menetapkan umur ini,
sehingga perencanaan-perencanaan dapat dibuat untuk mengambil tindakan
pencegahan sesaat sebelum item mencapai saat yang direncanakan gagal.
Ini benar untuk beberapa jenis peralatan sederhana, dan untuk beberapa item-item
yang kompleks dengan mode kegagalan dominan. Terutama, karakteristik-
karakteristik wear-out seringkali ditemukan bilamana peralatan berkontak langsung
dengan produk. Contoh-contoh mencakup crusher atau hopper liner, screw
conveyors, mesin perkakas, impeller pompa, batu tahan api tungku pembakaran dan
sebagainya. Kegagalan-kegagalan yang terkait dengan umur sering-sering pula
dikaitkan dengan kelelahan dan korosi.
12
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 13
Pola A adalah kurva bak mandi yang terkenal itu. Kurva memulai dengan suatu
tingkat insiden kegagalan yang tinggi (dikenal sebagai infant mortality atau burn-in)
diikuti dengan laju kegagalan yang konstan atau meningkat secara bertahap,
kemudian dengan suatu zone wear-out. Pola B menunjukkan kemungkinan kegagalan
yang konstan atau meningkat perlahan, berakhir pada zone wear-out (pola yang sama
dengan Gambar 1.4)
kegagalan dominan yang terkait dengan umur, batas-batas usia akan sedikit atau
tidak bisa melakukan apapun untuk meningkatkan keandalan dari item-item yang
kompleks. Malahan faktanya overhaul-overhaul terjadual dapat betul-betul
meningkatkan laju-laju kegagalan overall karena masuknya infant mortality ke dalam
sistem-sistem yang sebetulnya stabil.
Kegiatan-kegiatan on-condition
14
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 15
Kegiatan-kegiatan Default
Apakah suatu kegiatan pencegahan layak secara teknik atau tidak, diatur oleh
karakteristik-karakteristik teknik dari kegiatannya dan dari kegagalannya yang
dimaksudkan untuk dicegahnya. Apakah kegiatan ini bermanfaat untuk dilakukan,
diatur oleh seberapa baik kegiatan ini menangani konsekuensi-konsekuensi dari
kegagalannya.
Bila kegiatan pencegahan tidak ditemukan yang layak secara teknik maupun
bermanfaat untuk dilakukan, maka kegiatan default yang tepat harus diambil. Jenis
kegiatan ini tergantung pada konsekuensi-konsekuensi kegagalan, sebagai berikut:
rendah, maka keputusan default kedua adalah bahwa item tersebut mungkin
harus dirancang ulang (tergantung dari konsekuensi-konsekuensi kegagalan
multiplenya).
16
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 17
konteks operasi yang berbeda pula. Ini mengakibatkan banyak sekali jumlah jadual
yang tidak ada manfaatnya, bukannya mereka "salah" dalam arti teknik, tetapi mereka
tidak mencapai apapun.
Kita telah melihat bagaimana proses RCM merangkumi tujuh pertanyaan dasar.
Dalam praktek, orang-orang perawatan tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini semua sendiri. Ini disebabkan kebanyakan (atau hampir seluruhnya)
dari jawaban-jawaban hanya dapat diberikan oleh orang-orang produksi atau operasi.
Ini berlaku terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah
fungsi-fungsi, prestasi yang diharapkan, efek-efek kegagalan dan konsekuensi-
konsekuensi kegagalan.
Oleh alasan ini suatu review dari kebutuhan-kebutuhan perawatan dari sebarang
asset harus dilakukan oleh team-team kecil yang memasukkan sedikit-dikitnya satu
orang dari fungsi perawatan dan satu orang dari fungsi operasi. Senioritas dari
anggauta kelompok kurang penting dibandingkan dengan fakta bahwa mereka harus
memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan seksama dari asset yang sedang
direview. Setiap anggauta kelompok harus telah dilatih tentang RCM. Pembentukan
kelompok review RCM disajikan pada Gambar 1.6.
Fasilitator
RCM diterapkan dengan benar (dengan perkataan lain, bahwa pertanyaan diajukan
secara tepat dalam urutan yang benar, dan dimengerti dengan benar oleh setiap
anggauta kelompok)
anggauta-anggauta kelompok (terutama orang-orang operasi dan perawatan)
mencapai konsensus yang beralasan tentang jawaban-jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut
tidak ada satu peralatan atau komponen yang signifikan yang terlupakan
pertemuan-pertemuan untuk review memiliki progres yang cukup cepat
seluruh dokumen RCM diselesaikan secara lengkap dan tepat.
Auditors
Segera setelah review untuk setiap peralatan major telah lengkap, senior-senior
manager yang memiliki wewenang pada seluruh peralatan harus puas bahwa review
telah dilakukan dengan tepat dan mereka telah setuju dengan penaksiran
konsekuensi-konsekuensi kegagalan dan pemilihan kegiatan-kegiatan. Manajer-
manajer ini tidak perlu melakukan audit-audit tersebut sendiri, tetapi dapat
mendelegasikan mereka ke seseorang di mana penilaiannya dapat mereka percayai.
Bila diimplementasikan dengan cara seperti yang dianjurkan diatas, suatu review
RCM menghasilkan empat hasil utama, seperti berikut:
18
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 19
Hasil-hasil ini harus mampu memberikan kepada fungsi perawatan untuk mencapai
harapan yang didaftarkan seperti pada Gambar 1.1., Bagaimana caranya disarikan di
bawah ini:
Efektivitas biaya perawatan yang lebih tinggi: RCM secara terus menerus
memfokuskan perhatian pada kegiatan perawatan yang memiliki pengaruh
20 Reliability-centred Maintenance
yang sangat besar pada prestasi pabrik. Ini membantu menjamin bahwa segala
sesuatu yang dibelanjakan untuk perawatan dibelanjakan pada tempat yang
paling baik.
Umur berguna yang lebih panjang dari item-item yang mahal, mengingat akan
penekanan pada penggunaan teknik-teknik perawatan on-condition.
Suatu basis data perawatan yang komprehensif: Review RCM berakhir dengan
suatu basis data yang komprehensif, andal dan terdokumentasikan secara
penuh tentang kebutuhan-kebutuhan perawatan dari seluruh asset yang
penting yang dioperasikan oleh organisasi. Ini memungkinkan menserasikan
perubahan kondisi-kondisi (seperti perubahan pola shift atau teknologi baru)
tanpa harus mempertimbangkan kembali seluruh kebijakan-kebijakan
perawatan dari awal. Ini juga menurunkan pula pengaruh dari pergantian staff
terutama karena hilangnya pengalaman dan kepakaran dari staff tersebut.
Suatu review RCM dari kebutuhan-kebutuhan perawatan dari setiap asset juga
menyediakan suatu pandangan yang lebih jelas dari ketrampilan yang dibutuhkan
untuk merawat setiap asset, dan untuk memutuskan suku cadang apa yang harus
disimpan dalam stock. Suatu hasil sampingan yang berharga lainnya adalah
gambar dan manual yang lebih baik.
Motivasi individu yang lebih besar, terutama bagi mereka yang ikut dalam
proses review. Ini menjurus pada pemahaman yang lebih mendalam dari
peralatan dalam konteks operasinya, bersama-sama dengan “kepemilikan”
masalah perawatan dan solusinya yang lebih besar. Ini juga memiliki arti
bahwa solusi-solusi tersebut besar kemungkinan dapat bertahan lebih lama.
Kerja kelompok yang lebih baik: RCM menyediakan bahasa yang sederhana,
mudah dimengerti oleh semua orang yang terkait dengan perawatan. Ini
memberikan pemahaman yang lebih baik bagi orang-orang perawatan dan
operasi tentang apa yang dapat dicapai (dan tidak dapat dicapai) oleh
perawatan, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.
Semua issue ini merupakan bagian dari arus utama dari manajemen perawatan, dan
banyak dari issue-issue tersebut telah menjadi target dari program-program
20
Pengenalan Reliability-centered Maintenance 21
Bila diterapkan secara tepat, RCM memberikan hasil yang sangat cepat. Pada
kenyataannya, kebanyakan industri dapat menyelesaikan review RCM dalam waktu
kurang dari satu tahun dengan menggunakan staf yang ada. Review ini menuntun ke
transformasi baik dalam pengertian akan persyaratan-persyaratan perawatan tertentu
dari asset fisik yang digunakan oleh organisasi maupun dari cara bagaimana fungsi-
fungsi perawatan secara keseluruhan dimengerti. Hasilnya adalah perawatan yang
lebih efektif, lebih harmonis dan lebih murah.
2 Register Pabrik
Ditinjau dari jumlah dan variasi dari item-item tersebut berarti bahwa kita
perlu membuat suatu daftar yang komprehensif dari asset-asset ini dan
mengembangkan sistem penomoran yang tepat sebelum mencoba menaksir
persyaratan-persyaratan perawatan. Daftar ini membentuk dasar dari sistem-
sistem informasi manajemen yang digunakan untuk melaporkan prestasi asset
dan biaya perawatan. Daftar ini disebut sebagai register pabrik atau inventori
pabrik. Bab ini menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Register pabrik adalah daftar dari seluruh pabrik, peralatan dan bangunan
yang dimiliki atau digunakan oleh perusahaan, dan yang membutuhkan
perawatan jenis apapun (walaupun bila beberapa dari perawatannya di sub-
kontrakkan).
Jadi apabila register yang baik sudah tidak ada lagi, maka register baru yang
khusus harus disusun dengan penomoran yang tepat. Register baru yang
komprehensif ini dapat digunakan untuk memperbaiki atau memodifikasi
daftar peralatan pabrik. (Fakta adalah bahwa (banyak) departemen perawatan
pada saat ini menjaga isi dari register asset, sedangkan akuntan mengatur
aspek finansial seperti depresiasi. Sebagai hasilnya register asset dan register
pabrik memiliki informasi yang sama, dengan benefit yang jelas pada
organisasi).
Akhirnya, register pabrik harus dijaga tetap up-to-date. Ini merupakan pondasi
dari seluruh sistem perawatan. Seksi perekaman harus selalu diberitahu akan
seluruh instalasi baru, pemindahan pabrik, modifikasi dan penggantian dan
mereka harus merevisi register pabrik tersebut berdasarkan perubahan-
perubahan ini.
27
28 Reliability-centred Maintenance
Dalam praktek, struktur seperti ini bukan hanya sangat penting untuk
menyiapkan jadual-jadual perawatan, ini menyederhanakan banyak aspek
manajemen perawatan, seperti suatu perencanaan pekerjaan rutin dan non-
rutin, pembiayaan dan penyiapan informasi manajemen.
ukuran dari register: apabila register tersebut terdiri dari sangat sedikit
item-item (tidak lebih dari seratus atau dua ratus), suatu struktur dan
sistem penomoran yang sederhana sudahlah cukup
luas fisik: apabila pabrik sangat kecil (katakan kurang dari 2 500 m2),
struktur tersebut dapat sekali lagi dibuat sangat sederhana
28
Register Pabrik 29
Unit: Suatu unit adalah suatu kumpulan dari item-item pabrik yang saling
bergantung dan berdekatan satu sama lain. Karakteristik-karakteristik
utama dari suatu unit adalah bahwa kebanyakan dari item-itemnya
terhubungkan secara mekanik atau elektrik, dan kegagalan dari sebarang
dari item-item ini akan secara langsung mempengaruhi prestasi mekanikal
atau elektrikal (atau potensial prestasi) dari unit secara keseluruhan.
Item: Suatu item adalah suatu bagian yang jelas dari suatu unit dan
biasanya merupakan suatu peralatan diskret yang terkecil dipandang dari
sudut pandang operasi. Misal, suatu pompa yang dianggap sebagai suatu
item adalah segala sesuatu yang biasanya ditemukan pada/di atas baseplate
dari suatu pompa.
29
30 Reliability-centred Maintenance
Komponen: Suatu komponen adalah suatu bagian diskret dari suatu item
dan biasanya dapat dipertukarkan/diganti. Gearboxe, motor, kopling, dan
pompa diklasifikasikan sebagai komponen, kecuali mereka secara tidak
normal besar atau kompleks..
Spare: Suatu spare sesuai dengan namanya – suatu suku cadang dalam
istilah umum yang disepakati
Contoh, perhatikan suatu boiler house dari suatu pabrik kecil. Ini terdiri dari empat boiler
kecil, suatu sistem penanganan batu bara dan peralatan lainnya. Seluruh fasilitas
pembangkit uap ini kemungkinan besar dianggap sebagai suatu cost centre yang terpisah
sehingga daftar ini bisa dibuat strukturnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Struktur dua tingkat dapat digunakan untuk register-register yang lebih kecil
dan sederhana. Pabrik terdiri dari cost centre-cost centre dan item-item, tanpa
30
Register Pabrik 31
unit.
Gambar 2.2.
Perhatikan bengkel engineering yang disebutkan terdahulu. Ini mungkin hanya terdiri dari
tiga cost centre produksi – suatu bengkel mesin, bengkel press dan suatu assembly area.
Bengkel mesin terdiri (katakan) suatu mesin frais, dua mesin bubut, satu mesin skrap, satu
gerinda dan satu bor tekan. Setiap mesin bisa dianggap sebagai suatu item, dan registernya
memiliki struktur seperti ditunjukkan pad Gambar 2.2.
Untuk hierarki tiga tingkat, nomor pabrik memiliki tiga set digits. Set pertama
adalah nomor cost centre, kedua adalah nomor unit, dan ketiga adalah nomor
item.
Contoh, misalkan boiler house pada Gambar 2.1 telah diberi nomor cost centrenya (cost
code) yaitu 256. Unit-unit yang terkait dengan boiler house dapat diberi nomor sebagai
berikut:
256-01 Boiler No 1
256-02 Boiler No 2
256-03 Boiler No 3
256-04 Boiler No 4
256-05 Coal handling plant
256-06 Steam Mains
256-07 Boiler House Building dsb
31
32 Reliability-centred Maintenance
Item-item yang terkait dengan Boiler No 3 dapat diberi nomor sebagai berikut:
256-03-01 Shell and tubes
256-03-02 Chain Grate Stoker
256-03-03 Feed Pump No 1
256-03-04 Feed Pump No 2
256-03-05 FD Fan
256-03-06 Rear Sootblowers dsb
Untuk hierarki dua tingkat, nomor pabrik akan terdiri dari dua set digits. Yang
pertama nomor cost centre, dan yang kedua nomor item.
Ambil bengkel engineering pada Gambar 2.2. sebagai contoh, bengkel mesin dapat
diberikan cost cobe MS. Itrem-item individual dapat diberi nomor sebagai berikut:
MS-01 Lathe No 1
MS-02 Lathe No 2
MS-03 Milling Machine
MS-04 Shaper
MS-05 Grinding Wheel dsb
Sedikit demi sedikit pada buku ini, keunggulan dari sistem penomoran pabrik
multi-level menjadi bertambah jelas. Akan tetapi, sekarang kita akan melihat
sistem-sistem penomoran pabrik lainnya yang digunakan dalam praktek,
keunggulan dan kekurangan mereka, dan beberapa dari issue-issue lain yang
mempengaruhi masalah ini.
32
Register Pabrik 33
proses dan seterusnya untuk seluruh pabrik. Jenis penomoran secara berurutan
ini tampak sangat sederhana. Akan tetapi, keburukan utamanya adalah bahwa
sistem ini tidak memberi peluang untuk penambahan-penambahan pada
register (yang mungkin terjadi penambahan mesin di tengah-tengah pabrik).
Sebagai akibatnya, nomor yang dialokasikan untuk tambahan tersebut harus
diberi tambahan sisipan awal maupun sisipan akhir. Register seperti ini
menjadi sangat sulit untuk dimengerti dan sulit untuk digunakan.
Masalah lain dari penomoran secara berurutan adalah bahwa cara ini tidak
dapat membedakan antara unit dan item, dan tidak membolehkan adanya
pengelompokkan mesin. Inilah sebabnya mengapa penomoran secara
berurutan hanya digunakan untuk register sederhana yang sangat kecil.
Gambar 2.3
Contoh, suatu pompa digerakkan oleh suatu motor melalui suatu gearbox, pompa diberi
nomor, motor nomor lain, dan gearbox nomor lainnya lagi. Nomor-nomor komponen
dipahat langsung pada masing-masing komponen, maka apabila pompa gagal, dia akan
diganti dengan suatu pompa lain yang memiliki suatu nomor yang berbeda. Ini
ditunjukkan pada Gambar 2.3. (Perlu dicatat bahwa keseluruhan rakitan ini akan terlihat
sebagai satu item saja dalam suatu sistem penomoran hierarki).
33
34 Reliability-centred Maintenance
Hanya oleh alasan ini saja, maka tidaklah bijaksana untuk mengembangkan
suatu register yang didasarkan hanya pada penomoran komponen. Akan
tetapi kadangkala suatu kasus dibuat untuk mempertahankan suatu register
komponen hanyalah sebagai tambahan dari suatu register unit/item yang ada. Ini
sering dilakukan untuk motor listrik, di sini pemikiran tambahan lainnya
diperlukan:
Kebanyakan pabrik memiliki sejumlah motor listrik yang sangat banyak, dan
banyak dari antaranya identik. Ini menjurus pada suatu kepercayaan bahwa
suatu sistem formal harus dikembangkan untuk melacak setiap motor,
sehingga “apabila motor tersebut pada suatu perlatan kritis gagal tiba-tiba, kita
dapat mencari penggantinya dengan cepat”. Dalam praktek, pada umumnya
setiap foreman elektrikal menyimpan catatan lengkap dari ukuran, tipe dan
lokasi dari seluruh motor yang ada di bawah kekuasaannya, dan anak buahnya
biasanya memiliki akses tidak terbatas pada catatan-catatan ini. Ini merupakan
suatu sistem “little black book” yang selalu diserahterimakan dari satu
foreman ke foreman lainnya, dan biasanya sangat efektif. Apabila para
electrician dalam pabrik anda menyimpan catatan seperti ini dan sistem
informal mereka jalan, adalah merupakan pemborosan waktu untuk
menciptakan sistem formal paralel yang mungkin para electrician tersebut
tidak akan mengindahkannya. Di lain pihak, apabila motor-motor tersebut
merupakan sumber masalahnya, sesuatu harus dilakukan terhadap mereka.
34
Register Pabrik 35
Mengikuti definisi kita yang lalu, maka kendaraan adalah item. Sebagai
akibatnya masalahnya bukan pada definisi mesin atau struktur register, tetapi
hanya pada masalah pemilihan dari sistem penomoran yang paling tepat. Dua
issue utama adalah ukuran dari armada kendaraan, dan apakah armada
tersebut dikaitkan dengan atau merupakan bagian dari suatu register yang
lebih besar lagi. Ini berarti bahwa ada banyak cara untuk memberi nomor
kendaraan, dan beberapa alternatifnya dibahas berikut ini:
35
36 Reliability-centred Maintenance
Kode-kode fungsi
sepanjang item fisik itu sendiri yang menjadi perhatian, orang dapat
melihat apakah ini (dengan sangat sedikit pengecualian), sehingga suatu
kode fungsi sekali lagi adalah superfluous.
36
Register Pabrik 37
Kode gabungan
256-P-07-F-04-03.
Nomor seperti ini harus dihindarkan karena mereka sangat sulit digunakan
dalam praktek. (Faktanya, nomor yang diperlihatkan sama sekali bukan nomor
pabrik, tetapi campuran dari nomor-nomor pabrik dan kategori-kategori
biaya).
Penomoran ini tidak lulus dalam ujian karena tidak bisa diterapkan untuk
mesin. Ini disebabkan karena beberapa dari kode-kodenya selalu berubah
tergantung pada jenis pekerjaan dan siapa yang mengerjakan. Sebagaimana
dengan aturan yang sudah umum, maka apabila suatu nomor tidak bisa
dilekatkan secara fisik pada suatu asset karena sebagian daripadanya
bervariasi, maka sistem pengkodean harus dirubah untuk mengeliminasi porsi
variabelnya.
Ini tidak berarti bahwa kita mengabaikan kategori pekerjaan dan siapa yang
mengerjakan. Informasi ini dapat diambil dengan menggunakan jalan lain. Ini
berarti bahwa kode-kode yang relevan tadi harus tidak muncul dalam nomor-
nomor pabrik.
37
38 Reliability-centred Maintenance
sendiri. Ini akan menghilangkan sebarang keraguan tentang nomor yang mana
yang dimiliki oleh asset yang mana, dan dengan demikian menyederhanakan
organisasi dan control perawatan. Ini juga akan menghilangkan excuse yang
paling umum untuk tidak merekam nomor-nomor ini pada dokumen-
dokumen perawatan. Metode-metode berikut dapat digunakan untuk
menomori mesin:
cat: mengecat nomor pada mesin sangat cepat dan murah. Akan tetapi
ini kurang efektif, karena nomor yang dituliskan dengan cat akan
terkubur oleh pengecatan baru atau akan terhapus.
memahat pada rumah mesin: ini juga cepat dan murah, tetapi angkanya
sulit dibaca, dan mereka seringkali hilang oleh cat dan coating.
memasang tag: tag bisa jatuh dengan mudah, maka mereka hanya
digunakan untuk sementara saja.
pelat nomor: pada hampir seluruh kasus, cara yang paling efektif untuk
memberi nomor adalah dengan memasang pelat dari metal dengan
huruf timbul pada atau di sebelah item, menggunakan baut, keling atau
cat epoxy. Tetapi sayangnya teknik ini adalah yang paling mahal.
Setiap item dalam register pabrik memiliki banyak informasi yang dilekatkan
padanya. Informasi ini menjelaskan apa mesin itu dan apa yang dilakukannya.
Dia jarang atau tidak pernah berubah selama hidupnya, kecuali apabila mesin
dimodifikasi. Kami menamakan informasi ini sebagai data pabrik, dan ini
38
Register Pabrik 39
(Perlu dicatat bahwa data pabrik seperti yang didefinisikan di atas tidak
berbuat apa-apa terhadap riwayat teknis, yang merekam perawatan dan
pekerjaan lain yang dilakukan pada mesin sepanjang hidupnya. Riwayat teknis
dibahas pada Bab 9).
Data pabrik ini sering-sering bisa menjadi salah satu dari hal yang paling
mahal dalam seluruh bidang manajemen perawatan. Ini disebabkan karena
sangat sulit untuk mengumpulkan seluruh data dari setiap itemnya sejak awal
operasi pabrik. Manual yang tepat ataupun sistem perekaman
terkomputerisasikan diadakan, dan kegiatan pengumpulan data yang
kelihatannya mudah dimulai dengan antusiasme yang tinggi.
Perlu diingat bahwa informasi ini secara prinsip adalah pasif. Memilikinya
dalam rekaman tidak meningkatkan prestasi secara langsung. Orang selalu
percaya bahwa mungkin suatu saat nanti (tidak dispesifikasikan kapan) akan
berguna.
39
40 Reliability-centred Maintenance
yang rendah, dan hanya dilakukan apabila seluruh sistem telah dikembangkan
(apabila seseorang merasa bahwa ini masih diperlukan).
Ide dari perpustakaan teknik ini tentunya juga didasarkan pada asumsi bahwa
hampir seluruh literatur teknik masih dapat ditemukan. Pada pabrik yang
lebih tua, ini jarang terjadi. Akan tetapi, pabrik tua juga memetik keuntungan
dari aspek-aspek aktif dari manajemen perawatan dengan cepat. Sebagai
hasilnya, khususnya dalam pabrik seperti ini sumber daya tidak perlu
diabdikan untuk menyiapkan dengan sangat teliti rekaman-rekaman tetap
sebelum menyelesaikan sisa pekerjaan lainnya.
Haruslah sudah jelas sekarang bahwa aspek-aspek yang paling penting dari
suatu register pabrik adalah sistem-sistem penomoran dan alokasi dari nomor-
nomor untuk setiap item. Sesaat setelah master list dipublikasikan dan nomor-
nomor dipaparkan pada mesin, selebihnya bisa menunggu.
Akan tetapi, masih dapat dirasakan bahwa “data pabrik tetap” bermanfaat
untuk diringkas dan direkam dengan suatu basis formal. Ini dapat
dilaksanakan secara manual, atau menggunakan komputer. Alternatif-
alternatif ini dibahas di bawah ini.
40
Register Pabrik 41
Sistem perekaman data manual dibagi dalam 3 bagian: master list, suatu item
data file dan (bila dibutuhkan), suatu component data file. Hubungan antara
masing-masingnya diilustrasikan pada Gambar 2.4.
Master List. Memberikan resume dari seluruh register. Ini hanya menunjukkan
nomor unit dan item, dengan deskripsi pendek. Biasanya disusun dalam
bentuk buku, dan disirkulasikan ke seluruh organisasi. Daftar ini merupakan
salah satu dari dokumen penting yang dikaitkan dengan sistem perawatan,
jadi sangatlah bermanfaat membuat daftar ini untuk semudah mungkin
dicerna.
Item Data File. Berisi lembaran-lembaran informasi terpisah untuk setiap item.
Lembaran-lembaran ini dapat disimpan dalam baki-baki tipe Kardes, atau
dalam binder-binder lembaran lepas. Mereka bahkan dapat di print pada stiff
board atau disimpan dalam boxes. Form-form dengan bentuk yang bervariasi
yang tepat bisa didapat dari toko-toko buku.
File Data Komponen. Hanya dibuat apabila anda ingin merekam informasi
tentang komponen. File ini harus selalu dicross-reference-kan dengan item
data file (ini dapat dilakukan dengan mengindikasikan item tersebut pada
mana komponen melekat). Sebagaimana dengan item data file, file ini berisi
lembaran-lembaran informasi terpisah untuk setiap komponen, dan mereka
biasanya disimpan dengan cara yang sama. Dokumen yang berbeda dapat
dirancang untuk tipe-tipe komponen yang berbeda.
“Data register pabrik tetap” biasanya merupakan salah satu dari issue-issue
pertama yang dilontarkan pada waktu komputer dipertimbangkan untuk
digunakan dalam sistem-sistem perawatan terjadual. Dalam praktek, issue-
issue ini hanya dipertimbangkan setelah dambil keputusan apakah data ini
akan disimpan atau tidak.
41
42 Reliability-centred Maintenance
42
Register Pabrik 43
buatlah gambar diagram alir dari setiap bagian pabrik. Tetapkan posisi
tiap peralatan, masukkan juga mereka yang ada di bengkel, peralatan
standby, dan peralatan yang sedang dipesan. Tunjukkan mana yang
dapat dipindahkan mana yang tetap, dan tunjukkan mana yang saling
bergantung dan mana yang dapat dipertukarkan
43
3 Fungsi-fungsi dan Kegagalan-kegagalan
Apa fungsi dan standar prestasi kaitannya dari asset dalam konteks
operasinya saat ini?
Dengan jalan apa saja asset ini bisa gagal untuk memenuhi fungsinya?
Apa yang menyebabkan masing-masing kegagalan (fungsi)?
Apa yang terjadi pada setiap kegagalan yang timbul?
Apa-apa saja pengaruh dari kegagalan ini?
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan?
Apa yang harus dilakukan bila cara pencegahan tidak ditemukan?
Bab ini akan membahas empat pertanyaan pertama. Jawaban direkam pada
“RCM Information Sheet” seperti diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Bab 1 menjelaskan bahwa apabila kita merawat asset, tingkat keadaan yang
ingin kita pertahankan adalah yang dapat terus memenuhi fungsi-fungsi asset
yang diharapkan. Ini berarti bahwa persyaratan perawatan dari sebarang item
hanya dapat ditentukan apabila fungsi-fungsi ini dipahami. Issue-issue utama
dalam bidang ini akan dibahas berikut ini dengan judul-judul berikut:
Setiap item dari peralatan biasanya memiliki lebih dari satu – kadangkala
beberapa – fungsi-fungsi. Mereka dapat dibagi dalam empat kategori:
Fungsifungsi primer
Fungsi-fungsi sekunder
Alat pelindung
Fungsi superfluous
Masing-masing kategori dibahas secara lebih rinci di bawah ini.
Fungsi-fungsi Primer
Setiap asset dioperasikan untuk memenuhi suatu fungsi atau beberapa fungsi
spesifik. Ini dikenal sebagai fungsi-fungsi primer. Mereka merupakan alasan
mengapa asset itu ada, dan merupakan interes dari setiap orang yang ingin
mengembangkan suatu program perawatan. Jadi perlu untuk mendefinisikan
mereka setepat mungkin
Fungsi primer biasanya dinamai sesuai dengan nama itemnya. Misal fungsi
primer suatu pompa adalah memompa sesuatu, fungsi orimer dari mesin
gerinda adalah untuk menggerinda sesuatu dan sebagainya.
Contoh, salah satu fungsi dari suatu reaktor kimia dalam suatu pabrik kimia jenis batch
dapat dituliskan sebagai:
untuk memanaskan produk X seberat 500 kg dari temperatur sekeliling ke temperatur
didihnya (125oC) dalam satu jam.
Fungsi primer dari suatu conveyor dapat dituliskan sebagai:
untuk mentransfer batu padas dari hopper ke crusher pada laju minimum 15 ton per jam
Fungsi-fungsi Sekunder
Contoh: fungsi primer dari suatu sistem rem suatu pesawat terbang adalah untuk
menghentikan pesawat. Apabila kita membatasi hanya seperti ini, maka hanya satu
kegagagalan fungsi yang mungkin – ketidakmampuan untuk menghentikan pesawat.
Akan tetapi, sistem ini juga dimaksudkan untuk memndapatkan kemampuan penghentian
Fungsi dan Kegagalan 43
Adalah mungkin suatu item memiliki sebanyak dua puluh fungsi sekunder.
Makin kompleks item, makin banyak fungsi sekunder yang dimiliki.
Alat Pelindung
Dalam beberapa kasus, kegunaan alat ini adalah untuk memproteksi manusia
dari kegagalan dan disisi lain untuk memproteksi mesin, sering-sering kedua-
duanya. Kadangkala fungsinya adalah jelas (terkenal dengan peralatan
proteksi fail-safe), kadangkala tersembunyi.
Contoh, suatu milling machine di mana milling cutternya digerakkan oleh belt bergigi.
Apabila belt putus tanpa adanya protelsi apapun, mekanisme pengumpan akan
mendorong stationary cutter ke benda kerja (atau sebaliknya) dan menyebabkan kerusakan
sekunder yang serius. Ini dapat dihindari dengan dua cara:
dengan mengimplementasikan perawatan pencegahan rutin yang komprehensif yang
dirancang untuk mencegah kegagalan belt
dengan memasang peroteksi seperti detector putusnya belt untuk menshutdown mesin
begitu belt putus. Pada kasus ini, satu-satunya konsekuensi dari putusnya belt adalah
berhenti sebentar selagi belt diganti, sehingga kebijakan perawatan yang paling cost-
Fungsi dan Kegagalan 45
effective adalah biarkan belt putus. Tetapi kebijakan ini hanya berlaku apabila detector belt
bekerja, dan langkah-langkah harus diambil untuk menjamin detector bisa tetap berfungsi.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan dari alat pelindung adalah cara
menjelaskan fungsinya. Hampir seluruh dari alat-alat ini bekerja dengan
perkecualian (dengan perkataan lain, bila sesuatu yang lain salah (goes
wrong)), sehingga sangatlah penting untuk merinci mereka secara benar untuk
menghindari terciptanya impresi yang salah.
Contoh, apabila kita akan merinci fungsi dari kawat pengetrip untuk “menghentikan
mesin”, setiap orang yang membaca rincian ini dapat dimaafkan apabila mereka memiliki
pengertian bahwa kawat pengetrip tersebut adalah alat untuk stop/start normal. Untuk
menghilangkan ambiguity (hal yang meragukan) ini maka fungsi dari kawat pengetrip
harus dirinci sebagai berikut:
untuk memberikan kemampuan menghentikan mesin pada waktu keadaan darurat
dari sebarang titik di sepanjang kawat tersebut
(Acuan pada “dari sebarang titik di sepanjang kawat” menspesifikasikan standar prestasi
pada kasus ini).
Sistem polling (sensus) makin umum digunakan tapi agak merupakan kelas
proteksi yang lebih kompleks. Untuk alasan yang akan dijelaskan kemudian,
perhatian yang lebih dari biasanya harus diambil apabila mendefinisikan
fungsi mereka.
Contoh khas diberikan melalui tiga sensor tekanan yang dipasang pada suatu peralatan
hidrolik dan dirancang untuk bertindak apabila tekanan sistem turun di bawah (katakan)
46 Reliability-centred Maintenance
500 psi. Mereka bisa disambung sedemikian rupa sehingga apabila salah satu dari tiga
sensor mendeteksi tekanan di bawah 500 psi, maka suatu alarm berbunyi (berkedip,
menyala) pada control room. Apabila dua sensor sebarang mendeteksi tekanan di bawah
500 psi, mesin berhenti. Fungsi-fungsi dari control loops kaitannya dapat dirinci sebagai
berikut:
untuk mampu membunyikan atau menyalakan alarm apabila salah satu sensor
sebarang mendeteksi suatu tekanan di bawah 500 psi
untuk mampu menghentikan mesin apabila dua sensor sebarang mendeteksi suatu
tekanan di bawah 500 psi
Fungsi dari switch ke tiga diringkas (summarized) dengan statement berikut:
untuk mampu mengirimkan suatu sinyal shut down apabila salah satu dari tiga sensor
tidak mampu mengirimkan suatu sinyal dan tekanan turun di bawah 500 psi.
Fungsi-fungsi superfluous
Contoh, suatu steam trap telah dipasang pada waktu yang lalu pada suatu saluran suplai
uap sewaktu suplai uapnya basah. Sistem suplainya kemudian di modifikasi untuk
menyediakan uap yang bersih dan kering, sehingga steam trap tersebut menjadi superfluous.
Contoh lain, adalah suatu alat penurun tekanan yang dipasang pada saluran suplai antara
suatu manifold gas dengan suatu gas turbin. Fungsi awalnya adalah untuk menurunkan
tekanan gas dari 120 psi ke 80 psi. Sistem ini kemudian dimodifikasi untuk menurunkan
tekanan manifold menjadi 80 psi, setelah itu maka katup ini tidak lagi melayani kebutuhan
yang berguna.
Kadang-kadang ada argumen bahwa item seperti ini tidak membuat kerusakan
dan butuh uang untuk melepaskannya, jadi solusi sederhana adalah
membiarkannya hingga seluruh pabrik dikomisioning kembali. Walaupun
item ini tidak memiliki fungsi positif, mereka masih bisa gagal sehingga
menurunkan keandalan sistem keseluruhan. Untuk menghindari ini, mereka
masih membutuhkan perawatan, berarti masih memakan sumber daya.
Oleh alasan-alasan ini maka sangatlah penting untuk merekam seluruh fungsi
Fungsi dan Kegagalan 47
dari peralatan yang penting, apakah merekea itu primer, sekunder, pelindung
atau superfluous.
Standar-standar prestasi
Perawatan menjamin agar asset fisik tetap memiliki fungsi yang diinginkan
dengan mengantisipasi, mencegah atau mengkoreksi situasi dimana asset tidak
dapat lagi memenuhi fungsi yang diharapkan - situasi dimana peralatan telah
“gagal”.
Kedua standar prestasi yang dikaitkan dengan setiap fungsi adalah prestasi
yang diharapkan (apa yang kita ingin capai) dan keandalan inheren atau
kemampuan yang melekat dari asset terhadap fungsi tersebut (apa yang dapat
dicapainya). Sehingga RCM mengakui bahwa:
Dengan perkataaan lain, bila diinginkan agar sebarang asset berprestasi dalam
kemampuan melekatnya, maka perawatan dapat menolong untuk mencapai
prestasi yang diharapkan. Kebanyakan item telah secara tepat dispesifikasikan,
dirancang dan dibuat, sehingga sangat memungkinkan untuk
mengembangkan program perawatan yang menjamin bahwa mereka terus
menerus beroperasi pada prestasi yang diharapkan. Jadi asset seperti ini
adalah maintainable, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.3.
48 Reliability-centred Maintenance
Perbedaan antara yang kita harapkan dari peralatan dengan apa yang dapat
dilakukan oleh peralatan telah menjadi topik perbedaan pendapat sejak lama
antara produksi dengan perawatan. Sebagai contoh, sangatlah banyak masalah
keandalan yang serius terjadi karena prestasi yang diharapkan melampaui
kemampuan melekatnya (terutama untuk masalah yang mempengaruhi
kualitas). Dan sangat mengherankan seberapa seringnya produksi langsung
menyimpulkan “ada yang tidak beres dengan cara merawat mesin”, dilain
pihak perawatan menuduh produksi “membantai mesin”.
Ini terjadi karena orang operasi cenderung memiliki pendapat tentang apa
yang dia inginkan dari asset, sedang orang perawatan cenderung untuk
berkonsentrasi pada apa yang dapat dicapai mesin. Tidak satupun dari mereka
“salah” - mereka hanya memandang pertanyaan tersebut dari dua sudut
pandang yang berbeda.
Sebagai contoh, apabila suatu motor listrik terlalu kecil untuk pekerjaan yang kita inginkan
untuk dilaksanakannya, motor listrik ini akan trip dan mungkin akan terbakar secara
premature. Perawatan tidak bisa membuat motor ini cukup besar. Motor ini telah cukup
sempurna untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan rancangannya – motor ini
hanyalah tidak dapat memberikan prestasi yang diinginkan dalam konteks ini.
Fakta bahwa untuk setiap fungsi memiliki dua standar prestasi yang terkait
menelorkan pertanyaan lain: Yang mana yang harus didaftar pada waktu
menjelaskan fungsinya?
50 Reliability-centred Maintenance
Sebagai contoh, operator pompa pada Gambar 3.5. mengharapkan pompa ini dapat
mengisi tangki Y lebih cepat dibandingkan dengan terambilnya air dari tangki. Jadi
walaupun pompa ini dapat memompa 1000 liter permenit, fungsinya dan standar prestasi
yang diinginkan kaitannya akan dituliskan sebagai berikut:
untuk mentransfer air dari tangki X ke tangki Y dengan kapasitas tidak lebih rendah
dari 800 liter per menit.
Rekam prestasi yang diinginkan (apa yang kita inginkan dicapai oleh asset)
sewaktu menuliskan fungsi-fungsi dan standar-standar prestasi
Standar prestasi dalam contoh lalu memfokuskan pada output. Standar lainnya
: kualitas produk, keselamatan, efisiensi energi dan lingkungan. Dua
diantaranya dibahas berikut ini.
Kualitas Produk: otomasi lanjut untuk mencapai standar kualitas produk yang
memuaskan tergantung pada kemampuan mesin yang memproduksikan
barang tersebut. Selain itu, kemampuan kita untuk menjaga (sustain) standar
yang tinggi tergantung pada kondisi mesin. Sebagai hasilnya, standar prestasi
asset harus mengikutsertakan kriteria kualitas produk dimana mungkink. Ini
termasuk standar kemurnian untuk makanan, obat dan sebagainya, dimensi
untuk pemesinan, level dan berat pengisian untuk pembungkusan, kekerasan
untuk perlakuan panas dan sebagainya.
Contoh, fungsi utama dari milling station dari suatu transfer machine dapat seperti berikut:
untuk melakukan milling suatu benda kerja dalam suatu siklus waktu 2,25+/- 0,03
Fungsi dan Kegagalan 51
menit dengan kedalaman 11,8 +/- 0, 1 mm dengan tolerasni kerataan 0,1 dan surface
finish Ra 5,0V0,8 mm.
Fungsi utama dari mesin pengepakan kembang gula dapat dituliskan sebagai berikut:
untuk mengepak 250 +/- 1 gram kembang gula ke dalam kantong-kantong dengan laju
minimum 75 kantong per menit.
Lingkungan: Di seluruh dunia makin banyak terjadi insiden yang secara serius
mempengaruhi lingkungan karena beberapa item dari peralatan tidak bekerja
sebagaimana mustinya – dengan perkataan lain karena sesuatu gagal. Pada
waktu yang bersamaan, standar prestasi makin diperketat, dan sangat berat
penalti pelanggarannya.
Ini berarti bahwa setiap orang yang ikut dalam pengembangan program
perawatan sebarang item harus menemukan bagaimana sesungguhnya item
tersebut dapat mempengaruhi lingkungan bila gagal. Ini selanjutnya
membutuhkan pemahaman mendalam dari standar lingkungan perusahaan,
kotapraja, regional maupun internasional. Hampir dari seluruh standar ini
menangani pelepasan bahan kimia atau partikel, beberapa menangani suara,
panas atau pencahayaan.
