Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Usaha perunggasan (ayam ras) di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang
memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir, dimana perkembangan
usaha ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian. Industri
perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor, disamping peranannya
dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.
Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 150 tenaga kerja yang dapat diserap oleh
perunggasan, disamping mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi kurang lebih
80 peternak yang tersebar di Kecamatan Cikijing. Sumbangan produk domestik bruto
(PDB) sub sektor peternakan terhadap pertanian adalah sebesar 12 % (atas dasar
harga berlaku), sedangkan untuk sektor pertanian terhadap PDB nasional adalah 17%
pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa peran sub sektor peternakan terhadap
pembangunan pertanian cukup signifikan, dimana usaha perunggasan merupakan
pemicu utama perkembangan usaha di sub sektor peternakan. Usaha perunggasan di
Kecamatan Cikijing berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan Indonesia
yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal,
sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk unggas luar negeri.
Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi lebih murah
sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah tentang ayam pedaging adalah
a) Tugas mata pelajaran Prakarya observasi mengenai peternakan.
b) Mengetahui cara berternak ayam broiler yang baik dan benar.
c) Mengetahui keuntungan dan kerugian usaha pemeliharaan ayam pedaging
(broiler)
Komoditas ayam broiler memiliki prospek pasar yang besar karena produknya
bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Selain itu ayam broiler ini memiliki
manfaat yang besar untuk kesehatan tubuh manusia karena terdapat kandungan
lemak, protein, dan kalori. Daging ayam yang tidak dikonsumsi bersamaan dengan
kulitnya lebih rendah kolesterol dibandingkan dengan daging sapi maupun kambing.
2

Karena pangsa pasar dan peluangnya yang begitu besar membuat bisnis ternak ayam
broiler ini menarik digeluti.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Keuntungan Ternak Ayam Broiler Sistem Kemitraan


Selain menggunakan sistem mandiri ada sistem kemitraan yang bisa dipilih
oleh peternak ayam broiler. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh
peternak yang menggunakan sistem kemitraan ini. Berikut adalah keuntungan ternak
ayam broiler sistem kemitraan yang bisa didapatkan oleh peternak:
1) Harga Ayam Bisa Lebih Tinggi Dibandingkan Harga Pasar
Keuntungan sistem kemitraan yang bisa didapatkan oleh peternak adalah harga ayam
broiler bisa lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar. Hal itu dikarenakan
sebelum mengetahui harga jual daging ayam broiler di pasar sudah terjadi
kesepakatan yang kuat antara perusahaan kemitraan dengan peternak tentang harga
jual daging ayam broiler tersebut.
2) Sapronak Ditanggung Perusahaan Kemitraan
Keuntungan lainnya yang menggiurkan adalah perusahaan kemitraan ini akan
menanggung sapronak. Sapronak adalah singkatan dari Sarana Produksi Peternakan.
Sarana Produksi Peternakan ini mencakup bibit, pakan, dan juga obat-obatan. Untuk
membeli sapronak peternak harus mengeluarkan modal yang besar, sehingga dengan
menggunakan sistem ini sapronak akan ditanggung oleh perusahaan inti atau
kemitraan.
Meski begitu ada juga sistem kemitraan yang menyebutkan bahwa perusahaan
kemitraan hanya memberikan pinjaman modal berupa sapronak kepada peternak
sehingga nanti ketika masa panen tiba peternak harus membayar hutang kepada
perusahaan kemitraan tersebut. Oleh sebab itu supaya jelas dengan sistem kemitraan
yang akan dijalani peternak harus membaca surat perjanjian yang mengikat antara
dirinya dengan perusahaan kemitraan tersebut.
3) Pemasaran Dilakukan Bersama-sama
Keuntungan ternak ayam menggunakan sistem kemitraan adalah pemasaran
dilakukan bersama-sama. Hal ini akan menguntungkan peternak yang target
pemasarannya masih terbatas. Dengan dibantu oleh perusahaan kemitraan peternak
tidak akan kebingungan dalam memasarkan hasil panennya.
3

