AL-DHAWĀBITH Al-FIQHIYYAH
YANG BERKAITAN DENGAN JUAL BELI
(Tinjauan Ringkas dalam Himpunan Undang-Undang Hukum Perdata Daulah
Utsmaniyah: al-Majallah al-Ahkâm al-‘Adliyyah)
Oleh: Yusep Rafiqi
(Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi Tasikmalaya)
Abstraksi
Apabila kita perhatikan secara seksama, postulat al-Quran dan hadits mengenai
ibadah, khususnya ibadah mahdhah, amat banyak dan tersebar pada berbagai tempat di
dalam al-Quran dan hadits nabi. Sehingga tidak memerlukan kaidah-kaidah khusus mengenai
ibadah mahdhah itu. Sebaliknya, postulat al-Quran dan Hadits dalam bidang muamalah
tidak begitu banyak dan hanya mengulas kaidah-kaidah umum saja. Hal ini menunjukkan
bahwa wilayah muamalah adalah wilayah dengan ijtihad yang begitu luas. Sehingga
membutuhkan beragam kaidah khusus dan partikular yang mengaturnya. Pada sisi ini,
dimensi kemanusiaan dan otoritas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini harus
diberdayakan. Pada gilirannya nanti, wilayah muamalah menjadi wilayah ‘kekhalifahan’
manusia yang bertanggung jawab pada tata kelola bumi menuju kemakmurannya. Al-
Majallah al-Ahkam al-Adliyyah adalah salah satu himpunan perundang-undangan hukum
perdata Daulah Utsmaniyyah yang disusun oleh team ahli fiqih dan ushul fiqih yang otoritatif
lewat seleksi yang ketat dan seksama sekitar lebih dari satu abad yang lalu. Al-Majallah
memuat kaidah-kaidah dalam hukum muamalah—disamping jinayat dan kekuasaan
kehakiman—yang luas yang masih sangat relevan dan aplikatif dalam istinbath hukum
muamalah dewasa ini.
M), komisi telah melanjutkan tugasnya dan Dhawabith yang bersifat global
dapat menyelesaikan bagian mukadimah dan umum yang mencakup atas hukum-
dan kitab pertama dari al-Majallah, yang hukum yang bersifat parsial.
kemudian diajukan kepada Syaikh al-Islam Contoh dari kaidah umum ini
dan ulama otoritatif lainnya. Tugas komisi adalah segala perintah menunjukkan pada
hukum ini selesai dengan sempurna pada wajib. Demikian pula dengan segala
tahun 1293 H (1876 M) yang kemudian larangan menunjuk pada haram.
diundangkan oleh Sultan dengan nama al- Pengertian yang lebih sederhana
Majallah al-Ahkam al-Adliyyah. Kitab diungkapkan oleh Izzat Abid al-Du’as,
hukum ini memuat 1851 pasal, yang sebagai berikut ini:
5
terbagi dalam sebuah mukaddimah dan .حكم ينطبق على معظم حجسئياثه
enam kitab. Bagian mukaddimah terdiri
Hukum yang mencakup atas
dari 100 pasal 2.
sebagian besar bagian-bagiannya.
Contoh dari pengertian ini adalah
B.2. Pengertian Dhawabit al-Fiqhiyyah
kaidah asasi, yaitu kaidah-kaidah fikih
Sebelum membahas pengertian al-
yang lima (qawa’id al-khamsah) berikut
Dhawabith atau al-Dhawabith al-Fiqhiyah,
cabang-cabangnya.
lalu disusun Dhawabith yang berkaitan
Kita bisa simpulkan bahwa kaidah-
dengan jual beli, ada baiknya kita
kaidah fiqih adalah bangunan dasar atau
membahas sekilas tentang bangunan dasar
asas dari segala macam kaidah yang
dari kaidah-kaidah fikih.
berhubungan dengan permasalahan fikih.
Pengertian kaidah fiqih atau al-
Kaidah-kaidah ini diolah berlandaskan al-
qawâid al-fiqhiyyah banyak didefinisikan
Quran, hadits dan ijma’—baik dari para
oleh para ulama ahli ushul di antaranya:
shahabat, tabiin dan para ulama salaf—
قضية كلية ينطبق حكمها علي الجسئيات التي berdasarkan kasus-kasus aktual yang
ثندرج ثحتها dibutuhkan dalam menetapkan suatu
hukum hingga melahirkan landasan teoritik
Segala perkara (yang berimplikasi
dalam menetapkan suatu hukum atau
hukum) yang bersifat umum yang
istinbath al-hukm.
mencakup atas bagian-bagiannya3.