Contoh, suatu fungsi dari instalasi penanganan effluent (limbah) dapat dituliskan sebagai
berikut:
untuk membuang tidak lebih dari 200 gram per tahun suatu bahan kimia X dalam air
limbah dengan konsentrasi tidak lebih dari satu part per million.
Contoh, perhatikan suatu truck yang biasanya digunakan untuk trayek dari Startsville ke
Endburg pulang pergi. Sebelum fungsi-fungsi dan prestasi kaitannya yang diharapkan
dari kendaraan ini bisa didefinisikan, kita membutuhkan pemahaman yang seksama dari
konteks operasinya ini.
Misal, berapa jauh Startsville dari Endburg? Melalui kondisi jalan yang bagaimana dan
lapangan yang bagaimana? Apa yang menjadi “kasus terburuk tipikal” dari klimat dan
kondisi lalu lintas pada route ini? Berapa besar beban yang diharapkan yang dapat dibawa
oleh truck? Apa ada jalan lain dari Startsville ke Endburg? Berapa limit kecepatan dan
apakah ada fasilitas pompa bahan bakar di jalan?
52 Reliability-centred Maintenance
Pentingnya konteks operasi diilustrasikan dengan cara yang sedikit berbeda dengan
tiga pompa identik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6. Pompa stand-alone A,
konteks operasinya tidak memasukkan standby. Konteks operasi pompa B (duty)
memasukkan suatu pompa standby C.
Ini berarti fungsi primer pompa A memindahkan fluida dari satu titik ke titik
lain dengan kemampuan sendiri, dan pompa B melakukannya ditemani oleh
satu pompa standby. Perbedaan ini berarti bahwa kebutuhan perawatan dari
pompa-pompa ini akan berbeda (bagaimana perbedaannya akan kita
perlihatkan nanti), walaupun kedua pompa sama. Sehingga adanya redundancy
- atau cara produksi alternatif - dicirikan oleh konteks operasi yang harus
dipertimbangkan secara rinci bila mendefinisikan fungsi asset.
Standar kualitas dan standar customer service adalah aspek lain dari konteks
operasi yang dapat menjurus ke perbedaan-perbedaan antara deskripsi fungsi
dari mesin yang secra identik sama.
Contoh, milling stations yang sama pada dua transfer machines mungkin memiliki fungsi
dasar yang sama – yaitu untuk melakukan milling pada benda kerja. Akan tetapi
kedalaman pemotongan, siklus waktu, toleransi kerataan dan spesifikasi pengerjaan
akhir permukaan, semuanya dapat berbeda. Ini dapat menjurus ke konklusi yang
sangat berbeda dari persyaratan perawatannya.
Fungsi dituliskan dalam kolom paling kiri dari “RCM Information Worksheet”.
Fungsi primer dituliskan lebih dahulu, dan fungsi diberi nomor seperti pada
Gambar 3.7. (Contoh fungsi yang didaftar berlaku untuk sistem gas buang dari
turbin gas ukuran 5 MW).
Fungsi dan Kegagalan 53
Telah dibahas bagaimana item peralatan memenuhi fungsi spesifik atau fungsi-
fungsinya. Langkah selanjutnya dalam proses pengumpulan informasi adalah
menentukan bagaimana fungsi-fungsi ini bisa hilang. Kehilangan fungsi
dikenal sebagai kegagalan fungsi.
Kegagalan fungsi dibahas secara rinci pada seksi ini diawali dengan definisi
“kegagalan”. Setelah itu akan direview issu-issu berikut:
Mendefiniskan kegagalan
Pada masa yang lalu, sangat mudah untuk menetapkan apakah suatu
peralatan berfungsi atau tidak. Dari sudut pandang perawatan, ini dapat
diputuskan secara go atau no go - yaitu item bekerja atau telah rusak (broken
down). Tetapi segala sesuatu sudah berubah selagi peralatan makin kompleks.
54 Reliability-centred Maintenance
Sebagai contoh, banyak orang mungkin setuju bahwa suatu mesin kendaraan,
pompa lumpur atau ban adalah gagal bila tidak dapat lagi melakukan fungsi
primernya. Tetapi sering terjadi suatu item masih berfungsi, tetapi tidak pada
tingkat yang diinginkan. Engine masih bisa berjalan dengan daya penuh dan
mulus tetapi pemakaian bahan bakarnya berlebihan. Pompa masih memompa
lumpur tetapi sangat lambat. Ban masih mampu diberi tekanan tetapi laju
penipisannya melebihi batas yang ditetapkan.
Apakah semua item ini gagal? Bila tidak, seberapa buruk seharusnya
kondisinya supaya kita dapat mengatakan bahwa mereka gagal? Untuk
menjawab pertanyaan ini, marilah kita awali dengan mendefinisikan kegaglan
dalam istilah yang lebih luas sebagai suatu kondisi yang tidak memuaskan.
Maka batas antara kondisi memuaskan dan tidak memuaskan tergantung pada
fungsi dari item tersebut pada konteks operasinya, batasnya dispesifikasikan
oleh konteks operasinya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya batas ini
dinyatakan sebagai standar prestasi. Sehingga kegagalan fungsional
didefinisikan sebagai ketidakmampuan suatu asset fisik untuk memenuhi
standar prestasi yang diharapkan.
Contoh, fungsi primer dari suatu mesin pembungkus kembang gula seperti yang
disinggung terdahulu “untuk mengepak 250 +/- 1 gram kembang gula ke dalam kantong-
kantong dengan laju minimum 75 kantong per menit”. Mesin ini telah gagal:
apabila berhenti secara keseluruhannya
apabila membungkus leih dari 251 gram kembang gula ke dalam kantong
apabila membungkus kurang dari 249 gram ke dalam sebarang kantong
apabila membungkus pada laju kurang ari 75 kantong permenit.
Fungsi dan Kegagalan 55
Sehingga standar prestasi dan kegagalan fungsional yang terkait cukup mudah
untuk didefinisikan. Tetapi masalah tidak semudah itu bilamana kegagalan
mengikutsertakan banyak pertimbangan.
Misal, salah satu fungsi dari suatu sistem hidrolik adalah untuk mewadahi minyak.
Seberapa baik ini fungsi ini harus dipenuhi dapat tergantung dari berbagai sudut pandang.
Ada manajer produksi yang percaya bahwa hidrolik akan membocorkan sejumlah minyak
hingga dapat disebut sebagai kegagalan fungsi hanya apabila peralatan berhenti bekerja
sama sekali. Di lain pihak, engineer atau manager material mungkin memberikan
statement bahwa kegagalan fungsi telah terjadi apabila kebocoran tersebut menyebabkan
konsumsi minyak hidrolik yang berlebihan sepanjang periode waktu yang lama. Dan lagi,
petugas keselamatan bisa menyatakan bahwa kegagalan fungsi telah terjadi apabila
kebocoran tersebit menyebabkan terbentuknya genangan minyak di lantai pada mana
orang dapat terpeleset dan jatuh atau mungkin dapt menyebabkan bahaya kebakaran. Ini
diilustrasikan pada Gambar 3.8.
Adalah di luar cakupan kita untuk menyatakan siapa yang benar dalam hal ini.
Dalam praktek, banyak waktu dan energi bisa dihemat apabila standar prestasi
disetujui sebelum kegagalan terjadi, dan apabila setiap orang bertindak dengan
dasar standar tersebut bila kegagalan memang terjadi. Inilah sebabnya
mengapa standar ini harus didefiniskan secara jelas untuk setiap item
56 Reliability-centred Maintenance
peralatan dalam konteks operasinya, dan juga mengapa mereka harus di set
oleh tenaga ahli (perawatan dan engineering) bersama-sama dengan orang-
orang operasi.
Kegagalan fungsional yang berbeda-beda yang dapat terjadi pada satu fungsi
mencakup kehilangan fungsi total dan sebagian. Kehilangan fungsi total terjadi
bila item berhenti bekerja samasekali dan kehilangan fungsi sebagian bila item
gagal mencapai suatu standar prestasi spesifik.
Misal, fungsi primer dari pompa yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. dituliskan sebagai
“untuk memompa air dari tangki X ke tangki Y tidak kurang dari 800 liter per menit”.
Fungsi ini dapat mengalami dua kegagalan fungsi berikut:
gagal untuk memompa ir sama sekali
memompa air kurang dari 800 liter per menit
Fungsi dari suatu penunjuk temperatur dapat dituliskan sebagai “untuk menunjukkan
temperatur proses X hingga katakan 2% dari temperatur proses aktual. Penunjuk ini dapat
mengalami tiga kegagalan fungsi berikut:
gagal sama sekali untuk menunjukkan temperatur proses
menunjukkan suatu temperatur 2% lebih tinggi dari temperatur sebenarnya
menunjukkan suatu temperatur 2% lebih rendah dari temperatur sebenarnya.
Kehilangan fungsi sebagian adalah satu alasan mengapa fungsi dapat memiliki
lebih dari satu kegagalan fungsional. Alasan lain adalah satu fungsi dapat
mencakup beberapa standar prestasi, dan kegagalan untuk mencapai satu
dariantaranya merupakan kegagalan fungsional.
Contoh, perhatikan milling station yang ada pada contoh yang lalu di mana fungsi
primernya didefinisikan sebagai berikut:
untuk melakukan milling suatu benda kerja dalam suatu siklus waktu 2,25+/- 0,03
menit dengan kedalaman 11,8 +/- 0, 1 mm dengan tolerasni kerataan 0,1 dan surface
finish Ra 5,0V0,8 mm.
Kegagalan-kegagalan fungsi yang terkait dengan fungsi ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
sama sekali tidak mampu melakukan milling ke benda kerja
melakukan milling ke benda kerja dengan siklus waktu lebih lama dari 2,28 menit
melakukan milling ke benda kerja dengan siklus waktu kurang dari 2,22 menit
memotong lebih dalam dari 11,9 mm
memotong lebih dangkal dari 11,7 mm
melakukan milling kerataan kurang dari spesifikasi
pengerjaan akhir permukaan terlalu kasar
Dengan cara yang sama di mana item yang berbeda dapat memiliki fungsi-
fungsi yang berbeda dalam situasi yang berbeda-beda, maka kegagalan
fungsionalnya dapat berbeda dalam situasi yang berbeda-beda.
Misal, kita telah lihat bagaimana pompa yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. gagal apabila
dia sama sekali tidak mampu untuk memompa air, dan apabila memompa kurang dari 800
liter per menit. Apabila pompa yang sama digunakan untuk mengisi suatu tangki dari
mana air diambil sejumlah 900 liter per menit, pompa gagal pada titik di mana aliran dari
pompa turun di bawah 900 liter per menit.
Untuk pompa B dan C pada Gambar 3.6. hubungan antara duty dan standby berarti bahwa
kegagalan fungsional didefinisikan sedikit berbeda. Apabila sistem secara kesekuruhan
ditinjau (dengan perkataan lain, psangan pompanya), tiga kegagalan fungsi yang berbeda
dapat didefinisikan sebagai berikut:
gagal sama sekali untuk memompa (yaitu kedua pompa gagal)
duty pump gagal (ini mencakup situasi di mana duty pump gagal dan standby pump
mengambil alih)
tidak mampu untuk memberikan kemampuan memompa apabila duty pump gagal
(ini mencakup kegagalan dari standby pump sewaktu duty pump masih bekerja)
58 Reliability-centred Maintenance
Untuk keseluruhan tiga pompa maka gagal untuk mengandung cairan juga
merupakan kegagalan fungsi, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Hal
yang perlu dicatat adalah bahwa definisi yang tepat dari kegagalan untuk
sebarang item sangat tergantung pada konteks operasinya, dan item yang
sama dapat mengalami kegagalan fungsi yang berbeda bila konteks operasinya
berbeda pula.
Kegagalan fungsi didaftar pada kolom ke dua dari RCM Information Worksheet.
Pada mereka diberi kode secara alfabet, sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 3.9.
Fungsi dan Kegagalan 59
Kita telah melihat bahwa dengan mendefinisikan fungsi dan prestasi standar
yang diinginkan dari sebarang asset, kita mendefinisikan tujuan dari
perawatan yang terkait dengan asset itu. Kita lihat juga bahwa mendefinisikan
kegagalan fungsional memungkinkan untuk menjelaskan dengan tepat apa
yang kita maksudkan dengan “gagal”.
Fungsi dari pompa pada Gambar 3.5 adalah “Untuk mentransfer air dari tangki X ke
tangki Y pada 800 liter per menit”. Kegagalan fungsional dan beberapa dari mode
kegagalan yang terkait dengan fungsi ini tampak dalam RCM Information Worksheet yang
ditunjukkan pada Gambar 3.10. Sedangkan Gambar 3.11. menunjukkan bahwa pompa dari
jenis tingkat tunggal end-suction pompa bervolute yang disekat dengan suatu stuffing box
dengan splay air penyekat independent.
Dalam contoh ini kita melihat lebih dekat lagi pada tiga mode kegagalan yang
diperkirakan mungkin akan mempengaruhi impeller saja. Ini dibicarakan secara rinci di
bawah ini dan diringkas pada Gamabr 3.11.
Keausan impeller mungkin merupakan fenomena ketergantungan dengan umur. Seperti
terlihat pada Gambar 3.11. ini berarti bahwa ini terlihat conform dengan pola kedua
dari enam pola kegagalan yang ditunjukkan pada Gambar 5.5. (Pola Kegagalan B).
Sehingga apabila kite mengetahui secara kasar berapa umur berguna impeller, dan
apabila konsekuensi-konsekuensi kegagalannya cukup serius, maka kita bisa
menetapkan untuk menegah kegagalan ini dengan mengganti impeller sesaat sebelum
akhir umur bergunanya.
Impeller terpukul material asing: Kemungkinan dari material asing muncul pada saluran
60 Reliability-centred Maintenance
pengisapan tidak ada hubungannyua sama sekali dengan sudah berapa lama impeller
bekerja. Sebagai akibatnya, ini memberikan alasan bahwa mode kegagalan ini akan
terjadi dengan basis acak (Pola E pada Gambar 1.5). Kegagalan ini juga tidak
memberikan pertanda bahwa kegagalan sedang akan terjadi. Sehingga apabila
konsekuensi-konsekuensi cukup serius, dan kegagalan terjadi cukup sering, kita
seyogyanya mempertimbangkan untuk memodifikasi sistem, mungkin dengan
memasang sejenis filter atau screen pada saluran pengisapan.
tingkat pada mana kita menangani perawatan dari sebarang item adalah tidak pada
tingkat item secara menyeluruh (pompa), dan tidak pula pada tingkat sebarang
komponen (impeler), tetapi pada tingkat setiap mode kegagalan. Sehingga sebelum
kita melanjutkan dengan pengembangan sistem untuk menangani perawatan item, kita
perlu untuk mengidentifikasi apa sebenarnya mode-mode kegagalan ini (atau kemungkinan).
dalam contoh, telah disebutkan bahwa salah satu dari mode-mode kegagalan dapat
dieliminasikan dengan merubah rancangan dan dengan meningkatkan pelatihan atau
prosedur. Jadi tidak seluruh mode kegagalan ditangani dengan perawatan terjadual. Akan
kita bahas dalam Seminar ini pendekatan yang tertata apik untuk menetapkan
kemungkinan apa yang paling tepat untuk menangani setiap kegagalan.
(Perlu dicatat pula bahwa penyelesaian yang diajukan pada Gambar 3.11.
merepresentasikan hanya salah satu dari banyak kemungkinan pada suatu
kasus.
Fungsi dan Kegagalan 61
Sebagai contoh, kitga akan memantau keausan impeller dengan memantau prestasi
pompa dan hanya akan mengganti impeller bila dibutuhkan. Kita juga perlu
memikirkan bahwa menambah screen pada saluran isap menambah tiga lagi
kemungkinankemungbkinan kegagalan, yang untuk selanjutnya memerlukan analisis
(screen dapat menyumbat, dapat terlubangi dan berhenti menyaring, dan dapat ter
disintegrasi dan merusakkan impeller).
Penyebab-penyebab dasar
Mode kegagalan mana yang didaftar
Mode kegagalan dan konteks operasi
Bagaimana mendaftar mode kegagalan
Contoh, suatu pabrik memiliki 200 gearboxes, semuanya dari rancangan yang sama dan
semuanya bekerja dengan fungsi yang sama pada peralatan dengan jenis yang sama. Pada
awalnya kegagalan berikut tercatat untuk salah satu dari gearboxes ini:
Gearbox bearing seize
Gearteeth stripped
Mode-mode kegagalan ini dituliskan lebih dulu karena orang yang melakukan review
melihat bahwa masing-masing kegagalan ini terjadi sudah lama sekali sebelum mereka ada
(beberapa gearboxes telah terpasang lebih dari dua puluh tahun). Kegagalan ini tidak
mempengaruhi keselamatan tetapi mereka memiliki konsekuensi-konsekuensi operasional
serius. Maka implikasi pada tahap ini adalah bahwa mungkin bermanfaat melakukan
kegiatan pencegahan seperti “check gear teeth for wear” atau “check gearbox for
backlash”, dan “check gearbox for vibration”.
Dari diskusi berikutnya didapat bahwa kedua kegagalan muncul karena level pelumas
tidak dicheck tepat waktu, dan gearboxes betul-betul gagal karena kekurangan minak
pelumas. Selain itu tidak ada yang ingat bahwa gearboxes rusak pada waktu mereka
62 Reliability-centred Maintenance
Contoh ini menunjukkan bahwa cara berpikir yang logis (lateral thinking)
diperlukan sewaktu menangani mode-mode kegagalan. Terutama jangan jatuh
ke perangkap hanya mengkonsentrasikan pada mekanisme kegagalan yang
biasanya disebut sebagai “normal wear and tear” (kebanyakan daripadanya
adalah karena kelelahan, oksidasi, korosi, erosi dan keausan).
Kotor
Pelumasan dikaitkan dengan dua jenis mode kegagalan. Pertama seizure atau
keausan yang berlebihan yang disebabkan oleh kekurangan pelumasan. Kedua
yang berhubungan dengan kerusakan minyak pelumas itu sendiri, karena
adanya geseran dari molekul minyak pelumas, oksidasi, dan kerusakan
additive.
Fungsi dan Kegagalan 63
Hati-hati dalam menuliskan fungsi dan mode kegagalan yang terkait dari
mekanisme pengunci seperti split pins dan mur pengunci bila menangani
keterpaduan rakitan.
Demikian pula banyak mesin yang gagal berfungsi dengan benar karena
mereka diset-up secara tidak benar. Ini berlaku baik untuk fungsi primer
peralatan maupun pada setting atau kalibrasi instrumen.
Mode kegagalan ini harus didaftar apabila mereka diketahui terjadi, sehingga
langkah koreksi yang tepat dapat diambil (berupa training atau perbaikan
prosedur operasi).
Bila mendaftar mode kegagalan yang disebabkan oleh manusia, hati-hati hanya
mencatat apa yang tidak betul bukannya siapa yang menyebabkannya. Bila
penekanan terlalu banyak pada siapa dalam tahap ini, analisis tidak mengena,
padahal ini untuk menghindari tidak terulang kembali atau untuk
menyelesaikan permasalahan bukannnya menyalahkan seseorang. Sehingga,
sebagai contoh, kita cukup mengatakan “katup pelindung diset terlalu tinggi”
bukannya “katup pelindung secara salah diset oleh teknisi instrumentasi”.
64 Reliability-centred Maintenance
Dalam praktek, informasi tentang mode kegagalan yang telah terjadi atau yang
meungkin akan terjadi dapat diperoleh dari:
Operator, craftsmen atau foremen yang telah lama bekerja pada mesin
itu
Pabrik pembuat mesin atau penjual mesin
Pengguna mesin yang sama lainnya
Catatan riwayat teknis
Bank data
Dari ini semua sumber yang terbaik adalah orang yang mengenal betul mesin
tersebut. Walaupun bank data dan catatan riwayat dapat sebagai sumber
informasi yang baik tetapi mereka harus ditangani dengan hati-hati mengingat:
Biasanya tidak lengkap
Jarang merinci seluruh konteks pada mana kegagalan terjadi
Mengingat sifatnya mereka tidak dapat menjelaskan kegagalan-
kegagalan yang belum pernah terjadi
Mereka kadang-kadang menuliskan mode kegagalan yang sebetulnya
adalah efek dari beberapa kegagalan lainnya
Kita telah melihat bagaimana kegagalan fungsi dan kegagalan fungsional dari
sebarang item dipengaruhi oleh konteks operasi. Demikian pula mode-mode
kegagalan.
Sebagai contoh, suatu kendaraan beroperasi di Kutub Selatan akan memiliki mode-mode
kegagalan yang berbeda dari kendaraan dari jenis (pembuatan) yang sama yang
dioperasikan di padang pasir Sahara.
Demikian pula dengan suatu turgin gas yang memberi tenaga pada suatu pesawata
terbang akan memiliki mode-mode kegagalan yang berbeda dengan turbin gas dengan
jenis yang sama yang digunakan sebagai penggerak mujla dari suatu platform minyak.
Ini juga berlaku untuk tiga pompa yang ditunjukkan pada Gambar 3.6. Mode-mode
kegagalan yang mungkin mempengaruhi pompa stand-by (seperti brinelling pada
bantalan, stagnasi air pada rumah pompa dan bahkan “meminjam” komponen utama
untuk digunakan dalam kondisi darurat) adalah berbeda dari mereka yang mempengaruhi
pompa duty, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.10.
66 Reliability-centred Maintenance
Jadi bila konteks operasi berbeda maka item yang secara teknik identik dapat
memiliki mode-mode kegagalan yang berbeda.
Sebagai contoh, sangat jelas untuk mengatakan “coupling hub shears” dibandingkan dengan
“coupling fails”. “Feed hopper fails” dapat berarti segala sesuatu mulai dari kebocoran kecil
sampai total collapse dari hoppernya sendiri, jadi bila kata kerja yang tepat digunakan, akan
tidak ada keragu-raguan. Ingat pula akan pernyataan yang lalu tentang kegagalan-
kegagalan yang disebabkan oleh manusia.
Dalam kasus lain dari katup atau switch, tuliskan apakah kehilangan fungsi
disebabkan oleh item tersebut tidak mampu mencapai posisi buka atau tutup -
“katup macet pada posisi buka” lebih menjelaskan dibandingkan dengan
“katup gagal”.
Misal, “katup macet pada posisi buka karena karat pada ulir stemnya”. Demikian pula
sangat lebih tepat untuk membedakan “bantalan sobek karena keausan” dan “bantalan
sobek karena kurang pelumasan”.
(Pada kasus pertama, karat pada ulir stem merupakan mode kegagalan atau
penyebab dasar dari kegagalan, sedangkan katup macet sebetulnya adalah efek
kegagalan).
Langkah keempat dalam proses review, adalah mendaftar apa saja yang
sebenarnya terjadi apabila setiap mode kegagalan terjadi. Ini dikenal sebagai
efek-efek kegagalan. Efek-efek ini harus mencakup seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi konsekuensi kegagalan. Pada waktu
menjelaskan efek-efek kerusakan, hal-hal berikut perlu dicatat:
Perlu dicatat bahwa satu dari tujuan utama dari excercise ini adalah untuk
menyatakan apakah perawatan pencegahan perlu. Bila kita melakukannya
dengan baik, kita tidak boleh berangkat dengan menganggap bahwa beberapa
jenis perawatan pencegahan telah dilakukan, sehingga efek suatu kegagalan
harus dijelaskan seakan-akan tidak dilakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Bukti kegagalan
Sebagai contoh, apabila kita menangani seizure dari bantalan pompa yang digambarkan
pada Gambar 3.5. efek-efek kegagalan dapat dituliskan sebagai berikut (kata-kata dalam
huruf miring menuliskan apa yang dapat menjadi bukti ke operator bahwa kegagalan telah
terjadi):
Motor trip dan trip alarm berbunyi dalam control room. Tangki Y low level alarm berbunyi
setelah 20 menit, dan tangki kososng setelah 30 menit. Downtime yang dibutuhkan untuk
mengganti bantalan, 4 jam.
Dalam kasus turbin gas stasioner, suatu mode kegagalan yang terjadi dalam praktek
adalah terjadinya pengendapan secara gradual dari combustion deposit pada sudu-sudu
kompresor. Deposit ini dapat diambil sebagian dengan melakukan injeksi secara periodic
menggunakan material khusus dalam aliran udara masuk, suatu proses yang dinamakan
“jet blasting”. Efek-efek kegagalan dituliskan sebagai berikut:
Efisiensi kompresor turun dan governor mengkompensasi untuk mempertahankan daya
output, menyebabkan temperatur gas buang naik. Temperatur gas buang ditunjukkan
68 Reliability-centred Maintenance
pada control panel dan di control room. Apabila tidak ada action yang dilakukan
temperatur gas buang naik sampai 475 oC pada beban penuh. Alarm temperatur gas bang
yang tinggi berbunyui pada local control panel dan lampu pemberitahuan menyala di
control room. Di atas 500 oC, sistem control menyetop turbin gas. (beroperasi di atas
temperatur 475 oC memperpendek usia creep dari sudu-sudu turbin). Sudu-sudu dapat
dibersihkan sebagian dengan jet blasting, dan jet blasting memakan waktu 30 menit.
Ini merupakan mode kegagalan yang secara tidak umum kompleks, oleh
karena itu penulisan dari efek-efek kegagalannya lebih panjang dari biasanya.
(Penulisan rata-rata dari efek-efek kegagalan biasanya berjjumlah antara dua
puluh sampai empat puluh kata).
Bila menangani alat pelindung, penjelasannya harus merinci secara singkat apa
yang akan terjadi bila peralatan yang diproteksi gagal dan alat pelindung tidak
dapat diservice. Harus pula dijelaskan apakah kegagalan alat pelindung itu
sendiri dapat diketahui oleh crew operasi, dan bagaimana mengetahuinya.
Pabrik industri modern telah berkembang sampai suatu titik dimana dengan
hanya suatu proporsi kecil dari mode-mode kegagalan dapat merupakan
ancaman bagi keselamatan atau lingkungan. Akan tetapi, bila ada peluang
seseorang terluka atau terbunuh sebagai akibat langsung dari kegagalan, atau
bila standar atau ketentuan lingkungan dilanggar, efek kegagalan harus
menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi.
Contoh mencakup:
Perlu dicatat pula bahwa kita tidak saja berkepentingan dengan kemungkinan
ancaman pada karyawan (produksi dan perawatan), tetapi juga terhadap
ancaman pada pelanggan dan masyarakat keseluruhannya. Ini membutuhkan
pengetahuan yang mendalam tentang seluruh keselamatan dan standar
lingkungan yang mengatur operasi, yang pada gilirannya membutuhkan
penelitian yang cukup dari anggauta team yang sedang melakukan analisis.
Misal, apabila downtime disebabkan oleh suatu kegagalan terjadi pada shift malam pada
weekend biasanya berjalan lebih lama dibandingkan dengan apabila terjadi pada shift
siang, dan apabila kejadian ini berulangkali terjadi pada shift malam, maka ini yang kita
masukkan ke dalam information worksheet.
70 Reliability-centred Maintenance
Perlu pula dicatat bahwa bila kegagalan mempengaruhi operasi, kita mencatat
downtime dan bukannya “rata-rata waktu untuk reparasi” kegagalan (MTTR),
mengingat dua alasan:
Efek-efek kegagalan harus pula menyatakan apa yang harus dilakukan untuk
merepaarsi kerusakan. Ini dapat dimasukkan dalam pernyataan tentang
downtime, seperti yang dituliskan dalam huruf miring dalam contoh berikut:
Apa fungsi dan standar prestasi kaitannya dari asset dalam konteks
operasinya saat ini?
Dengan jalan apa saja asset ini bisa gagal dalam memenuhi fungsinya?
Apa yang menyebabkan masing-masing kegagalan (fungsi)?
Apa yang terjadi pada setiap kegagalan yang timbul?
Apa-apa saja pengaruh dari kegagalan ini?
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan?
Apa yang harus dilakukan bila cara pencegahan tidak ditemukan?
Jawaban dari empat pertanyan pertama telah dibahas secara panjang lebar
dalam Bab 3. Ini menunjukkan bagaimana RCM Information Worksheet
digunakan untuk mencatat fungsi-fungsi asset yang direview, dan untuk
menyusun daftar seluruh kegagalan-kegagalan fungsi, mode-mode kegagalan
dan efek-efek kegagalan yang terkait.
Bila ini diterima, maka dapat disimpulkan bahwa langkah pencegahan adalah
bermanfaat untuk dilaksanakan apabila menangani dengan berhasil
konsekuensi-konsekuensi kegagalan dalam arti mencegah.
Kita telah lihat bahwa hampir setiap item peralatan memiliki lebih dari satu
dan kadang-kadang puluhan fungsi. Bila kebanyakan dari fungsi ini gagal,
maka tidak bisa dihindari orang akan menjadi tahu bahwa kegagalan terjadi.
Sebagai contoh, beberapa kegagalan menyebabkan lampu tanda bahaya menyala atau
alarm berbunyi atau kedua-duanya. Lainnya akan menghentikan mesin atau mengganggu
beberapa bagian dari proses. Yang lainnya lagi memberitahukan adanya masalah kualitas
produk atau meningkatnya pemakaian energi, dan yang lainnya lagi diikuti dengan efek
fisik seperti bunyi keras, semburan uap, bau yang tidak biasa, genangan cairan di lantai.
Misal, bila pompa C dalam Gambar 4.1 gagal, tidak seorangpun akan sadar akan ini
mengingat pada situasi normal pompa B masih bekerja. Dengan kata lain, kegagalan
pompa C tidak memiliki dampak langsung kecuali pompa B juga gagal (suatu situasi
abnormal)
Dalam kasus pompa standby dia dapat memiliki dua jenis fungsi kegagalan
utama. Yang pertama dan terpenting adalah kegagalan dari pompa ini tidak
terlihat oleh crew operasi dalam kondisi normal. Ini menjurus ke definisi
kegagalan tersembunyi sebagai berikut:
Selanjutnya kegagalan tersebut tidak akan menjadi nyata atau terlihat oleh
crew operasi kecuali kegagalan lain terjadi, atau seseorang mengecek secara
periodik apakah pompa tersebut dalam kondisi siap operasi.
apabila pompa lain (duty) juga gagal. Kegagalan pompa duty ini selagi pompa
standby juga gagal disebut sebagai kegagalan multiple. Lihat Gambar 4.2.
Misal, Pompa B dan C mungkin saja digunakan untuk memompa air ke suatu reaktor
nuklir. Pada kasus ini, apabila reaktor nuklir tidak bisa dishutdown cukup cepat,
konsekuensi utama dari kegagalan multiplenya bisa saja suatu pelelehan, dengan
konsekuensi-konsekuensi lingkungan dan operasional yang mengerikan.
Di lain pihak, kedua pompa mungkin saja memompa air ke dalam suatu tangki yang
memiliki kapasitas cukup untuk mensuplai proses di hilirnya selama dua jam. Pada kasus
ini, konsekuensi dari kegagalan multiple adalah bisa berhentinya produksi setelah dua
jam, dan kecuali pompa tidak bisa diperbaiki dalam waktu dua jam tangki akan kosong.
Reliability-centred Maintenance 76
Analisis selanjutnya bisa saja menyarankan bahwa kegagalan multiple dapat memberikan
kerugian (katakan) $20 000 ke perusahaan.
Issue-issue ini akan direview lebih rinci lagi pada kesempatan ini. Sebelumnya
akan kita cari dimana diketemukan kegagalan tersembunyi dalam kenyataan,
dan apa implikasi yang dimiliki dari sisi perawatan. Khususnya ini akan
menjadi nyata bahwa dari sebagian besar fungsi yang tersembunyi adalah alat
pelindung yang tidak fail-safe.
"Sebagian besar fungsi tersembunyi adalah alat pelindung yang tidak fail-
safe"
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 77
Pada intinya, fungsi dari alat pelindung ini adalah menjamin agar
konsekuensi-kopnsekuensi kegagalan dari fungsi yang dilindungi menjadi
kurang serius dibandingkan dengan tanpa alat pelindung. Jadi sebarang alat
pelindung adalah merupakan bagian dari sistem dengan sekurang-kurangnya
dua komponen:
Misal, pompa C dalam Gambar 4.1 dapat dipandang sebagai suatu alat pelindung,
mengingat dia “melindungi” fungsi pemompaan apabila pompa B gagal. Pompa B
tentunya adalah fungsi yang dilindungi.
Dalam konteks ini, fail-safe berarti bahwa kegagalan peralatan pada dirinya
sendiri menjadi nyata ke crew operasi dalam kondisi normal.
"Dalam konteks ini, fail-safe berarti bahwa kegagalan peralatan pada dirinya
sendiri menjadi nyata ke crew operasi dalam kondisi normal"
Reliability-centred Maintenance 78
Ini berarti bahwa suatu sistem yang mengikutsertakan alat pelindung fail-safe,
ada tiga kemungkinan kegagalan dalam sebarang period sebagai berikut:
Kemungkinan kedua adalah fungsi yang dilindungi gagal sebelum alat pelindung.
Dalam kasus ini alat pelindung melaksanakan fungsi yang diharapkan dan
tergantung pada sifat proteksinya, konsekuensi kegagalan dari fungsi yang
dilindungi dikurangi atau dieliminasi.
Kemungkinan ketiga adalah alat pelindung gagal sebelum fungsi yang dilindungi.
Ini jelas karena bila tidak, alat tidak fail-safe ditinjau dari definisi di ats. Bila
praktek normal yang baik diikuti, kegagalan dilaporkan dan diperbaiki dengan
cepat, sehingga kemungkinan dari alat yang dilindungi gagal selagi alat
pelindung dalam kondisi gagal sangatlah kecil.
Pada suatu sistem yang memanfaatkan alat pelindung yang tidak fail-safe,
fakta bahwa alat tersebut tidak mampu untuk memenuhi fungsi yang
diharapkan tidak nyata dalam kondisi normal. Ini menciptakan empat
kemungkinan kegagalan dalam peiode tertentu, dua diantaranya sama dengan
alat pelindung fail-safe. Yang pertama adalah tidak satupun dari alat tersebut
gagal, dalam kondisi seperti ini semua berjalan lancar sebagaimana biasanya.
Kemungkinan kedua adalah fungsi yang dilindungi gagal selagi alat pelindung
masih berfungsi. Dalam kasus ini alat pelindung ini juga melaksanakan fungsi
yang diharapkan, sehingga konsekuensi kegagalan dari alat yang dilindungi
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 79
Misal, perhatikan suatu situasi di mana suatu relief valve (alat yang melindungi) dipasang
pada suatu bejana tekan (alat yang dilindungi). Apabila tekanan naik di atas batas-batas
yang diperbolehkan, valve tersebut akan me relieve dan menurunkan atau mengeliminasi
konsekuensi-konsekuensi kelebihan tekanan.
Kemungkinan ketiga adalah alat pelindung gagal selagi fungsi yang dilindungi
masih berfungsi. Dalam kasus, kegagalan tidak memiliki konsekuensi langsung.
Malahan orang tidak tahu bahwa alat pelindung ada dalam keadaan gagal,
karena ini merupakan fungsi yang tersembunyi seperti yang diterangkan
sebelumnya.
Misal, apabila relief valve tersebut macet dalam kondisi menutup, tidak seorangpun akan
sadar akan adanya fakta ini, selama tekanan dalam bejana tekanan tetap ada dalam batas-
batas operasi normal (kecuali seseorang melakukan pengecekan secara periodic apakah
valve masih berfungsi. Akan tetapi, sebagaimana akan dibicarakan lebih lanjut kita
mengasumsikan pada titik ini dalam analisis bahwa tidak ada perawatan terjadual yang
dilakukan, sebab tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menemukan apakah rutin-
rutin seperti ini diperlukan). Dengan perkataan lain, kegagalan ini – ketidakmampuan
valve tersebut untuk memenuhi fungsi yang diharapkan – untuk dirinya sendiri tidak
memiliki konsekuensi-konsekuensi langsung.
Kemungkinan keempat pada sebarang satu siklus adalah alat pengaman gagal,
kemudian fungsi yang dilindungi gagal selagi alat pelindung masih dalam kondisi
gagal. Sebagaimana disebutkan terdahulu, situasi ini dikenal sebagai kegagalan
multiple. (Ini merupakan suatu kemungkinan nyata karena kegagalan dari alat
pelindung tidak nyata, sehingga tidak seorangpun akan sadar terhadap
kebutuhan untuk melakukan langkah koreksi – atau alternatif – untuk
menghindari kegagalan multiplenya).
"Dalam kasus alat pelindung, kegagaaln multiple hanya terjadi apabila fungsi
yang dilindungi gagal selagi alat pelindung ada dalam kondisi gagal"
Pada kasus relief valve tadi, apabila tekanan bejana naik seara berlebihan selagi valve
maet, bejana tersebut mungkin akan pecah (kecuali seseorang bertindak dengan cepat atau
kecuali ada perlindungan lain dalam sistem).
slang pemadam api: Kegagalan dari slang pemadam api tidak memiliki
konsekuensi langsung. Ini akan memiliki pengaruh apabila ada
kebakaran (kegagalan kedua), bila slang yang gagal dapat mengakibatkan
luka bakar atau orang dapat meninggal (konsekuensi kegagalan multiple).
Fungsi tersembunyi lain yang khas misalnya peralatan medis darurat, hampir
seluruh deteksi api, tanda bahaya api dan peralatan pemadam kebakaran, alat
pelindung beban lebih atau kecepatan lebih, komponen struktur redundan,
parasit, pelampung yang dapat dikempiskan, hampir seluruh peralatan
standby dan hampir seluruh sistem pembangkit daya darurat.
Kita telah melihat bahwa bilamana suatu sistem dilindungi oleh suatu alat
yang tidak fail-safe, kegagalan multiple hanya dapat terjadi apabila alat yang
dilindungi gagal selagi alat pelindung ada dalam keadaan gagal
alat pelindung dalam keadaan gagal dalam periode yang sama. Contoh yang
baik dari issu ini digambarkan pada Gambar 4.3. yang menunjukkan bahwa
kemungkinan dari kegagalan multiple dalam periode sebarang dapat dihitung
dengan hubungan berikut:
Ini berarti bahwa standar prestasi untuk fungsi yang tersembunyi dapat
dinyatakan sebagai tingkat kemungkinan yang dibutuhkan untuk menurunkan
risiko dari kegagalan multiple kaitannya sampai ke batas yang disetujui.
Pada waktu menghitung risiko yang terkait dengan sistem yang dilindungi,
sering-sering ada kecenderungan untuk memandang kemungkinan kegagalan
dari alat yang dilindungi dan alat pelindung sebagai harga yang fix. Ini
menjurus ke kepercayaan bahwa satu-satunya cara untuk mengubah
kemungkinan kegagalan multiple adalah mengubah hardware (memodifikasi
sistem), boleh jadi dengan menambah alat pelindung tambahan atau dengan
mengganti komponen yang ada dengan yang lebih andal.
Misal, konsekuensi-konsekuensi dari kedua pompa pada Gambar 4.3 ada dalam suatu
tingkat keadaan gagal yang mungkin oleh pengguna diinginkan memiliki risiko kegagalan
multiple kurang dari 1 dalam 1000 dalam sebarang satu tahun (atau 10-3). Misalkan juga
telah diestimasikan bahwa bila duty pumpnya dirawat secara benar, mean time between
unanticipated failures dari duty pump dapat ditingkatkan ke sepuluh tahun, sama dengan
kemungkinan kegagalan dalam sebarang satu tahun adalah satu dalam sepuluh, atau 10-1.
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 83
Sehingga untuk menurunkan probability dari kegagalan multiple menjadi kurang dari 10-3,
downtime dari stand-by pump harus tidak melebihi 10-2, atau 1%. Dengan perkataan lain
pompa ini harus dirawat sedemikian rupa sehingga availabilitynya melampaui 99%. Ini
diilustraikan pada Gambar 4.4 di bawah ini.