b. Kerugian Ternak Ayam Broiler Sistem Kemitraan


Selain keuntungan, ada beberapa kerugian yang bisa ditanggung oleh peternak. Tidak
hanya keuntungan saja yang harus diperhatikan namun kerugiannya pun harus
diperhatikan. Simak kerugian yang bisa didapatkan oleh peternak yang menggunakan
sistem kemitraan berikut ini:
1) Ketidakjujuran
Kerugian ternak ayam broiler sistem kemitraan yang bisa didapatkan oleh peternak
adalah ketidakjujuran dari perusahaan kemitraan tentang biaya pasti yang harus
ditanggungnya. Hal ini sering terjadi pada sistem kemitraan dimana perusahaan
kemitraan hanya meminjamkan modal berupa sapronak kemudian setelah masa
panen harus membayarnya. Perusahaan kemitraan yang tidak jujur akan meninggikan
biaya sapronak dari harga normal atau semestinya.
2) Sistem Bagi Hasil yang Tidak Merata
Kerugian yang harus diperhatikan oleh peternak yang akan menggunakan sistem
kemitraan adalah sistem bagi hasil yang tidak merata. Jika sistem bagi hasilnya tidak
merata justru akan merugikan peternak dan menguntungkan perusahaan inti atau
kemitraan.
3) Potongan Harga
Untuk harga jual ayam broiler ini memang sudah disepakati sejak awal, namun akan
ada potongan harga jika ada ayam yang sakit. Jika musim dan iklim sedang tidak
bersahabat, akan banyak ayam yang sakit dan mati. Hal ini justru akan merugikan
peternak karena harga ayam menjadi sangat rendah.
Sebelum menggunakan sistem kemitraan peternak harus mempertimbangkan dengan
baik keuntungan dan kerugiannya. Semoga keuntungan dan kerugian ternak ayam
broiler sistem kemitraan yang telah dijelaskan di atas bisa memberikan sedikit
gambaran kepada peternak yang berniat mengikuti sistem kemitraan ini.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandang Dan Peralatan


a. Lokasi-lokasi kandang yang baik:
1) Sebaiknya lokasi kandang jauh dari keramaian, jauh dan lokasi perumahan
atau dipilih ditempat yang sunyi
2) Lokasi kandang hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku, dan
lokasi pemasaranya.
3) Loksi sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dan penggusuran.

Hal-hal tersebut seharusnya diperhatikan karena kandang merupakan tempat


lingkungan hidup bagi ayam, oleh karena itu ayam hams hidup dengan nyaman agar
bisa berprodusi dengan baik.

b. Perlengkapan kandang meliputi:


1) Tempat pakan
2) Tempat minum
3) Baki
4) Seng
5) Termometer
6) Lampu
7) Tirai
8) Sapu
9) Skop
10) Timbanagn duduk

Gambar 2.1 letak Kandang


5

Gambar 2.2 Perlatan Kandang

Demikianlah peralatan kandang yang harus disiapkan sebelum proses pemeliharaan.

2.2 Pemeliharaan Fase Strarter


Fase starter adalah fase dimana umur ayam dari 0-14 hari, di fase ini ayam hams
dikondisikan dengan baik, karena pada fase ini ayam sedang mengalami proses
hiperplasia (pembanyakan sel) sehingga pemeliharaan hams dilakukan dengan baik.

Gambar 2.3. Fase Strarter Ayam


6

2.3 Pemeliharaan Fase Fhiniser


Di fase ini alas kandang/ litter dan juga brooding sudah di lepas, pada fase ini ayam
mengalami proses hipertropy (pembesaran sel) sehingga ayam hanya meggemukan
tubuhnya.

Gambar 2.4. Fase Fhiniser Ayam

2.4 Analisis Usaha


a. Biaya tetap
- Kandang
- Peralatan
b. biaya variabel
- DOC
- Pakan
- VOVD (Vaksin Obat Vitamin Desinvektan)

Gambar 2.4. Vaksin Obat Vitamin Desinvektan


7

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Nama Pemilik : Bapak Lalan
Alamat : Blok Katanggurtonggoh Desa Bagjasari Kecamatan Cikijing

3.2. Subjek Penelitian


Kandang Ternak ayam Boiler ukuran 15 x 5 meter persegi
Kontruksi utama kandan menggunakan bambu semi permanen
Ayam boiler berumur 1 minggu - 3 minggu

3.3 Materi (Alat dan Bahan)


1. Alat
 Lampu
 Tirai
 Tempat pakan
 Tempat minum
 Baki
 Termometer
 Seng/cihck guard
 Litter/ alas kandang
 Timbangan duduk

Gambar 3.1 Alat dan Bahan


8

2. Bahan
 DOC
 Pakan
 Sekam
 Vitamin

Gambar 3.2 Pakan dan Vaksin

3.4 Pendekatan dan Metode Metode


3.2.1 Persiapan Kandang
 Pembersihan kandang dan sanitasi
 Pengapuran
 Pasang tirai dan litter, lalu sanitasi ulang
 Memasang peralatan, hidupkan lampu 2 jam sebelum DOC datang
 Sediakan pakan dan vitamin sebelum DOC dating

3.2.2 Pemeliharaan Fase Starter dan Fhiniser


 Timbang pakan setiap pemberian pakan
 Pemberian air minum sesuai frekuensi umur
 Pemberian obat/vitamin, pada saat ayam sterss/sakit
 Vaksin ND pada umur 4 hari
 Vaksin gumboro diberikan pada umur 18 hari
 Pelepasan litter pada umur 2 minggu
 Pelebaran brooding setiap 2 hari sakali
 Setelah ayam panen bersikan kandang dan biarkan 2 minggu masa kering
kandang
9

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Yang Diperoleh


Hasil yang diperoleh akan didapatkan dari pemeliharaan ayam broiler ini
sangat menguntungkan, apalagi harga daging sapi sekarang melonjak tinggi, maka
orang –orang akan menggantinya dengan daging ayam yang harganya lebih murah
dan hemat.