Di samping al-qawaid al-fiqhiyyah
Wahbah al-Zuhayli memberikan
atau kaidah-kaidah fikih dengan ruang
definisi tentang kaidah sebagai berikut ini:
lingkupnya sebagaimana yang diuraikan di
الضىابط الكلية العامة التي جشحمل علي أحكام
atas, dikenal pula al-dhawâbith al-
4
جسئية fiqhiyyah. Pengertian al-dhawâbith secara
bahasa adalah bentuk jamak dari dhâbith
yang berakar kata dh-b-th. Kata ini
2
Sobhi Mahmassani, Falsafah Tasyri fi al-Islam, merujuk pada pengertian luzûm al-syai wa
terj. Ahmad Sudjono SH, PT. Al-Maarif, habsuhu, tetap dan tertahannya sesuatu.
Bandung, Cet. X, tt, hal. 93
3
Khalid Ramadhan Hasan, Mu’jam Ushul al- Contoh kalimat yang menunjukkan pada
Fiqh, al-Rawdhah, tt, hal. 219
4 5
Wahbah al-Zuhayli, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, Izzat Abid al-Du’as, al-Qawaid al-Fiqhiyyah,
Darul Fikr, Damaskus, Cet. I, 1419 H/ 1999 M, Dar al-Tirmidziy, Damaskus, Cet. III, 1409
hal. 13 H/1989 M, hal. 7
pengertian ini adalah Dhabth al-Syai’ yang العبرة في العقىد للمقاصد و املعاني ال لاللفاظ و
berarti sesuatu yang terikat dan terjaga, 9
hifdzuhu bi al-hazmi.6
املباني
Dalam pengertian para ulama “ungkapan dalam transkasi-transaksi
disebutkan bahwa Dhâbith adalah: harus dilihat dari tujuan dan makna-
7 maknanya bukan dari kata-kata dan
.حكم كلي ينطبق على جسئياثه
ungkapan-ungkapannya”
Hukum yang bersifat global yang
mencakup atas bagian-bagiannya
B.2. Pengertian, ruang lingkup dan
Pengertian yang tercantum dalam
Dhawabith al-Fiqhiyah yang
al-Mu’jam al-Wasith ini masih bersifat
berkaitan dengan Jual Beli
umum. Bahkan pengertian ini tidak
Jual beli atau dalam bahasa Arab
berbeda dengan pengertian kaidah fiqih
dikenal dengan istilah al-bay’ wa al-syira
pada umunya. Secara lebih spesifik,
yang kemudian disingkat menjadi al-bay’
pengertian dhawâbith sebagai berikut ini:
saja. Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah
قضية كلية أو حكم كلي ينحصر ثححه حجسئيات من memberikan definisi tentang al-bay’
8
.باب واحد sebagai:
ْ َ ْ ُ ُ َُ
Segala perkara (yang berimplikasi
10
.ُم َب َادلة َم ٍال ِب َم ِال َو َيكىن ُمن َع ِق ًدا َوغ ْي َر ُمن َع ِق ٍد
hukum) atau hukum yang bersifat Kulliy Pertukaran atau transaksi asset dengan
yang bersimpul pada beragam bagian- asset yang lain secara sah (berdasarkan
bagian di dalam satu bab saja. akad) atau pun tidak.
Kaidah kaidah fikih yang Dalam al-Mu’jam al-Iqtishadiy al-
berkenaan dengan mu’amalah amat banyak Islamiy, secara bahasa pengertian ‘jual
dan tersebar pada berbagai kitab ushul atau al-bay’ adalah i’tha al-mutsmin wa
fikih atau kitab-kitab yang membahas akhdzu al-tsaman (memberikan yang
tentang kaidah-kaidah fiqih. Kaidah yang berharga dan mengambil dari harga itu).
dikenal luas yang berkaitan dengan Sementara, ‘beli atau al-syira’ adalah i’tha
muamalah adalah al-tsaman wa akhdzu al-mutsmin (memberi
الاصل في املعاملة إلاباحة إال أن يدل دليل علي harga dan mengambil yang berharga).
Pengertian asal dari kata al-bay’ adalah
ثحريمه muthlaq al-mubadalah atau
Salah satu dhawabith yang berkaitan pertukaran/transaksi secara mutlak.
dengan muamalah yang tercantum dalam Menurut istilah syara’, al-bay’ adalah
kitab al-Majallah adalah madah ke-3 yang mubadalah al-mal al-mutaqawwim bi al-
berbunyi: mal al-mutaqawwim (pertukaran harta
6 yang bernilai dengan harta yang bernilai
Ibrahim Musthafa, et. Al, al-Mu’jam al-Wasith,
Dar al-Da’wah, tt, Juz. I, hal 533. Lihat pula pula). Harta yang bernilai atau
Tesis yang disusun oleh Nayf bin Nashir bin mengandung nilai itu berada dalam
Abdillah Abu Habibah Ja’fariy, al-Dhawabith al
Fiqhiyyah fi Uqud al-Gharar, al-Ma’had aliy Li
al-Qadha, Jamiah al-Imam Muhammad bin
9
Su’ud al-Islamiy, KSA, 1431 H, hal. 21 Lihat, al-Majallah, dicetak di Beyrut, 1302 H.