Dalam suatu sistem yang mengikutsertakan suatu alat pelindung yang tidak
fail-safe, probability dari suatu kegaglan multiple dapat diturunkan sebagi
berikut:
Secara spesifik bila kegagalan dari fungsi yang dilindungi daapat diantisipasi
atau dicegah, MTBF dari fungsi ini akan meningkat. Ini sebagai gilirannya akan
menurunkan kemungkinan kegagalan multiple.
Contoh, satu cara untuk untuk mencegah kegagalan simultan dari pompa B dan C adalah
mencoba mencegah kegagalan-kegagalan yang tidak diantisipasi dai pompa B. Dengan
menurunkan jumlah dari kegagalan ini, MTBF dari pompa B ditingkatkan dan
kemungkinan dari kegagalan multiple akan menurun, seperti ditunjukkan pada Gambar
4.4.
Alasan untuk memasang suatu alat pelindung adalah bahwa fungsi yang
dilindungi adalah rawan terhadap kegagalan yang tidak diantisipasi dengan
konsekuensi yang serius.
Kedua, bila tidak ada tindakan yang diambil untuk mencegah kegaglan alat
pelindung, ini tanpa kecuali akan gagal dan berhenti memberikan proteksi.
Setelah titik ini, kemungkinan dari kegagalkan multiple sama dengan kemungkinan
dari kegagalan alat yang dilindungi.
Contoh, apabila suatu kegiatan pencegahan dapat ditemukan yang dapat menjamin 100%
availability dari pompa C pada waktu pompa ini ada dalam tingkat keadaan stand-by,
maka kita yakin bahwa C dapat selalu menggantikan apabila B gagal.
(Pada kasus ini suatu kegagalan multiple hanya mungkin apabila pengguna
mengoperasikan pompa C selagi B sedang direparasi atau diganti. Akan tetapi, risiko dari
kegagalan multiplenya rendah, karena B harus direparasi dengan cepat dan denghan
demikian lama waktu perusahaan dalam kondisi berisiko adlah pendek. Apakah ya atau
tidak perusahaan bersiap-siap untuk mengambil lrisiko untuk mengoperasikan pompa C
selagi pompa B gagal tergantung pada konsekuensi-konsekuensi dari kegagalan multiple
dan [aa apakah ini mungkin untuk melakukan suatu bentuk perlindungan lain,
sebagaimana dibahas sebelumnya).
Reliability-centred Maintenance 86
Apabila availability dari pompa C dapat ditingkatkan ke 99,9% maka probability dari
kegagalan multiple akan diturunkan ke 10-4 (1 dalam 10 000), dan sebagainya.
Memodifikasi peralatan
jenis langkah rutin yang menjamin tingkat availability yang diinginkan, atau
tdaklah praktis untuk melakukannya pada frekuensi yang diinginkan.
Walaupun demikian sesuatu harus dilakukan untuk menurunkan risiko dari
kegaglan multiple sampai pada tingkat yang disetujui, sehingga untuk kasus-
kasus ini, sering-sering perlu untuk "kembali ke meja gambar" dan
memertimbangkan rancangan.
Pada awal bab ini, kita telah pernah menjelaskan bahwa ada empat issue yang
penting sewaktu menjawab pertanyaan petama (Gambar 4.5.) "Apakah
kehilangan fungsi yang disebabkab oleh mode kegagalan pada dirinya sendiri
menjadi nyata (terlihat) oleh crew operasi pada kondisi normal?" mereka ini
adalah:
Pada tahap ini dalam proses RCM, setiap mode kegagalan yng kemungkinan
besar menyebabkan masing-masing kegagalan fungsional akan segera dapat
diidentifikasi pada RCM Information Worksheet. Ini memiliki dua implikasi
kunci:
lain kita menanyakan apakah mode kegagalan memiliki efek atau gejala
(symptom) yang pada kondisi normal, menjuruskan pengamat
mempercayai item tersebut tidak lagi mampu memenuhi fungsi yang
diharapkan).
Misal, perhatikan kasus dari suatu kendaraan yang mengalami suatu sumbatan pada
saluran bahan bakar. Kebanyakan pengemudi (dengan kata lain, kebanyakan “operator”)
tidak dapat mendiagnosa mode kegagalan ini tanpa bantuan seseorang yang tahu (expert),
sehingga mungkin akan ada godaan untuk menyebutnya sebagai suatu kegaalan
tersembunyi. Akan tetapi, kehilangan fungsi yang disebabkan oleh mode kegagalan ini
adalah nyata, karena kendaraan berhenti bekerja. Perlu dicatat pula bahwa kendaraan
berhenti karena konsekuensi langsung dan tidak bisa dihindari dari tersumbatnya saluran
bahan bakarnya sendiri.
Masalah waktu
Misal, suatu tangki diisi oleh pompa A dalam Gambar 4.1 butuh waktu berminggu-
minggu untuk mengosongkannya, sehingga kegagalan dari pompa tersebut menjadi
tampak segerra setelah ini terjadi. Ini mungkin menjurus ke godaam untuk menyatakan
kegagalan sebagai tersembunyi. Akan tetapi, ini tidaklah demikian karena tangki tersebut
kosong sebagai akibat langsung dan tidak bisa dihindari dari kegagalan pompa A itu
sendiri. Oleh karena itu fakta bahwa pompa A ada dalam suatu tingkat keadaan gagal
akan tidak bisa terhindarkan menjadi nyata pada crew operai.
Sebaliknya, kegagalan dari pompa C hanya akan menjadi nyata apabila pompa B juga
gagal (kecuali seseorang melakukan pengecekan pompa C dari waktu ke waktu). Bila
pompa B harus dioperasikan dan dirawat sedemikian rupa sehingga menjadi tidak perlu
untuk menjalankan pompa C, adalah mungkin bahwa kegagalan pompa C oleh dirinya
sendiri tidak pernah ditemukan.
Crew operasi
Reliability-centred Maintenance 90
Bila menanyakan apakah kegagalan nyata, istilah crew operasi mengacu pada
seseorang yang memiliki kesempatan mengamati peralatan atau apa yang
dilakukan peralatan setiap saat sehari-hari, dan mereka yang dapat dipercaya
untuk melaporkan bahwa peralatan gagal.
Keadaan-keadaan normal
Misal menekan tombol setiap hari untu k mengecek apakah seluruh lampu alarm
bekerja merupakan usaha menemukan kegagalan.
Sampai sejauh ini kita memfokuskan diri pada fungsi primer dari alat
pelindung, yang harus mampu memenuhi fungsi yang dirancang untuknya
bila diminta untuk melakukannya. Sebagaimana telah kita lihat ini berjalan
setelah fungsi yang dilindungi gagal. Akan tetapi, fungsi sekunder yang
penting dari kebanyakan alat ini adalah mereka harus tidak bekerja apabila
tidak ada yang salah.
Misal fungsi primer suatu switch tekanan dapat dituliskan sebagai berikut:
Reliability-centred Maintenance 92
o untuk mampu mentransmisikan sinyal shutdown apabila tekanan jatuh dibawah 250
psi.
Fungsi sekunder yang terkait dari switch ini adalah
o untuk tidak mampu mentransmisikan sinyal shutdown bila tekanan sistem di atas 250
psi
Alat "fail-safe"
Suatu contoh lagi yang diwakili oleh suatu pressure switch, kali ini dilekatkan pada
bantalan hidrostatik. Switch ini dimaksudkan untuk menyetop mesinnya apabila tekanan
oli pada bantalan jatuh di bawah level tertentu. Pada waktu pelaksanaan diskusi, muncul
suatu ide bahwa apabila sinyal listrik dari switch tersebut ke control panel terganggu,
mesin akan berhenti, sehingga kegagalan dari switch pada awalnya dianggap sebagai
evident.
Akan tetapi, diskusi selanjutnya terlihat bahwa suatu diapraghma di dalam switch dapat
terdeteriorasi terhadap waktu, sehingga switch dapat menjadi tidak mampu untuk
melakukan sensing terhadapp perubahan tekanan. Kegagalan ini adalah tersembunyi, dan
program perawatan untuk switch lalu dikembangkan berdsarkan temuan-temuan ini.
Safety First
Dari satu sisi, yang dimaksud dengan keselamatan adalah yang berhubungan
dengan keselamatan individu di tempat kerja. Secara spesifik, RCM
menanyakan apakah seseorang dapat menjadi celaka atau terbunuh sebagai
akibat langsung dari mode kegagalannya itu sendiri ataupun oleh kerusakan
lain yang dapat disebabkan oleh kegagalannya.
Hampir seluruhnya orang ingin hidup dalam lingkungan di mana tidak ada
kemungkinan samasekali akan terjadi kecelakaan atau kematian. Jadi ada
elemen risiko pasa segala sesuatu yang kita lakukan. Dengan perkataan lain,
nol absolut tidak dapat dicapai, walaupun ini merupakan target yang
bermanfaat untuk diusahakan terus. Ini kemudian menjurus ke pertanyaan
apakah artinya dapat dicapai.
Penaksiran risiko mencakup tiga elemen. Pertama menanyakan apa yang dapat
terjadi bila event yang dipertimbangkan betul-betul terjadi. Yang kedua
menanyakan seberapa mungkin kejadian ini akan terjadi. Kombinasi dari
kedua elemen memberikan ukuran dari derajat risiko. Yang ketiga
menanyakan apakah risikonya dapat diterima (Apakah risikonya dapat
diterima atau tidak merupakan pertanyaan terpisah dan sulit).
Sebagi contoh, perhatikan suatu mode kegagalan yang dapt mengakibatkan kematian atu
luka pada manusia (apa yang dapat terjadi, what could happen). Kemungkinan dari mode
kegagalan ini dapat terjadi adalah sekali dalan seribu tahun (seberapa mungkin ini dapat
terjadi, how likely it is to occur). Dengan mendasarkan pada keterangan ini, risiko yang
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 95
Sekarang perhatikan mode kegagalan ke dua yang dapat menyebabkan 1000 kejadian,
tetapi kemungkinan bahwa kegagalan ini terjadi adalah sekali dalam 100000 tahun. Maka
risiko yang terkait dengan kegagalan ini adala:
1000 x (1 dalam 100.000) = 1 kejadian per 100 tahun
Dari contoh di atas, risiko adalah sama walaupun angka-angka yang menjadi
dasar perhitungannya sangat jauh berbeda. Perlu dicatat pula bahwa contoh-
contoh ini tidak mengindikasikan apakah risikonya dapat diterima – mereka
hanya mengkuantifikasikannya. Apakah risiko diterima atau tidak merupakan
pertanyaann yang terpisah dan lebih sulit. (Dalam praktek sangat diragukan
bahwa kebanyakan organisasi akan menerima tingkat risiko yang tersebut
untuk sebarang mode kegagalan)
Dua issu dibutuhkan bila mempertimbangkan apa yang dapat terjadi apabila
kegagalan terjadi. Ini adalah "apa yang seharusnya terjadi" dan "apakah
seseorang celaka atau terbunuh" sebagai akibatnya.
Apa yang sebenarnya terjadi bila sebarang mode kegagalan terjadi harus
dicatat dalam RCM Information Worksheet sebagai efek kegagalannya. Ini juga
mendaftar sejumlah efek khas yang membahayakan keselamatan dan
lingkungan.
Fakta bahwa efek ini dapat mencederai atau menyebabkan kematian tidak
berarti bahwa akan terjadi seperti itu setiap kali ini terjadi. Beberapa malahan
mungkin lebih sering terjadi tanpa terjadi hal seperti itu. Akan tetapi, issu ini
bukannya apakah konsekuensi tersebut dapat dihindari tetapi apakah mereka
memang benar-benar mungkin.
Sebagai contoh, suatu kegagalan yang dapat menyebabkan kebakaran selalu diperlakukan
sebagai suatu safety hazard karena adanya sistem pemadam api tidak menjamin bahwa
api akan terkontrol dan terpadamkan.
Part 3.3 dari buku ini menyatakan bahwa hanya mode-mode kegagalan yang
secara nalar mungkin terjadi dalam konteks yang dipertanyakan saja yang
harus disusun daftarnya dalam RCM Information Worksheet. Sebagai hasilnya,
apabila RCM Information Worksheet dipersiapkan dengan dasar yang realistis,
maka adanya fakta bahwa mode kegagalan telah didaftar menunjukkan bahwa
sepertinya memang dapat terjadi dan oleh karenanya harus dilakukan analisis
lanjut padanya.
Salah satu dari aspek yang paling sulit dari manajemen keselamatan adalah
perbedaan wawasan keselamatan dari orang per orang dan dari kelompok ke
kelompok lain. Persepsi ini dipengaruhi oleh banyak sekali issu, diantaranya
adalah sebagai berikut:
memberikan pandangan yang kontrast dari risiko ini ditinjau dari dua
individu yang berbeda (misal pendaki gunung dengan orang yang takut
ketinggian (vertigo), penambang batu bara dengan orang yang takut
tersekap (claustrophobie)).
nilai industri: Selagi industri saat ini mengakui akan kebutuhan untuk
mengoperasikan asset seaman mungkin, akan tetapi fakta menunjukkan
bahwa beberapa industri secara intrinsik lebih membahayakan dari
yang lain. Beberapa industri bahkan mengkompensasi tingkat risiko
yang lebih tinggi dengan tingkat penggajian yang lebih tinggi.
Pandangan masyarakat secara keseluruhan tercermin pada ketentuan
keselamatan dan lingkungan yang berlaku pada industri tersebut.
derajat dari kontrol yang dimiliki individu terhadap situasi. Orang biasanya
siap untuk menyetujui tingkat risiko yang lebih tinggi bila mereka
percaya bahwa mereka secara pribadi dapat mengontrol atau menguasai
situasi dibandingkan dengan apabila mereka percaya bahwa mereka
tidak bisa mengontrol situasi.
Misal orang-orang mentoleransi untuk mengambil tingkat risiko yang lebih tinggi
dengan mengendarai kendaraan bermotornya dibandingkan dengan apabila mereka
pergi sebagai penumpang pesawat terbang (Sejauh mana issu ini mempengaruhi
persepsi risiko diberikan oleh data statistik yang cemerlang ini yang menunjukkan
bahwa 1 orang dari 11 juta orang bepergian dengan pesawat terbang dengan rute New
York - Los Angeles berisiko meninggal karena kecelakaan pesawat dibandingkan
dengan 1 orang dari 14 ribu untuk tujuan yang sama dengan kendaraan bermotor. Dan
masih saja orang memaksa untuk melakukan perjalanan ini melalui darat karena
mereka berpendapat ini lebih “aman”).
Sebagai contoh, bandingkan sikap yang tidak wajar dari masyarakat menghadapi
risiko yang terkait dengan gas radon radioactive yang timbul secara alamiah versus
kemarahan mereka terhadap sentral nuklir.
Contoh, sering-sering orang sangat meremehkan terhadap bahan kimia yang “toxic”
atau “carcinogenic” dan menanganinya secara “sembarangan”, walaupun mereka
berada pada posisi yang paling memiliki risiko. Akan tetapi, ketika diberitahukan
kepada mereka bahwa bahan kimia tadi bersifat “mutagenic” dan “teratogenic”, dan
arti dari kata-kata ini dijelaskan kepada mereka, maka dengan seketika mereka
menanganinya dengan penuh respek. Ini dilakukan walaupun fakta menunjukkan
bahwa risiko “toxic”nya (sebagai bahan toxic dan carcinogenic) lebih tinggi order of
magnitudenya dibandingkan dengan apabila diperlakukan sebagai bahan yang
“mutagenic” dan “teratogenic”.
Banyak faktor lain juga mempengaruhi persepsi risiko, seperti nilai yang
diberikan pada hidup manusia dipandang dari berbagai kelompok peradaban,
nilai agama dan bahkan faktor-faktor seperti umur, status kawin dari
seseorang.
Ini menyiratkan bahwa evaluasi dari risiko yang memuaskan hanya dapat
disusun oleh suatu kelompok. Sejauh mungkin kelompok ini harus mewakili
mereka yang memiliki pemahaman dari mekanisme kegagala, efek kegagalan
(terutama sifat dari sebarang bahaya), yang memungkinan terjadinya
kegagalan dan usaha yang mungkin yang mana dapat diambil untuk
mengantisipasi atau mencegah kegagalan
Bila dilakasanakan dengan baik, kebijaksanaan dari kelompok ini akan berbuat
lebih untuk menjamin bahwa perusahaan melakukan yang terbaik untuk
mengidentifikasi dan dan mengatur seluruh mode-mode kegagalan yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan lingkungan (Adanya kelompok ini adalah
tanggung jawab dari seluruh pegawai bukan hanya tanggung jawab
manajemen).
Kelompok seperti ini dapat mencapai konsensus dengan cepat bila menangani
langsung bahaya terhadap keselamatan, karena mereka memasukkan orang
kedalam risiko. Bahaya terhadap lingkungan tidask terlalu sederhana,
mengingat masayarakat lebih luas sebagai kemungkinan korban dan banyak
issu yang terkait tidak familiar. Jadi mereka harus lebih dahulu memahami
standar dan peraturan lingkungan yamh mana yang mencakup proses yang
sedang direview.
Bila kegiatan pencegahan yang tepat tidak didapat, perancangan ulang adalah
wajib, karena kita menangani bahaya keselamatan atau lingkungan yang
dikenal yang tidak dapat dicegah dengan baik. Dalam konteks ini "merancang
ulang" berarti sesuatu harus dirubah. Ini bisa modifikasi terhadap peralatan itu
sendiri, atu perubahan proses, atau prosedur operasi. Perubahan ini biasanya
diambil satu dari dua obyektif berikut:
Dasar pada mana kita menetapkan kelayakan teknis dan frekuensi dari jenis-
jenis kegiatan pencegahan yang berbeda-beda sekali lagi akan dibahas pada
Bab 5.
Sampai sejauh ini, bab ini telah membicarakan fungsi yang tersembunyi
(kebanyakan darinya adalah alat pelindung yang tidak fail-safe), dan
kegagalan yang memiliki konsekuensi-konsekuensi keselamatan atau
lingkungan.
Akan tetapi, fungsi primer dari hampir seluruh peralatan dalam industei
dihubungkan sedemikian rupa dengan kebutuhan untuk menghasulkan
revenue atau untuk menunjang kegiatan untuk mendapatkan revenue. Sebagai
contoh, fungsi primer dari hampir seluruh peralatan dalam manufaktur adalah
menambah nilai ke material, sedangkan hampir seluruh peralatan di sektor
transportasi (bis, truk, pesawat terbang, kapal) digunakan untuk menghasilkan
revenue secara langsung.
bekerja seluruhnya atau apabila bekerja sangat lambat. Akan kita lihat
bahwa ini akan menaikkan ongkos produksi bila pabrik harus bekerja
dengan waktu ekstra untuk mengejar ketinggalan, atau kehilangan
penjualan apabila pabrik telah berbeban penuh.
mereka mempengaruhi kualitas produk. Bila suatu mesin tidak dapat lagi
memegang tolerasni manufaktur atai bila suatu kegagalan
menyebabkan bahan terdeteriorasi, hasil yang mungkin adalah scrap
atau mengulang operasi yang mahal
berapa biaya kegagalan setiap kali terjadi, dipandang dari sisi output,
kualitas produk, servis dan biaya operasi ditambah dengan berapa biaya
reparasi, seperti diterangkan di atas
seberapa sering kegagalan terjadi
Sampai di sini, kita tidak memberikan perhatian lebih pada seberapa sering
kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi, karena ini bukan merupakan
ukuran utama dari konsekuensi-konsekuensi. (Misal, laju-laju kegagalan
memiliki pengaruh yang kecil terhadap kegagalan-kegagalan yang terkait
dengan keselamatan, karena tujuan dari kasus-kasus ini adalah untuk
menghindarkan sebarang kegagalan-kegagalan pada mana digunakan sebagai
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 103
Perhatikan sebagai contoh, pompa yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 dan sekali lagi pada
Gambar 4.7. Pompa dikontrol oleh satu float switch yang mengaktifkan pompa apabila
level dalam tangki Y jatuh ke 120 000 liter, dan satu float switch lain yang akan menyetop
pompa apabila level dalam tangki Y mencapai 240 000 liter. Suatu low level alarm
dipasang tepat di bawah level 120 000 liter. Apabila tangkinya kosong, maka porses di hilir
harus di hentkan. Ini memakan biaya bag iperusahaan yang menggunakan pompa tersebut
sebesar $5 000 perjam.
Misalkan bahwa telah disepakati bersama bahwa satu mode kegagalan yang dapat
mempengaruhi pompa ini adalah “bearing seized”, dan bahwa seizure ini dapat
disebabkan oleh “normal wear and tear”. Untuk memudahkan, misalkan bahwa motor
dari pompa ini diperlengkapi dengan suatu overload sitch, tetapi tidak ada trip alarm yang
dihubungkan ke control room.
Mode kegagalan ini dan efek-efeknya bisa dijelaskan pada suatu RCM Information
Worksheet seperti diperlihatkan pada Gambar 4.8:
Gambar 4.8: FMEA untuk kegaglan bantalan pada suatu stand-alone pump
Pada kasus ini, air dipompakan keluar dari tangki dengan laju 800 liter per menit, sehingga
tangki akan kosong setelah 2,5 jam setelah low level alarm berbunyi. Ini membutuhkan 4
jam untuk mengganti bantalannya, sehingga proses hilirnya berhenti untuk 1,5 jam. Ini
Reliability-centred Maintenance 104
dalam kehilangan produksi setiap tiga tahun, plus biaya untuk mengganti bantalan.
Andaikan bahwa kegunaan dari contoh ini adalah bahwa adalah secara teknik layak
untuk mengecek bantalan terhadap kebisingan sekali dalam seminggu (dasar pada mana
kita menetapkan jenis judgement ini dibasa secara panjang lebar pada bab berikut).
Apabila ditemukan bahwa bantalan sangat bising, konsekuensi-konsekuensi operasional
dari kegagalan dapat dihindarkan dengan menjamin bahwa tangki adlah penuh sebelum
memulai pekerjaan pada bantalan. Ini memberikan lima jam penampungan, sehingga
bantalan sekarang dapat diganti dalam empat jam tanpa berpengaruh pada proses
hilirnya.
Andaikan pula bahwa pompa dipasang pada suatu stasiun pemompaan tanpa operator,
dan telah disepakati bersama bahwa pengecekan harus dilakukan oleh maintenance
craftsman, dan bahwa waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan setiap pengecekan
adalah dua puluh menit. Misalkan lagi bahwa total biaya untuk menggaji craftsman adalah
$24 per jam, pada kasus ini akan memakan biaya $8 per sekali pengecekan. Apabila MTBF
dari bantalan adalah 3 tahun, dia akan melakukan pengecekan sebanyak 150 kali per
kegagalan. Dengan perkataan lain, biaya pengecekan adalah
150 x $8 = $ 1 200
Pada contoh ini, sudah jelas bahwa kegiatan terjadual secara relative adalah
cost-effective terhadap biaya dari konsekuensi-konsekuensi operasional dari
kegagalan plus biaya reparasi. Jadi bila suatu kegagalan memiliki
konsekuensi-konsekuensi operasional, maka dasar untuk memutuskan apakah
langkah pencegahan bermanfaat untuk dilaksanakan adalah faktor ekonomi
sebagai berikut:
Perlu dicatat bahwa analisis ini dilakukan untuk setiap mode kegagalan
individual, dan bukan untuk mesin secara keseluruhan. Ini mengingat setiap
langkah pencegahan dirancang untuk mencegah suatu mode kegagalan yang
spesifik, sehingga kelayakan ekonomi dari setiap usaha hanya dapat
dibandingkan dengan biaya mode kegagalan yang untuk mencegahnya. Untuk
setiap kasus merupakan keputusan go/no go yang sederhana.
Dalam praktek bila menaksir mode kegagalan individual dengan cara ini,
sangat perlu untuk melakukan studi cost-benefit yang rinci didasarkan pada
biaya downtime yang sebenarnya dan MTBF. Hal ini mengingat harapan
ekonomi biasanya nyata dalam banyak kasus dimana mode kegagalan
memiliki konsekuensi operasional.
Dalam pabrik jenis batch atau job, kebanyakan kegagalan fungsional hanya
mempengaruhi satu mesin atau satu line. Konsekuensi kegagalannya
ditentukan terutama oleh lama waktu berhenti dan jumlah work-in-progress
yang antri didepan operasi yang berurutan. Sehingga konsekuensi kegagalan
dalam pabrik batch cenderung kurang dahsyat dibandingkan dengan jenis
proses kontinu (Fleet kendaraan, dimana konsekuensi kegagalan dikaitkan
dengan single item saja).
Hampir seluruh mesin dalam pabrik jenis batch beroperasi secara independen,
sehingga mudah untuk mengeluarkan mereka untuk dirawat sewaktu-waktu.
Ini memudahkan untuk merencana beban pekerjaan yang steady sepanjang
tahun , dan variasi serta frekuensi langkah pencegahan dapat mudah untuk
diakomodasikan.
Konsekuensi-konskuensi Kegagalan 107
Pengaturan shift
Dalam pabrik dengan satu shift, adalah mungkin untuk menambah waktu
operasi yang hilang karena kegagalan pada jam-jam diluar shift. Ini menambah
biaya produksi, sehingga kebutuhan untuk pencegahan harus
dipertimbangkan mengingat biaya ini.
Dilain pihak, bila pabrik yang sama bekerja dengan kapasitas penuh secara
kontinu, maka tidak mungkin untuk menambah waktu yang hilang, sehingga
downtime mengakibatkan kehilangan penjualan. Ini lebih mahal dibandingkan
dengan ekstra waktu. sehingga sangat bermanfaat untuk mencoba lebih keras
lagi untuk mencegah kegagalan dalam kondisi seperti ini. Akan tetapi
sangatlah sulit untuk membuat mesin tersedia untuk perawatan dalam pabrik
dengan kapasitas penuh, sehingga kegiatan pencegahan harus dipilih dengan
sangat hati-hati.
Work-in-progress
Perhatikan suatu contoh di mana volume pekerjaan dalam antrian dalah cukup untuk
menjaga pekerjaan operasi untuk enam jam dan ini hanya memakan empat jam untuk
mereparasi mode kegagalan yang sedang dikaji. Pada kasus ini, kegagalan tidak memiliki
konsekuensi-konsekuensi operasional. Sebaliknya, apabila ini memakan waktu 8 jam
untuk reparasi, ini bisa mendapatkan konsekuensi-konsekuensi operasional mengingat
Reliability-centred Maintenance 108
Waktu reparasi
Seluruh option ini membutuhkan uang. Sehingga sekali lagi ini merupakan
msalah keputusan apakah akan melakukan investasi pada salah satu dari
option tadi, atau melakukan investasi daslam pencegahan kegagalan atau
menerima hidup dengna konsekuensi-konsekuensi kegagalan yang ada.
Suku cadang
Stand-by plant
ini. Bila standby plant tersedia adalah mungkin untuk memindahkan sesegera
mungkin pada waktu terjadi kegagalan, biasanya tanpa adanya efek pada
operasi (Perlu dicatat bahwa standby plant itu sendiri merupakan fungsi yang
tersembunyi, dan membutuhkan perawatan yang memadai).
Tetapi stand-by plant juga memakan uang. Sehingga sekali lagi kita harus
memutuskan apakah melakukan investasi dalam standby plant, investasi
dalam pencegahan kegagalan atau hidup dalam konsekuensi-konsekuensi
kegagalan yang ada.
Kebutuhan pasar
Misalkan pompa-pompa pada Gambar 4.10. Set ini sama dengan pada Gambar 4.7, kecuali
sekarang ada dua pompa (keduanya identik dengan pompa di Gambar 4.7). Duty pump
dikontrol oleh satu float switch yang mengaktifkan pompa apabila level pada tangki Y jatuh ke
120 000 liter, dan switch lain yang menghentikan pompa apabila level mencapai 24 000 liter.
Switch kedua dipasang tepat di bawah level switch dari duty pump, dan switch ini dirancang
baik untuk membunyikan alarm di control room apabila level air mencapainya, dan untuk
menghidupkan stand-by pump. Apabila tangki kosong, proses harus harus dihentikan. Ini juga
akan memakan biaya bagi organisasi yang menggunakanpompa tersebut sebesar $5 000 per
jam.
Seperti yang lalu, misalkan bahwa telah disepakati bersama bahwa satu mode kegagalan yang
dapat mempengaruhi duty pump adalah “bearing seize”, dan bahwa seizure ini disebabkan
oleh normal wear and tear. Misalkan bahwa motor dari duty pump juga dilengkapi dengan
suatu overload switch, tetpai sekalilagi tidak ada trip alarm yangdihubungkan ke control
room.
Pada contoh ini, pompa stand-by dihidupkan apabila duty pump gagal, sehingga tangki tidak
kosong. Jadi satu-satunya biaya yangterkait dengan kegagalan ini adalah:
Gambar 4.11: FMEA untuk kegaglan bantalan pada suatuduty pump dengan
stand-by
Misalkan bahwa masih layak secara teknik untuk melakukan pengecekan bantalan untuk
kebisingan sekali seminggu. Apabila bantalan ditemukan bising, operator akan menswitch
secara manual ke pompa stand-by dan bantalan direparasi.
Misalkan pula bahwa pompa-pompa ini juga dipasang pada lokasi yang tanpa operator dan
telah disepakati pula untuk dilakukan pengecekan – yang akan memakan 20 menit pula – yang
akan dilakukan oleh sorang craftsman perawatan dengan biaya $8 per pengecekan. Jadi
sekalilagi, dia akan melakukan 150 cek per kegagalan. Dengan perkataan lain, biaya dari
program perawatan pencegahan per kegagalan adalah:
Pada contoh ini, biaya untuk melakukan kegiatan terjadual sekarang lebih
tinggi daripada biaya untuk tidak melakukan apa-apa. Sehingga tidaklah
bermanfaat melakuan kegiatan pencegahan walaupun pompanya secara teknik
identik dengan dengan pompa yang disebutkan pada Gambar 4.8.
Tiga hal lagi yang perlu untuk dipertimbangkan pada waktu mereview
kegagalan-kegagalan dengan konsekuensi-konsekuensi non-operasional,
sebagai berikut:
Misal, pada Gambar 4.11 penjelasan tentang efek-efek kegagalan menyarankan bahwa
seizure dari bantalan tidak menyebabkan kerusakan sekunder. Bila memang demikian,
maka analisis ini absah. Akan tetapi, apabila kegagalan yang tidak diantisipasi dari
bantalan juga menyebabkan (katakan) poros terpuntir, maka suatu kegiatan pencegahan
yang mendeteksi kegaglan bantalan yang sangat parah memungkinkan bagi operator
untuk menghentikan pompa sebelum pompa rusak. Pada kasus ini biaya dari kegagalan
yang tidak diantisipasi dari bantalan adalah:
Di lain pihak, biaya untuk perawatan pencegahan (untuk tiap kegagalam bantalan) masih:
Jadi jelas, kegiatan bermanfaat untuk dikerjakan apabila biaya untuk mengganti poros jauh
lebih besar dibandingkan $1 200. Bila biayanya kurang dar $1 200 untuk mengganti poros,
maka kegiatan ini masih tidak bermanfaat untuk dilakukan.
fungsi-fungsi yang dilindungi : ini hanya absah apabila suatu kegagalan tidak
akan memiliki konsekuensi-konsekuensi non-operasional karena suatu
komponen stand-by atau atau redundan tersedia apabila beralasan untuk
menganggap bahwa alat pelindung akan berfungsi apabila kegagalan
terjadi. Hal ini berarti pula bahwa program perawatan yang tepat harus
diterapkan pada alat pelindung (pompa stand-by pada contoh yang
diberikan di ats)..
4.5 Kesimpulan
Bab 4 menerangkan tujuan utama perawatan pencegahan untuk menghindarkan, atau setidak-
tidaknya mengurangi konsekuensi-konsekuensi kegagalan. Ini menjurus kepada kesimpulan
bahwa langkah pencegahan hanya bermanfaat dilaksanakan apabila dapat secara sukses
menangani konsekuensi-konsekuensi mode kegagalan yang dimaksudkan untuk
mencegahnya sebagai berikut:
Bila kerusakannya adalah tersembunyi, langkah yang diambil harus menjamin avalability
yang diperlukan untuk menurunkan risiko kegagalan ganda sampai pada suatu tingkat yang
dapat diterima. Bila langkah pencegahan tidak ditemukan, langkah default awalnya adalah
pencarian kegagalan terjadual
Bila kerusakan memiliki konsekuensi-konsekuensi keselamatan dan lingkungan, langkah
yang diambil harus menurunkan risiko kegagalan sampai suatu tingkat yang cukup rendah
(atau mengeliminasinya). Apabila kegiatan pencegahan yang tepat tidak ditemukan, langkah
default adalah sesuatu harus dirubah (proses atau rancangan asset)
Bila kerusakan memiliki konsekuensi-konsekuensi operasional dan non-operasional, biaya
total untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dalam suatu kurun waktu tertentu harus lebih
rendah daripada biaya untuk tidak melakukannya. Bila kegiatan pencegahan yang cost-
effective tidak ditemukan langkah default awal adalah tidak ada perawatan terjadual
Kerangka kerja menyarankan bahwa langkah yang dapat diambil untuk menangani kegagalan
dapat dibagi dalam dua kelompok - langkah pencegahan dan langkah default yang harus
diambil apabila langkah pencegahan yang tepat tidak ditemukan. Ini berkaitan dengan
pertanyaan ke enam dan ke tujuh dari tujuh pertanyaan dasar yang membangun dasar dari
proses keputusan RCM sebagai berikut:
Dalam bab ini akan dibahas yang berkaitan dengan pertanyaan ke enam.
Terutama mengkonsentrasikan pada kriteria yang digunakan untuk memutuskan apakah
langkah tersebut secara teknik layak, tetapi akan dilihat juga secara rinci bagaimana kita
memutuskan apakah kategori spesifik dari tugas bermanfaat untuk dilakukan. (Bab 6
mereview langkah default)
Bila kita menanyakan apakah suatu langkah pencegahan secara teknik layak, kita sebenarnya
menayakan apakah mungkin langkah tersebut mencegah atau mengantisipasi kegagalan yang
dipertanyakan. Tidak ada yang perlu dilakukan untuk ekonomi - ekonomi merupakan bagian
dari proses evaluasi konsekuensi yang telah diperbincangkan secara panjang lebar - tetapi
sebenarnya dia tergantung pada karakteristik teknik dari mode kegagalan dan langkahnya itu
sendiri.
"Benar tidaknya langkah pencegahan secara teknis adalah layak tergantung pada karakteristik
teknik dari mode kegagalan dan langkah usahanya"
Bab ini mengembangkan kriteria kelayakan teknis untuk tiga kategori utama perawataan
pencegahan, yang berupa langkah on-condition terjadual, langkah restorasi terjadual dan
langkah scrap terjadual. Kita juga akan melihat bahwa dua issu mendominasi pemilihan
langkah dari sisi teknik. Mereka adalah:
Hubungan antara umur item yang sedang dikaji dan bagaimana kemungkinan gagalnya
Apa yang terjadi selagi kegagalan mulai terjadi
Paragraf berikut membahas tentang langkah usaha yang diterapkan apabila ada hubungan
antara umur dan kegagalan, dan kemudian mempertimbangkan kasus yang lebih sulit dimana
tidak ada hubungan itu
Lama sejak mesin digunakan secara luas - orang cenderung percaya peralatan menjadi
semakin tua, dan cenderung gagal. Gambar 5.1. mengilustrasikan pandangan ini. Dianggap
bahwa item yang serupa memberikan tugas yang sama dengan andal untuk suatu kurun waktu
tertentu, mungkin dengan sejumlah kegagalan dini acak yang kecil, kemudian kebanyakan
item aus (wear out) pada waktu yang hampir bersamaan.
Titik aus dikenal sebagai titik pada mana terjadi peningkatan secara cepat kemungkinan
kondisional dari kegagalan. Ini sebenarnya merupakan penyederhanaan hubungan antara
umur dan kegagalan, mengingat sebenarnya ada tiga cara dimana kemungkinan kegagalan
dapat meningkat selagi item bertambah tua. Ini diilustrasikan pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2: Pola-pola kegagalan yang tergantung umur
Karakteristik yang diwakili oleh pola A dan B adalah bahwa keduanya menampilkan suatu
titik pada mana mulai terjadi peningkatan yang cepat kemungkinan kondisional dari
kegagalan. Ini membuatnya mudah untuk dibandingkan dipandang dari sisi perawatan. Pola
C menunjukkan peningkatan yang mantap kemungkinan kegagalan tetapi tida ada daerah aus
yang mencolok
Pada umumnya, pola-pola kegagalan yang tergantung dengan umur berlaku untuk item yang
sederhana, atau untuk item yang kompleks yang menderita satu atau dua mode kegagalan
yang dominan. Dalam praktek mereka biasanya ditemukan dengan kondisi keausan langsung
(terutama pada titik-titik dimana peralatan berkontak langsung dengan produk) dan mereka
dikaitkan pula dengan kelelahan, korosi dan oksidasi.
"Karakteristik keausan (wear-out) sangat sering terjadi pada peralatan yang berkontak
langsung dengan produk. Kegagalan yang berhubungan dengan umur juga cenderung
diasosisikan dengan kelelahan, oksidasi dan korosi"
Kelelahan mempengaruhi item - terutama yang dari metal - yang menderita beban siklik
frekuensi tinggi yang cukup besar. Laju dan besar dari oksidasi dan korosi yang
mempengaruhi sebarang item tergantung pada komposisi kimianya, tingkat perlindungannya
dan keganasan lingkungan pada mana item tersebut beroperasi.
Untuk item yang betul-betul mengikuti salah satu dari pola-pola kegagalan di atas teori klasik
menyarankan bahwa adalah mungkin untuk menetapkan suatu titik, biasanya disebut sebagai
"umur", pada mana ada peluang untuk mengambil langkah tertentu untuk mencegah
kegagalan jangan sampai terjadi lagi dikemudian hari, atau setidak-tidaknya untuk
menurunkan konsekuensi-konsekuensi kegagalan. Dua opsi pencegahan yang tersedia dalam
kondisi ini adalah langakh restorasi terjadual dan langkah scrap terjadual yang akan
dibicarakan selanjutnya.
Yang dimaksud dengan restorasi terjadual adalah menetapkan langkah periodik untuk
merestorasi item komponen yang ada ke kondisi awalnya (atau lebih tepat untuk
merestorasinya ke ketahanan terhadap kegagalan awalnya.
Usaha merestorasi secara terjadual dikenal juga sebagai langkah mengerjakan ulang terjadual,
yang mengikutsertakan overhaul yang dilakukan pada interval yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Bila mode kegagalan yang dikaji sesuai dengan pola A atau B, adalah mungkin untuk
mengidentifikasi umur pada mana wear-out mulai. Ini biasanya dinyatakan sebagai "umur"
dari item. Kegiatan restorasi terjadual dilakukan sedikit lebih kurang dari umur ini. Dengan
perkataan lain:
"Frekuensi dari langkah restorasi terjadual ditentukan oleh umur pada mana suatu item atau
komponen menunjukkan kenaikan yang cepat dalam kemungkinan kondisional dari
kegagalan"
Untuk kasus pola C, setidak-tidaknya empat interval retorasi yang berbeda memerlukan
analisis untuk menetapkan interval optimum (Bab 9).
Dalam praktek frekuensi dari langkah restorasi terjadual hanya dapat ditentukan dengan
memuaskan dengan dasar data riwayat yang andal. Ini sering tersedia pada waktu asset
pertama kali beroperasi, sehingga tidaklah mungkin untuk menetapkan langkah restorai
terjadual pada program perawatan sebelum masuk pabrik dioperasikan (Misal langkah
restorasi terjadual hanya diperuntukkan bagi tujuh komponen dalam program awal
mengembangan Douglas DC-10). Akan tetapi, item yang menjadi subyek dari mode-mode
kegagalan yang mahal harus dimasukkan dalam program eksplorasi umur sesegera mungkin
untuk menemukan apakah mereka bermanfaat bagi langkah restorasi terjadual.
Pembahasan diatas menyatakan bahwa supaya langkah restorasi terjadual secara teknik layak,
kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah:
Harus ada satu titik pada mana ada kenaikan dari kemungkinan kondisional kegagalan
(dengan kata lain item harus memiliki "umur").
Kita harus yakin betul berapa umur itu.