4.2 Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Non Produktif


Pekarangan yang kosong oleh setiap orang umumnya dibiarkan menjadi
semak belukar. Jika kita dapat memanfaatkannya menjadi kandang, pasti akan lebih
bermanfaat dan nyata hasilnya.

4.3 Pemenuh Kebutuhan Protein Hewani


Potein hewani merupakan protein yang sangat penting bagi tubuh kita yang
tidak dapat digantikan (esensial) oleh karena itu, dengan adnya pemeliharaan ayam
broiler ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan protein hewani bagi kita semua.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Periode Starter
5.1.1 Kedatangan DOC
 Pemberian Vitamin
DOC diberikan vitachick dengan dosis 5g / 7 liter air
jadi vitachick yang diberikan: 7liter air = 5g
 Cara pencampuran:
- Timbang vitamin
- Larutkan dalam air
- Masukan kedalam tempat minum dan berikan pada ayam
 Penghitungan dan Penimbangan
- DOC dihitung satu persatu.
- Penimbangan dilakukan dengan cara mengambil dengan cara 10% X 100
= 10 ekor.
- Rata-rata berat DOC adalah 40g.
10

5.1.2 Vaksinasi
Program vaksinasi yang telah dilaksanakan adalah:
 ND pada umur 4 hari, dengan metode tetes mata, dosis yang diberikan adalah
satu tetes/ekor.
Cara Pencampuran Vaksin:
- Masukan pelarut kedalam botol vaksin
- Kocok membentuk angka 8
- Masukan kedalam botol pelarut
- Bilas dan pastikan vaksin tidak tersisa
- Vaksin siap diberikan
 Gumboro pada umur diberikan lewat air minum, dengan dosis 1 botol untuk 500
ekor ayam.
- Cara Pencampuran Vaksin:
- Masukan air kedalam botol vaksin
- Kocok membentuk angka 8
- Masukan kewadah yang sudah di sediakan
- Masukan ke galon air minum dan berikan pada ayam
- Pastikan vaksin tidak tersisa.
5.1.3 Pemberian Pakan Dan Minum
Pemberian pakan secara adlibitum yaitu sedikit demi sedikit, tempat pakan
yang di butuhkan adalah: DOC 1 tempat pakan untuk 75 ekor. kemudian di sesuaikan
dengan perkembangan umur.
Pemberian minum di berikan sesuai dengan frekuensi umur ayam, tempat
minum yang dibutuhkan 1 tempat minum untuk 75 ekor.

5.1.4 Managemen Litter


Ketinggian litter adalah 5 cm, dan pastikan sekam yang digunakan kering, dan
bila ada yang basah harus segera diganti untuk menjaga kesehatan temak ayam.

4.2.2 Periode Fhiniser


5.2.1 Recording
3.1 Tabel Recording

No Minggu Jumlah Pakan Berat Badan FCR


1 I 98 gr 1,75 gr 0,68
2 II 28 kg 5,25 gr 0,7
3 III 33,5 kg 1,03 kg 0,51
4 IV 40 kg 1,8 kg 0,35
11

5.2.2 Pemanenan
Pemanenan ayam dilakukan pada umur 30 hari dengan bobot rata-rata 1,6 kg
Cara pemanenan :
 Ikat ayam sebanyak 5 ekor
 Timbang sebanyak 15 ekor
 Masukan ke keranjang yang sudah disiapkan
 Siram ayam supaya tidak dehidrasi

5.2.3 Sistem Organ Pencernaan


Pembedahan ayam dilakukan guna mengetahui sistem organ pencernaan.
Berikut ini program pencernaan:
Organ Accesoris Pencernaan :
 Hati
 Limfa
 Pancreas
 Empedu
12

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaaan ayam pedaging:
 Persiapan kandang
 Biosurity pada kandang
 Pemberian pakan dan minum
 Arah letak kandang
 Jumlah ayam perkandang
 Program vaksinasi

5.2 Saran
Penulis menyarankan agar bagi masyarakat yang memiliki lahan kosong
sebaiknya digunakan untuk usaha pemeliharaan ayam pedaging, mengingat besarnya
keuntungan yang dapat diperoleh.setap pereodenya karna lonjakan kebutuhan protein
hewani yang setaiap tahunya menimgkat.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ardley, Neil. 2003. Buku Ilmu Pengetahuanku: Warna. Semarang: Krisna


Sakti. Dunbar, Bev. 2003. Number Games and Activities for 0-10.
New South Wales:Blake Education.
http://pwkasyfi.blogspot.co.id/01_01_2016_archive. html/19.29/2020/03/06

Saleh, Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak,
Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, 2004. USU Digital Library
Syuri, Ita dan Nurhasanah. 2011. IPA Aktif 3. Jakarta: ESIS.
Waridah, Ernawati. 2013. EYD: Ejaan Yang Disempurnakan dan Seputar
Kebahasa-Indonesiaan. Bandung: Ruang Kata

Wuradji. 2006. Panduan penelitian survey. Lembaga Penelitian; UNY.

Yonny, Acep 2014. Mahir Menulis Naskah Drama. Yogyakarta: Suaka Media.

Anda mungkin juga menyukai