7
Ibid Maddah ke-3 halaman 25
8 10
Nayf bin Nashr, Op.Cit, hal 21 Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 24
penguasaan kedua belah pihak (tamlîkan dunia perdagangan atau perniagaan. Al-
tamallukan)11. Tijarah adalah jual beli dengan tujuan
Sebanding dengan pengertian yang untuk mencari keuntungan (qashd al-
dikemukakan Syarbashi dalam al-Mu’jam, istibrâh). Dalam pengertian ini, jual beli
al-Zarqa, seraya mengutip istilah fuqaha, adalah transaksi pertukaran selain dengan
mendefiniskan ‘al-bay’ dengan lebih manfaat dan kenikmatan. Shalah al-Shawi
sederhana. Al-Bay’ adalah mubâdalah mâl sengaja memberikan dua kata ‘manfaat dan
bi mâl (menukar harta dengan harta). kesenangan’ dalam memberikan definisi
Sebagian yang lain memberikan definisi jual beli untuk membedakannya dengan
sebagai mubâdalah mâl bi mâl bi tharîqah akad-akad yang lain, umpamanya: hadiah,
al-iktisâb (menukar harta dengan harta ijarah dan nikah14.
dengan jalan usaha). Hal ini untuk
membedakan antara menukar harta dengan B.3. Al-Dhawabith al-Fiqhiyah yang
jalan hibah atau pemberian sukarela yang berkaitan dengan jual beli
kemudian saling tukar menukar harta Di dalam Majallah al-Ahkam al-
dengan jalan hibah. Mekanisme pertukaran Adliyah, dhawâbith yang berkaitan dengan
yang disebut terakhir ini atas dasar jual beli terdiri dari tujuh bab. Bab pertama
tabarru’ atau mengharapkan kebaikan saja, yang berkaitan dengan akad jual beli terdiri
tidak didasari dengan usaha atau iktisab. dari lima pasal. Setiap pasal disusun
Demikian pula untuk membedakan antara dengan maddah beragam yang merupakan
mubâdalah mâl bi al-manfa’ah (penukaran bunyi teks dari kaidah yang dimaksud. Bab
harta dengan manfaat). Mekanisme ini pertama tersusun dari maddah 167 hingga
bukanlah jual beli namun, Ijarah atau sewa maddah 196.
menyewa12. Bab kedua yang berkaitan dengan
Hakikat dari mekanisme jual beli barang yang dijual (al-mabî’) terdiri dari
ini adalah berpindahnya kepemilikan harta empat pasal yang disusun dari maddah 197
dari penjual yang kemudian berpindah hingga maddah 236. Bab ketiga yang
tangan kepada pembeli. Mekanisme ini, berkaitan dengan harga terdiri dari dua
apabila dilihat dari keluarnya (outcome) pasal. Tersusun berdasarkan maddah 237
harta disebut ‘al-bay’. Sementara, apabila hingga maddah 251. Bab keempat yang
dilihat dari sudut masuknya (income) harta berkaitan dengan trasnfer (tasharruf) harga
disebut ‘al-syira’13. dengan yang dihargai setelah akad terdiri
Istilah lain jual beli adalah al- dari dua pasal. Bab ini mencakup maddah
tijarah atau yang dikenal sebagai 252 sampai dengan maddah 261.
perdagangan atau perniagaan. Jual beli Bab kelima pembahasan mengenai
merupakan akad yang paling kuat dalam hal yang berkaitan dengan tata cara
penyerahan harga (taslim) dan
11
Ahmad al-Syarbashiy, al-Mu’jam al-Iqtishadiy penerimaannya (tasalum) yang terdiri dari
al-Islamiy, Dar al-Jayl, 1401 H/1981 M, hal. 57, enam pasal. Bab kelima dan pasal-pasalnya
entri huruf al-Ba’.