Kedua, kebanyakan item harus dapat bertahan sampai unur ini. Bila terlalu banyak item yang
jatuh sebelum mencapai umur ini, hasil nett adalah kenaikan dari kegagalan yang tidak
diantisipasi. Tidak hanya ini dapat memiliki konsekuensi yang tidak dapat diterima, tetapi ini
beraarti bahwa langkah restirasi terjadual yang terkait dilakukan diluar urutaan. Ini pada
gilirannya akan mengacau seluruh proses perencanaan terjadual.
Akhirnya, restorasi terjadual harus merestorasi ketahanan awal asset terhadap kegagalan, atau
setidak-tidaknya sesuatu yang cukup dekat ke kondisi awalnya untuk menjamin bahwa item
tersebut tetap mampu memenuhi fungsi yang diharapkan untuk satu kurun waktu yang layak.
Misal, tidak ada seorang pun yang waras akan mencoba mengoverhaul suatu bola lampu
rumah, karena tidak akan mungkin bisa untuk merstorasinya seperti kondisi awalnya
(bagaimanapun keekonomisan masalahnya). Di lain pihak, bisa diperdebatkan bahwa
memvulkanisis ban dapat merestorasi ke sesuatu yang mendekati kondisi awalnya.
Dari keterangan yang lalu dapat disimpulkan tentang kelayakan teknis dari restorasi terjadual.
Ada umur yang dapat diidentifikasi pada mana item menunjukkan kenaikan yang cepat dari
kemungkinan kondisional kegagalan
Hampir seluruh item bertahan sampai umur itu (seluruh item apabila kegagalan memiliki
konsekuensi keselamatan atau lingkungan)
Mereka merestorasi ketahanan awal item terhadap kegagalan
Walaupun secara teknis layak, retorasi terjadual mungkin masih belum bermanfaat. Ini
disebabkan karena lagkah-langkah lain mungkin masih lebih efektif.
Apabila langkah yang lebih efektif tidak ditemukan, sering ada godaan untuk memilih
langkah restorasi terjadual murni dengan dasar kelayakan teknis. Batas umur yang
diterapkakn pada suatu item yang bersifat seperti pada Gambar 5.1. berarti bahwa beberapa
item anan menerima perhatian sebelum mereka memerlukannya sedangkan lainnya mungkin
telah gagal lebih awal, tetapi efek neto mungkin suatu penurunan total dalam jumlah
kegagalan yang tidak diantisipasi. Walaupun restorasi terjadual yang telah dipilih mungkin
masih tidak bermanfaat dilakukan, mengingat alasan-alasan berikut:
Bila tidak ada perawatan pencegahan yang dilakukan, Y adalah umur rata-rata pada mana
kegagalan terjadi (Seperti diterangkan dalam Bab 9, ini dikenal sebagai Mean Time Between
Failure (MTBF)). Untuk mencegah hkebanyakan dari kegagalan ini, restorasi terjadual harus
dilakukan sebelum umur X, yang merupakan umur pada mana terjadi kenaikan cepat dari
kemungkinan kondisional kegagalan (dan yang akan kita sebut sebagai "umur berguna").
Misal, perhatikan suatu kasus di mana X adalah 18 bulan, dan Y 24 bulan. Dalam suatu
periode dua belas tahun, kegagalan terjadi enam kali apabila tidak ada perawatan pencegahan
dilakukan, selagi kegiatan pencegahan dilakukan delapan kali. Dengan kata lain, kegiatan
pencegahan harus dilakukan 33% lebih sering dibandingkan dengan kegagalan-kegagalan
yang terjadi dengan sendirinya.
Bila setiap kegagalan memakan biaya (katakan) $2 000 karena kehilangan produksi dan
reparasi, kegagalan akan memakan biaya $2 000 selama periode dua belas tahun. Apabila
setiap kegiatan restorasi terjadual memakan biaya (katakan) $1 200, kegiatan-kegiatan ini
akan memakan $9 600 dalam periode yang sama. Jadi dalam kasus ini, kegiatannya adalah
cost-effective.
Di lain pihak, apabila Y adalah 36 bulan dan seluruh data lainnya tetap sama, kegagalan
hanya dapat terjadi empat kali setiap dua belas tahun, dan akan memakan biaya $8 000
selama periode ini, jadi tidak cost-effective.
Langkah restorasi terjadual pada umumnya dilakukan pada suatu saat yang dianggap
memiliki efek terkecil pada produksi (biasanya pada saat production window).
Langkah retorasi terjadual dianggap memakan waktu lebih sedikit dibandingkan dengan
mereparasi kegagalan mengingat sangat mungkin untuk merencana dengan baik untuk
langkah terjadual ini.
Apabila tidak ada konsekuensi opersional, restorasi terjadual hanya dilakukan apabila
memakan biaya lebih rendah dibandingkan dengan ongkos reparasi (terutama apabila
kegagalan menyebabkan kerusakan sekunder yang dahsyat).
Sekali lagi discard terjadual berarti mengganti suatu item atau komponen dengan yang baru
pada suatu interval yang telah ditentukan lebih dahulu.
"Langkah-lngkah discard terjadual mencakup mengganti suatu item atau komponen pada atau
sebelum batas umur yang telah ditetapkan bagaimanapun kondisinya pada saat itu".
Kegiatan ini dilakukan dengan pengertian bahwa mengganti komponen tua dengan yang baru
akan mengembalikan ke ketahanan awalnya terhadap kegagalan.
"Frekuensi dari langkah discard terjadual ditentukan oleh umur pada mana item atau
komponen tersebut menunjukkan peningkatan yang cepat dari kemungkinan kondisional
kegagalannya"
Pada umumnya, secara luas orang percaya bahwa seluruh item "memiliki umur". dan dengan
memasang suku cadang baru sebelum umur ini tercapai akan secara otomatis membuatnya
"aman" (safe). Ini tidak selalu benar, sehingga RCM bertinak hati-hati dengan memfokuskan
diri pada keselamatan pada waktu mempertimbangkan langkah discard terjadual.
Oleh alasan ini, RCM mengenal dua jenis batas umur yang berbeda apabila menangani
dengan langkah discard terjadual. Yang pertama berlaku pada kegiatan untjk menghindarkan
kegagalan yang memiliki konsekuensi keselamatan, dan disebut sebagai batas umur-yang
aman (safe-life). Mereka yang dimaksudkan untuk mencegah kegagalan yang tidak memiliki
konsekuensi keselamatan disebut sebagai batas umur-ekonomi (economic-life).
Batas umur yang aman hanya berlaku pada kegagalan yang memiliki konsekuensi-
konsekuensi keselamatan atau lingkungan sehingga kegiatan yang terkait harus mencegah
seluruh kegagalan. Dengan perkataaan lain, tidak ada kegagalan yang terjadu sebelum batas
ini tercapai. Ini berarti bahwa batas umur yang aman tidak berlaku untuk item yang sesuai
dengan pola A, karena infant mortality berarti bahwa beberapa item harus gagal secara
premature. Pada kenyataannya, mereka tidak berlaku bagi sebarang mode kegagalan dimana
kemungkinan kegagalan dimulai lebih dari nol.
Dalam praktek, batas umur yang aman tidak berlaku untuk mode-mode kegagalan yang
terjadi sedemikian sehingga tidak ada kegagalan yang diharapakan terjadi sebelum zone
wear-out tercapai.
Secara idel, batas umur yang aman harus ditetapkan sebelum item dioperasikan. Mereka
harus diuji dalam lingkungan operasi simulasi untuk menetapkan umur rata-rata yang mana
yang sebenarnya dicapai, dan fraksi konservatif dari umur ini digunakan sebagai batas umur
yang aman. Ini dilukiskan pada Gambar 5.4.
Fungsi dari batas umur yang aman untuk menghindarkan terjadinya kegagalan yang kritis,
sehingga langkah discard yang dihasilkan bermanfaat untuk dilakukan hanya bila menjamin
tidak ada kegagalan yang terjadi sebelum batas umur yang aman.
Satu-satunya justifikasi untuk batas umur ekonomi adalah cost-effectiveness. Dengan jalan
yang sama restorasi terjadual meningkatkan jumlah pekerjaan dalam bengkel, sehingga
discard terjadual menaikkan konsumsi komponen yang diremajakan. Sebagai hasilnya, cost-
effectiveness dari langkah discard terjadual ditetapkan dengan jalan yang sama sebagaimana
untuk langkah-langkah restorasi terjadual.
Pada umunya, batas umur ekonomi bermanfaat untuk diterapkan bilka ini menghindarkan
atau menurunkan konsekuensi-konsekuensi operasional dari kegagalan yang tidak
diantisipasi, atau apabila kegagalan yang dicegah menyebabkan kerusakan sekunder yang
hebat.
Jadi kita harus tahu pola kegagalan sebelum kita dapoat menaksir cost-effectiveness dari
langkah-langkah discard terjadual. Untuk asset baru, mode kegagalan yang memiliki
konsekuensi ekonomi yang besar harus dimasukkan juga dalam program eksplorasi umur
untuk menemukan apakah batas umur dapat diterapkan. Akan tetapi sebagaimana dengan
restorasi terjadual, sering dimasukkan pula langakh jenis ini dalam program perawatan
terjadual awal.
Komentar di atas menyatakan bahwa langkah-langkah discard terjadual secara teknik adalah
layak dibawah kondisi berikut:
Tidak perlu menanyakan apakah kegiatan tersebut akan merestorasi kondisi awalnya
mengingat item diganti dengan yang baru.
5.5. Kegagalan yang tidak tergantung umur
Kita telah melihat bahwa pola kegaglanyang tergantung dengan umur yang ditunjukkan pada
Gambar 5.2. biasanya berlaku bila peralatan berkontak langsung dengan produk atau bila
terjadi kegagalan, oksidasi atau korosi. Akan tetapi seperti dinyatakan dalam Bab 1,
mayoritas mode-mode kegagalan sesuai (conform) dengan salah satu dari pola-pola
kegagalan yang ditunjukkan pada Gambar 5.5.
Pada umumnya, pola-pola kegagalan tergantung pada kekompleksan item. Makin kompleks
suatu item makin cenderung kesesuaiannya dengan pola E dan F. Pola-pola ini khususnya
berkaitan dengan peralatan elektronik, hidrolik dan pneumatik. (Mayoritas dari bantalan
gelinding juga sesuai dengan pola kerusakan E).
Karakteristik yang terpenting dari pola kegagalan D, E, dan F adalah bahwa setelah periode
awal, hanya sedikit atau tidak ada samasekali antara reliabilty dan umur operasi. Dalam hal
ini kecuali bila ada mode kegagalan dominan yang tergantung dengan umur, batas umur tidak
memberikan apa-apa untuk mengurangi kemungkinan kegagalan.
(Kenyataannya overhaul terjadual itu sendiri dapat meningkatkan laju kegagalan total karena
memasukkan infant motality yang tinggi pada sistem yang sebetulnya stabil. Ini terlihat dari
banyaknya dan meningkatnya kecelakaan yang memalukan diseluruh dunia yangterjadi
apakah pada waktu perawatan sedang berjalan atau segera setelah dilakukan perawatan. Ini
sering dikemukakan oleh orang produksi bahwa "setiap kali perawatan melakukannya diakhir
minggu, kita harus menunggu sampai hari Rabu untuk dapat bekerja kembali").
Sebagaimana dikemukakan pada Bab 1, kesadaran intuitif terhadap fakta ini mengakibatkan
ada yang meninggalakan samasekali perawatan pencegahan. Walaupun ini bisa menjadi hal
yang benar untuk dikerjakan untuk kegagalan dengan konsekuensimnor, bila konsekuensi
kegagalannya serius, sesuatu harus dilakukan untuk mencegah kegagalan atau setidak-
tidaknya menghindarkan konsekuensi-konsekuensi ini.
Kebutuhan yang terus menerus untuk mencegah jenis-jenis kegagalan tertentu, dan
bertambahnya ketidakmampuan dari teknik klasik untuk melakukannya, ada dibelakang
perkembangan dari jenis-jenis pencegahan kegagalan yang baru. Yang paling terkenal dari
antaranya adalah teknik yang dikenal sebagai on-condition maintenance.
Kegagalan potensial
Perawatan on-condition didasarkan pada fakta bahwa kebanyakan kegagalan tidak terjadi
secara mendadak, tetapi sebenarnya berkembang dalam suatu kurun waktu. Apabila bukti
dapat ditemukan bahwa proses kegagalan ini sedang beralngsung, maka sanagtlah mungkin
untuk mengambl langkah untuk mencegah dan/atau menghindarkan konsekuensinya.
Titik pada proses kegagalan pada mana mungkin untuk mendeteksi bahwa kegagalan sedang
terjadi atau sedang akan terjadi dikenal sebagai kegagalan potensial.
"Kegagalan potensial adalah suatu kondisi fisik yang dapat diidentifikasi yang
mengindikasikan bahwa suatu kegagalan fungsional sedang akan terjadi atau ada dalam
proses terjadi"
hot spots yang menunjukkan deteriorasi dari batu tahan api tungku
vibrasi yang mengindikasikan kerusakan bantalan yang parah
retakan yang menunjukkan kelelahan metal
partikel dalam minyak pelumas gearbox yang menunjukkan kerusakan roda gigi yang parah
terlalu banyaknya keausan dari kembangan ban
Dalam praktek ada beribu-ribu cara untuk menemukan apakah kegagalan ada dalam proses
terjadi. Gambar 5.6. mengilustrasikan proses secara umum. Ini disebut kurva P-F, mengingat
ini menunjukkan mulainya suatu kegagalan, terdeteriorasi sampai suatu titik pada mana ini
dapat dideteksi (titik kegagalan potensial P) dan kemudian, apabila tidak terdeteksi dan
dikoreksi, terdeteriorasi terus - biasanya dengan laju yang makin cepat - hingga mencapai
titik kegagalan fungsional (F).
Bila kegagalan potensial terdeteksi antara titik P dan titik F, ada dua kemungkinan:
Misal, suatu retakan pada suatu dinding adalah suatu kegagalan potensial. Apabila ini
ditemukan tepat waktu, mungkin saja untuk melakukan pelurusan pondasi sehingga
mencegah dinding untuk terjadi deteriorasi sampai titik di mana bisa runtuh (kegagalan
fungsi). Pada kasus ini, mungkin ada konsekuensi-konsekuensi operasional karena mungkin
perlu untuk mengosongkan gedung selagi pekerjaan ini berlangsung, tetapi setidak-tidaknhya
kita menghindarka konsekuensi-konsekuensi keselamatan yang mungkin dapat terjadi apabila
dinding runtuh.
Misal, kegagalan yang tidak diantisipasi dari suatu ball bearing dapat merupakan suatu efek
serius pada produksi. Apabila ditemukan menjadi bising sebelum seize, adalah mungkin
untuk menggantinya tepat waktu pada waktu produksi tidak terpengaruh. Pada kasus ini,
kegagalan bantalan tidak “dicegah” – ini dibiarkan rusak apapun yang terjadi – tetapi
konsekuensi-konsekuensi operasional nya dari kegagalan dapat dihindari.
Ini menjurus ke konsep perawatan on-condition, yang didefinisikan sebagai checking item
untuk kegagalan potensial sehingga kegiatan dapat diambil untuk mencegah atau
menghindarkan konsekuensi-konsekuensi kegagalan fungsional.
Kegiatan-kegiatan on-condition disebut demikian karena item yang diinspeksi tetap berada
dalam kondisi beroperasi sehingga mereka tetap memenuhi standar prestasi yang ditetapkan.
Sebagai tambahan dari kegagalan potensial itu sendiri, perlu dipertimbangkan jumlah waktu
(atau jumlah siklus tegangan) yang berlalu antara titik dimana kegagalan potensial terjadi, -
dengan perkataan lain, titik dimana kegagalan potensial terdeteksi - dan titik dimana
kegagalan potensial terdeterirasi menjadi kegagalan fungsional. Seperti terlihat pada Gambar
5.7. interval ini dikenal sebagai interval P-F.
"Interval P-F adalah interval antara terjadinya kegagalan potensial dan memburuknya
menjadi kegagalan fungsional".
Interval P-F adalah penting mengingat dapat menetapkan frekuensi dimana langkah on-
condition harus dilaksanakan. Frekuensi untuk memeriksa harus jauh lebih kecil (pendek)
dibandingkan dengan interval P-F bila kita ingin mendeteksi kegagalan potensial sebelum
kegagalan fungsional.
"Frekuensi dari langkah-langkah on-condition harus lebih kecil dibandingkan dengan interval
P-F".
Interval P-F juga dikenal sebagai periode siaga atau lead time untuk gagal. Ini dapat diukur
dalam sebarang unit yang terkait dengan keterlibtan tegangan (waktu operasi, satuan output,
siklus start-stop, dsb), tetapi untuk alasan-alasan yang akan dibahas dalam Bab 7, lebih sering
diukur dalam satuan kurun waktu. Untuk mode kegagalan yang berbeda, ini bervariasi dari
fraksi sekon ke beberapa puluh tahun.
Perlu dicatat bahwa apabila langkah on-condition dilaksanakan pada interval yang lebih
panjang dibandingkan dengan interval P-F, kemungkinan kegagalan fungsional telah terjadi
tanpa kita bisa mendeteksinya. Sebaliknya bila kita melakukannya dengan persentase interval
P-F yang kecil (periode pendek), kita memboroskan sumber daya untuk proses checking
tersebut.
Misal, apabila interval P-F dari suatu mode kegagalan adalah dua minggu, kita akan yakin
untuk mendeteksi kegagalan apabila item dicek sekali seminggu. Kebalikannya, bila
dilakukan pengecekan sekali dalam satu bulan, adalah mungkin terlewatkan seluruh proses
kegagalan. Di lain pihak apabila interval P-F tiga bulan, merupakan suatu usaha yang
percuma untuk mengecek item setiap hari.
Dalam praktek biasanya cukup untuk memilih frekuensi kegiatan sama dengan separoh dari
interval P-F. Ini menjamin bahwa inspeksi akan mendeteksi kegagalan potensial sebelum
kegagalan fungsional, sehingga (untuk kebanyakan kasus) dapat menyediakan jumlah waktu
yang cukup untuk melakukan sesuatu.
Ini menjurus ke konsep interval P-F neto, yang merupakan interval minimum yang mungkin
berlangsung antara menemukan kegagalan potensial dn terjadinya kegagalan fungsional. Ini
diilustrasikan pada Gambar 5.8 dan 5.9. yang kedua-duanya menunjukkan suatu kegagalan
dengan interval P-F 9 bulan.
Gambar 5.8: Interval P-F netto (1)
Bila item diinspeksi bulanan bukanan seperti pada Gambar 5.8, interval P-F neto adalah 8
bulan. Sebaliknya bila diinspeksi dengan interval 6 bulan seperti pada Gambar 5.9., interval
P-F neto adalah 3 bulan. Ini berarti bahwa pada kasus pertama jumlah waktu minimum yang
tersedia untuk melakukan sesuatu terhadap kegagalan adalah 5 bulan lebih lama
dibandingkan dengan kasus ke dua, tetapi kegiatan inspeksi harus dilakukan 6 kali lebih
sering.
Dalam beberapa kasus jumlah waktu yang dibutuhhkan adalah jam (katakan sampai dengan
akhir siklus operasi atau akhir shift) atau bahkan menit. Dalam kasus lain bisa minggu atau
bahkan bulan (katakan sampai major overhaul). Ini berarti bahwa jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan sesuatu terhadap kegagalan potensial harus dipertimbangkan
dalam kerangka kerja interval P-F bila mengeset frekuensi kegiatan-kegiatan on-condition.
Bila interval P-F neto terlalu singkat untuk sebarang langkah/kegiatan yang diambil, maka
kegiatan on-condition sudah barang tentu tidak layak secara teknik.
Ini menjurus ke kesimpulan umum bahwa kita mengharapkan interval P-F yang makin
panjang karena empat alasan berikut:
Ini menerangkan mengapa sebegitu banyak energi yang diberikan untuk menemukan kondisi
kegagalan potensial dan teknik on-condition kaitannya yang memberikan kemungkinan
interval P-F yang lebih panjang.
Jelas, interval P-F harus juga konsisten bila digunakan untuk menyiapkan dasar yang andal
untuk perencanaan. Akan tetapi perlu dicatat bahwa adalah mungkin untuk menggunakan
interval P-F yang sangat pendek dalam beberapa kasus tertentu.
Misal, kegagalan-kegagalan yang mempengaruhi balance dari fan yang besar menyebabkan
masalah-masalah serius secara cepat, sehingga on-line vibration sensors digunakan untuk
menghentikan fan apabila kegaglan serupa terjadi. Pada kasus ini, interval-interval P-F
sangatlah pendek, sehingga pemantauannya adalah kontinu. Perlu dicatat juga bahwa
peralatan pemantauan digunakan untuk menghindarkan konsekuensi-konsekuensi dari
kegagalan.
Paragraf di ata menyiratkan bahwa langkah-langkah on-condition secara teknik adalah layak
apabila mereka memenuhi kriteria berikut:
Teknik-teknik pemantauan kondisi banyak kali lebih sensitif dibandingkan dengan indera
manusia. Beberapa dari antaranya sekarang sangat sensitif, dan dapat memberikan pertanda
berbulan-bulan (ataupun bertahun-tahun) akan kegagalan. Akan tetapi limitasi major dari
hampir setiap alat pemantauan kondisi adalah bahwa ini hanya memantau satu kondisi. Misal
alat analisis vibrasi hanya memantau vibrasi dan tidak dapat mendeteksi perubahan kimia
atau temperatur. Oleh karena itu kepekaan yang tinggi dibeli dengan harga yang sangat mahal
yang inheren dengan indera manusia.
Interval P-F dikaitkan dengan teknik-teknik pemantauan yang berbeda-beda bervariasi dari
beberapa menit sampai beberapa bulan. Teknik-teknik yang berbeda juga memilah-milah
kegagalan dengan derajat ketepatan yang berbeda-beda. Kedua faktor ini harus
diperhitungkan pada waktu menaksir kelayakan dari sebarang teknik.
Harga pembelian dari sistem pemantauan kondisi yang berbeda-beda berkisar dari beberapa
ratus sampai ribuan dollar. Beberapa dapat digunakan oleh pekerja semi trampil sedangkan
lainnya membutuhkan teknisi yang sangat trampil. Dalam banyak kasus, peralatan
pemantauan secara permanen dipasang pada mesin (Perlu dicatat bahwa bile demikian,
peralatan pemantauan mencakup fungsi tambahan biasanya tersembunyi, sehingga
persyaratan perawatannya harus ditaksir bersama-sama dengan yang lain).
efek dinamik
efek partikel
efek kimia
efek fisik
efek temperatur
efek elektrik
Kriteria untuk menaksir apakah langkah on-condition secara teknik layak dan bermanfaat
untuk dilaksanakan harus dimasukkan yang sangat berat bagi teknik-teknik pemantauan
kondisi, emngingat pemantauan kondisi dapat secara spektakuler efektif bila tepat, tetapi bila
tidak tepat dapat menjadi sangat mahal dan memakan banyak waktu dan tidak memuaskan.
Dalam beberapa industri, sumber data yang penting tentang kegagalan potensial adalah fungsi
manajemen kualitas. Kadangkala adanya kegagalan dalam artikel yang diproduksi oleh suatu
mesin berhubungan secara langsung dengan cacat dalam mesin itu sendiri. Banyak dari cacat
ini timbul decara perlahan-lahan, dengan demikian menyiapkan bukti terhadap waktu akan
kegagalan potensial. Bila data tentang prosedur pengumpulan dan evaluasi telah ada, akan
memakan biaya sedikit untuk menggunakannya untuk memberikan pertanda kegagalan
peralatan.
Misal Statistical Process Control (SPC) mulai digunakan secara luas untuk memantau
kualitas produk. Pengecekan SPC biasanya dilakukan oleh operator mesin, dan
pengukurannya direkam pada suatu SPC chart seperti ditunjukkan pada Gambar 5.10.
Proses ini dianggap sebagai “out of control” – dengan kata lain, dalam tingkat keadaan
kegagalan funsgi – apabila pengukurannya jatuh di luar bagian atas atau bagian bawah
control limits. Gambar 5.10 mengindikasikan bagaimana pengukuran-pengukuran ini sejajar
dengan konsep-konsep dari suatu kegagalan potensial dan fungsi. Ini menyatakan bahwa SPC
dapat dilihat sebagai suatu bentuk perawatan kondisi, terutama apabila deviasi-deviasi
dikaitkab secara angsung dengan mode-mode kegagalan sepsifik.
Sehingga sumber data on-condition yang bernilai tinggi ini harus dimasukkan ke dalam
sistem perawatan bilamana ada hubungan yang tepat antara mode kegagalan dan karakteristik
kualitas produk.
Efek primer (kecepatan, laju aliran, tekanan, temperatur, daya, arus, dan sebagainya)
merupakan sumber informasi lain tentang kondisi peralatan. Efek-efek in dapat dipantau
dengan:
Seseorang membaca alat ukur dan mungkin mencatat pembacaan secara manual
Komputer sebagai bagian dari sistem kontrol proses
Chart recorder yang tradisional
Pencatatan dari efek-efek in atau turunan mereka dibandingkan dengan informasi acuan,
sehinga menyiapkan bukti tentang kegagalan potensial.
Orang yang membaca data harus tahu bagaimana membacanya bila semuanya baik,
pembacaan yang bagaimana yang menunjukkan kegagalan potensial dan yang bagaimana
kegagalan fungsional.
Pembacaan dilakukan dengan frekuensi lebih kecil dari interval P-F (dengan perkataan lain
frekuensi harus lebih kecil dari waktu yng dibutuhkan jarum penujuk pada dial untuk
bergerak dari tingkat kegagalan potensial ke tingkat kegagalan fungsional apabila mode
kegagalannya sedang terjadi)
Bahwa alat pembaca (gauge) sendiri dirawat sedemikian rupa sehingga akurat untuk maksud
pemantauan ini.
Proses pembacaan dapat sangat disederhanakan bila alat pembaca (gauge) ditandai (ataupun
diberi warna) seperti pada Gambar 5.11. Pada kasus ini apa yang harus dilakukan oleh semua
operator - atau siapapun - adalah melihat pada alat pembaca dan melaporkannya apabila
jarum penunjuk ada pada zone kegagalan potensial (kuning), atau harus melakuakn langkah
yang lebih drastis apabila ada di zone kegagalan fungsional (merah). Walaupun demikian alat
pembaca harus selalu dipantau pad interval-interval yang lebih kecil dari interval P-F.
Gambar 5,1: Menggunakan gauges untuk perawatan on-condition
(Saran in hanya berlaku untuk alat pembaca yang membaca kondisi tunak (steady). Perlu
hati-hati untuk menjamin agar alat pembaca yang ditandai seperti ini dicabut dan dipasang
ditempat yang salah).
Indera manusia
Barangkali teknik inspeksi on-condition yang sangat terkenal adalah mereka yang didasarkan
pada indera manusia (melihat, mendengar, merasa, membau). Dua keburukan utama
penggunaan indera ini untuk mendeteksi kegagalan potensial adalah:
Prosesnya subyektif, sehingga sulit untuk mengembangkan kriteria inspeksi yang tepat,
Pada saat indera manusia mendeteksi kegagalan, proses deteriorasi telah berjalan lanjut. Ini
berarti interval P-F nya pendek, sehingga pengecekan harus dilakukakn lebih sering dan
respons harus sangat cepat.
Walaupun demikian manfaat menggunakan indera-indera ini adalah:
Rata-rata manusia sangat sensitif dan dapat mendeteksi variasi kondisi kegagalan yang sangat
luas, sedangkan sebarang teknik pemantauan kondisi hanya dapat digunakan untuk memantau
satu jenis kegagalan potensial
Bila mereka yang dekat dengan mesin dimanfaatkan bersamaan dengan tugas normal mereka,
jenis pemantauan ini dapat menjadi cost-effective
Khususnya apabila kegagalannya acak atau tingkat infant mortalitynya tinggi dan interval P-F
pendek, maka indera manusia bermanfaat untuk dipertimbangkan. Dalam kasus-kasus seperti
ini pemantauan harus dilakukan secara kontinu. Walaupun teknik pemantauan on-line
mungkin layak secara teknik untuk beberapa dari kegagalan ini, mereka biasanya terlalu
mahal terhadap konsekuensi-konsekuensi kegagalannya.
Craftsmen perawatan dapat digunakan untuk melakukan inspeksi-inspeksi ini, tetapi ini
sering-sering tidak praktis karena alasan-alasan berikut:
Bila interval P-F pendek, frekuensi inspeksi menjadi sangat tinggi - kadangkala lebih dari sat
u pershift. Ini akan menyebabkan kegiatan dengan frekuensi tinggi sehingga craftsmen
membuang waktu dengan berjalan dari satu titik inspoeksi ke titik inspeksi lainnya. Waktu
perjalanan ditambah dengan biaya perencanaan dan pengontrolan inspeksi menyebabkan
penggunaan craftsmen ini mahal, dan kadang-kadang ke titik-titik yang terlalu mahal untuk
dikerjakan oleh craftsmen mengingat kemampuannya
Banyak craftsmen yang trampil bosan dengan pekerjaan inspeksi ini dan kadang-kadang
segan utnuk melakukan keseluruhannya
Craftsmen yang trampil sangat jarang ditemukan, sehingga sulit untuk membaginya untuk
jenis pekerjaan ini
Option ketiga adalah menggunakan operator untuk melakukan inspeksi dengan frekuensi
yang tinggi. Daya tarik utama menggunakan operator untuk kegiatan ini adalah mereka dekat
dengan mesin seluruh waktunya, sehingga ini jauh lebih ekonomis dan secara organisasi
mudah untuk mereka melakuakn jenis pekerjaan ini. Ini dapat memberikan implikasi yang
dalam dari organisasi, hubungan antar departremen dan cara pelaporan. Apakah operator
dapat melakuakn pekerjaan ini untuk meningkatkan keefektivan inspeksi ini tergantung pada
tiga kondisi:
Mereka dilatih dengan tepat pada bagaimana mengenal kondisi yang diharapkan untuk
didiagnosa
Mereka memiliki akses ke prosedur yang sederhana dan andal untuk melaporkan sebarang
masalah yang mereka temukan
Mereka harus yakin bahwa langkah yang akan diambil didasarkan pada laporan mereka, dan
akan menerima masukan balik yang konstruktif apabila salah mendiagnosa
Bila mempertimbangkan kelayakan teknik perawatan on-condition, ada tiga issu yang butuh
penanganan khusus. Mereka adalah:
Kegagalan fungsional yang diawalai dengan lebih dari satu kegagalan potensial
Beda antara kegagalan potensial dengan fungsional
Beda antara kegagalan potensial dan ketuaan
Kegagalan fungsional yang diawalai dengan lebih dari satu kegagalan potensial
Kebanyakan mode kegagalan dapat diawali dengan lebih dari satu - kadang-kadang beberapa
- kegagalan potensial yang berbeda-beda. Masing-masing kegagalan potensial akan memiliki
interval P-F yang berbeda, dan akan membutuhkan jenis dan tingkat ketrampilan tertentu.
Sangatlah penting untuk memperhitungkan sebanyak mungkin kegagalan potensial apabila
mempertimbangkan setiap mode kegagalan, dalam rangka menjamin dikembangkannya
program perawatan yang paling cost-effective.
"Semua kegagalan potensial dan langkah-langkah on-condition yang dapat diterapkan untuk
setiap mode kegagalan harus diperhitungkan"
Ini tidak berarti bahwa seluruh bantalan gelinding akan memberikan kegagalan-kegagalan
potensial ini, maupun memiliki interval P-F yang sama. Sejauh mana setiap teknik layak
secara teknik dan bermanfaat untuk dilaksanakan sangat tergantung pada konteks operasi dari
bantalan.
Gambar 5.12: Kegagalan potensial yang berbeda-beda yang dapat mendahului satu mode
kegagalan
Misal:
Bantalan mungkin dipasang jauh didalam mesin sehingga tidak mungkin untuk memantau
karakteristik vibrasinya
Hanyalah mungkin untuk mendeteksi partikel didalam minyak pelumas apabila bantalan
beroperaso dalam sistem pelumasan yang tertutup
Tingkat background noise kemungkinan sangat tinggi sehingga tidak mungkin untuk
mendeteksi bunyi yang dikeluarkan oleh bantalan yang gagal
Tidak mungkin untuk mencapai rumah bantalan untuk dapat merasakan seberapa panas
bantalan tersebut.
Dalam praktek, sering terjadi kebimbangan terahdap perbedaan antara kegagalan potensial
dengan kegagalan fungsional. Ini terjadi mengingat kondisi-kondisi tertentu dapat dapat
secara tepat dianggap sebagai kegagalan potensial daalam satu konteks dan sebagai
kegagalan fungsional di konteks yang lain. Ini terutama umum pada kasus kebocoran.
Contoh, kebocoran yang kecil dari air pada sambungan flens dari suatu saluran dapat
dipandang sebagai suatu kegagalan potensial apabila salurannya mengalirkan alir. Dalam
kasus ini, kegiatan on-condition nya dapat sebagai “lakukan pengecekan sambungan-
sambungan pipa terhadap kebocoran”. Frekuensi kegiatannya didasarkan pada waktu yang
diperlukan dari kebocoran kecil yang “bisa diterima” menjadi kebocoran besar “yang tidak
dapat diterima”, dan langkah koreksi yang tepat akan dimulai bilamana kebocoran kecil
ditemukan.
Akan tetapi, apabila suatu saluran pipa mengalirkan bahan beracun seperti cyanide, sebarang
kebocoran sebesar apapun akan dipandang sebagai suatu kegagalan fungsi. Pada kasus ini
tidaklah layak untuk meminta seseorang untuk melakukan pengecekan terhadap kebocoran,
oleh karena itu metode yang lain perlu untuk ditemukan untuk mencegah kegagalan ini.
Kejadian memungkinan diperlukannya beberapa bentuk modifikasi.
Contoh ini memperlihatkan bagaimana pentingnya untuk terlebih dahulu sependapat dengan
apa yang disebut dengan kegagalan fungsi sebelum mempertimbangkan apa yang harus
dilakukan untuk mencegahnya.
Pada kenyataannya kita mengukur umur suatu komponen kedepan sejak komponen mulai
bekerja. Sedangkan interval P-F diukur kebelakang dari kegaglan fungsional, sehingga du
akonsep tersebut kadang-kadang tidak ada hubungannya. Perbedaannya sangat penting
mengingat kegagalan-kegagalan yang tidak ada hubungannya dengan umur (dengan
perkataan lain, kegagalan acak) kemungkinan diawali dengan beberapa pertanda sedangkan
lainnya tidak.
Contoh, Gambar 5.13. mengilustrasikan suatu komponen yang mengikuti pola kegagalan
acak (pola E). Salah satu dari komponen gagal setelah lima tahun, yang kedua setelah enam
bula dan yan gketiga setelah dua tahun. Dalam setiap kasus, kegagalan fungsional diawali
oleh kegagalan potensial dengan interval P-F empat bulan.
Gambar 5.13: Kegagalan-kegagalan acak dan interval P-F
Ini tidak berarti bahwa perawatan on-condition hanya berlaku pada item yang gagal secara
acak. Mereka dapat diterapkan juga pada item yang memiliki kegagalan-kegagalan yang
terkait dengan umur (Bab 9).
Bila kegagalannya adalah tersembunyi, ini tidask memiliki konsekuensi langsung. Sehingga
langkah on-condition yang dimaksudkan untuk mencegah kegagalan tersembunyi harus
menurunkan risiko kegagalan ganda sampai pada suatu batas yang dapat diterima. Dalam
praktek, mengingat fungsinya tersembunyi, banyak kegagalan potensial yang pada umumnya
mempengaruhi fungsi yang nyata akan juga tersembunyi. Selain itu, banyak dari peralatan
jenis ini menderita kegagalan acak dengan interval P-F yang sangat pendek atau tidask ada
samasekali, sehingga tidak wajar untuk langkah on-condition yang secara teknik layak dan
bermanfaat untuk dilaksanakan untuk kegagalan tersembunyi. Tetapi ini tidak berarti satupun
tidak perlu dicari.
Bila kegagalan memiliki konsekuensi-konsekuensi keselamatan atau lingkungan, langkah on-
condition bermanfaat untuk dilaksanakan apabila dapat menurunkan kemungkinan kegagalan
fungsional sampai suatu tingkat yang rendah yang dapat diterima. Terutama, ini harus
dikaitkan untuk memberikan cukup pertanda dari kegagalan untuk menjamin bahwa langkah
dapat diambil tepat waktu untuk menghindarkan konsekunsi-konsekuensi keselamatan atau
lingkungan.
Apabila kegagalan tidak mengikutsertakan keselamatan, langkahnya harus cost-effective,
sehingga biaya untuk melaksanakan langkah on-condition harus lebih rendah dari biaya untuk
tidak melakukannya sama sekali. Pertanyaan cost effectiveness berlaku untuk kegagalan
dengan konsekuensi-konsekuensi operasional dan non-operational sebagai berikut:
Sering-sering sangat sulit untuk menetapkan apakah langkah pencegahan secara teknik layak.
Karakteristik-karakteristik kegagalan mempengaruhi keputusan ini, dan mereka biasanya
cukup jelas untuk membuat keputusan sebagai ya atau tidak.
Menetapkan apakah mereka bermanfaat untuk dilaksanakan biasanya perlu judgement yang
cukup. Misal Gambar 5.12 menunjukkan bahwa mungkin akan layak secara teknik untuk dua
ataau lebih langkah yang memiliki kategori yang sama untuk mencegah mode kegagalan
yang sama. Mereka bisa saja memberikan cost-effective yang sama sehingga mana yang
dipilih merupakan selera masing-masing orang.
Situasi ini dipersulit lagi apabila langkah kegiatan dari dua kategori yang berbeda kedua-
duanya secara teknik adalah layak untuk mode kegagalan yang sama.
Contoh, kebanyakan negara memiliki ketentuan ketebalan kembangan ban yang minimum
(biasanya 2 mm). Ban yang aus dibawah ketebalan ini harus diganti atau divulkanisir
kembali. Dalam praktek, ban truk - terutama ban pada jenis kendaraan yang sama dalam
armada yang sama beroperasi pada rute yang sama - menunjukkan keserasian hubungan
antara umur dan kegagalan. Memvulkanisir mengembalikan hampir seluruh ketahanan
awalnya terhadap kegagalan, sehingga mereka bisa dijadualkan untuk restorasi setelah
menjalani jarak tempuh tertentu. Ini berarti bahwa seluruh ban dalam armada truk harus
divulkanisir lagi setelah mencapai kilometer yang ditetapkan, tanpa memperhitungkan
mereka betul-betul membutuhkan atau tidak.
Gambar 5.14 menunjukkan contoh teoritis dari armada seperti di atas, dimana catatan
menunjukkan bahwa hampir seluruh ban bertahan antara 50.000 sampai 70.000 km. Bila
kebijaksanaan restorasi terjadual diambil dengan dasar informasi ini, seluruh ban akan
vulkanisir kembali pada 50.000 km. akan tetapi bila kebijaksanaan ini diambil banyak ban
yang mungkin divulkanisir kembali walaupun belum membutuhkan. Dalam beberapa kasus
ban yang sanggup mencapai 70.000 km akan divulkanisir kembali pada 50.000 km sehingga
kehilangan umur berguna 20.000 km.
Disisi lain adalah mungkin untuk menetapkan kondisi kegaglan potensial untuk ban
yangterkait dengan ketebalan kembangan. Mengecek ketebalan kembangan adalah mudah
dan cepat, sehingga sangat mudah untuk mengecek ban setiap 2000 km dasn untuk
memvulkanisirnya bila betul-betul diperlukan. Ini memungkinkan operator armada untuk
mendapatkan rata-rata 60.000 km dari bannya tanpa membahayakan pengemudi, bukannya
50.000 km bila melaksanakan restorasi terjadual - jadi peningkatan umur berguna sebesar
20%. Sehingga pada kasus ini langkah-langkah on-condition lebih cost-effective
dibandingkan dengan restorasi terjadual.
Contoh yang lalu menyarankan orde pilihan berikut untuk memilih langkah-langkah
pencegahan:
Langkah-langkah on-condition
Langkah-langkah on-condition diperhitungkan lebih dahulu dalam proses pemilihan
mengingat alasan berikut:
Mereka hampir selalu dapat dilaksanakan tanpa memindahkan asset dari posisinya dan
biasanya dilakukan selagi asset beroperasi, sehingga jarang berinterferens dengan prosed
produksi. Mereka juga mudah untuk diatur.
Mereka mengidentifikasikan kondisi kegagalan potensial yang spesifik sehingga langkah
koreksi dapat di definisikan dengan jelas sebelum pekerjaan dimulai. Ini menurukan jumlah
pekerjaan reparasi yang dikerjakan, dan memungkinkan untuk melakukannya lebih cepat.
Dengan mengidentifikasikan peralatan ada pada titik kegagalan potensial, mereka dapat
untuk merealisasikan hampir seluruh umur bergunanya. Mengingat jumlah penanganan untuk
kegagalan potensial hanya lebih banyak sedikit dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya
karena kegagalan fungsional, maka biay atotal reparasi dan suku cdang yang dibutuhkan
untuk mensupport proses reparasi dapat dipertahankan sebagai minimum.
Apabila langkah on-condition yang tepat tidak dapat ditemukan untuk kegagalan tertentu,
pillihan berikutnya adalah langkah restorasi terjadual. Ini juga harus secara teknik layak,
sehingga kegagalan harus digiring ke umur rata-rata, Bila memang demikian, restorasi
terjadual sebelum umur ini dapat menurunkan insiden dari kegagalan fungsional. Ini bisa jadi
cost-effective untuk kegagalan dengan konsekuensi utama ekonomi, atau bila biaya untuk
melaksanakan langkah restorasi terjadual jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya
mereparasi kegaglan fungsional.
Ini hanya dapat dilakukan apabila item dihentikan dan (biasanya) dikirimkan ke workshop,
sehingga langkah ini akan selalu mempengaruhi produksi
Batas umur berlaku untuk seluruh item, banyak item atau komponen yang kemungkinan
dapat berusia lebih panjang ikut terganti
Langkah restorasi mengikutsertakan pekerjaan bengkel, sehingga mereka membangkitkan
lebih banyak beban kerja dibandingkan dengan langkah on-condition
Akan tetapi restorasi terjadual selalu lebih diinginkan dibandingkan dengan discard terjadual
mengingat ini mengikutsertakan remanufaktur barang bukannya membuangnya
* untuk menghindari seluruh
kegagalan-kegagalan”
apabila kegagalan tersebut dapat mempengaruhi
keselamatan atau lingkungan
Gambar 5.15: Proses pemilihan kegiatan
Discard terjadual biasanya memiliki cost-effective terendah dari langkah pencegahan lainnya,
tetapi bila secara teknik layak, langkah ini memiliki beberapa ciri yang dapat diharapkan.
Safe-life limits dapat mencegah kegagalan-kegagalan kritis tertentu, sedangkan economic-life
limit dapat menurunkan frekuensi dari kegagalan fungsional yang memiliki konsekuensi
ekonomi yang besar.
Akan tetapi langkah ini memiliki keburukan yang sama dengan langkah restorasi terjadual.
Kegiatan-kegiatan gabungan
Untuk suatu jumlah mode kegagalan yang kecil yang memiliki konsekuensi-konsekuensi
keselamatan dan lingkungan, kegiatan tidak dapat ditemukan yang oleh kemampuannya
sendiri mampu menurunkan risiko kegagalan sampai suatu tingkat bawah yang disetujui, dan
modifikasi yang tepatpun tidak dapat berbuat banyak.
Untuk kasus ini, mungkin dapat ditemukan kombinasi langkah (biasanya dari dua kategori
langkah yang berbeda, seperti langkah on-condition dan langkah discard terjadual), yang
dapat menurunkan risiko kegagalan sampai suatu tingkat yang disetujui. Masing-msing
langkah dilaksanakan dengan frekuensi yang tepat untuk masing-masing. Harus ditekankan
disini bahwa situasi ini sangat jarang, dan kehati-hatian harus diambil untuk tidak
melakukannya terus menerus.
Proses pemilihan langkah kegiatan disajikan dalam Gambar 5.15. Perlu dicatat bahwa urutan
dalam orde dasar ini berlaku untuk kebanyakan mode-mode kegagalan, tetapi tidak berlaku
untuk setiap kasus. Bila langkah kegiatan dengan orde lebih rendah jelas-jelas merupakan
metode yang lebih cost-effective untuk mencegah kegagalan dibandingkan dengan langkah
kegiatan orde yang lebih tinggi, maka kegiatan dengan orde lebih rendah ini yang dipilih.
6 Kegiatan Defaults
“Apa yang harus dilakukan jika tidak didapatkan kegiatan pencegahan yang
tepat ?“
Bab ini akan membahas setiap kegiatan defaults secara rinci, yang diawali
dengan failure-finding. Bab ini juga membahas akan kegiatan-kegiatan rutin
yang ada di luar kerangka RCM decision. Ini mencakup beberapa jenis
pelumasan, zonal inspection, dan ronda (walk-around checks).
Jika kita tidak dapat mencegah kegagalan suatu fungsi tersembunyi, tetaplah
perlu untuk menurunkan risiko dari kegagalan multiple. Paragraf ini
menunjukkan bagaimana ini dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan
secara periodik terhadap fungsi tersembunyi apakah masih masih bekerja.
Pengecekan seperti ini dikenal sebagai kegiatan failure-finding.
Sebagai contoh, kita tidak dapat mencegah kegagalan pada lampu rem. Jadi, jika tidak
terdapat rangkaian elektronik yang memberitahukan bahwa lampu rem gagal, maka
satu-satunya cara untuk mengurangi kemungkinan bahwa suatu lampu yang mati
akan gagal untuk mengingatkan pengemudi lain adalah melalui intensi kita untuk
mengecek apakah lampu ini masih bekerja. Tetapi seberapa seringkah kita harus
melakukan ini?
Apabila kita tidak dapat mencegah fungsi tersembunyi dari kegagalan, masih
mungkin untuk memperkirakan availabilitynya dengan melakukan kegiatan
failure-finding. Gambar 6.2 mengilustrasikan hubungan antara frekuensi
failure-finding dan availability dari suatu fungsi tersembunyi. Ini melanjutkan
lebih jauh lagi contoh kasus lampu rem di atas sebagai berikut:
Reliability-centred Maintenance 150
Gambar 6.2 didasarkan pada 50 minggu siklus operasi. Pada kenyataannya kegagalan
lampu rem terjadi pada setiap akhir minggu ke 10. Garis-garis A ke E menunjukkan
apa yang terjadi apabila lampu rem tersebut di cek dengan frekuensi pengecekan yang
berbeda. (Diasumsikan bahwa lampu rem diganti segera setelah kegagalan ditemukan
untuk setiap kasus). Sebagai contoh, untuk kasus B lampu dicek setiap 25 minggu,
sehingga lampu rem tersebut tidak menyala selama 15 minggu dari total siklus 50
minggu. Ini sama dengan downtime 30%, atau 70%.availability. Pada kasus D, mereka
disek setiap 12,5 minggu, yang berarti bahwa lampu tidak menyala selama 2,5 minggu
dari total waktu siklus 50 minggu. Ini sama dengan availability sebesar 95%, dan
seterusnya.
Contoh tersebut dibuat dengan asumsi lampu gagal pada akhir minggu ke 10.
Pada prakteknya, mereka dapat gagal kapan saja dalam siklus 50 minggu.
Terlihat jelas, bahwa saat di mana kegagalan memang terjadi akan
mempengaruhi harga availabilitynya. Oleh karena itu, tujuan dari contoh
tersebut adalah untuk mengilustrasikan fakta bahwa makin sering suatu fungsi
tersembunyi dicek, makin tinggi pula harga overall availabilitynya.
Contoh yang ditunjukkan pada Gambar 6.2 didasarkan pada asumsi bahwa
lampu rem tersebut hanya gagal sekali dalam siklus 50 minggu. Pada
kenyataannya lampu rem tersebut dapat mengalami kegagalan berulang kali
dan seberapa kali mereka ditemukan dalam tingkat keadaan gagal mungkin
juga akan mempengaruhi opini kita tentang seberapa sering kita harus
melakukan pengecekan pada mereka.
Sebagai contoh, apabila kita telah melakukan pengecekan lampu rem kita setiap hari
selama 10 tahun dan tidak pernah menemukan mereka gagal, kita mungkin akan
mulai berpikiran adalah baik untuk mengecek mereka setiap 2 hari sekali, atau bahkan
Kegiatan Defaults 151
Selain tiga langkah tersebut, kita juga perlu mencari MTBF dari fungsi
tersembunyi. Segera setelah ini dilakukan, kita ada dalam posisi untuk melihat
Tabel 11.1. dan memilih frekuensi kegiatan yang menunjukkan tingkat
availability yang dibangun pada langah 3.
Pada Bab 4 diberikan contoh duty pump dan stand-by pump, dimana:
Tabel 6.1 menyarankan bahwa untuk mencapai availability 99,5% untuk stand-by
pump, maka seseorang perlu melakukan kegiatan failure-finding (dengan perkataan
lain, lakukan pengecekan bahwa pompa ini masih memenuhi fungsinya) pada suatu
interval 1% dari MTBF-nya. Catatan-catatan menunjukkan bahwa stand-by pump
memiliki MTBF 8 tahun (sekitar 400 minggu), sehingga frekuensi kegiatan failure-
finding harus sebesar 1% dari 400 minggu = 4 minggu.
Jika catatan yang akurat akan kemungkinan kegagalan dari fungsi yang
diproteksi dan MTBF dari fungsi tersembunyi tersedia, maka penentuan
frekuensi kegiatan failure-finding dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Jika informasi tersebut tidak tersedia – dan pada kebanyakankasus memang
tidak - maka perlu untuk melakukan estimasi bagaimana variabel-variabel ini
berperilaku pada konteks yang sedang ditinjau. Pada kasus-kasus yang sangat
jarang, adalah mungkin untuk mendapatkan data dari:
Walaupun demikian, tidak semua fungsi tersembunyi ini cukup penting untuk
menjamin waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan analisis ini. Ini
berlaku terutama bagi kegagalan-kegagalan multiple yang tidak
mempengaruhi keselamatan dan lingkungan, walaupun ini dapat juga berlaku
pada beberapa kegagalan-kegagalan multiple yang dapat mempengaruhi
keselamatan tetapi di mana fungsi yang diproteksi secara inheren sangat andal
dan ancaman terhadap keselamatan adalah tidak penting (marginal).
Akan selalu lebih baik untuk mencegah terjadinya suatu kegagalan daripada
mengecek apakah kegagalan ini telah terjadi, sehingga kegiatan failure-finding
terjadual hanya akan dilakukan apabila kegiatan pencegahan kegagalan yang
lebih efektif tidak bisa ditemukan.
Kegiatan Defaults 155
Kita telah melihat bahwa kegiatan failure-finding hanya berlaku untuk fungsi-
fungsi-fungsi tersembunyi. Ini disebabkan, secara definisi, kegagalan dari
suatu fungsi nyata tidak bisa tidak menjadi nyata pada crew operasi, sehingga
tidak dibutuhkan lagi untuk melakukan pengecekan reguler untuk
menemukan apakah suau kegagalan telah terjadi. Ini berarti bahwa:
Pada kondisi sebenarnya, ada sejumlah kecil situasi tetapi masih signifikan di
mana tidaklah mungkin untuk melakukan kegiatan failure-finding terjadual
dari jenis apapun. Ini adalah:
apabila fungsi dari alat pelindung tidak dapat dicek tanpa harus
menghancurkannya (sebagaimana halnya pada sikring dan rupture
discs)
apabila tidak mungkin untuk melakukan akses ke alat pelindung untuk
mengeceknya (ini kebanyakan dihasilkan oleh rancangan yang kurang
dipikirkan)
dimana sebarang usaha untuk mensimulasikan kondisi-kondisi pada
mana alat pelindung tersebut harus memberi respons (bisa) sangat
berbahaya.
Ini semua berarti bahwa agar supaya suatu kegiatan failure-finding secara
teknik layak, maka haruslah mungkin untuk melakukannya tanpa harus
meningkatkan risiko kegagalan-kegagalan multiple, dan secara praktis harus
mudah dilaksanakan pada frekuensi yang dipersyaratkan.
Sebagaimana telah kita lihat pada Bab 3, bila suatu asset yang ada tidak
mampu memberikan prestasi yang kita inginkan, kita memiliki dua pilihan.
Kita dapat menurunkan harapan kita dan hidup dengan ketidakmampuan
Reliability-centred Maintenance 158
asset, atau kita dapat mengubahnya dengan jalan sedemikian rupa sehingga
dia dapat memberikan prestasi yang dipersyaratkan. Pada kasus kegagalan-
kegagalan tersembunyi, bagaimana kita merespon sekali lagi diatur oleh
konsekuensi-konsekuensi dari kegagalan multiple, sebagai berikut:
Proses keputusan ini diringkas pada Gambar 6.3. (perlu dicatat bahwa ini
merupakan deskripsi dari aspek proses keputusan yang lebih lengkap
dibandingkan dengan dua kotak pada kaki dari kolom sebelah kiri Gambar
6.1.):
Kita telah melihat bahwa failure-finding adalah kegiatan default pertama apabila
suatu kegiatan preventive yang tepat tidak dapat ditemukan untuk suatu
kegagalan tersembunyi. Akan tetapi, apabila suatu kegiatan failure-finding yang
tepat tidak dapat ditemukan, maka perancangan ulang merupakan kegiatan
default kedua yang wajib dikerjakan apabila kegagalan multiple memiliki
Kegiatan Defaults 159
suatu kegiatan terjadual yang tepat tidak dapat ditemukan untuk suatu
fungsi tersembunyi, dan kegagalan multiple kaitannya tidak memiliki
konsekuensi-konsekuensi keselamatan atau lingkungan
suatu kegiatan pencegahan yang cost-effective tidak dapat ditemukan
untuk kegagalan-kegagalan yang memiliki konsekuensi-konsekuensi
operasional atau non-operasional
Perlu dicatat bahwa apabila suatu kegiatan pencegahan yang tepat tidak dapat
ditemukan untuk suatu kegagalan di bawah salah satu dari kondisi-kondisi
yang tersebut diatas, ini berarti bahwa kita tidak melakukan “perawatan
terjadual” pada komponen tersebut pada kondisinya saat ini. Ini tidak berarti
bahwa kita melupakan tentangnya. Sebagaimana akan kita lihat pada seksi
berikut dari bab ini, mungkin ada kondisi-kondisi pada mana adalah
bermanfaat untuk merancang ulang komponen tersebut dalam rangka
menurunkan biaya keseluruhan.
Pertanyaan tentang perancangan peralatan selalu saja timbul selagi kita meniti
langkah-langkah yang harus kita ikuti untuk mengembangkan program
perawatan yang berhasil. Perhatikan tiga issue-issue umum yang
mempengaruhi hubungan antara rancangan dan perawatan, dan kemudian
pertimbangkan bagian yang dimainkan oleh perancangan ulang dalam proses
pemilihan kegiatan.
Reliability-centred Maintenance 160
Istilah “perancangan ulang” digunakan dalam arti yang paling luas pada Bab
ini. Pertama, ini merujuk pada sebarang perubahan dari spesifikasi dari setiap
item dari peralatan. Pada dasarnya ini berarti sebarang action yang harus
menghasilkan perubahan dari suatu gambar atau suatu parts list. Ini mencakup
merubah spesifikasi dari suatu komponen, menambah suatu item, mengganti seluruh
mesin dengan satu dari berbagai merk atau tipe, atau merelokasi suatu mesin. Ini
juga berarti sebarang perubahan lainnya dari suatu proses atau prosedur yang
mempengaruhi operasi pabrik tersebut.
Hal-hal yang ditekankan pada Part 3.1 dari Bab 3 adalah bahwa keandalan
melekat (inherent reliability) dari sebarang item ditentukan oleh rancangannya
dan dengan cara bagaimana item ini dibuat, dan bahwa perawatan tidak dapat
memberikan keandalan diatas dari yang melekat pada rancangannya. Ini
menjurus pada dua kesimpulan penting.
Pertama, apabila keandalan melekat atau kemampuan yang ada (built-in) dari
suatu item lebih tinggi dari prestasi yang diharapkan, maka perawatan dapat
menolong mencapai prestasi yang diharapkaan. Kebanyakan peralatan telah
secara tepat ditentukan spesifikasinya, dirancang dan dibuat, sehingga pada
umumnya adalah mungkin untuk mengembangkan program perawatan yang
memuaskan, seperti disebutkan pada bab-bab terdahulu.
memodifikasi peralatan
mengubah prosedur-prosedur operasi
menurunkan harapan kita, dan membuat keputusan untuk hidup
dengan masalah
Manajemen modifikasi
Kegagalan Tersembunyi
Sebagai contoh, suatu batere yang digunakan untuk menjalankan suatu smoke
detector merupakan suatu fungsi tersembunyi klasik apabila tidak disediakan
proteksi tambahannya. Akan tetapi, suatu lampu pertanda dipasang pada
kebanyakan detektor sejenis ini dengan cara sedemikian sehingga lampu akan
padam apabila batere gagal. Dengan cara seperti ini maka tambahan proteksi
membuat fungsi dari batere menjadi tampak.
Salah satu cara untuk mengeliminasi masalah ini adalah membuat fungsi dari
lampu rem dan sistem penandaannya menjadi (fungsi-fungsi yang) nyata. Ini
dapat dicapai dengan mengganti lampu penanda dengan kabel fibre-optic.
Kabel-kabel ini dapat dipasang sehingga pengemudi melihat lampu rem
melalui kabel ini setiap saat dia menggunakan remnya. (Yang dia lihat
sesungguhnya ada sinar-sinar bentuk jarum pada ujung-ujung kabel). Pada
situasi ini, terlihat oleh pengemudi apakah lampu rem atau kabel gagal.
Dengan perkataan lain, fungsi dari alat pelindung ini sekarang mejadi nyata,
yang berarti failure-finding tidak lagi diperlukan.
Marilah kita kembali pada contoh dari duty pump dengan suatu pompa stand-by.
Pada awal bab ini telah diterangkan bahwa apabila pengguna menginginkan
Reliability-centred Maintenance 166
kemungkinan dari suatu kegagalan multiple lebih rendah dari 1 dalam 1000, dan
kemungkinan dari kegagalan yang tidak diantisipasi dari pompa duty
diturunkan ke 1 dalam 10 pada sebarang tahun, maka availability dari pompa
stand-by harus menjadi 99% atau lebih.
atau 1 dalam 100.000. Ini dapat dicapai secara mudah dengan melakukan
kegiatan failure finding pada setiap pompa pada frekuensi awalnya sekali
setiap empat minggu. Dengan perkataan lain, tingkat perlindungan yang lebih
tinggi telah dicapai tanpa mengubah frekuensi kegiatan. Ini diringkaskan
dalam Gambar 6.4 berikut ini.
Jika kegiatan pencegahan yang secara teknis layak tidak dapat ditemukan yang
bermanfaat untuk dilaksanakan untuk kegagalan-kegagalan dengan
konsekuensi-konsekuensi operasional atau non operasional, keputusan default
langsungnya adalah tidak ada perawatan terjadual. Akan tetapi mungkin masih
diinginkan untuk memodifikasi peralatan untuk menurunkan biaya total.
Untuk mencapai ini, pabrik dapat dimodifikasi untuk:
Tidak ada satu jalanpun untuk menentukan apakah suatu modifikasi akan cost-
effective. Setiap kasus diatur oleh suatu set variabel yang berbeda, yang
termasuk sebelum dan sesudah assessment terhadap biaya operasi dan
perawatan, umur berguna secara teknologi yang tersisa dari asset, kemungkinan
bahwa modifikasinya akan berjalan, jumlah proyek lainnya yang berkompetisi
untuk (mendapatkan) sumber daya modal dari perusahaan, dan sebagainya.
Suatu rincian dari studi cost-benefit yang menggunakan seluruh faktor ini dalam
perhitungannya akan sangat memakan waktu, sehingga sangatlah menolong
untuk mengetahui sebelumnya apakah usaha ini akan mungkin bermanfaat.
Diagram keputusan pada Gambar 6.5. dapat digunakan untuk melakukan
suatu assessment awal secara cepat.
Reliability-centred Maintenance 168
Gambar 6.5. Diagram keputusan untuk assessment awal dari suatu usulan modifikasi
Apakah umur berguna secara teknologi yang tersisa dari peralatan tinggi?
Contoh, Gambar 6.6 mengilustrasikan suatu hopper stainless steel sederhana yang
secara periodik tersumbat oleh lumps. Sejauh ini, proses RCM memperlihatkan bahwa
mode kegagalan ini memakan biaya £200 karena kehilangan produksi setiap saat
terjadi kegagalan ini, tetapi ini tidak dapat dicegah dengan perawatan. Telah
disarankan bahwa salah satu cara untuk kemungkinan mengeliminasi mode kegagalan
ini dengan memasang suatu grid baja tahan karat di atas sisi keluar hopper dengan
biaya £3000.
Apabila hopper tersebut memang sudah saatnya untuk diganti dalam dua tahun ini,
maka sangat tidak mungkin bahwa modifikasi ini bermanfaat untuk dilaksanakan,
terutama dipandang dari fakta bahwa beberapa bulan pasti akan berlalu sebelum ini
dapat dikomisioning. Di lain pihak, apabila hopper masih akan beroperasi untuk
beberapa tahun lagi, modifikasi tersebut membutuhkan pengkajian kemanfaatan lebih
lanjut.
Sebagai contoh, apabila tersumbatnya hopper tersebut terjadi tiap 2 atau 3 tahun sekali,
tidak seorangpun akan banyak memikirkannya. Akan tetapi jika ini terjadi setiap
bulan, akan bermanfaat untuk melakukan investigasi selanjutnya.
Apabila laju kegagalan tinggi, kita akan memikirkan implikasi ekonomi dari
kegagalan tersebut:
Jika jawabannya “ya”, maka pertanyaan dari perancangan ulang harus diambil
selanjutnya.
Perlu dicatat, pertanyaan ini didekati dari dua arah. Sebagaimana telah kita
lihat, kita mungkin dapat suatu jawaban “tidak” pada laju kegagalan tersebut
hanya karena suatu perawatan pencegahan yang sangat mahal sedang
mencegah kegagalan-kegagalan fungsi. Suatu jawaban “tidak” pada
pertanyaan dari konsekuensi-konsekuensi kegagalan berarti bahwa kegagalan-
kegagalan mungkin tidak mempengaruhi kemampuan operasi, tetapi mereka
mungkin mengakibatkan biaya-biaya perawatan yang tinggi. Sehingga suatu
jawaban “ya” pada salah satu dari dua pertanyaan ini menjuruskan ke kita ke
perubahan rancangan itu sendiri:
Apakah ada biaya-biaya spesifik yang mungkin bisa dieliminasi oleh perubahan
rancangan?
diturunkan sampai suatu elemen biaya spesifik, maka potensial ekonomi dai
perancangan ulang adalah tinggi.
Pada kasus hopper tadi, diharapkan bahwa pemasangan grid dapat mencegah lumps
untuk mencapai sisi keluar hopper, sehingga dapat mengeliminasi biaya £200 pada
setiap kejadian penyumbatan.
Apakah kemungkinannya tinggi, dengan teknologi yang ada, bahwa modifikasi akan
berhasil?
Sebagai contoh, pada kasus hopper tadi, kita harus yakin bahwa lumps tidak hanya
sekedar terakumulasikan pada grid dan terkoagulasi ke suatu masalah yang mungkin
jauh lebih mahal di kemudian hari.
Studi seperti ini membandingkan penurunan biaya dari umur berguna tersisa
yang diharapkan dari peralatan dengan biaya pelaksanaan modifikasi. Supaya
berada pada sisi yang aman, benefit yang diharapkan harus dilihat sebagai
penghematan yang diproyeksikan apabila usaha peningkatan pertamanya
adalah sukses, dikalikan dengan kemungkinan sukses pada percobaan pertama.
Sebagai alternatif mungkin dapat dipertimbangkan bahwa perubahan
rancangan akan selalu sukses, tetapi hanya beberapa dari penghematan dapat
dicapai.
Sebagai contoh, jika kita yakin bahwa modifikasi hopper akan bekerja, suatu
analisis discounted cash-flow pada angka-angka yang diberikan untuk hopper
Reliability-centred Maintenance 172
6.4. Pelumasan
Titik-titik pelumasan “total loss” (seperti grease nipples, small oil bottles,
manually lubricated gears dan lead screw) jarang menjadi subyek dari RCM
review secara menyeluruh. Item-item ini cenderung dilumasi apakah mereka
memang memerliukan atau tidak mengingat biaya untuk melakukannya
sengat kecil dibandingkan dengan biaya pelumasan yang tidak adekuat –
dengan perkataan lain. biaya untuk melakukan kegiatan jenis ini terlalu rendah
untuk membenarkan studi-studi untuk menentukan interval kegiatan yang
paling ekonomis. Inilah sebabnya mengapa titik-titik pelumasan “total loss”
jarang dianalisis secara dalam padawaktu mengembangkan suatu program
perawatan.
Namun hal ini bukan berarti bahwa titik-titik ini harus diabaikan sama sekali.
Setiap item dari peralatan harus selalu dipelajari dengan hati-hati pada bagian
akhir program review RCM dengan harapan untuk mengambil sebarang titik
Kegiatan Defaults 173
Walk-around checks
Zonal inspections
Zonal inspection juga tidak ditujukan pada sebarang mode kegagalan khusus
tetapi mereka lebih difokuskan secara lebih jelas pada zone-zone khusus atau
daerah-daerah khusus suatu pabrik. Mereka cenderung untuk makin intensif
lagi. Mereka mencakup pengecekan rakitan dan sambungan untuk
keselamatan, menandai secara jelas akan kerusakan dan kebocoran maupun
wear and tear, yang tidak dicakup oleh kegiatan-kegiatan pencegahan formal.
Kita telah melihat bagaimana aplikasi formal dari proses RCM berakhir dengan
decision worksheet yang telah lengkap. Di antara yang lainnya, decision worksheet
ini menentukan sejumlah besar kegiatan-kegiatan perawatan yang perlu untuk
dilaksanakan pada interval-interval yang tetap, dan sejumlah kecil kegiatan-
kegiatan one-off di mana prosesnya atau rancangan assetnya perlu untuk dirubah.
Sesaat setelah mereka disetujui oleh senior managers, kegiatan-kegiatan ini perlu
dilaksanakan. Perubahan rancangan atau perubahan proses biasanya ditangani
dengan mengirimkan saran-saran ini ke spesialist-spesialist yang tepat. Peran
dari para spesialist ini adalah untuk menjamin bahwa saran-saran perubahan
tadi telah dipertimbangkan dan dirancang secara tepat sebelum mereka
diimplementasikan, seperti dijelaskan pada Bab 6.
Bab yang lalu menjelaskan bahwa setiap kegiatan rutin harus didefinisikan
sejelas-jelasnya dalam decision worksheet. Bukan saja ini akan mencegah
duplikasi usaha-usaha yang (bisa) terjadi apabila (di kemudian hari) prosedur-
Perencanaan, Organisir, Kontrol Kegiatan Yang DIajukan 191
prosedur rinci harus ditulis oleh orang lain, tetapi ini juga menurunkan
kemungkinan dari kesalahan penulisan. Akan tetapi, apabila waktu tidak
memungkinkan spesifikasi prosedur-prosedur tersebut disusun pada waktu
analisis RCM, maka spesifikasinya harus dituliskan kemudian.
Apabila satu set dari standard operating procedures dari peralatan telah tersedia,
maka akan lebih mudah untuk menggabungkan rutin perawatan yang relevan
pada frekuensi-frekuensi yang sesuai.
Sebagai contoh, proses RCM mungkin bisa memperlihatkan suatu kegiatan perawatan
yang perlu dilakukan satu kali setiap shift pada sebuah mesin yang selalu distart pada
setiap awal dari pergantian shift. Prosedur operasi (OP) untuk mesin ini dapat
memerintahkan operator untuk melakukan kegiatan ini dengan arahan apakah
sebelum atau sesudah mesin dijalankan.
Apabila suatu set prosedur-prosedur operasi belum ada, maka mereka harus
ditulis, atau (bila tidak) kegiatan-kegiatan perawatan yang terpengaruh harus
dimasukkan ke dalam jadual-jadual perawatan dan ditangani seperti dijelaskan
di bawah ini.
Jadual-jadual Perawatan
Informasi Dasar
Sebagai tambahan dari suatu uraian kegiatan-kegiatan yang sangat jelas yang
telah ditentukan menggunakan RCM, setiap jadual seharusnya memiliki
informasi berikut:
Kontradiksi
Sebagai contoh, bayangkan apa yang mungkin dapat terjadi dalam situasi di
mana suatu jadual tiga bulanan memasukkan perintah “cek oli gearbox dan top-
up bila perlu” atau jadual tahunan pada mesin yang sama dimulai dengan
perintah “lakukan jadual tiga bulanan” lalu diikuti “kuras, bilas, dan isi ulang
oli gearbox”.
Terlalu banyaknya keganjilan dan kontradiksi dari jenis ini akan mempercepat
pengikisan kredibilitas sistem di mata orang-orang yang melakukan perkerjaan
ini, sehingga adalah bermanfaat untuk mengambil sedikit waktu lebih untuk
menjamin bahwa hal ini tidak bakal terjadi.
“Bila perlu”
Mengkonsolidasi frekuensi-frekuensi
Pada Bab 7 telah disebutkan bahwa bila kita dihadapkan pada suatu kisaran
yang sangat luas dari frekuensi-frekuensi kegiatan yang berbeda-beda pada
suatu decision worksheet, maka mereka harus dijadikan satu menjadi paket-
paket pekerjaan dalam jumlah yang lebih sedikit pada waktu mengkompilasi
jadual-jadual yang didasarkan pada worksheet tersebut. Gambar 8.2
menunjukkan suatu contoh ekstrim dari variasi dari frekuensi-frekuensi
kegiatan yang dapat timbul pada suatu decision worksheet, dan bagaimana
mereka seharusnya dijadikan satu ke dalam frekuensi-frekuensi jadual dengan
jumlah yang lebih sedikit.
Reliability-centred Maintenance 194
Perlu dicatat pula bahwa apabila suatu frekuensi kegiatan diubah dengan cara
seperti ini, maka harus selalu dimasukkan ke dalam suatu jadual dari suatu
frekuensi yang lebih rendah. Frekuensi-frekuensi kegiatan harus tidak pernah
ditingkatkan secara acak, karena dengan melakukan hal itu akan menggeser
frekuensi kegiatan on-condition keluar dari Interval P-F untuk mode kegagalan
tersebut, atau akan menggeser suatu kegiatan discard terjadual melampaui
akhir usia komponen.
Menambah kegiatan-kegiatan
(Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang melakukan kegiatan rutin harus
berkonsentrasi hanya pada kegiatan itu saja dan mengabaikan sebarang
kegagalan potensial dan kegagalan fungsional lainnya yang mungkin bisa
terjadi. Bagaimanapun juga dia harus “memasang mata dan telinganya”.
Tujuannya adalah bahwa jadualnya itu sendiri harus hanya merinci atau
menspesifikasikan apa yang sesungguhnya dibutuhkan untuk dilakukan pada
frekuensi tadi).
Seksi berikut dari bab ini menyarankan beberapa dari opsi-opsi yang dapat
digunakan untuk mengendalikan kedua jenis jadual tersebut, di bawah judul-
judul berikut:
Dilihat dari sisi perawatan, aspek yang paling berharga dari operator adalah
kedekatan mereka dengan peralatan pada hampir dari seluruh waktunya.
Sebagaimana telah didiskusikan pada halaman 126, ini akan menempatkan
mereka pada posisi ideal untuk melakukan banyak kegiatan on-condition dan
failure finding. Ini mengarah ke kegiatan-kegiatan frekuensi sangat tinggi –
kebanyakannya adalah harian atau bahkan sekali atau dua kali setiap shift –
sehingga perlu perhatian yang seksama untuk mempertahankan sistem-sistem
administrasi kaitannya sesederhana mungkin.
checklist dapat dimulai dan diselesaikan pada sebarang siklus lima hari
atau siklus tujuah hari seminggunya – tidak terlalu penting untuk
bertahan pada siklus Senin/Minggu seperti ditunjukkan pada contoh di
atas.
Perencanaan, Organisir, Kontrol Kegiatan Yang DIajukan 199
setiap checklist membutuhkan satu atau dua lembar kertas per minggu
per bagian pabrik. Jumlah ini tidak lebih dari 50 fotokopian per minggu
untuk suatu pabrik yang memiliki 1000 item yang menjadi subyek dari
cek-cek ini. Sebagai hasilnya tidaklah perlu untuk menggunakan
komputer untuk checklist jenis ini.
Suatu masalah yang terkait dengan kebanyakan sistem checklist adalah ‘tearoom
tick syndrome’. Ini artinya orang menyatakan bahwa checklist telah dilakukan
namun pada kenyataannya belum. Untuk mencegah masalah ini, foremen
sudah seharusnya melakukan over-inspections secara acak. Inspeksi-inspeksi ini
membutuhkan pelaksanaan jadual-jadual pada checklist pada tingkat
perusahaan yang sebenarnya merupakan kegiatan craftsmen. Apabila checklist
tidak diselesaikan dengan benar, maka kegagalan-kegagalan yang tidak
dilaporkan akan tampak, dan foreman tersebut perlu melakukan tindakan yang
tepat.
Prinsip dasar perencanaan elapsed time sudah terkenal, dan dipakai untuk
berbagai peruntukkan selain untuk perencanaan perawatan. Untuk jadual-
jadual frekuensi rendah, perencanaan elapsed time biasanya dilakukan pada
papan rencana seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 8.4. (atau ekuivalen
komputerisasinya).
dua mesin yang membutuhkan sumber daya khusus yang sama pada
waktu yang sama (seperti suatu mesin pengangkat (crane))
Perencanaan, Organisir, Kontrol Kegiatan Yang DIajukan 203
Kata akhir untuk perencanaan jadual frekuensi rendah berdasar elapsed time
adalah bahwa kelihatannya menyesatkan menggunakan komputer untuk
maksud ini. Akan tetapi harus diingat bahwa seluruh issue yang dibahas di atas
membahas suatu kisaran yang luas dari kendala-kendala yang tidak
berhubungan sama sekali ke dalam proses perencanaan waktu kalender.
Akan tetapi, seperti yang telah di didiskusikan pada halaman 168, apabila
pengumpulan data running time tidak otomatis maka ini akan mahal dan peka
terhadap kesalahan (error prone), jadi jika computer digunakan untuk
perencanaan running time, pengambilan data sudah seharusnya juga otomatis.
Sistem ini harus dirancang untuk menyediakan ramalan/prakiraan yang dapat
diperbaharui secara kontinu dari beban kerja terjadual di setiap workshop
sejauh mungkin ke depan. Hal ini memberi waktu bagi manajer untuk
menghaluskan puncak-puncak dan lembah-lembah (dalam siklus produksi)
yang terlihat dalam ramalan/prakiraan tersebut.
Opsi kedua di atas biasanya yang paling populer, mungkin karena opsi ini
mengajukan hampir seluruh keunggulan kemampuan pemilahan data dari
komputer dan biaya setup totalnya yang paling murah. Apabila jadual-jadual
ini disimpan dalam buku-buku pada masing-masing bagian pabrik, maka opsi
ini juga menghasilkan jumlah kertas yang paling sedikit dan membutuhkan
usaha-usaha tulis menulis manual yang paling rendah.
Komunikasi ini (bisa) terjadi seketika jika orang yang mengoperasikan mesin
juga orang yang merawatnya. Kecepatan dan keakuratan respon terhadap
kerusakan yang bisa dicapai pada kondisi-kondisi ini merupakan suatu alasan
utama mengapa orang yang mengoperasikan mesin sudah seharusnya juga
dilatih untuk merawatnya (atau sebaliknya). Keuntungan kedua dari
pendekatan ini adalah bahwa sistem-sistem pelaporan cacat formal hanya
diperlukan untuk kegagalan-kegagalan di mana operator/perawat tidak dapat
mengatasinya sendiri.
Jika struktur organisasi ini tidak mungkin atau tidak praktis, jalan terbaik
selanjutnya adalah menjamin bahwa cacat-cacat ditangani sesegera mungkin
dengan menempatkan orang perawatan secara permanen pada asset atau pada
kelompok asset tertentu. Bukan hanya agar orang itu lebih mengerti tentang
mesin, yang akan meningkatkan kemampuan diagnostiknya, tetapi juga
kecepatan merespons yang cenderung lebih cepat daripada jika mereka bekerja
di bengkel pusat. Ini juga masih memungkinan untuk mempertahankan
sistem-sistem pelaporan cacat (yang tetap) sederhana dan tidak formal.
Apabila tidak mungkin untuk mengatur maintenance support dari bentuk
apapun, maka menjadi perlu untuk menerapkan sistem-sistem pelaporan cacat
formal. Pada umumnya, semakin jauh fungsi perawatan ini dari asset yang
dirawatnya – dengan perkataan lain, makin tersentralisasikannya fungsi ini –
makin formal jadinya proses pelaporan cacat. Ini juga benar untuk cacat-cacat
yang hanya dapat ditangani sewaktu major shutdowns.
Kata akhir dari sistem jenis ini adalah upayakan agar orang termotivasi untuk
menggunakannya. Ini berarti bahwa cacat-caact yang dilaporkan harus benar-
benar ditindak lanjuti, atau pengguna harus diberitahukan mengapa tidak
diambil tindakan. Tidak satupun yang dapat membunuh sistem jenis ini
dengan lebih cepat selain dari apabila cacat-cacat yang telah dilaporkan tetapi
tidak ada satupun yang ditangani.
9 Perilaku Kerusakan Dan Riwayat Teknis
Bab ini memperluas arti dari istilah-istilah ini dengan lebih rinci, dan melihat
lebih dalam lagi pada proses pada mana kegagalan terjadi, dan mengaitkannya
dengan enam pola kegagalan yang diperkenalkan pad Bab 1. Bab ini juga
menjelaskan secara ringkas tentang data riwayat untuk pengambilan
keputusan dalam perawatan, dan memperhitungkan data jenis mana (bila ada)
yang dibutuhkan untuk dicatat secara formal.
Kita telah pula melihat bahwa apabila apa yang kita ingin asset lakukan ada
dalam cakupan dari apa yang dapat dilakukan asset, maka perawatan dapat
memberikan prestasi yang diinginkan. Bab ini membahas pula tentang asset-
asset yang mampu untuk memberikan prestasi yang diinginkan pada awalnya,
dan yang hanya gagal sebagai akibat dari suatu fenomena yang muncul setelah
mereka dioperasikan.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 209
Sebarang asset fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi suatu fungsi yang
membawanya berkontak dengan kenyataan akan menjadi subyek dari suatu
variasi dari tegangan-tegangan. Tegangan-tegangan ini menyebabkan asset
terdeteriorasi dengan menurunkan ketahanannya terhadap tegangan. Lama
kelamaan ketahanan ini menurun sampai suatu titik pada mana asset tidak
dapat lagi memberikan prestasi yang diinginkan - dengan perkataan lain, asset
gagal. Ini diilustrasikan pada Gambar 9.1.
Bila ini benar untuk seluruh asset, kita akan mampu untuk memprediksi umur
dari kebanyakan peralatan dengan ketepatan yang tinggi. Pandangan klasik
dari perawatan pencegahan menyiratkan bahwa ini dapat dilakukan –
sedangkan apa yang kita butuhkan hanyalah informasi yang cukup tentang
kegagalan.
Reliability-centred Maintenance 210
Pada kenyataannya, situasi ini sangat kurang jelas. Marilah kita mulai
melakukan observasi pada kenyataan sebenarnya dengan memperhatikan
suatu situasi di mana ada hubungan yang jelas antara umur dan kegagalan,
dan kemudian melanjutkan ke kenyataan yang lebih umum.
Bahkan suku cadang suku cadang yang kelihatannya identik akan memiliki
ketahanan terhadap kegagalan awal yang berbeda. Laju pada mana ketahanan
kegagalan menurun terhadap umur juga bervariasi. Lebih lanjut lagi, tidak ada
dua komponen yang dibebani dengan tegangan-tegangan yang sama selama
hidupnya. Bahkan bila variasinya sangat kecil, mereka dapat memiliki efek
yang tidak proporsional terhadap umur pada mana komponen gagal. Ini
digambarkan pada Gambar 9.3 yang menunjukkan dua komponen yang
beroperasi dengan ketahanan terhadap kegagalan yang similar.
Pada Gambar 9.3. suku cadang B mengalami tingkat tegangan yang lebih
tinggi selama hidupnya dibandingkan dengan suku cadang A, sehingga
deteriorasinya lebih cepat. Deteriorasi juga dipercepat sebagai akibat dari dua
puncak tegangan pada 8.000 km dan pada 30.000 km. Di sisi lain karena
sesuatu hal bagian A kelihatannya terdeteriorasi lebih merata walaupun ada
dua puncak tegangan pada 23.000 km dan 37.000 km. Sehingga satu komponen
gagal pada 53.000 km (B) dan komponen lain pada 85.000 km (A).
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 211
Gambar 9.3: Pandangan realistis tentang kegagalan yang tergantung dengan umur
Ini memperlihatkan bahwa umur kegagalan dari suku cadang yang identik
yang bekerja dengan kondisi yang kelihatannya sama sangatlah bervariasi.
Walaupun kegagalan dari sejumlah besar komponen ini akan menjurus ke rata-
rata umur kegagalan yang mendekati sama, beberapa bertahan lebih lama.
Pada contoh yang diperlihatkan, beberapa bertahan hampir dua kali lebih
lama.
Kegagalan-kegagalan Acak
Item-item sederhana
Contoh: banyak peningkatan tegangan serupa ini disebabkan oleh kesalahan di sisi
operator (menstart mesin terlalu mendadak, dengan tiba-tiba membalikkan arah,
memasukkan material sekaligus terlalu banyak dan sebagainya). Dalam kasus
seperti ini, metode terbaik untuk mencegah tentunya adalah mendidik operator
untuk tidak melakukan apapun yang menyebabkan kegagalan.
Ini sering terjadi apabila komponen rusak pada waktu instalasi (yang mungkin
dapat terjadi apabila bantalan gelinding dipasang salah (misaligned)), apabila
rusak sebelum instalasi (bantalan jatuh dilantai dalam gudang) atau apabila
diperlakukan kasar dalam operasinya (kotoran masuk ke dalam bantalan). Dalam
kasus-kasus ini, pencegahan kegagalan haruslah merupakan cara untuk menjamin
bahwa pekerjaan perawatan dan operasi dilaksanakan dengan benar dan
komponen diperlakukan pula dengan benar di gudang.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 213
Pada keempat contoh di atas, apabila item-item tersebut sudah mulai bekerja
tidalah mungkin untuk memprediksi kapan sebarang dari kegagalan-
kegagalan terjadi. Oleh alasan ini, mereka disebut sebagai "acak".
Item-item Kompleks
Kini perjalanan melalui udara jauh lebih cepat dan jauh lebih aman. Bisa dilakukan pada
kondisi cuaca apapun dalam pesawat terbang dengan radius jelajah beberapa ribu mil dan
kabin untuk beberapa ratus penumpang. Pesawat memiliki beberapa motor jet, peralatan
anti es, roda pendarat yang dapat ditariksimpan, alat high-lift yang dapat digerakkan,
sistem kontrol temperatur dan tekanan kabin, alat navigasi dan komunikasi yang sangat
canggih, instrumentasi yang kompleks, dan sistem alat penunjang yang kompleks.
Dengan perkataan lain, prestasi yang lebih baik dan keselamatan yang lebih
tinggi dicapai dengan membayar kompleksitas yang lebih tinggi. Ini benar
pada kebanyakan cabang industri.
Kedua pengembangan ini menyiratkan bahwa item yang kompleks lebih peka
terhadap kegagalan acak dibandingkan dengan item sederhana. Kuantifikasi
dari kegagalan acak akan dibahas pada Part 2 dari bab ini.
Kegagalan-kegagalan Potensial
Gambar 5.6 pada halaman 117 menyiratkan bahwa proses deteriorasi biasanya
makin cepat pada tahap-tahap akhir. Untuk melihat mengapa demikian,
marilah kita perhatikan dengan lebih teliti lagi apa yang terjadi apabila suatu
bantalan gelinding gagal karena "normal wear and tear".
Gambar 9.5 Bagaimana rolling element bearing gagal karena “normal wear and
tear”
(Memang benar bahwa bentuk kurva P-F telah banyak dikenal dan interval P-F
bisa saja konsisten, maka tidaklah perlu untuk melakukan pembacaan
tambahan setelah tanda awal deviasi ditemukan. Ini menyiratkan bahwa
proses deteriorasi hanya akan ditelusuri dengan mengambil pembacaan
tambahan apabila kurva P-F sulit untuk dimengerti atau apabila interval P-F
sangat tidak konsisten).
Sebagai contoh, gejala yang diceriterakan pada Gambar 9.5 didasarkan pada kegagalan
karena adanya "normal wear and tear". Gejala yang hampir sama ditampilkan pada tahap
akhir dari kegagalan bantalan dimana proses kegagalan diawali oleh adanya kotoran,
kurang pelumasan atau brinelling.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 217
Dalam praktek, penyebab dasar yang tepat dari banyak kegagalan hanya
dapat diidentifikasi menggunakan instrumen yang sangat canggih. Misal,
adalah mungkin untuk menentukan penyebab dasar kegagalan bantalan
menggunakan suatu alat ferrograf untuk mengambil partikel-partikel dari
minyak pelumas dan memeriksa partikel-partikel tersebut menggunakan
suatu mikroskop elektron.
Akan tetapi apabila dua kegagalan yang berbeda memiliki gejala yang sama
dan bila interval P-F sangat serupa untuk tiap set dari gejala-gejala -
sebagaimana yang akan terjadi padan kasus-kasus bantalan - perbedaan
antara penyebab-penyebab dasar tidaklah relevan dilihat dari sudut
pandang deteksi kegagalan (Perbedaan ini akan menjadi relevan tentunya
apabila kita ingin mengeliminasikan penyebab dasar kegagalan).
Bila suatu item terdeteriorasi dengan bentuk kurang lebih linier pada seluruh
umurnya, maka secara logika tahap akhir dari deteriorasi akan juga kurang
lebih linier. Dengan memperhatikan lebih dekat lagi, Gambar 9.2 dan 9.3.
menyiratkan bahwa ini kelihatannya benar untuk kegagalan yang tergantung
dengan umur.
Misal, perhatikan lagi contoh tentang keausan ban yang lalu. Permukaan ban kelihatannya
aus dengan bentuk kurang lebih linier sampai ketebalan kembangan mencapai kedalaman
minimum yang legal. Bila kedalaman minimum ini (katakana) 2 mm, maka adalah
mungkin untuk menspesifikasi kedalaman kembangan yang lebih tebal dari 2 mm yang
memberikan pertanda yang adekuat bahwa kegagalan fungsinya mendekat. Ini sudah
barang tentu adalah tingkat kegagalan potensial.
Bila kegagalan potensial diset (katakan) 3 mm, maka interval P-F adalah jarak pada mana
ban diharapkan dapat menjalani selagi kedalaman kembangan aus dari 3 mm ke 2 mm,
sebagaimana digambarkan pada Gambar 9.6.
Reliability-centred Maintenance 218
Gambar 9.6 juga menyiratkan bahwa bila ban mulai digunakan dengan kedalaman
kembangan katakan 12 mm, adalah mungkin untuk memprediksi interval P-F didasarkan
pada jarak total yang biasanya dijalani sebelum ban divulkanisir kembali. Misal, bila ban
biasanya menjalani sedikit-dikitnya 50 000 km sebelum divulkanisir, adalah wajar untuk
memastikan bahwa ban akan aus dengan laju keausan 1 mm per 5 000 km. Ini memberikan
interval P-F sebagai 5 000 km. Langkah on-condition kaitannya adalah mengingatkan ke
pengemudi untuk:
"Memeriksa ketebalan kembangan setiap 2 500 km dan melaporkan ban yang memiliki
ketebalan kembangan kurang dari 3 mm"
Tidak hanya langkah ini akan menjamin bahwa keausan dideteksi sebelum melampui
batas legal, tetapi memungkinkan tersedianya waktu – 2 500 km dalam kasus ini - agar
operator kendaraan dapat merencana pengambilan ban sebelum mencapai limitnya.
Pada umumnya, deteriorasi linier antara "P" dan "F" hanya mungkin
ditemukan apabila kegagalan disebabkan oleh abrasi, erosi, korosi, atau
oksidasi. Hal ini mengingat mekanisme kegagalan ini adalah secara intrinsik
tergantung pada umur (Gambar 9.5. menyiratkan bahwa kegagalan ini
merupakan kasus yang kompleks. Proses kegagalan ini akan didiskusikan
lebih rinci lagi dalam Bab ini).
Perlu dicatat bahwa interval P-F dan frekuensi langkah yang terkait hanya
dapat diturunkan dengan cara ini apabila deteriorasinya adalah linier.
Sebagaimana telah kita lihat, interval P-F tidak dapat ditentukan dengan cara
ini apabila deteriorasinya mempercepat antara "P" dan "F".
Yang perlu diperhatikan lagi sehubungan dengan kegagalan linier adalah titik
di mana kita harus mulai melihat akan kegagalan-kegagalan potensial
Contoh: Gambar 9.5 menyiratkan bahwa membuang waktu saja untuk mengukur
ketebalan total kembangan pada 10.000 atau 20 000 km, karena kita tahu bahwa ketebalan
kembangan akan mendekati titik kegagalan potensial pada 50.000 km. Jadi seharusnya kita
memulai mengukur ketebalan setiap ban setelah dia melampaui titik dimana kita tahu
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 219
ketebalan kembangan mendekati 3 mm - dengan kata lain, apabila ban sudah menjelajahi
sekitar 40.000 km.
Akan tetapi apabila kita ingin mendapat jaminan bahwa pemeriksaan ini akan dilakukan
dalam praktek, perhatikan bagaimana pemeriksaan dari truk 4 roda harus direncanakan
apabila riwayat sebenarnya dari suatu set bannya adalah sebagai berikut:
Bila kita secara serius mencoba menjamin bahwa pengemudi hanya memeriksa setiap ban
setelah melampaui 40 000 km, kita harus menyusun suatu sistem yang memberitahu
pengemudi untuk:
memulai pemeriksaan ban depan kiri apabila truck mencapai 132 500 km
memeriksa ban kiri depan dan kanan belakang apabila mencapai 142 500 km
dan sekali lagi pada 145 000 km
dan memeriksa ban kanan belakang hanya pada 147 500 km
Jelas ini adalah nonsense, mengingat biaya untuk melaksanakan sistem perencanaan
seperti ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk hanya meminta kepada
pengemudi untuk memeriksa ketebalan kembangan masing-masing ban pada kendaraan
setiap 2 500 km. Dengan perkataan lain, dalam contoh ini biaya untuk mem fine tuning
sistem perencanaan akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk
melaksanakan tugasnya. Sehingga kita hanya akan meminta kepada pengemudi untuk
memeriksa ketebalan kembangan ban setiap interval 2.500 km, daripada meminta
perhatiannya pada ban-ban tertentu.
Akan tetapi, apabila proses deteriorasinya linier dan langkah kegiatannya itu
sendiri sangat mahal, maka adalah bermanfaat untuk menjamin agar kita
hanya memulai memeriksa kemungkinan kegagalan potensial apabila memang
sudah dibutuhkan.
Sebagai contoh apabila langkah on-condition mencakup penghentian dan membuka turbin
besar untuk memeriksa piringan turbin terhadap keretakan, dan kita yakin bahwa deteriorasi
hanya dapat terdeteksi setelah turbin beroperasi selama suatu kurun waktu tertentu (dengan
perkataan lain, kegagalan terkait dengan umur), maka kita harus memulai menghentikan
turbin untuk memeriksa adanya keretakan hanya apabila turbin telah melampaui umur
pada mana kemungkinan keretakan yang terdeteksi akan memperlihatkan diri. Setelah itu
frekuensi pemeriksaan didasarkan pada laju pada mana keretakan yang terdeteksi
berpeluang terdeteriorasi ke kegagalan.
Reliability-centred Maintenance 220
Dalam kasus-kasus seperti ini, biaya untuk melakukan kegiatan akan lebih
besar dibandingkan dengan biaya untuk sistem perencanaan yang terkait,
sehingga bermanfaat untuk menjamin agar kita hanya akan memulai kegiatan
kita bila memang diperlukan. Akan tetapi, apabila dirasa bahwa fine tuning ini
bermanfaat, maka perlu diingat bahwa proses perencanaan harus
menggunakan dua kerangka waktu yang sangat berbeda, sebagai berikut:
Sebagai contoh dirasa bahwa piringan turbin tidak memiliki peluang untuk
berkembangnya sebarang retak yang terdeteksi sampai sedikit-dikitnya turbin tersebut
beroperasi selama 50 000 jam, tetapi turbin ini membutuhkan minimum 10 000 jam
supaya keretakan yang terdeteksi terdeteriorasi menjadi kegagalan piringan. Ini
menyiratkan bahwa kita tidak perlu memulai memeriksa terhadap keretakan sampai
turbin beroperasi 50.000 jam, tetapi setelah ini tercapai piringan turbin harus diperiksa pada
interval kurang dari 10.000 jam.
(Jangan sampai terjadi kesimpang siuran dari pendekatan dua tahap untuk
perawatan rutin ini dengan situasi dimana kombinasi antara langkah
pencegahan digunakan, seperti apabila langkah on-condition digunakan
sehubungan dengan peremajaan terjadual yang lalu. Dalam kasus ini, langkah
on-condition biasanya dilakukan pada seluruh umur komponen).
Perlu dicatat bahwa seluruh kurva - P-F dan yang terkait dengan umur - yang
kita bicarakan pada bagian pertama dari bab ini hanya digambarkan untuk
satu mode kegagalan untuk satu saat saja.
Misal, dalam contoh tentang ban, proses kegagalan adalah keausan "normal". Mode
kegagalan yang berbeda (spot rata pada permukaan ban karena pengereman darurat atau
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 221
kerusakan jalinan kawat baja karena tertumbuk batu) akan menjurus ke konklusi yang
berbeda karena karakteristik teknik dan konsekuensi mode kegagalan ini berbeda.
Adalah merupakan spekulasi untuk menetapkan sifat kurva P-F secara umum,
merupakan spekulasi lainnya dalam menetapkan panjangnya interval P-F
dalam praktek seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Masalah utama dengan kegagalan acak adalah bahwa kita tidak tahu kapan
kegagalan berikutnya akan terjadi, sehingga kita tidak tahu pula kapan mode
kegagalan berikutnya mulai terjadi mengikuti kurva P-F nya. Sehingga bila kita
tidak tahu dimana kurva P-F akan mulai, bagaimana kita dapat memulai untuk
menemukan berapa lama interval P-F ini?
Menurut teori, interval P-F dapat ditentukan dengan mengamati item secara
kontinu sampai kegagalan potensial terjadi, mencatatnya pada saat ini terjadi,
dan terus mengamati sampai item gagal sama sekali.
(Perlu dicatat bahwa kita tidak dapat menggambar kurva P-F secara total
dengan mengamati item secara intermiten, mengingat apabila kita menemukan
bahwa ini adalah kegagalan, kita tidak tahu dengan benar kapan sebetulnya
proses kegagalan mulai terjadi. Apabila interval P-F lebih pendek dengan
periode pengamatan intermiten kita, kita mungkin kehilangan kurva P-F
samasekali, pada kasus ini kita harus memulai lagi dari awal dengan item
baru).
Pada kenyataannya, memilih diantara kedua metode awal ini sama saja
dengan memainkan Roulette Rusia dengan satu peluru mahal atau dengan dua
yang lebih murah.
Interval-interval acak
di sini tidak ada lagi jaminan bahwa interval acak “cukup pendek” ini
lebih pendek dari interval P-F sebenarnya. (Selamat tinggal lagi pada
komprsor … atau motor-generator set … atau boiler … ).
di sisi lain, interval P-F yang sebenarnya mungkin saja lebih panjang –
pada beberapa kasus malahan memiliki beberapa orde kebesaran lebih
panjang – dari pada interval acak. Sehingga orang yang menerapkan
pendekatan ini dapat mengalami usaha yang lebih besar pada
perawatan rutin, lebih dari yang dibutuhkan.
Misal, apabila kegiatan harian sebenarnya dapat dilakukan sebulan sekali, maka kegiatan
ini memakan biaya 30 kali dari yang seharusnya.
Ini merupakan cara yang paling tidak memuaskan dan memiliki potensi yang
membahayakan untuk menetapkan frekuensi-fekuensi langkah on-condition.
Penelitian
Cara terbaik untuk menentukan interval P-F yang tepat, adalah mensimulasi
kegagalan sedemikian sehingga tidak ada konsekuensi yang serius apabila
terjadi. Misal komponen pesawat terbang diuji kegagalannya dalam rigs
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 223
khusus di darat bukannya di udara. Tidak saja ini memberikan data tentang
umur komponen, tetapi juga memungkinkan pengamat untuk mengkaji
dengan santai bagaimana kegagalan berkembang dan bagaimana cepat
kejadiannya.
Pendekatan rasional
Trick kedua adalah menanyakan kepada orang yang tepat - yaitu orang yang
memiliki pengetahuan yang sangat baik dari asset, tentang bagaimana cara-
cara dia gagal dan gejala-gejala dari setiap kegagalan. Untuk kebanyakan
peralatan, ini biasanya adalah orang yang mengoperasikannya, craftsmen yang
merawatnya dan supervisor garis depan. Bila proses deteksi membutuhkan
instrumen khusus seperti peralatan pemantauan kondisi, maka spesialis yang
tepat harus juga ikut dalam analisis.
Pada prakteknya, satu cara yang efektif untuk menjuruskan pemikiran tentang interval P-F
adalah menciptakan sejumlah mental “pengait-mantel” pada mana orang akan
menggantungkan pemikirannya. Misal, orang dapat bertanya: "Apakah anda berpendapat
bahwa interval memiliki orde hari, minggu atau bulan?" Bila jawabannya minggu, langkah
selanjutnya adalah: "Satu, dua, empat atau delapan minggu?"
Apabila setiap orang dalam kelompok mencapai konsensus, maka interval P-F
telah ditetapkan dan para analist bergerak untuk memperhitungkan kriteria
Reliability-centred Maintenance 224
pemilihan langkah lain seperti konsistensi dari interval P-F dan apakah
interval P-F neto cukup lama untuk menghindarkan konsekuensi-konsekuensi
kegagalan.
Apabila kelompok ini tidak mencapai konsensus, maka tidak mungkin untuk
mempersiapkan jawaban positif dari pertanyaan "Berapa panjang interval P-
F?" Apaila ini terjadi, langkah on-condition yang terkait harus ditinggalkan
sebagai suatu cara untuk mendeteksi mode kegagalan yang dikaji, dan
kegagalan harus ditangani dengan menggunakan cara lain.
Trick ketiga adalah mengkonsentrasikan diri pada satu mode kegagalan setiap waktu.
Dengan perkataan lain, bila mode kegagalan adalah keausan, maka para
analist harus mengkonsentrasikan diri pada karakteristik keausan, dan tidak
mendiskusikan korosi atau fatigue (kecuali apabila gejala dari mode-mode
kegagalan lainnya hampir sama dan laju deteriorasinya juga sangat mirip).
Akhirnya harus dimengerti dengan benar oleh setiap orang yang ikut serta
dalam analisis bahwa tujuannya adalah mencapai interval langkah on-
condition yang lebih pendek dari interval P-F, tetapi tidak terlalu pendek
karena dapat meningkatkan jumlah kegiatan pemeriksaan.
Keefektifan kelompok seperti ini menjadi dua kali lipat bila manajemen
menyampaikan apresiasinya pada fakta bahwa kelompok terdiri dari manusia,
dan manusia tidaklah sempurna. Akan tetapi para analist harus sadar bahwa
bila kegagalannya memiliki konsekuensi keselamatan, maka harga akibat
kesalahan ini dapat fatal untuk mereka sendiri atau rekan, sehingga mereka
harus hati-hati dalam bidang ini.
Seluruh kurva P-F yang ditampilkan sampai saat ini dalam presentasi ini
memperlihatkan bahwa interval P-F adalah konstan. Pada kenyataannya,
tidaklah demikian - beberapa dapat bervariasi dalam kisaran yang cukup besar
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.7.
Misal pada waktu membicarakan interval P-F yang terkait dengan perubahan dari tingkat
kebisingan, orang mungkin mengatakan "Alat ini berdesing bisa selama dua minggu
sampai tiga bulan sebelum rusak". Dalam kasus lain, pengujian dapat menunjukkan bahwa
waktu dapat berkisar dari enam bulan sampai lima tahun sejak saat keretakan menjadi
dapat dideteksi pada suatu titik tertentu pada struktur sampai saat struktur rusak.
Jelas bahwa pada kasus-kasus ini, suatu interval kegiatan harus dipilih yang
harus lebih pendek dibandingkan dengan interval P-F yang terpendek. Dengan
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 225
cara ini, kita selalu pasti dalam mendeteksi kegagalan potensial sebelum
menjadi kegagalan fungsi. Bila interval minimum ini cukup panjang untuk
tidak membutuhkan komitmen yang tidak sustainable dari sumber-sumber
daya selama umur asset, maka langkah on-condition secara teknik adalah
layak, dan tahap berikutnya adalah menaksir apakah ini bermanfaat
dilaksanakan atau tidak, seperti dijelaskan pada Bab 4.
Dilain pihak bila interval P-F sangat tidak konsisten – sebagaimana beberapa
daripadanya - maka tidak mungkin untuk menetapkan interval langkah
kegiatan yang bermanfaat, dan langkah yang ditanyakan harus ditinggalkan
untuk memberi kesempatan pada cara lain untuk menangani kegagalan.
Bagian akhir dari bab ini membahas peran apa (bila ada) yang dimainkan oleh
catatan riwayat teknis dalam membantu dalam menarik kesimpulan tentang
data kegagalan. Akan tetapi, sebelum membicarakan issue ini kita perlu
mendefinisikan sejumlah istilah kunci, dan memperhitungkan bagaimana data-
data ini dapat dikorelasikan dan dipresentasikan sedemikian sehingga
memungkinkan konklusi yang berarti dapat ditarik.
Terutama kita akan menguji enam pola kegagalan utama yang pertama kali
disajikan pada Gambar 1.5 dan ditunjukkan lagi pada Gambar 9.8 berikut. Kita
mulai dengan mengkaji secara rinci pola kegagalan B dan E, karena mereka
mewakili kegagalan yang terkait dengan umur dan kegagalan acak (random).
Kemudian kita membahas pola-pola C dan F dan diakhiri dengan pola D dan
A.
Reliability-centred Maintenance 226
Pola Kegagalan B
Sampai saat ini, telah disebutkan pada berbagai kesempatan bahwa, pola
kegagalan B menggambarkan kegagalan-kegagalan yang terkait dengan umur.
Gambar 9.3 menunjukkan bahwa walaupun kegagalan ini merupakan hasil
dari proses deteriorasi yang kurang lebih linier, masih ada perbedaan yang
nyata dalam sifat-sifat dari sebarang dua komponen yang dikenai tegangan
nominal yang sama. Gambar 9.9 menunjukkan bagaimana sifat ini
diterjemahkan kedalam pola kegagalan B.
Satu contoh dari suatu komponen yang mungkin memiliki sifat seperti Gambar 9.3 adalah
impeller suatu pompa yang digunakan untuk memompa cairan yang cukup abrasif.
Bagian 1 dari Gambar 9.9 menunjukkan karakteristik wear-out dari satu losin impeller
tersebut. Sepuluhdari antaranya terdeteriorasi dengan laju yang hampir sama, dan
berlangsung antara periode 11 dan 16 sebelum gagal. Akan tetapi dua impeller gagal lebih
dini dari yang diharapkan, untuk "A" mungkin karena tidak di case hardened secara tepat
dan untuk "B" karena sifat cairan berubah sementara, menyebabkan keausan lebih cepat
dari biasanya. Perlu dicatat bahwa distribusi kegagalan ini hanya berlaku untuk impeller yang
gagal karena keausan, dan tidak berlaku untuk alasan lain
Dalam Bagian 2 dari Gambar 9.9, distribusi dan frekuensi kegagalan diplotkan
terhadap umur operasi dari sejumlah besar sample komponen. Ditunjukkan
bahwa di luar beberapa kegagalan "premature", sebagian besar komponen
cenderung mengikuti distribusi normal terhadap satu titik.
Contoh, misalkan kita telah mengakumulasikan data kegagalan sebenarnya dari suatu
sampel 110 impeller, seluruhnya telah gagal karena keausan. Sepuluh impeller telah gagal
secara premature, satu pada setiap periode dari sepuluh periode pertama. Adapun 100
impeller lainnya gagal antara periode 11 dan 16, dan frekuensi dari kegagalan ini sesuai
dengan distribusi normal. Dengan dasar data diatas, MTBF dari impeller karena keausan
adalah 12,3 periode.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 227
Misal 98 impeller mampu bertahan hingga lebih dari 11 periode, dan 16 impeller bertahan
lebih dari 14 periode.
Bagian 4 dari Gambar 9.9 adalah kegagalan pola B yang menunjukkan bahwa
sebarang impeller yang telah bertahan sampai awal dari suatu periode akan
Reliability-centred Maintenance 228
Contoh, dengan membolehkan pembulatan error yang kecil, ini menunjukkan bahwa ada
14% peluang bahwa suatu impeller yang bertahan sampai awal dari periode 12 akan gagal
pada periode tersebut. Demikian pula, 14 dari 16 impeller yang bertahan sampai awal dari
perode 15 akan gagal pada periode tersebut, suatu conditional probability of failure 87%
Bila kita jadi mengganti komponen pada akhir dari umur bergunanya
seperti dinyatakan diatas, umur (layanan) rata-rata dari setiap komponen
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 229
Contoh, apabila kita mengganti impeller yang mampu bertahan (survive) pada Gambar 9.9
pada akhir periode 10, umur (layanan) rata-rata dari impeler akan 9,5 periode, bukannya
12,3 periode yaitu apabila mereka dibiarkan beroperasi sampai gagal.
Fakta bahwa ada dua "umur" yang terkait dengan pola kegagalan jenis B
memiliki arti bahwa harus hati-hati untuk menspesifikasikan yang mana
yang dimaksud dengan “umur”.
Apabila kita menanyakan berapa "umur"nya, kita mungkin mengira sebagai umur
berguna, tetapi apabila kita tidak menjelaskan dengan tepat apa yang kita inginkan,
mereka mungkin memberikan kita MTBF. Bila ini digunakan untuk membuat frekuensi
penggantian, banyak masalah timbul, sering-sering menghasilkan ketidakpuasan yang
tidak perlu.
Pola Kegagalan E
Gambar 5.13 pada halaman 128 menunjukkan tiga komponen yang gagal
secara acak. Mengapa kegagalan dapat terjadi dengan cara ini telah
didikusikan dalam Part 1 Bab ini. Bagian dari bab ini akan mengkaji beberapa
aspek kuantitatif dari kegagalan acak dengan lebih rinci, dan melakukan revisi
beberapa implikasi pada kegagalan tipe E. Untuk memulainya, Gambar 9.10
menunjukkan hubungan antara frekuensi dan conditional probability dari
kegagalan acak.
Bagian 1 dari Gambar 9.10 menunjukkan sejumlah komponen - dalam kasus ini, bantalan
gelinding - dimana kegagalan terlihat tidak memiliki hubungan dengan umur operasi.
Seperti pada Gambar 5.13, setiap kegagalan diawali dengan kurva P-F (yang sedikit
dipanjangkan)
Kegagalan acak berarti bahwa kemungkinan suatu item akan gagal pada
sebarang periode adalah sama dengan periode-periode sebarang lainnya.
Dengan perkataan lain, conditional probability dari kegagalannya adalah
konstan, seperti ditunjukkan pada Part 2 Gambar 9.10.
Reliability-centred Maintenance 230
Contoh, bila kita menerima bukti empirik bahwa bantalan elemen gelinding adalah
conform dengan pola kegagalan acak - suatu fenomena yang pertama kali diamati oleh
Davis (1952) – conditional probability dari kegagalan adalah konstan seperti ditunjukkan
dalam Gambar 9.10 Bagian 2. Ini berarti bahwa ada 10% kemungkinan bahwa bantalan
yang telah bertahan sampai awal dari sebarang periode akan gagal dalam periode tersebut.
Contoh, bila kita memulai dengan sampel 100 bantalan dan kemungkinan kegagalan
dalam periode pertama adalah 10%, maka 10 bantalan akan gagal dalam periode 1 dan 90
bantalan akan survive lebih dari satu periode. Demikian pula bila ada 10% kemungkinan
bahwa bantalan yang survive pada periode satu akan gagal pada periode 2, maka 9
bantalan akan gagal pada periode 2, dan 81 bantalan bertahan sampai pada awal periode 3.
Bagian 3 Gambar 9.10 menunjukkan berapa banyak bantalan akan bertahan sampai pada
awal dari setiap periode yang berurutan pada awal 16 periode.
Secara teoritis, proses kegagalan ini akan berlangsung terus sampai tidak
hingga. Dalam praktek biasanya kita hentikan bila kurva survival jatuh
dibawah satu.
Dalam contoh yang ditunjukkan pada Gambar 9.10, laju peluluhan 10% per periode
berarti, keseluruhan akan dicapai setelah sekitar 43 periode. Ini menyiratkan bahwa satu
bantalan dapat bertahan hingga 43 periode, tetapi mayoritas terbesar telah lama sekali
gagal.
Contoh, Bagian 3 dari Gambar 9.10 menyatakan bahwa 63% item telah gagal pada separoh
dari periode 10. Dengan perkataan lain, MTBF dari bantalan dalam Gambar ini adalah 9,5
periode
Fakta bahwa item ini memiliki MTBF dan bukan "umur berguna" seperti
didefinisikan sebelumnya memiliki arti bahwa kita harus amat sangat berhati-
hati bila membicarakan tentang "umur" dari suatu item.
Pada kasus item-item yang conform dengan pola kegagalan B, komponen yang
lebih andal memiliki "umur berguna" yang lebih lama. Sehingga pada
komponen-komponen Pola B bahwa tipe satu " bertahan lebih lama"
dibandingkan tipe lain, sedangkan untuk kasus komponen-komponen Pola E
tipe satu "lebih sering gagal" dibanding tipe lain.
Sehingga bila bantalan merk Y dua kali lebih andal dari bantalan merk X, umur
B10 - juga dikenal sebagai umur L10 atau umur N10 - dari merk Y akan dua
kali lebih lama dari merek X. Ini berguna apabila melaksanakan keputusan
pengadaan bantalan, tetapi tidak dapat menyatakan setiap bantalannya berapa
lama dapat dioperasikan).
Reliability-centred Maintenance 232
Kurva P-F dan Kegagalan Acak. Gambar 5.13 dan Bagian 1 dari Gambar 9.10
kedua-duanya menunjukkan kegagalan-kegagalan acak yang diawali
dengan kurva-kurva P-F. Ini tidak berarti bahwa seluruh kegagalan acak
diawali dengan kurva tersebut. Pada kenyataannya banyak mode
kegagalan yang mengikuti pola E tidak diawali dengan pertanda serupa,
atau bila memang diawali dengan pertanda tersebut, periode pertanda tadi
seringkali sangat pendek untuk dapat dimanfaatkan. Ini benar untuk
kebanyakan kegagalan yang mempengaruhi item listrik arus lemah dan
elektronik.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 233
Ini tidak mengubah keabsahan analisis. Ini hanya diartikan bahwa tidak ada
bentuk perawatan pencegahan -- on condition, restorasi terjadual, atau scrap
terjadual -- adalah layak secara teknis untuk komponen-komponen ini, dan
mereka harus diperlakukan menggunakan dasar default yang tepat
sebagaimana dibahas dalam Bab 6.
Pola Kegagalan C
Penyebab yang mungkin dari pola C adalah kelelahan. Teori engineering klasik
menyatakan bahwa kegagalan karena kelelahan disebabkan oleh tegangan
siklik, dan hubungan antara tegangan siklik dan kegagalan diatur oleh kurva
S-N, seperti pada Gambar 9.12.
Gambar 9.12 memperlihatkan bahwa bila kurva S-N diketahui, maka kita
dapat memprediksi umur komponen dengan teliti, untuk suatu amplitudo
tertentu. Akan tetapi ini tidak demikian dalam praktek mengingat amplitudo
rata-rata dari tegangan siklik tidak konstan, dan kemampuan komponen untuk
menahan tegangan -- dengan perkataan lain lokasi kurva S-N -- tidak akan
sama untuk setiap komponen.
slope dari Pola C terlihat lebih tajam dalam contoh. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa slope sebenarnya diatur oleh parameter skala Weibull α;
yang dapat diukur dengan kisaran waktu minggu sampai dekade (ataupun
abad), sehingga slope pola C dapat bervariasi dari sangat tajam sampai
sangat datar.
Misal, bila kurva P pada Gambar 9.13 digeser ke limit S lower dan kurva Q digeser ke limit
R upper, kurva frekuensi kegagalan akan digeser terus kekanan. Ini akan memberikan
parameter bentuk Weibull lebih besar dari 2, yang cenderung menjurus ke distribusi
normal, sehingga akan memberikan kurva conditional probability dari kegagalan yang
menyerupai pola B.
Di sisi lain, bila limit S lower ada di bawah titik dimana R lower menjadi asimptotik, maka
distribusi frekuensi akan berkembang dengan "buntut" panjang kekanan. Ini mencirikan
distribusi Weibull dimana β ada diantara 1 dan 2, yang menjurus ke Pola D.
Pola Kegagalan D
Pola Kegagalan F
Pola F mungkin merupakan pola yang paling memikat karena dua alasan
berikut:
ini merupakan satu-satunya pola di mana probabilitas kegagalannya
tidak bergantung dengan umur (kasus khusus untuk pola A)
merupakan pola yang paling menonjol dari keenam pola kegagalan
(68% untuk pesawat terbang)
Oleh alasan ini, adalah sangat berguna untuk melakukan pemetaan yang lebih
rinci terhadap faktor-faktor yang membentuk pola ini.
Design (Rancangan)
Masalah Infant mortality yang terkait dengan design terjadi bila bagian dari
item tidak mampu memberikan prestasi yang diinginkan, dan akhirnya
cenderung gagal segera setelah dioperasikan. Masalah ini hanya dapat
diselesaikan dengan merancang ulang, seperti dibahas pada Bab 6, yang dapat
dilaksanakan sampai batas-batas tertentu dengan
Commissioning
Masalah commissioning terjadi bila peralatan di set-up secara tidak benar, atau
bila peralatan di start-up secara tidak benar pula. Masalah ini dapat diperkecil
apabila langkah-langkah diambil untuk menjamin agar setiap orang yang ikut
tahu secara pasti bagaimana pabrik harus disupport untuk beroperasi, dan
diberikan waktu yang cukup untuk mencapainya.
Routine Maintenance
Maintenance Workmanship
Sudah jelas apabila sesuatu dengan secara buruk dipasang maka akan rusak
dengan cepat. Masalah ini dapat dihindari hanya dengan memberikan jaminan
agar seluruh yang terkait untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perawatan
pencegahan atau corrective dilatih dan dimotivasi untuk melakukan pekerjaan
secara benar pada kesempatan pertama.
Pola Kegagalan A
Kini telah diterima bahwa pola kegagalan A -- pola bak mandi -- dapat
merupakan gabungan dari dua atau lebih pola-pola kegagalan yang berbeda,
salah satunya adalah infant mortality dan yang lain adalah peningkatan
probabilitas kegagalan karena umur. Beberapa komentator malahan
menganjurkan bahwa bagaian tengah (datar) dari bathtub merupakan suatu
periode ketiga dari kegagalan (acak) diantara kedua lainnya seperti
ditunjukkan pada Gambar 9.16.
Kesimpulan yang serupa dapat ditarik tentang pola kegagalan B seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 9.9. Ini disebabkan karena kegagalan-kegagalan
yang terjadi antara periode-periode 11 dan 16 disebabkan oleh “normal” wear,
sedangkan mereka yang terjadi antara periode-periode 1 dan 10 disebabkan
oleh factor-faktor “random” lainnya yang masih menyebabkan impeller
tersebut untuk aus, tetapi menyebabkannya melakukannya lebih cepat dari
normal.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 241
Ini menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang arti dari pola-pola ini, yang
dibahas secara panjang lebar selanjutnya di sisa bab ini.
Sejauh ini, ditinjau dari sudut pandang perawatan, pola-pola ini adalah palsu
dengan kesulitan-kesulitan praktis, teka-teki dan kontradiksi-kontradiksi.
Beberapa dari antaranya diringkas di bawah ini dengan judul-judul berikut:
kekompleksan
ukuran sample dan evolusi
melaporkan kegagalan
kontradiksi yang paling utama
Kekompleksan
Proses-proses industri besar pada umumnya memiliki hanya satu atau dua
asset dari sebarang jenis tunggal. Mereka juga cenderung untuk beroperasi
secara seri bukannya secara simultan. Ini berarti bahwa ukuran-ukuran sample
cenderung menjadi terlalu kecil untuk keperluan prosedur-prosedur statistik
untuk mendapatkan kepastian yang cukup. Untuk asset-asset baru yang
mencakup tingkat teknologi maju yang andal, sample-sampel ini selalu terlalu
kecil.
Asset-asset ini juga biasanya selalu berada dalam tingkat evolusi dan
modifikasi yang terus menerus, sebagian untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan operasional yang baru dan sebagian untuk mencoba mengeliminasi
kegagalan-kegagalan yang dapat memiliki konsekuensi-konsekuensi serius
atau yang dibayar sangat mahal untuk mencegahnya. Ini berarti bahwa jumlah
waktu yang digunakan oleh sebarang asset pada sebarang konfigurasi secara
relatif adalah pendek.
Melaporkan kegagalan
Misal, pada contoh-contoh ban yang dibahas pada halaman 195 dan 197, satu organisasi
mungkin mengklasifikasikan dan mencatat ban-ban sebagai “gagal” apabila mereka
diambil untuk divulkansir setelah kembangan menipis melampaui 3 mm. Akan tetapi,
selama ketebalan kembangan tidak diperkenankan untuk jatuh di bawah 2 mm,
“kegagalan” ini adalah sebetulnya suatu kegagalan potensial seperti didefinisikan pada
Bab 5. Maka organisasi-organisasi lain dapat memilih untuk mengklasifikasikan
pengambilan-pengambilan ban seperti itu sebagai “precautionary”, mengingat ban-ban
tersebut sesungguhnya belum gagal, atau bahkan sebagai “dijadualkan”, mengingat ban-
ban tersebut “dijadualkan” untuk penggantian pada kesempatan paling dini setelah
kegagalan potensial ditemukan. Pada kedua kasus terakhir ini, ada kemungkinan bahwa
pengambilan (ban) ini bahkan tidak dilaporkan sebagai kegagalan.
Di lain pihak, apabila oleh sesuatu alasan ketebalan kembangan memang jatuh di bawah 2
mm, maka tidak ada keraguan sama sekali bahwa ban tersebut telah gagal.
Misal, halaman 53 memberikan contoh suatu pompa yang telah gagal apabila tidak
mampu untuk mengalirkan 800 liter per menit dalam satu konteks operasi dan 900 liter per
menit pada konteks operasi lainnya.
Ini menunjukkan bahwa suatu kegagalan pada suatu organisasi – atau bahkan
suatu bagian dari suatu organisasi – mungkin saja bukan merupakan
kegagalan pada lainnya. Ini dapat menyebabkan set-set yang sangat berbeda
dari data kegagalan untuk dua item yang tampaknya identik.
Di lain pihak, kita telah melihat bahwa banyak kegagalan terjadi karena
pengguna mengoperasikan peralatan di atas kemampuan rancangannya
(dengan perkataan lain, “ingin” melampaui “dapat”, sebagaimana dibahas
pada halaman 45). Selagi pengguna cenderung untuk memasukkan data dari
kegagalan-kegagalan ini ke dalam catatatan riwayat yang disusunnya,
manufaktur sudah barang tentu enggan untuk bertanggung jawab atas
Reliability-centred Maintenance 244
Suatu issue yang menggelitik seluruh pertanyaan dari riwayat teknis adalah
fakta bahwa apabila kita mengumpulkan data tentang kegagalan, maka ini
disebabkan karena kita sebetulnya tidak mencegah mereka. Implikasi-
implikasinya diringkas secara gamblang oleh Resnikoff1978 dalam statement
berikut:
“Akuisisi dari informasi yang diperkirakan yang paling dibutuhkan oleh seorang
perancang kebijakan perawatan – informasi terhadap kegagalan-kegagalan kritis – pada
prinsipnya tidak bisa diterima dan merupakan bukti dari kegagalan dari program
perawatan tersebut. Ini disebabkan karena kegagalan-kegagalan kritis mengikutkan
potensi (pada beberapa kaus, memang) kematian, tetapi tidak ada laju kematian (rate of
loss of life) yang dapat diterima pada (sebarang) organisasi sebagai hadiah dari
kegagalan informasi yang digunakan untuk merancang suatu kebijakan perawatan.
Sehingga perancang kebijakan perawatan dihadapkan pada masalah menciptakan suatu
sistem perawatan untuk mana kematian yang diharapkan akan lebih rendah dari satu
selama umur operasi asset yang direncanakan. Ini berarti bahwa, dalam praktek
maupun dalam prinsip, kebijakan harus dirancang dengan tidak menggunakan data
empirik yang akan timbul dari kegagalan-kegagalan yang ingin dihindari oleh
kebijakan itu sendiri”.
“Perkembangan dari hubungan antara umur dan keandalan, yang dinyatakan oleh
suatu kurva yang merepresentasikan conditional probability dari kegagalan,
membutuhkan suatu jumlah yang sangat besar dari data. Apabila kegagalan
merupakan satu yang memiliki konsekuensi-konsekuensi serius, kumpulan data ini
tidak akan ada, mengingat penanganan pencegahan memerlukan keharusan
penanganan segera setelah kegagalan pertama. Sehingga analisis aktuaria tidak dapat
digunakan untuk membangun batas-batas usia yang sangat meragukan tersebut –
mereka yang diperlukan untuk memproteksi keselamatan operasi”
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 245
Pada konteks ini, perlu dicatat pula komentar-komentar yang dibuat pada
halaman 114 tentang batas-batas safe-life dan test data. Data-data ini biasanya
sangat tidak mencukupi sehingga batas safe-life tersebut (apabila ada)
dibangun dengan membagi hasil-hasil test dengan beberapa faktor konservatif
daripada dengan menggunakan alat analisis aktuaria.
Kontradiksi ini berlaku kebalikannya pada sisi lainnya dari skala konsekuensi-
konsekuensi. Kegagalan-kegagalan dengan konsekuensi-konsekuensi minor
cenderung untuk diperbolehkan terjadi terutama karena mereka sama sekali
tidak mengganggu. Sebagai hasilnya, jumlah data riwayat yang sangat banyak
tentang kegagalan-kegagalan ini akan tersedia, yang berarti bahwa akan ada
bahan yang cukup untuk melakukan analisis aktuaria. Ini mungkin dapat
menampakkan beberapa batasan-batasan usia. Akan tetapi, mengingat
kegagalan-kegagalan ini tidak berpengaruh banyak, sangatlah tidak
memungkinkan bahwa hasil kegiatan-kegiatan restorasi terjadualnya atau
kegiatan-kegiatan discard terjadualnya akan cost-effective. Sehingga walaupun
analisis aktuaria untuk informasi ini bisa presis, ini berpeluang membuang
waktu percuma.
Contoh dari item-item yang masuk dalam keategori ini adalah lampu jalan, komponen
kendaraan (terutama dari armada yang besar) dan banyak dari komponen-komponen yang
digunakan oleh angkatan bersenjata dan perusahaan listrik, industri distribusi air dan gas.
Item-item dari jenis ini digunakan dalam jumlah yang cukup untuk dilaksanakan analisis
aktuaria yang presis, dan studi cost-benefit rinciannya bisa dijustfkasi (pada banyak kasus,
bila hanya untuk meminimasi jumlah dari transportasi yang masuk dalam merawat item).
Reliability-centred Maintenance 246
Jalan ke depan
Sehingga suatu pendekatan segar pada issue ini dibutuhkan – satu yang
menggeser focus dari masa lalu ke masa depan. Kenyataannya, RCM adalah
sekadar suatu pendekatan. Pertama, ini menangani masalah-masalah spesifik
yang diidentifikasi di atas sebagai berikut:
informasi manajemen
suatu catatan tentang MTBF
riwayat teknis
Informasi manajemen
Tabel 9.1 hanya menjelaskan data yang digunakan secara langsung untuk
memformulasikan kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk menangani
mode-mode kegagalan spesifik. Ini tidak mengikutsertakan data yang
digunakn untuk menelusuri prestasi menyeluruh dari fungsi perawatan dan
yang biasanya diklasifikasikan sebagai “informasi manajemen”. Contoh-contoh
tipikal dari informasi seperti ini adalah statistik dari plant availability, statistik
keselamatan dan informasi tentang pembelanjaan pada perawatan terhadap
budget.
Saat ini, konsep MTBF kelihatannya mengambil suatu kedudukan yang sangat
tidak proporsional dengan nilai nyatanya dalam pembuatan keputusan
perawatan. Misal, MTBF tidak berbuat apa-apa terhadap frekuensi dari
kegiatan-kegiatan on-condition, dan hampir tidak berbuat apapun dengan
frekuensi dari kegiatan-kegiatan restorasi terjadual dan discard terjadual.
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 249
Akan tetapi, dia memiliki suatu kegunaan yang sangat spesifik. Tabel 9.1
menunjukkan tiga dari antaranya:
Pada kasus pertama, MTBF selalu dibutuhkan untuk membuat keputusan yang
tepat, tetapi pada dua yang kedua ini hanya digunakan apabila sifat dan
konsekuensi-konsekuensi dari kegagalan-kegagalan adalah sedemikian
sehingga suatu analisis yang rigorous harus dilakukan.
Akan tetapi, seperti yang disebutkan terdahulu, suatu ekplorasi rinci dari tiga
issue terakhir di atas berada di luar cakupan buku ini.
Reliability-centred Maintenance 250
Riwayat teknik
MTBF untuk suatu fungsi terlindungi. Ini sekali lagi lagi hanya
dibutuhkan apabila asumsi di atas tentang availability yang diinginkan
dari suatu alat pelindung harus divalidasikan pada basis yang rigorous,
yang bisa ssaja demikian apabila kegagalan multiple kaitannya memiliki
Perilaku Kegagalan dan Riwayat Teknis 251
Misal, suatu rekaman dapat dibuat setiap saat kelebihan tekanan dari suatu ketel
menyebabkan suatu relief valve memulai mengeluarkan uap.
Bila sebarang dari data ini harus diambil, sistem pelaporan kegagalan harus
dirancang untuk mengidentifikasi datum yang diperlukan – biasanya mode
kegagalannya – setepat mungkin. Ini dapat dilakukan dengan menanyakan
orang yang melakukan tugas (atau yang menemukan kegagalan pada kasus
failure finding), apakah untuk:
Rancangan dari sistem seperti ini juga berada di luar cakupan dari buku ini.
Akan tetapi Tabel 9.1 menyarankan bahwa apabila sistem perekaman riwayat
teknik digunakan untuk merekam data spesifik oleh alasan-alasan spesifik,
bukannya untuk merekam semua dengan harapan bahwa ini akan
memberitahukan kepada kita sesuatu, mereka menjadi penyumbang yang
berguna dan powerful ke manajemen perawatan praktis, bukannya gajah putih
yang mahal di mana banyak dari mereka memang cenderung seperti ini.
10 Mengimplementasikan RCM
Seringkali daripada tidak, “dari manapun” sebenarnya dapat saja berubah menjadi
“dari siapapun” – “siapapun” yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
melekat dari asset yang sedang ditinjau. Ada juga pada masa-masa sewaktu proses
pengumpulan informasi berjalan terjadi (reveals) perbedaan pandangan yang mencolok
yang harus direkonsiliasikan terlebih dahulu sebelum keputusan dapat diambil.
Seksi-seksi akhir dari bab ini menjelaskan bagaimana suatu kelompok kecil dapat
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi, merekonsiliasi pandangan-pandangan
yang berbeda-beda dan mengambil keputusan-keputusan. Akan tetapi, sebelum
melakukan pembahasan tersebut, marilah kita kaji informasi apa yang dibutuhkan
untuk menjawab setiap pertanyaan, dan mempertimbangkan siapa yang paling mungkin
untuk memprosesnya. Ini dilakukan dengan mengacu pada pembahasan yang lalu dari
buku ini di mana pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti yang dituliskan di bawah ini
telah dibahas secara rinci.
Apa fungsi dan standar prestasi kaitannya dari asset pada konteks operasinya
saat ini?
RCM didasarkan pada suatu prinsip bahwa setiap asset diadakan untuk memenuhi
suatu fungsi atau fungsi-fungsi spesifik, dan bahwa perawatan memiliki arti melakukan
apapun yang dibutuhkan untuk menjamin agar asset tersebut terus menerus berfungsi
sesuai dengan standar yang diinginkan. Orang yang biasanya memiliki pandangan yang
paling jelas dari prestasi yang diinginkan dari hari ke hari adalah manajer produksi dan
manajer operasi, sehingga mereka memiliki peran utama untuk memainkan seluruh
proses. (Dalam bidang-bidang seperti hygiene atau lingkungan, saran dari specialist
yang tepat mungkin saja diperlukan).
Apabila informasi ini disampaikan dalam suatu forum diskusi, orang perawatan akan
mulai menghargai secara lebih jelas lagi tentang apa sebenarnya yang ingin dicapai
oleh produksi, sedangkan orang produksi mendapatkan pemahaman yang lebih jelas
dari apa yang bisa diberikan dan apa yang tidak bisa diberikan oleh perawatan.
Pada kasus peralatan baru, sumber informasi yang berharga tentang apa yang dapat
gagal adalah teknisi lapangan yang dipekerjakan oleh vendor dan yang telah bekerja
pada peralatan yang sama atau yang serupa.
Part 4 dari Bab 4 menuliskan daftar dari berbagai informasi yang bervariasi yang butuh
untuk dituliskan sebagai efek-efek kegagalan. Ini mencakup:
o bukti bahwa kegagalan telah terjadi, paling sering didapat oleh operator
peralatan
o lama waktu mesin tidak bekerja setiap saat kegagalam timbul, juga didapat dari
operator atau front-line supervisors
o hazard yang terkait dengan masing-masing kegagalan, yang mungkin
membutuhkan saran dari spesialist (terutama yang berhubungan dengan issue
seperti toxicity dan flammability dari bahan-bahan kimia, atau hazards yang
terkait dengan item-item mekanikal seperti bejana tekan, alat pengangkat dan
komponen-komponen berputar yang besar)
o apa yang harus dilakukan untuk mereparasi kegagalan, yang biasanya didapat
dari craftsmen atau teknisi yang melakukan reparasi
Konsekuensi kegagalan dibahas secara panjang lebar pada Bab 4 dan diringkas dalam
empat pertanyaan yang dicantumkan pada bagian atas Gambar 7.1. pada halaman
158/159. Pelaksanaan assessment dari konsekuensi-konsekuensi kegagalan hanya dapat
dilaksanakan melalui konsultasi intensif dengan orang-orang produksi/operasi, oleh
alasan-alasan berikut ini:
Reliability-centred Maintenance 254
Informasi yang diperlukan untuk mengassess kelayakan teknis dari jenis-jenis kegiatan
pencegahan yang berbeda telah dijabarkan pada Bab 5 dan 9, dan pertanyaan kuncinya
telah dirangkum pada halaman 164. Apabila data aktuaria ataupun data yang berbasis
penelitian tidak tersedia untuk memberikan jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus dijawab dengan basis penaksiran (judgement) dan pengalaman
(experience), sebagai berikut:
Suatu kelompok yang serupa perlu untuk mempertimbangkan lama waktu dan
konsistensi dari P-F interval kaitannya, sebagaimana dijelaskan pada halaman
201 dan 202.
restorasi terjadual dan discard terjadual: dengan tidak adanya data histori yang
tepat, orang yang biasanya jauh lebih tahu dari apakah sebarang mode
kegagalan tergantung dengan umur, dan jika demikian apakah dan kapan ada
suatu titik di mana terjadi suatu peningkatan yang sangat cepat dari conditional
probability dari kegagalan, sekali lagi adalah para operator, craftsmen dan
supervisors yang dekat dengan mesin.
failure finding: apabila frekuensi dari kegiatan failure finding akan ditetapkan
tanpa melakukan analisis yang menyeluruh dari sistem yang diproteksi (lihat
halaman 140), availability yang diinginkan dari alat pelindung harus ditentukan
oleh suatu kelompok yang dijelaskan seperti pada halaman 91 dan 92.
Apabila tidak tersedia catatan-catatan formal, maka MTBF dari alat pelindung
pada awalnya dapat dicari apakah dengan menanyakannya kepada pabrik
Reliability-centred Maintenance 256
pembuat alat ini, atau dengan menanyakannya kepada seseorang yang mungkin
telah melakukan sebarang pengecekan fungsi pada waktu yang lalu terhadap apa
yang mereka temukan dan kapan mereka melakukan pengecekan tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan pada halaman 139, mereka ini bisasanya adalah
operator atau craftsmen.
Dengan mendasarkan pada issue yang dikemukakan pada awal bab ini, kita sekarang
mempertimbangkan siapa yang harus berpartisipasi dalam suatu RCM review group
yang tipikal, apa yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing kelompok, dan apa
yang didapat oleh para anggauta dari proses ini.
Orang-orang yang sangat sering disinggung pada awal bab ini adalah first-line
supervisors, operators, dan craftsmen. Ini menyiratkan bahwa RCM review group
tipikal harus mengikutsertakan orang-orang seperti ditunjukkan pada Gambar 10.1.
Dalam praktek, tempat-tempat pada setiap kelompok tidak perlu harus diisi persis
seperti mereka yang terlihat pada Gambar 10.1. ini. Tujuannya adalah untuk menyusun
suatu kelompok yang dapat memberikan sebagian besar ataupun seluruh informasi yang
disebutkan pada awal bab ini. Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang paling banyak dari asset dan dari proses. Untuk
Mengimplementasikan RCM 257
Kelompok ini harus terdiri dari individu-individu yang sama pada waktu meganalisis
sesuatu asset dari awal hingga akhir. Apabila selalu ada muka-muka baru yang hadir
pada tiap-tiap pertemuan, maka akan banyak sekali waktu yang hilang yang digunakan
untuk memberikan pengertian bagi pendatang baru tersbut.
Seperti saran yang diajukan pada Part 1 dari bab ini, “spesialist” dapat berupa
spesialist dari sebarang dari item-item berikut:
beberapa aspek dari proses. Ini biasanya adalah issue-issue yang cenderung
membahayakan atau dari lingkungan yang peka (sensitif)
mekanisme kegagalan yang khusus, seperti kelelahan (fatigue) atau korosi
suatu jenis peralatan yang spesifik, seperti sistem hidrolik
beberapa aspek dari teknologi perawatan, seperti analisis vibrasi atau
termografi
Tidak seperti anggauta kelompok lainnya, spesialist hanya dibutuhkan untuk hadir pada
pertemuan-pertemuan di mana (bidang) spesialisasinya sedang dibicarakan.
Tujuan dari setiap kelompok adalah menggunakan proses RCM untuk menentukan
peryaratan perawatan dari asset spesifik atau suatu bagian tertentu dari suatu proses.
Dengan panduan dari seorang fasilitator, kelompok melakukan analisis konteks pada
mana asset beroperasi, dan kemudian menyelesaikan RCM Information Worksheet
seperti dijelaskan pada Bab 3. (Penulisannya dilakukan oleh fasilitator, sehingga
anggauta-anggauta kelompok tidak membutuhkan sebarang kertas untuk menulis
apabila mereka menginginkannya). Kemudian mereka menggunakan RCM Decision
Diagram yang ditunjukkan pada halaman 158 dan 159 untuk menentukan bagaiamana
menangani mode-mode kegagalan yang dituliskan dalam RCM Decicion Worksheet
seperti dijelaskan dalam Bab 7.
Kata kunci yang harus dicamkan dalam pelaksanaan proses ini adalah KONSENSUS.
Setiap anggauta kelompok diberi keberanian untu berkontribusi sebisa dan semampu
mereka pada setiap tahap dalam proses seperti ditunjukkan pada Gambar 10.2. Tidak
satupun akan dituliskan sebelum mendapat persetujuan dari seluruh anggauta
kelompok. (Sebagaimana telah dijelaskan pada Part 3 dari bab ini, fasilitator memiliki
peran yang sangat crucial dalam aspek-aspek dari proses ini).
Aliran informasi yang ada pada pertemuan-pertemuan ini bukan hanya masuk ke basis
data (database). Apabila seseorang dari kelompok berkontribusi, yang lain dengan
segera belajar tiga hal berikut:
lebih (tahu) tentang asset, lebih (tahu) tentang proses yang menjadi bagian
(asset) dan lebih (tahu) tentang apa yang harus dilakukan untuk
mempertahankannya supaya tetap berfungsi. Sebagai hasilnya, perusahaan
bukan hanya memiliki lima atau enam orang yang masing-masingnya
mengetahui sedikit – atau lebih sedikit – tentang asset yang direview, tetapi
organisasi tersebut telah mendapatkan lima atau enam pakar dari subyek
tersebut.
lebih (tahu) tentang tujuan dan goals dari koleganya. Terutama, orang
perawatan menjadi lebih tahu tentang apa yang ingin dicapai oleh kolega-
koleganya dari produksi, sedangkan orang produksi menjadi lebih tahu tentang
bagaimana perawatan bisa – dan tidak bisa – menolong untuk mencapainya.
lebih (tahu) tentang keunggulan dan kelemahan individual dari setiap anggauta
team. Untuk mencapai kesetimbangan, maka mereka lebih banyak belajar
tentang kekuatan daripada kelemahan masing-masing, yang meningkatkan rasa
hormat antar anggauta berupa respek mutual maupun pemahaman mutual dari
sesamanya.
Secara singkat, peserta dari proses menjadi lebih memahami akan apa yang harus
dilakukan setiap anggauta kelompok, apa yang sedang diusahakan dicapai oleh
kelompok ini dan seberapa baik masing-masing angguta kelompok memperlengkapi
dirinya untuk melakukan usaha-usaha ini. Hal ini akan mengubah suatu kelompok dari
sekumpulan individu yang sangat kontras dari disiplin yang terkenal sangat berlawanan
(operasi dan perawatan) ke dalam suatu team yang kompak.
Kendala dari pembelajaran kelompok dengan cara ini adalah, kecuali apabila langkah-
langkah spesifik diambil untuk mendisseminasikan informasi lebih lanjut, satu-satunya
orang yang mendapatkan benefit langsung adalah anggauta dari setiap kelompok. Dua
cara untuk mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut:
menjamin setiap orang dalam organisasi bisa mengakses ke basis data RCM
setiap saat
menggunakan output dari proses analisis RCM untuk mengembangkan
pelatihan formal.
Pertemuan-pertemuan RCM juga merupakan forum yang sangat efisien untuk key
people untuk belajar bagaimana mengoperasikan dan merawat peralatan baru terutama
apabila salah satu dari teknisi vendor menghadiri pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan pada tahap akhir komisioning. Proses RCM memberikan kerangka agar
teknisi-teknisi seperti ini dapat mentransfer apa-apa yang mereka ketahui tentang asset
ke anggauta-anggauta kelompok lainnya dengan metode yang teratur dan sistematis.
Dengan RCM worksheets memungkinkan organisasi untuk mendapatkan informasi
dalam bentuk tulisan untuk disebarkan (disseminasi) ke setiap mereka yang ingin tahu.
Pada Part2 bab ini telah dinyatakan bahwa fasilitator memiliki peran yang crucial untuk
bermain dalam implementasi RCM. Berikut ini akan disampaikan peran tersebut secara
lebih rinci dan juga akan kita simak sedikit tentang proses audit.
Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang paling penting dalam proses review RCM. Perannya
adalah untuk:
Dalam rangka memenuhi peran ini, fasilitator perlu melakukan hal-hal berikut:
Menjamin agar proses RCM diterapkan secara tepat. Ini memerlukan jaminan
bahwa seluruh pertanyaan-pertanyaan ditanyakan secara benar dengan urutan
yang benar, dan bahwa pertnyaan-pertanyaan ini telah dimengerti dengan benar
oleh seluruh anggauta kelompok. Lebih-lebih bagi fasilitator tersebut, perlu
untuk menjamin bahwa orang-orang tidak menjawab pertanyaan yang tidak
ditanyakan (seperti membicarakan tentang MTBF apabila bertanya tentang
interval P-F) dan tidak melompat ke kesimpulan.
Bidang yang seharusnya dikuasai oleh fasilitator sudah barang tentu dan
seharusnya adalah RCM. Bila memungkinkan, fasilitator seyogyanya staf
permanent fari perusahaan yang menggunakan asset, dalam rangka menjamin
tingkat kemungkinan “kepemilikan” yang tertinggi dari komitmen jangka
panjang terhadap kesimpulan yang ditarik dalam proses. Orang luar pun bisa
dijadikan sebagai fasilitator hanya apabila tidak ada alternative sama sekali.
Menjamin konsensus yang tidak bisa disangkal. Konsensus berarti bahwa setiap
anggauta kelompok menerima keputusan dari kelompok, walaupun pada saat itu
dia tidak setuju dengan mereka. Pada kasus-kasus yang sangat jarang di mana
terjadi deadlock, fasiliator harus menyelesaikannya dengan mengundang
abitrtaor (penengah) – biasanya seorang pakar teknik – yang diterima oleh
kedua belah pihak. Sudah tidak seharusnya seorang fasilitator memihak pada
satu pihak dengan melakukan pemungutan suara.
diperlukan untuk mereview suatu asset yang besar. Cara terbaik untuk
menghindari masalah ini adalah membagi-bagi asset sedemikian rupa sehingga
sebarang kelompok mampu untuk menyelesaikan suatu review dalam enam
sampai sepuluh pertemuan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Motivasi
lain atau issue-issue terkait lainnya di mana fasilitator harus menanganinya
adalah adanya:
o orang yang tidak percaya bahwa management akan betul-betul
menerima pandangan-pandangan mereka (walaupun telah dijelaskan
kebalikannya bahwa itu tidak benar)
o orang yang menggunakan forum RCM sebagai ajang melepaskan unek-
unek
o orang dengan personalitas keras yang mencoba untuk mendominasi
pertemuan-pertemuan
o orang yang merasa tidak pantas (not comfortable) ambil bagian dalam
pertemuan-pertemuan seperti ini
Untuk bisa menangani baik issue-issue teknik maupun budaya yang dituliskan di atas,
fasilitator membutuhkan latarbelakang teknologi dan ketrampilan untuk
mengembangkan orang yang kuat (tetapi tidak perlu seorang insinyur). Dan yang paling
utama adalah bahwa mereka membutuhkan pelatihan dan praktek yang sangat intensif
dalam penerapan falsafah RCM.
Auditors
Sebagi hasilnya, mereka harus mengakui bahwa mereka setuju dengan keputusan yang
diambil oleh kelompok tersebut, biasanya dengan melakukan pengecekan isi dari RCM
Information and Decision Worksheet. Ini dikenal sebagai “auditing”, dan auditors
harus mengecek hal-hal berikut ini:
definisi dari fungsi dan standar prestasi kaitannya dan assessment dari konsekuensi-
konsekuensi kegagalan
bahwa kelompok tidak melupakan mode-mode kegagalan yang tidak penting.
Apabila auditor tidak setuju dengan sebarang temuan atau kesimpulan, merek aharus
mendiskusikan masalah tersebut dengan kelompok, biasanya dengan perantaraan
fasilitator. Dengan demikian auditor harus bersiap-siap untuk menerima bahwa mereka
sendiri bisa salah. (Pada kebanyakan kasus tidak lebih dari 5% dari keputusan tersebut
yang dipertanyakan).
Seperti dijelaskan pada Bab 1, para senior manajer tidak erlu harus melakukan sendiri
audit tersbut, mereka dapat mendelegasikan ke seseorang yang pertimbangannya dapat
diterima dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi. Akan tetapi, apabila ini dilakukan,
harus selalu dipahami bahwa auditor bertindak atas nama senior manajemen di mana
Reliability-centred Maintenance 262
setiap anggauta kelompok mudah untuk mengingat kembali apa yang mendasari
keputusan mereka
dapat dimengerti bahwa setiap anggauta kelompok ingin melihat hasil dari usahanya
dipraktekkan (Apabila ini lambat dilaksanakan, mereka mulai kehilangan gairah
terhadap proses, dan lebih celakanya lagi, mereka mulai bertanya-tanya apakah
manajemen memang betuk serius tentang mengikutsertakan mereka di garis depan).
makin cepat keputusan-keputusan tersebut diimplementasikan, makin cepat pula
organisasi akan mendapat benefit penuh dari execrcise ini
Logistik
Tiga issue lainnya yang dibutuhkan untuk ditangani apakah oleh fasilitator atau (lebih
baik) oleh RCM project-coordinator, adalah seperti berikut ini:
cara pertama memfokuskan terutama pada asset dan proses, dengan penekanan
yang agak lemah terhadap sumber daya manusia (pendekatan jangka pendek)
cara kedua memanfaatkan keunggulan (opportunities) yang ditawarkan RCM
terhadap human front demikian juga terhadap technological front (pendekatan
jangka panjang)
Kekurangan utama dari pendekatan ini adalah ini tidak berbuat apa-apa untuk
menjamin keikutsertaan dan commitment jangka panjang dari orang-orang
dalam organisasi terhadap hasil-hasilnya, sehingga memungkinkan hasil-
hasilnya tidak langgeng
Keunggulan utamanya adalah bahwa pendekatan ini cepat, sebab hanya satu
atau dua kelompok yang harus melakukan kurva pembelajaran RCM, dan ini
mudah diatur, karena hanya sejumlah kecil orang yang diikutsertakan.
Kekurangan utama dari pendekatan ini adalah bahwa ini berjalan lebih lambat,
karena lebih banyak orang yang harus memahami dengan benar metodologi
RCM, dan ini jauh lebih sulit mengaturnya, mengingta banyaknya orang yang
diikutsertakan.
Keunggulan utamanya adalah proses ini menjamin bahwa masalah perawatan
dan penyelesaiannya selalu didasarkan pada rasa kepemilikan yang lebih luas.
Ini tidak hanya akan meningkatkan motivasi dan kerjasama perseorangan, tetapi
ini juga menjamin bahwa hasil dari exercise adalah memungkinkan bertahan
lebih langgeng. (Melakukan yang terbaik menjadi “bagian dari cara kita bekerja
di sini”).
Part 5 dan 6 dari bab ini menjelaskan kedua pendekatan ini secara lebih rinci.
Pengembalian dan tercepat dan terbesar biasanya dicapai apabila RCM diterapkan pada
asset-asset atau proses-proses yang mengalami (suffering) masalah-masalah yang tidak
kunjung pergi (intractable) yang memiliki konsekuensi-konsekuensi yang serius.
Masalah-masalah seperti ini sering-sering dapat diselesaikan secara sangat cepat
dengan melakukan pelatihan pada suatu kelompok kecil (“task force”) untuk
melakukan analisis RCM yang komprehensif dari sistem yang terkena (masalah
tersebut). Kelompok sperti ini dapat terdiri dari anggauta-anggauta yang terdiri dari
berbagai disiplin seperti yang dijelaskan sebelumnya (pada Part 2 bab ini). Mereka
sering-sering bekerja full-time pada proyek sampai selesai, kemudian kelompok ini
dibubarkan.
(Apabila kebutuhan muncul, task forces biasanya digunakan paralel dengan kegiatan
pendekatan jangka panjang yang dijelaskan pada Part 6 bab ini).
Pendekatan Selective
Apabila organisasi tidak mengalami sebarang masalah akut apapun yang menjuruskan
mereka ke pembentukan task force, cara terbaik berikutnya untuk menjamin
pengembalian tercepat adalah menerapkan RCM pada asset-asset yang mungkin
mendapat benefit terbesar dari proses ini. Ini dapat dilakukan dalam 3 tahap.
Identifikasi asset yang “non significant”. Mereka adalah asset yang mungkin
tidak mendapatkan benefit lebih dari proses RCM
Susun peringkat asset dalam orde yang paling penting ke bawah
Tentukan apakah akan menggunakan pendekatan “template” untuk asset yang
sangat serupa
Apabila pengembalian yang cepat merupakan tujuan utama, hal terakhir yang ingin
dilakukan orang adalah hindarkan waktu untuk menganalisis asset yang mungkin tidak
mendapatkan benefit dari proses RCM dalam waktu yang pendek. Salah satu cara untuk
menghindarkan ini adalah memutuskan hanya akaan melakukan analisis asset-asset
yang “significant”, dan tidak melakukan analisis yang tidak signifikan. Suatu asset
dianggap sebagai signifikan apabila asset ini oleh pengenaan sebarang mode kegagalan
dari dirinya:
Sebaliknya, untuk sebarang item yang diklasifikasikan sebagai tidak signifikan, kita
harus yakin bahwa:
tidak satupun dari mode-mode kegagalannya mempengaruhi keselamatan atau
lingkungan
tidak satupun dari mode-kode kegagalannya memiliki konsekuensi-konsekuensi
operasional yang signifikan
dia tidak mengandung risiko kegagalan multiple yang signifikan
Asset-asset pada industri lainnya, cenderung untuk memiliki tingkat redundansi yang
jauh lebih rendah, sehingga proporsi yang sedikit lebih tinggi dari items cenderung
diklasifikasikan sebagai signifikan, terutama apabila pertimbangan ini diberikan ke
kegagalan-kegagalam yang dapat mempengaruhi keselamatan atau lingkungan. Ini
berarti bahwa kebanyakan organisasi akan terus dikonfrontasikan dengan sejumlah
besar item yang harus dianalisis. Sehingga pertanyaan berikutnya adalah: “Dari mana
kita harus memulai?”.
Bila ada ratusan bahkan ribuan items untuk dipilih dalam suatu instalasi, dapatlah
diterima untuk memulai menerapkan teknik-teknik problem solving – atau lebih tepat
lagi problem-preventing- dengan kemampuan RCM pada daerah-daerah di mana hal
yang terburujk dari masalah ini ditemukan. Sesaat setelah masalah-masalah ini
diselesaikan, keputusan dibuat untuk menentukan apakah RCM akan digunakan untuk
menganalisis asset-asset dengan masalah yang kurang serius, dan sebagainya. (Apabila
masalah yang paling buruk tidak segera terlihat dan apabila prestasi yang tepat dan atau
data biaya tersedia, maka analisis Pareto dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik
awal untuk memulai yang tepat).
Reliability-centred Maintenance 266
Pada waktu memilih item-item signifikan yang paling penting, inatlah bahwa proses
RCM diterapkan pada setiap item dalam konteks operasinya saat ini. Konteks ini adalah
suatu fungsi dari proses atau sistemnya pada mana item-item tersebut membentuk
bagiannya, oleh karena itu titik awal untuk memulai analisis RCM harus selalu
suatuitem atau suatu kelompok item yang diambil dalam konteks dari suatu proses
spesifik atau sistem (seperti packing line, rolling mill, crane atau bahkan sistem
terproteksi tunggal).
Seleksi dari item-item yang penting harus tidak didasarkan pada item-item atau
komponen-komponen yang diturunkan (generic) (seluruh pompa, seluruh bantalan,
seluruh relief valves), karena ini harus dikeluarkan dari konteks.
Templating
Cara terakhir untuk mendapat hasil-hasil yang cepat dari RCM adalah untuk
menggunakan analisis dari satu asset sebagai suatu “template” untuk asset yang lain.
Untuk alasan-alasan yang telah sering dikemukakan sebelumnya dalam Bab 3 dan Bab
4, pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada asset-asset atau proses-proses yang
sangat mirip, ataupun identik, dan yang dioperasikan dalam konteks yang secara virtual
sama.
Apabila pendekatan ini diambil, suatu kelompok RCM melaksanakan suau analsisi
yang komprehensif dan berbasis nol dari item atau proses pertama dalam suatu seri dari
item-item atau proses-proses yang sangat mirip, dan kemudian menggunakan analisis
ini sebagai dasar untuk mereview item-item yang lain dalam seri tersebut. Untuk
melakukannya, kelompok bertanya pada dirinya sendiri apakah fungsi-fungsi dan
standar-standar prestasi kaitannya dari setiap item yang berurutan berbeda segalanya
dari yang didaftar dalam worksheet untuk item-item berbasis nol tadi. Perbedaan ini
(bila ada) dituliskan dalam worksheet untuk item ke dua, dan analist bergerak lagi
dengan jalan yang sama untuk membandingkan kegagalan-kegagalan fungsi, dan
sebagainya sampai mereka menyelesaikan seluruh analisis.
Apabila sistem secara teknik dan virtual layak dan konteks operasinya adalah mirip
(similar), pendekatan ini dapat menghemat waktu dan usaha yang sangat banyak karena
dalam kebanyakan kasus, suatu proporsi yang besar dari analisis tetap tidak berubah
untuk item-item berikutnya.
Akan tetapi, walaupun ini secara teknik menarik, templating dapat juga memiliki
keburukan yang serius dilihat dari sudut pandang motivasi. Ini disebabkan karena
operator dan perawat dari asset-asset yang berikutnya diminta untuk menerima
keputusan dari (kelompok) yang lain, yang dengan sendirinya menurunkan rasa
memilikinya. Dalam kasus-kasus yang ekstrim, orang-orang ini bahkan akan menolak
analisis awalnya secara langsung karena “tidak dibuat di sini”. Fenomena ini telah
menjuruskan ke beberapa perusahaan untuk sama sekali tidak menggunakan
templating, tetapi memulai seluruh analisis dengan basis nol. (Ini dapat menjurus ke
program-program perawatan yang berbeda karena kelompok yang berbeda memilih
metode-metode yang berbeda untuk menangani kegagalan yang sama. Satu kejadian
pada mana ini dapat terjadi dan dapat dipertanggungjawabkan (legitimate) telah
diterangkan pada Gambar 5.12 halaman 127)
Mengimplementasikan RCM 267
Part 4 dari bab ini menyebutkan bahwa pendekatan RCM jangka panjang
membutuhkan komitmen yang lebih besar dari sumber daya dan waktu dari manajemen
dibandingkan dengan pendekatan jangka pendek. Ini juga membutuhkan kerjasama
dengan sepenuh hati dari banyak orang. Sebagai akibatnya, adalah bijaksana untuk
menerapkan metode ini dalam beberapa tahap.
Mengingat manajer harus komit dengan sumber daya untuk RCM, oleh karena itu
sangatlah wajar untuk memulainya dengan memberikan kepada mereka kesempatan
untuk belajar tentang apa sebenarnya RCM itu, melakukan assessment pada diri mereka
sendiri sumber daya apa yang dibutuhkan untuk menerapkannya dan untuk menilai
dirinya sendiri apa benefit yang poatensial yang diberikan RCM dalam daerah
tanggung jawab mereka. Jalan terbaik untuk melakukan ini biasanya adalah mengikuti
kursus pengenalan RCM.
Apabila pilot (pilot) project ini selesai, para peserta ada pada kedudukan untuk
mengevaluasi hasil-hasilnya dan untuk memutuskan apakah, kapan dan bagaimana
cepat RCM harus diterapkan pada asset-asset selebihnya daka morganisasi. Dua
alternative yang paling sering digunakan adalah:
menganalisis seluruh asset di lokasi dengan satu project yang cepat dan intensif.
Proyek yang dijalankan seperti ini biasanya berlangsung antara enam sampai
satu tahun pada kebanyakan lokasi. Dua puluh kelompok atau lebih dapat
bekerja dalam waktu yang bersamaan, yang bekerja dengan panduan dari tiga
atau empat fasilitator full-time. Secepat mungkin setelah masing-masing
kelompok menyelesaikan analisis asset atau prosesnya, suatu kelompok baru
diaktifkan. Dengan cara ini, seluruh proyek dapat diselesaikan dengan cepat dan
organisasi dapat menerima benefitnya juga dengan cepat pula. Memang ini
merupakan suatu cara yang sangat baik untuk mencapai perubahan bertahap
yang langgeng dari prestasi perawatan untuk perusahaan-perusahaan yang butuh
melakukan seperti itu dengan cepat dan yang siap untuk melakukan investasi.
Akan tetapi, pendekatan ini memiliki intensif sumber daya yang tinggi, jadi ini
memerlukan perencanaan yang sangat matang dan atensi manajemen. Ini tidak
perlu dipertimbangkan apabila sejumlah inisiatif lainnya sedang dilakukan
paralel dengan RCM.
mendapatkan seluruh benefit dari RCM, tapi membutuhkan waktu yang sangat
lama untuk mendapatkannya. Pendekatan ini tidak terburu-buru seperti pada
pendekatan jangka pendek, tetapi apabila prospek ini tidak diatur secara teliti,
maka akan terlihat “mulur selama-lamanya”, dan akibatnya dapat memberikan
demotivasi. Akan tetapi ini menunjukkan pula bahwa RCM dapat diterapkan
secara paralel dengan kegiatan inisiatif lain dan vice versa.
Penerapan RCM menjurus ke pemahaman yang lebih tepat dari fungsi-fungsi asset
yang telah direview, dan dasar-dasar sains untuk menetapkan akan apa-apa yang harus
dilakukan untuk menjaga mereka tetap berlangsung memenuhi fungsi-fungsi yang
diinginkan. Akan tetapi analisis ini tidak akan sempurna – tidak akan sempurna – oleh
dua alasan berikut:
Orang-orang yang yang diikutsertakan dalam proses juga akan berubah. Ini sebagian
disebabkan karena perspektif dan prioritas dari mereka yang mengambil bagian dari
analisis awal tidak bisa dihindari berubah dengan waktu, dan sebagian disebabkan oleh
karena orang lupa sesuatu. Pada kasus-kasus lain, orang pindah dan tempat mereka
diganti oleh orang lain yang butuh mempelajari mengapa semuanya berlangsung seperti
ini.
Faktor-faktor ini semua memiliki arti bahwa baik RCM database dan sikap orang
padanya akan tidak bisa tidak tidak bisa dihindari akan terdeteriorasi apabila tidak ada
usaha untuk mencegahnya supaya jangan terjadi.
Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah menggunakan proses RCM untuk
menganalisis seluruh mode-mode kegagalan signifikan yang tidak diantisipasi
yangterjadi setelah analisis awal diselesaikan. Ini biasanya dilakukan dengan
membentuk suatu kelompok ad-hoc yang menggunakan RCM untuk menetapkan cara
yang paling efektif untuk menangani kegagalan. Hasil-hasil dari pemikiran mereka hars
Mengimplementasikan RCM 269
dijalin ke dalam basis data RCM dari asset yang dipengaruhi (affected asset).
Kelompok ad-hoc itu sendiri harus mengikutsertakan sebanyak mungkin orang-orang
yang melakukan analisis awalnya.
Jalan kedua – yang paling dapat diandalkan – untuk menjamin agar basis data RCM
tetap berlaku secara langgeng adalah dengan menanyakan kelompok-kelompok awal
tadi untuk mereview basis data untuk asset mereka secara formal pada setiap sembilan
sampai dua belas bulan. Pertemuan untuk review seperti ini hanya membutuhkan
separoh hari pada sore hari. Pertanyaan-pertanyan spesifik yang harus diajukan
mencakup pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:
apakah konteks operasi dari peralatan telah cukup berubah utnuk mengubah
sebarang keputusan yang telah dibuat pada analisis awalnya? (Contoh-contoh
mencakup perubahan operasi menggunakan satu shift ke dua shift atau
sebaliknya)
apakah sebarang harapan prestasi telah cukup berubah untuk memutuhkan revisi
dari standar prestasi yang dituliskan dalam RCM worksheet?
sejak dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, apakah sebarang mode-mode
kegagalan terjadi yang harus dituliskan pada Informatioan Worksheet, atau
apakah seseorang telah memikirkan sebarang kegagalan lainnya yang mungkin
dapat terjadi dan yang harus dianalisis?
apakah sesuatu harus ditambahkan atau diubah dalam penukisan tentang efek-
efek kegagalan? (Ini berlaku terutama pada kegagalan-kegagalan nyata dan
estimasi downtime)
apakah sesuatu tekah terjadi untuk menyebabkan seseorang percaya bahwa
konsekuensi-koneskuensi kegagalan harus diassess dengan cara lain)
(Kemungkinan-kemungkinan di sini mencakup perubahan-perubahan dari
peraturan-peraturan lingkungan)
apakah ada alasan untuk percaya bahwa salah satu dari kegiatan-kegiatan yang
dipilih pada awalnya sebenarnya tidak layak secara teknis dan bermanfaat untuk
dilakukan?
apakah ada bukti-bukti yang muncul yang menyarankan agar frekuensi dari
sebarang kegiatan harus dirubah?
apakah seseorang menjadi aware terhadap suatu teknik pencegahan yang
mungin lebih baik (superior) dari salah satu dari mereka yang telah dipilih
sebelumnya? (Dalam kebanyakan kasus, “superior” berarti “lebih cost
effective”, tetapi ini dapat juga berarti secara teknis lebih superior).
apakah ada suatu alasan untuk menyarankan suatu kegiatan atau kegiatan-
kegiatan harus dilaksanakan oleh seseorang yang bukan dari mereka-mereka
yang telah dipilih sebelumnya?
apakah asset telah dimodifikasi dengan suatu cara yang dapat menambah atau
mengurangi fungsi atau mode-mode kegagalan, atau yang mengubah kelayakan
teknis dari suatu kegiatan? (Perhatian yang khusus haris diambil pada sistem
control dan sistem proteksi).
Apabila review seperti ini dilakukan secara teratur (regular), maka untuk memulainya
mereka hanya mengambil sedikit waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan
set up dari basis data, tetapi mereka menjamin bahwa organisasi terus menikmati
Reliability-centred Maintenance 270
benefit dari exercise awalnya secara langgeng. Benefit ini dibahas secara lebih rinci
pada Bab 11.
RCM menyediakan kerangka umum yang memunngkinkan orang yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda untuk mencapai consensus tentang kisaran yang lebar dari
issue-issue teknik tinggi. Akan tetapi, proses ini sendiri berisi banyak konsep yang baru
bagi kebanyakan orang. Mereka butuh mempelajari tentang apa ini semua dan
bagaimana mereka bisa cocok dengannya sebelum mereka menggunakan proses ini
secara berhasil. (Beberapa orang yang telah terpaku dengan pendekatan perawatan
tradisional juga harus sebanyak mungkin melepaskannya atau membuangnya atau
melupakannya).
craftsmen dan operator: kursus dua hari dalam prinsip-prinsip RCM. Kursus
seperti ini harus memasukkan sebanyak mungkin studi-studi kasus yang
berbeda-beda dan exercise praktis yang memungkinkan peserta untuk
memahami bagaimana teori bekerja alam praktek
engineers, operation managers, supervisors, dan senior technicians: kursus tiga
hari yang mencakup basis yang sama dengan kursus dua hari di atas, dan yang
juga menjelaskan apa yangharus dilakukan untuk mengelola implementasi RCM
fasilitator: kepada para fasilitator diharuskan mengikuti kursus RCM tiga hari
seperti disebutkan di atas, dan kemudian harus mengikuti sepuluh hari pelatihan
praktis intensif sebelum memulai bekerja dengan kelompok. Pelatihan praktis
ini harus mencakup aplikasi RCM pada asset sebenarnya pada hari-hari terakhir
dari pelatihan ini.
11 Apa Yang Dicapai RCM
Penerapan RCM mendapatkan hasil-hasil yang diringkas pada Part 1 dari bab
ini. Pencapaian hasil-hasil ini membutuhkan banyak sekali waktu dan usaha,
terutama apabila RCM diimplementasikan seperti yang disebutkan pada Part 4
sampai 6 pada Bab 10.
Suatu review RCM akan menghasilkan empat produk utama atau “hasil-hasil”,
sebagai berikut:
belajar tentang fungsi-fungsi: sejauh ini hasil dari RCM yang menarik
perhatian dari mereka-mereka yang mengambil bagian adalah sangat
banyaknya yang mereka pelajari dalam memahami tentang bagaimana
peralatan seharusnya bekerja. Ini berlaku baik untuk asset baru maupun
untuk asset yang telah beroperasi puluhan tahun. Hampir seluruh
pemahaman ini dicapai pada waktu kelompok review mendaftar fungsi-
fungsi dan standar-standar prestasi yang disajikan pada kolom pertama
dari RCM Information Sheet, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.7 dan
sekali lagi pada Gambar 11.1.
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana asset dapat gagal dan
tentang penyebab dasar dari setiap kegagalan: ini akan memfokuskan
upaya perawatan untuk menyelesaikan masalah yang benar. Tidak
hanya ini akan membantu mencegah kegagalan-kegagalan yang terjadi
karena dirinya sendiri, tetapi juga menuntun orang untuk
menghentikan kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan-kegagalan
tersebut. Kebanyakan dari pembelajaran di sini terjadi sewaktu
Reliability-centred Maintenance 272
Tidak satupun dari hasil-hasil ini menjadi bermanfaat untuk digunakan kecuali
mereka membantu organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Ini sudah
barang tentu sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya, tetapi
semuanya akan mencakup salah satu dari yang berikut ini:
Reliability-centred Maintenance 274
o Review sistematik dari implikasi keselamatan dan lingkungan dari setiap kegagalan
yang nyata sebelum mempertimbangkan issue-issue operasi menandakan bahwa
keterpaduan keselamatan dan lingkungan merupakan dan menjadi
prioritas-prioritas utama.
Issue ini penting apabila kita melakukan pertimbangan bahwa perawatan pencegahan
memainkan peran dalam dua dari tiga kecelakaan terburuk dalam sejarah (Bhopal,
Chernobyl, dan Piper Alpha). Salah satunya disebabkan langsung oleh intervensi
perawatan proaktif yang sedang berjalan (mengecek sistem-sistem penyelamat di
Chernobyl). Sedangkan pada Piper Alpha, suatu seri dari insiden-insiden yang tidak
menguntungkan dan kegagalan-kegagalan pemberitahuan mungkin saja tidak
menjurus ke suatu kecelakaan katastropik apabila suatu relief valve yang sangat
penting tidak dicabut untuk dilakukan perawatan pencegahan pada waktu itu.
Cara yang paling umum untuk melacak prestasi dari keterpaduan keselamatan
dan lingkungan adalah dengan mencatat jumlah insiden yang terjadi. Ini
biasanya dilakukan dengan mencatat jumlah kehilangan waktu kecelakaan per
juta manhours pada kasus keselamatan, dan jumlah ekskursi (insiden di mana
suatu standar atau suatu ketentuan dilanggar) pertahun pada kasus
lingkungan. Walaupun target utama dari kedua kasus ini biasanya adalah
nol,tetpai pada umumnya target jangka pendek selalu memperbaiki (target)
yang lama.
Untuk menyediakan suatu indikasi dari apa yang dicapai RCM di bidang keselamatan,
Gambar 11.3 menunjukkan jumlah pesawat jatuh per juta take-off yang dicatat setiap
tahunnya pada industri penerbangan sipil komersial pada awal perkembangan
falsafah RCM (tidak termasuk pesawat jatuh karena sabotase atau kegiatan militer).
Prosentase dari pesawat jatuh yang disebabkan oleh kegagalan peralatan juga
menurun. Kebanyakan dari peningkatan keandalan sudah barang tentu disebabkan
oleh penggunaan material-material yang lebih baik (superior) dan digunakannya
redundansi yang lebih tinggi, tetapi kebanyakan dari peningkatan-peningkatan ini
dipicu oleh fakta bahwa perawatan oleh kemampuannya sendiri tidak dapat
mengekstrak tingkat kebutuhan prestasi dari asset pada konfigurasinya seperti pada
saat itu. Sebagaimana dengan yang telah dijelaskan pada Bab 12, pergeseran pemikiran
ini dari suatu ketergantungan yang besar terhadap overhaul dengan waktu yang tetap
pada tahun 1960-an menuju ke melakukan apa-apa yang dianggap penting untuk
mengeliminasi konsekuensi-konsekuensi kegagalan, yang dapat saja berupa perawatan
atau perancangan ulang (cornerstones dari falsafah perawatan). Pergeseran pemikiran
ini juga menurunkan jumlah pesawat jatuh yang ada kemungkinan disebabkan pula
oleh intervensi-intervensi perawatan yang tidak tepat.
Reliability-centred Maintenance 276
Ditinjau dari sisi operasi, prestasi peralatan biasanya terdiri dari tiga elemen
berikut:
o availability, (kadang-kadang disebut uptime), merupakan ukuran dari
jumlah waktu mampu operasi
o efisiensi, yang menyatakan perbandingan antara laju operasi mesin
sebenarnya dibagi dengan laju operasi mesin yang seharusnya
o hasil (yield), mengukur seberapa banyak dari output yang memenuhi
persyaratan standar kualitas (atau untuk mesin yang digunakan untuk
layanan, seberapa banyak persentase uptime layanan yang memenuhi
standar yang dipersyaratkan)
Sebagai tambahan dari seluruh faktor yang disebutkan di atas, lingkup dari
peningkatan prestasi jelas tergantung pada prestasi awalnya. Misal, suatu
perusahaan yang mencapai 95% availability memiliki potensial peningkatan
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang saat ini hanya mencapai 85%.
Walaupun demikian, apabila diterapkan dengan benar, RCM mencapai
peningkatan-peningkatan yang signifikan bagaimanapun start awalnya.
Sebagai contoh, contoh kasus sehubungan dengan ban pada halaman 130
menunjukkan bahwa ban-ban tersebut memerlukan untuk dikeluarkan dari
layanannya kurang sering 20% untuk vulkanisir apabila perawatan on-condition
digunakan bukannya restorasi terjadual. Pada kasus ini, efek dari availability dari
kendaraan tidaklah penting, mengingat mencopot ban dan memasangnya kembali
bisa sangat cepat dikerjakan. Akan tetapi, pada kasus-kasus di mana kegiatan
korektif membutuhkan downtime yang lama, peningkatan dalam availability
menjadi sangat penting.
contoh yang lalu menunjukkan bahwa penekanan yang lebih besar pada
perawatan on-condition dapat menurunkan frekuensi major overhaul major
overhaul, dengan suatu kaitan availability jangka panjangnya yang
meningkat. Selain itu, suatu daftar yang komprehensif dari seluruh
mode-mode kegagalan yang beralasan untuk mungkin terjadi bersama
dengan suatu assessment yang dengan sabar dilakukan terhadap
hubungan antara umur dan kegagalan, memperlihatkan bahwa
seringkali tidak ada alasan sama sekali untuk melakukan overhaul-overhaul
rutin dengan suatu jadual tertentu. Ini akan menurunkan downtime
terjadual sebelumnya tanpa suatu penambahan downtime yang tidak
terjadual.
Contoh, suatu review RCM yang komprehensif memungkinkan suatu pabrik baja
terpadu yang besar untuk mengeliminasi seluruh “overhaul dengan waktu tetap”
dari divisi steel-making. Pada kasus lain, interval antara major-major overhaul dari
suatu turbin gas stasioner pada suatu platform minyak ditingkatkan dari 25 000 ke
40 000 jam tanpa mengorbankan keandalannya.
alasan-alasan berikut:
Sedikitnya ada empat perusahaan dengan mana pengarang buku ini bekerja sama
di Inggeris maupun di Amerika mencapai tingkat seperti apa yang disebut oleh
Reliability-centred Maintenance 280
mereka sebagai “start-up yang paling cepat dan paling halus dalam sejarah
perusahaan” setelah menerapkan RCM untuk instalasi baru. Pada masing-masing
kasus, RCM telah diterapkan pada tahap-tahap akhir komisioning. Perusahaan-
perusahaan tersebut bergerak dalam sektor-sektor otomotif, baja, kertas dan
confectionery.
Pada kebanyakan industri, perawatan saat ini menjadi elemen biaya operasi
ketiga terbesar setelah bahan baku dan biaya produksi langsung ataupun
energi. Pada beberapa kasus, malahan mencapai peringkat kedua ataupun
pertama. Oleh karena itu mengontrol biaya ini menjadi suatu prioritas utama.
Akan tetapi, laju pada mana mekanisasi dan otomasi bergerak sering-sering
berarti bahwa jumlah dari pekerjaan perawatan yang harus dilakukan
meningkat sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan
penurunan biaya perawatan secara absolut. RCM membantu untuk
menurunkan atau setidak-tidaknya mengontrol laju peningkatan biaya ini
dengan cara-cara berikut:
Bila RCM diterapkan secara tepat pada sistem perawatan pencegahan yang ada
yang telah dikembangkan dengan baik, cenderung menurunkan 40% sampai
70% beban perawatan rutin yang ada. Penurunan ini dicapai sebagian oleh
penurunan jumlah kegiatan, tetapi terutama oleh suatu peningkatan
menyeluruh dari interval-interval antara kegiatan-kegiatan. Demikian pula bila
RCM digunakan untuk mengembangkan program-program perawatan untuk
peralatan baru atau peralatan yang saat ini tidak termasuk dalam program
perawatan pencegahan formal, beban rutin akan 40-70% lebih rendah
dibandingkan dengan bila program perawatan dikembangkan dengan cara-
cara lain.
Misal, RCM telah berhasil menurunkan beban-beban perawatan rutin pada waktu
diterapkan pada sistem-sistem yang ada:
50% penurunan beban pekerjaan perawatan rutin dari suatu pabrik
Apa yang dicapai RCM 281
confectionery
62% penurunan dalam jumlah dari kegiatan-kegiatan perawatan frekuensi
rendah yang perlu untuk dilakukan setiap tahunnya pada suatu
machining line dari suatu pabrik mesin mobil
50% penurunan dalam kebutuhan perawatan rutin dari tansformator 11
kV dalam suatu sistem distribusi listrik
Kebanyakan dari item-item yang dituliskan dalam seksi lalu pada bab ini juga
meningkatkan efektifitas biaya perawatan. Bagaimana mereka
melaksanakannya diringkas sebagai berikut:
Kasus yang paling spektakuler dari fenomena ini dialami oleh pengarang buku ini
sehubungan dengan suatu mode kegagalan tunggal yang disebabkan oleh
penyetelan mesin yang tidak tepat (kesalahan operator) dalam suatu pabrik proses
yang besar. Ini teridentifikasi pada waktu review RCM dan dianggap telah
membebani biaya dari organisasi yang menggunakan asset tersbut sebesar hampir
US$1 dalam biaya reparasi saja dalam waktu delapan tahun. Ini kemudian
dieliminasi dengan meminta kepada operator untuk menyetel mesinnya dengan
cara yang sedikit berbeda.
Kedua, pemahaman yang lebih baik terhadap issu-issu yang ada diluar kontrol
setiap individu – dengan perkataan lain, sampai batas-batas yang diharapkan
dapat dicapai oleh mereka – memungkinan mereka untuk bekerja lebih
nyaman dalam batas-batas tadi. (Misal, tidak lagi seorang foreman perawaatan
secara otomatis bertanggung jawab untuk setiap kegagalan, sebagaimana
sering terjadi dalam praktek. Ini memungkinnya – dan mereka yang ada
dibawahnya – untuk menangani kegagalan dengan lebih calm dan rasional
Reliability-centred Maintenance 284
Secara curious, kerja team rupanya telah menjadi suatu cara untuk mencapai
tujuan ataupun menjadi akhir dari tujuan itu sendiri bagi banyak organisasi.
Cara-cara dimana pendekatan RCM yang terstruktur sempurna ke analisis dan
pengambilan keputusan masalah perawatan memberikan sumbangan ke
terbentuknya teambuilding diringkas pada halaman 236. Akan tetapi
pendekatan ini tidak hanya menyuburkan kerja team dalam kelompok review
itu sendiri, tetapi ini meningkatkan pula komunikasi dan kerjasama antara:
Misal, suatu manufaktur otomotif besar menghadapi situasi di mana salah satu
pabriknya harus ditutup dan kebanyakan dari pekerjanya memilih untuk tidak
ikut pindah bersama dengan peralatan pabriknya ke lokasi yang baru. Akan tetapi,
dengan melakukan analisis RCM dari peralatan sebelum mereka dipindahkan,
perusahaan mampu untuk mentransfer banyak pengetahuan dan pengalaman dari
pekerja yang pergi ke orang-orang yang direkrut untuk mengoperasikan dan
merawat peralatan pada lokasi yang baru.
Seperti yang disebutkan pada Bab 1, seluruh issue yang dibahas di atas
merupakan bagian dari suatu arus utama manajemen perawatan, dan banyak
dari pada mereka telah menjadi target dari program-program pengembangan.
Ciri kunci RCM adalah bahwa RCM menyediakan suatu kerangka langkah
Reliability-centred Maintenance 286
Bila diterapkan secara tepat, RCM akan memberikan hasil secara cepat,
terutama apabila suatu proyek intensif diambil seperti yang disebutkan pada
halaman 246. Akan tetapi tidak setiap penerapan RCM memberikan hasil yang
berpotensi penuh. Beberapa mendapatkan sedikit hasil dan yang lain malahan
tidak ada hasilnya sama sekali. Menurut pengalaman dari pengarang buku ini,
alasan utama engapa hal ini terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut:
analisis dilaksanakan pada suatu tingkatan yang terlalu rendah. Ini menyebabkan
terjadinya masalah-masalah seperti yang dituliskan pada halaman 303 dari
Appendix II. Yang paling penting dari antaranya adalah bahwa analisis
memakan waktu yang lebih lama dari yang seharusnya, yang menyebabkan
dihasilkannya tambahan paperwork yang amat sangat banyak sehingga
kualitas dari pengambilan keputusan terlihat sangat terdeteriorasi. Sebagai
hasilnya, orang mulai menganggap proses susah dan kehilangan gairah,
memakan lebih banyak biaya dari yang seharusnya dan tidak mencapai
hasil apapun.
terburu-buru atau terlalu dibuat-buat. Ini biasanya dihasilkan oleh kurang
terlatih dan kurang praktek, atau terlalu berat emosional pelaksanaan status
quo dari para peserta kunci. Ini kadangkala menghasilkan suau set
kegiatan-kegiatan yang hampir sama dengan yang digunakan pada awal
analisis.
Pada tahun 1974, The United States Department of Defense (DoD) menugaskan
United Airlines untuk menyiapkan suatu laporan tentang proses yang
digunakan oleh industri penerbangan sipil dalam menyiapkan program
perawatan untuk pesawat terbang. Laporan yang dihasilkan diberi judul
Reliability-centred Maintenance.
Akan tetapi masih ada satu pertanyaan sehubungan dengan hubungan antara
perawatan pencegahan dengan keandalan. Pada akhir tahun 1950, ukuran aramada
udara komersial meningkat sampai suatu titik dimana dibutuhkan banyak data untuk
pengkajian perawatan, dan biaya kegiatan perawatan menjadi cukup tinggi untuk
menjamin penelitian terhadap hasil-hasil aktual dari praktek-praktek yang ada. Pada
Sejarah Singkat RCM 289
waktu yang bersamaan FAA, yang bertanggung jawab untuk mengatur praktek-
praktek perawatan, telah dibikin frustrasi oleh pengalaman-pengalaman yang
menunjukkan bahwa tidaklah mungkin untuk mengontrol laju kegagalan karena
adanya ketidakandalan dari jenis motor propulsi tertentu dengan mengubah
kandungan (content) atau frekuensi overhaul terencananya. Maka pada tahun 1960
satu task force dibentuk yang terdiri dari wakil-wakil dari FAA dan perusahaan-
perusahaan penerbangan untuk menguji kemampuan perawatan pencegahan.
Langkah berikutnya adalah mencoba mengorganisasi apa yang telah dipelajari dari
berbagai program-program keandalan dan mengembangkan pendekatan yang logis dan
yang sering digunakan pada perancangan program perawatan pencegahan. Teknik
Reliability-centred Maintenance 290
diagram keputusan yang elementer telah disusun pada tahun 1965, dan pada Juni 1967
makalah tentang penggunaannya dipaparkan dalam AIAA Commercial Aircraft
Design and Operation Meeting. Penghalusan berikutnya dari teknik ini dimasukkan
dalam handbook on maintenance evaluation and program development, yang ditulis
oleh steering group perawatan yang dibentuk untuk menangani pengembangan
program awal untuk pesawat terbang Boeing B-747. Dokumen ini yang kemudian
dikenal sebagai MSG-1, digunakan oleh team khusus yang terdiri dari personel dari
Industri dan FAA untuk mengembangkan program perawatan terjadual pertama yang
didasarkan pada prinsip-prinsip reliability-centred maintenance. Program perawatan
Boeing B-747 merupakan suatu sukses besar.
Tujuan dari teknik-teknik yang diuraikan dalam MSG-1 dan MSG-2 adalah untuk
mengembangkan suatu program perawatan terjadual yang dapat menjamin
keselamatan dan keandalan yang maksimum yang mampu ditanganinya dan dengan
biaya terendah. Contoh dari keuntungan ekonomis yang dicapai dengan pendekatan
ini, dibawah kebijakan perawatan tradisional program awal untuk Douglas DC-8
membutuhkan overhaul terencana untuk 339 komponen, sangat kontras dengan
program DC-10 yang hanya 7 komponen. Salah satu komponen yang tidak lagi
menjadi subyek pembatasan overhaul pada program yang disebutkan terakhir adalah
motor propulsi. Eliminasi dari overhaul terencana untuk motor propulsi menjurus ke
pengurangan yang sangat besar dari biaya sumber daya manusia dan material, dan
juga menurunkan inventory motor cadangan yang dibutuhkan untuk mengcover
bengkel perawatan menjadi 50% nya. Mengingat motor propulsi untuk pesawat
terbang lebih besar berharga lebih dari 1 juta dollar, ini merupakan penghematan yang
sangat besar.
Contoh lainnya, dibawah program MSG-1 dari Boeing-747 United Airline hanya
membutuhkan 60 000 manhours untuk inspeksi struktur major sebelum tercapainya
interval 20 000 jam untuk inspeksi besar pertama dari pesawat terbang ini. Bila
digunakan perawatan tradisional akan membutuhkan lebih dari 4 juta manhours untuk
inspeksi struktur yang sama untuk pesawat terbang yang lebih kecil dan kurang
Sejarah Singkat RCM 291
kompleks seperti Douglas DC-8. Penurunan biaya sebesar ini sangatlah penting bagi
setiap organisasi yang bertanggung jawab untuk merawat armada yang besar dari
peralatan-peralatan yang kompleks. Yang lebih penting lagi adalah bahwa :
Walaupun dokumen MSG-1 dan MSG-2 mengubah sama sekali prosedur yang diikuti
dalam pengembangan program perawatan untuk pesawat terbang transport, penerapan
pada jenis peralatan lain terbatas pada kesederhanaan dan kekhasan penekanannya.
Selain itu formulasi dari konsep-konsep tertentu tidak lengkap. Sebagai contoh, logika
keputusan dimulai dengan evaluasi dari kegiatan yang diajukan, bukannya dengan
evaluasi dari konsekuensi kegagalan yang menentukan apakah mereka dibutuhkan, dan
bila ya, apa tujuan sebenarnya. Masalah menetapkan interval tugas tidak dibahas,
peran dari "hidden-function failures" tidak jelas, dan penanganan perawatan struktur
tidak adekuat. Juga tidak adanya panduan dari penggunaan informasi operasional
untuk menghaluskan atau memodifikasi program awal setelah peralatan beroperasi
ataupun tidak adanya sistem-sistem informasi yang dibutuhkan untuk keefektivan
manajemen dari program yang sedang berjalan.
RCM dikenal sebagai MSG-3 pada industri pesawat terbang, dan sampai hari
ini merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
menghaluskan program-program perawatan untuk hampir seluruh jenis
pesawat terbang utama.
Sejak tahun 1978 RCM telah diterapkan oleh US Navy. Pada tahun 1984, tiga
pembangkit listrik tenaga nuklir yang dibangun di Amerika Serikat memulai
suatu seri penerapan RCM di bawah bimbingan the Electric Power Research
Institute di San Diego (1988). EDF di Perancis juga menerapkan RCM untuk
mengembangkan program perawatan pada pusat-pusat listrik tenaga
nuklirnya. Sejumlah proyek juga telah dilaksanakan, terutama pada platform
minyak Norwegia dengan panduan dari SINTEF dan Norwegian Institute of
Reliability-centred Maintenance 292
Technology (1991). Seluruh proyek ini telah mencapai atau berikrar untuk
mencapai peningkatan reliability sambil menurunkan beban perawatan rutin
seperti yang dijelaskan pada Bab 11.
hampir 25% dari kasus, manajer senior telah mengikuti pelatihan awal
sekitar 10% dari organisasi telah menerapkan RCM untuk seluruh
peralatannya setidak-tidaknya pada satu lokasi
65% sisanya telah mereview beberapa dari peralatannya, dan hampir
keseluruhannya berencana untuk menggunakan RCM untuk
menganalisis sebagian besar atau seluruh assetnya.
Saat ini ada tiga versi RCM decision diagram yang digunakan secara luas. Yang
pertama, dapat dilihat pada halaman 91 dan 92 dari laporan Nowlan dan Heap
(1978).
Ini merupakan versi orisinil yang digunakan oleh hampir seluruh praktisi
RCM.
Versi kedua adalah versi resmi MSG3 yang saat ini digunakan oleh industri
penerbangan sipil. Versi ini disebut sebagai “System Powerplant Logic Diagram”
pada halaman 6 dan 7 dari Maintenance Program Development Document yang
diterbitkan oleh Air Transport Association of America (1988).
Pada periode 1983 – 1990, lingkungan beralih menjadi lebih dari suatu issue.
Pada waktu yang lalu, fasilitator dianjurkan untuk menangani environmental
hazard (dampak lingkungan) dengan cara yang sama dengan penanganan safety
hazards. Ini berarti bahwa banyak masalah lingkungan yang tidak berdampak
segera dan langsung ke keselamatan diabaikan. Lingkungan juga bisa
merupakan issue kontroversial (contentious) yang tinggi yang tidak menjurus ke
evaluasi subyektif seperti pada keselamatan.
Efek neto dari perubahan ini adalah didapatnya suatu teknik yang
betul-betul telah kuat dan mapan lebih-lebih pada tingkat teori, dan
untuk membuatnya lebih cepat dan mudah digunakan dalam
pelaksanaannya.
Reliability-centred Maintenance 296
1. PENDAHULUAN
Akan tetapi semakin dini suatu kegagalan potensial dapat dideteksi, semakin
panjang interval P-F nya. Interval P-F yang makin panjang berarti bahwa
inspeksi-inspeksi yang butuh untuk dilakukan kurang sering dan/atau
tersedianya lebih banyak waktu untuk mengambil tindakan apapun yang
diperlukan untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi kegagalannya. Inilah
sebabnya sangat banyak usaha yang dilakukan untuk mencoba menentukan
kondisi-kondisi kegagalan potensial dan mengembangkan teknik-teknik untuk
mendeteksi mereka yang memberikan interval-interval P-F terpanjang yang
mungkin.
Reliability-centred Maintenance 299
Akan tetapi, Gambar 5.1 menunjukkan bahwa suatu interval P-F yang panjang
memiliki arti berarti bahwa kegagalan potensial tersebut harus dideteksi pada
suatu titik yang lebih ke atas pada kurva P-F. Tetapi semakin ke atas kita
menelusuri kurva, semakin kecil deviasinya dari kondisi “normal” nya,
khususnya jika tahap-tahap akhir dari deteriorasi tidak linear. Semakin kecil
deviasi, semakin sensitif teknik perawatan pemantauan yang harus dirancang
untuk mendeteksi kegagalan potensial.
3 Pemantauan Dinamik
Peralatan yang terdiri dari bagian-bagian yang bergerak bergetar pada suatu
variasi dari frekuensi-frekuensi. Frekuensi-frekuensi ini tergantung pada sifat
dari sumber-sumber getarnya, dan dapat bervariasi dalam suatu kisaran atau
spektrum yang luas. Misal, frekuensi-frekuensi getaran yang terkait dengan
suatu gearbox mencakup frekuensi-frekuensi dari putaran poros-poros (dan
harmonics mereka), frekuensi berkontaknya gigi dari set-set roda gigi yang
berbeda, dan frekuensi ball passing dari bantalan dan sebagainya.
Reliability-centred Maintenance 301
Akan tetapi, situasi ini dipersulit dengan fakta bahwa adalah mungkin untuk
mengukur tiga karakteristik getaran yang berbeda. Mereka adalah amplitudo,
kecepatan dan percepatan. Jadi langkah pertama adalah mentepkan
karakteristik yang mana yang akan diukur – dan apa alat pengukur yang akan
digunakan – dan selanjutnya langkah kedua adalah menetapkan teknik apa
yang akan digunakan untuk menganalisis sinyal yang ditimbulkan oleh alat
ukurnya (sensor).
Bagian selebihnya dari bab ini melihat secara lebih rinci pada cara-cara pada
mana sinyal dapat dianalisis.
4 Particle Monitoring
4.1 Ferrography
4.2 Graded Filtration
Appendix I: Condition Monitoring Techniques 302
5 Chemical Monitoring
7 Temperature Monitoring
7.1 Thermography
7.2 Fibre Loop Thermometry
7.3 Temperature Indivcating Paint
Selain ultrasonic detection, suatu topik yang belum dicakup dengan lebih rinci
pada Appendix ini adalah kebocoran-kebocoran, terutama dalam tangki
penimbun dalam tanah. Ini disebabkan karena suatu publikasi yang
memberikan suatu deskripsi yang komprehensif dari 36 metode deteksi
kebocoran yang berbeda telah tersedia. Ini diberi judul „Underground Leak
Detection Methods – A State of the Art Review“, dan sudah dalam bentuk
suatu laporan yang doisiapkan pada tahun 1986 oleh Shahzad Niaki dan John
Broscious dati IT Corporation di Pittsburgh dan dilakukan komisioning oleh
the Hazard Waste Engineering Research Laboratory, Edison, New Jersey. Copy
dari laporan bisa didapat dari the National Technical Information Service,
suatu divisi dari the United States Department of Commerce yang berada di
Springfield, Virginia, USA.
Appendix II
Tingkat-tingkat Analisis
Suatu issue yang sering menyebabkan masalah pada tahap awal dari
implementasi RCM – dan yang juga mempengaruhi lama waktu dan usaha
yang dibutuhkan – adalah tingkat hierarki peralatan pada mana analisis
tersebut dilakukan. Ini membutuhkan pertimbangan yang matang karena
suatu analisis yang dilakukan pada suatu tingkat yang terlalu tinggi bisa
menjadi superficial, sedangan yang dilakukan pada tingkat yang terlalu
rendah menjadi tidak bisa dimengerti. Appendix ini mempertimbangkan
implikasi-implikasi dalam melakukan analisis pada tingkat-tingkat yang
berbeda-beda.
Contoh ini menunjukkan bahwa apabila analisis dilakukan pada tingkatan ini, saluran
bahan bakar yang tersumbat mungkin saja sebagai mode kegagalan yang ke tujuh yang
harus diidentifikasi dari mode-mode kegagalan yang bisa berjumlah lima belas atau dua
puluh.
Pada waktu decision worksheet telah diselesaikan untuk sub-system ini, kelompok review
RCM melanjutkan ke sistem berikutnya, dan selanjutnya sampai persyaratan-persyaratan
perawatan dari seluruh kendaraan telah direview.
Misal, suatu pembatas putaran yang membaca suatu sinyal dari suatu flywheel dalam sub-
sistem “engine block” dapat mengirimkan suatu sinyal melalui suatu prosesor dalam sub-
sistem “engine control” ke suatu shut-off valve dalam sub-sistem “bahan bakar”.
Reliability-centred Maintenance 306
Apabila perhatian khusus tidak diberikan pada issue ini, fungsi yang
sama akan dianalisis tiga kali dalam cara yang sedikit berbeda, dan
kegiatan failure-finding yang sama menetapkan lebih dari sekali untuk
loop yang sama.
suatu worksheet baru harus disusun untuk setiap sub-sistem baru. Ini
menjurus ke penerbitan suatu paperwork yang sangat banyak untuk
menganalisis seluruh kendaraan, atau akan menkonsumsi banyak sekali
memori komputer. Sistem filing electronic kaitannya harus disusun
secara hati-hati apabila informasi ini ingin tetap dapat dikelola.
Akhirnya exercise keseluruhannya mulai menjadi lebih ekstensif dan
melelahkan daripada yang diperlukan.
Alasan utama dari tendensi ini dalam melakukan analisis RCM dengan
tingkatan yang sangat rendah dalam hierarki peralatannya adalah adanya
kepercayaan bahwa suatu mode kegagalan yang mempengaruhi suatu
komponen hanya dapat diidentifikasi pada suatu tingkat dari komponen
tersebut. Faktanya adalah, tidak seperti ini. Mode-mode kegagalan dapat
diidentifikasi pada sebarang tingkat, sebagaimana paragraf berikut dari bab ini
menunjukkannya.
Daripada memulai analisis dari bagian bawah dari hierarki peralatan, kita
dapat memulainya dari puncaknya.
Misal, fungsi utama dan standar-standar prestasi yang diinginkan dari truck yang
disebutkan pada halaman 47 dituliskan sebagai berikut: “Untuk mengangkut sampai
dengan 40 ton material pada kecepatan sampai 75 mph (rata-rata 60 mph) dari Startsville
ke Endburgh dalam satu pengisian tangki”
Kegagalan fungsi perama yang terkait dengan fungsi ini adalah: “Tidak bisa bergerak
sama sekali”. Empat dari mode-mode kegagalan yang dapat menyebabkan kegagalan
fungsi ini adalah mereka-mereka yang telah diidentifikasi pada Gambar A2.1, kecuali
bahwa mereka kini tampak pada RCM Information Worksheet seperti ditunjukkan pada
Gambar A2.2.
Appendix II: Tingkat-tingkat Analisis 307
Misal, kita telah melihat bagaimana sistem bahan bakar tersumbat sebagai mode kegagalan
yang ke tujuh dari lima belas yang diidentifikasikan dalam analisis yang dilaksanakan
pada tingkat “fuel system”. Akan tetapi, pada tingkatan truck, Gambar A2.2 menunjukkan
bahwa mungkin saja ini ada pada urutan ke 73 dari 200 mode-mode kegagalan yang
mungkin.
Tingkat-tingkat intermediate
Misal, Gambar A2.3 menunjukkan bagaimana truck 40 ton tadi dapat dibagi-bagi
sekurang-kurangnya lima tingkatan. Ini menelusuri hierarki dati tingkatan truck secara
keseluruhan turun ke tingkatan dari saluran bahan bakar. Ini diberikan untuk
menunjukkan bagaimana fungsi primer dari asset dapat didefinisikan pada setiap
tingkatan dalam suatu RCM Information Worksheet, dan bagaimana saluran bahan bakar
yang tersumbat dapat diidentifikasikan pada setiap tingkatan.
Jawabannya dapat ditemukan sekali lagi pada fakta bahwa sebarang asset
diakuisisi untuk memenuhi fungsi-fungsi spesifik. Ini adalah fungsi-fungsi
yang biasanya ditentukan pada analisis tingkatan tertinggi. Mengingat tujuan
dari perawatan adalah untuk menjamin bahwa asset terus menerus memenuhi
fungsi-fungsi ini pada tingkat prestasi yang diinginkan, mereka harus
dispesifikasikan untuk setiap asset.
Misal, alasan mengapa seorang operator mengakuisisi truck adalah untuk mengangkut
barang-barang dari A ke B, bukan untuk memompa minyak melalui saluran bahan
bakarnya. Walaupun fungsi yang terakhir disebut tadi menyumbang pada yang pertama,
prestasi keseluruhan dari asset tersebut – dan tentunya dari perawatannya – selalu
dipertimbangakn pada tingkatan puncaknya. Misal, pimpinan tertinggi armada truck lebih
senang untuk menanyakan “bagaimana prestasi truck X?” daripada “bagaimana prestasi
dari sistem bahan bakar truck X?” (kecuali sudah barang tentu kalau dia mengetahui
bahwa sistem saluran bahan bakar tersebut yang menyebabkan masalah).
Oleh alasan ini, suatu kelompok review RCM harus selalu memulai dengan
menspesifikasikan fungsi-fungsi primer dan sekunder dan standar-standar
prestasi dari asset pada tingkatan paling tinggi. Ini juga akan membantu
mendefinisikan konteks pada mana sistem-sistem tingkatan yang lebih rendah
beroperasi.
Misal, adalah mungkin untuk melakukan analisis dari seluruh sistem rem pada tingkat 2
seperti ditunjukkan pada Gambar A2.3. tetapi mungkin memerlukan untuk menganalisis
mesin pada tingkat 3 atau bahkan tingkat 4. Entries dari kedua sub-sistem ini dapat
diperlihatkan pada bagian atas dari information worksheet sebagaimana ditun jukkan
pada Gambar A2.4. “Analysed separately” berarti suatu worksheet terpisah akan dibuat
untuk sistem rem dan engine.
menjamin bahwa waktu dan usaha tidak disia-siakan untuk menangani gejala-
gejala bukannya penyebab-penyebab. Akan tetapi, juga sama pentingnya
untuk menjamin bahwa terlalu banyak waktu tidak disia-siakan pada analisis
itu sendiri dengan melakukan terlalu banyak rincian (disebut “analysis
paralysis”). Keputusan-keputusan yang sangat sering yang harus diambil
dalam bidang ini adalahapabila menangani komponen-komponen yang kecil,
dan kompleks yang dapat mengalami sejumlah mode-mode kegagalan yang
berbeda-beda. Komponen-komponen ini dapat ditangani dalam satu dari tiga
cara berikut:
Misal, suatu item yang dapat berhenti sama sekali sebagai suatu akibat dari
kegagalan suatu gearbox kecil. Pada information worksheet dari item ini,
kegagalan gearbox ini dapat dituliskan dalam satu dari tiga cara berikut:
. . . . . dsb.
ATAU
1. Gearbox gagal Gearbox dianalisis terpisah
Reliability-centred Maintenance 312
Tidak ada pendekatan universal pada issue black-box ini, sehingga setiap
kasus harus ditangani sesuai kebutuhannya. Akan tetapi, suatu komponen
atau rakitan harus memiliki karakteristik-karakteritik berikut sebelum
ditangani sebagai suatu black-box:
tidak merupakan subyek dari diagnostik rinci dan rutin reparasi apabila
gagal, tetapi hanya diganti atau dan apakah kemudian dibuang atau
diperbaiki
cukup kecil tapi cukup kompleks
tidak memiliki mode-mode kegagalan dominan
tidak terlalu peka pada sebarang bentuk pencegahan kegagalan pada
kesempatan pertama
Pada beberapa kasus, suatu rakitan yang lengkap dapat mengalami satu atau
dua kegagalan dominan yang telah siap untuk dicegah, dan sejumlah dari
kegagalan-kegagalan yang kurang umum yang mungkin tidak bermanfaat
untuk dicegah karena frekuensi dan/atau konsekuensi-konsekuensi dari
kegagalannya tidak menjaminnya.
Misal, suatu motor listrik kecil beroperasi dalam suatu lingkungan yang berdebu
sesungguhnya dapat gagal karena kepanasan apabila gril yang menutupi fan
pendinginnya tersumbat, tetapi kegagalan-kegagalan untuk alasan-asalan lain mungkin
saja kecil atau jauh dari serius apabila memang mereka terjadi. Pada kasus ini, mode-mode
kegagalan untuk motor ini dapat dituliskan sebagai berikut:
fan motor terssumbat oleh debu
motor gagal (oleh alasan lain)
Kegagalan yang terkait dengan pelayanan (listrik, air, uap, udara, gas, vakum,
dsb) selalu ditangani sebagai suatu mode kegagalan tunggal dipandang dari
sudut asset yang disuplai oleh pelayanan ini. Ini disebabkan karena analisis
rinci dari kegagalan-kegagalan ini selalu di luar cakupan dari asset yang dikaji.
Sebagai hasilnya, mode-mode kegagalan seperti ini dicatat untuk kebutuhan
informasi saja (“Power supply gagal”), efek-efeknya direkam dan kemudian
mereka dianalisis secara rinci apabila pelayanan tadi dianalsiis secara
keseluruhan.