12
Mushtafa Ahmad al-Zarqa, ‘Aqd al-Bay’, Dar
14
al-Qalam, Damaskus, Cet. II, 1433 H/2012 M, Abdullah Mushlih dan Shalah al-Shawi, Ma La
hal. 21 Yasa’ al-Tajir Jahlahu, Dar al-Muslim, Riyadh,
13
Ibid KSA, Cet. I, 1422 H/2001 M, hal. 74.
ini tersusun dari maddah 262 hingga Ijab dan qabul merupakan bagian
maddah 299. dari rukun dan syarat kontrak. Ijab adalah
Bab keenam membahas tentang pernyataan penawaran atau proporsional
khiyar yang terdiri dari tujuh pasal. positif, sementara qabul adalah penerimaan
Tersusun dari maddah 300 hingga maddah atau pernyataan persetujuan .dalam
360. Bab ketujuh merupakan bab terakhir mengomunikasikan kontrak, para pihak
yang membahas tentang macam-macam boleh menyatakannya baik secara lisan,
jual beli dan hukum-hukumnya, terdiri dari isyarat, tulisan maupun perbuatan atau
enam pasal. Dari setiap pasal terdiri dari tingkah laku17. Syarat-syarat shighah
beberapa mâddah (unsur/materi) yang kontrak, sebagaimana yang diungkapkan
merupakan kerangka teoritik atau susunan oleh Juhaya S. Praja, adalah sebagai
kalimat dhawâbith yang dimaksud dari 361 berikut:
sampai 403. 1. Kejelasan indikasi adanya shighah
Adapun salah satu kitab syarah ijab dan qabul yang menunjukkan
yang paling otoritatif dari al-Majallah kehendak para pihak untuk
adalah kitab Durar al-Hukkâm karya Ali mengadakan kontrak.
Haydar yang pernah menjabat sebagai 2. Kesesuaian antara ijab dan qabul.
ketua pertama pada Mahkamah Tinggi Ini menunjukkan persesuaian dan
Utsmani, pernah menjabat sebagai Menteri pertemuan dua kehendak dan
Kehakiman dan Guru Besar pada Institut keinginan antara para pihak.
Hukum Istanbul15, yang diterbitkan oleh 3. Adanya hubungan antara ijab dan
Dar al-Jayl, Beyrut. Dalam makalah ini, qabul. Ini menunjukkan
penulis tidak akan membahas secara rinci pemahaman setiap pihak yang
setiap mâddah yang terdapat dalam setiap berkontrak sehingga menjadikan
pasal yang berkaitan dengan kitab jual beli ijab dan qabul bersesuaian18.
mengingat keterbatasan tempat. Penulis
19
س ْ َْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ َُْ
akan mencantumkan beberapa dhawabith ِ آخ ِر املج ِل
ِ اب إلى
ِ املحب ِايع ِان ِبال ِخي ِار بعد ِإلايج
saja yang dianggap penting.
16
Maddah 182 pasal ketiga dari bab
.البيع ينعقد بايجاب و قبىل pertama menyatakan bahwa dua orang
Jual beli itu terikat kuat dengan ijab dan yang bertransaksi berlaku al-khiyar (hak
qabul. memilih) setelah ijab sampai berakhirnya
Dhawabith madah 167 ini majlis. Kaidah tersebut sesuai dengan
tercantum dalam bab pertama yang hadits yang diriwayatkan oleh sahabat
bertemakan penjelasan yang berkaitan Nadhlah bin Amr al-Aslamy, Rasulullah
dengan akad jual beli atau transaksi dan SAW bersabda:
kontrak bisnis. Selanjutnya, pasal pertama
dari bab pertama itu membahas tentang
rukun jual beli.
17
Juhaya S. Praja, Ekonomi Syariah, Pustaka
Setia, Bandung, Cet.II, 2015, hal. 112
15 18
Lihat, Mahmassani, Op.Cit, hal. 98 Ibid
16 19
Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 38 Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 40
23
Lihat, Ali Haidar, Durar al-Hukkam syarh
20
Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 41 Majallah al-Ahkam, Dar ‘alim al-Kutub,
21
Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 44 Riyadh, 1423 H/2003 M, hal. 185
22 24
Ibid Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 43
transaksi aset dengan aset (‘ibarah ‘an mu’amalah sebagai solidaritas sosial (al-
mubadalah mal bi mal). Sementara yang tadammun al-Ijtima’iy/social solidarity)
disebut dengan aset adalah segala sesuatu dan tanggung jawab sosial (al-takaful al-
yang mungkin sangat ingin dikuasai dan Ijtimaiy/social responsibility)28. Walaupun,
dimiliki (maddah 126). Apabila barang tanggung jawab sosial dalam konteks fiqih
yang dijualbelikan itu tidak ada, maka lebih ditekankan pada distribusi harta zakat
transaksi menjadi batal karenanya25. dan wakaf, namun mekanisme jual beli
َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ ً ْ َ َ َ َ
يع ِمنغ ْي ِرذ ِلكال ِجن ِس َبطإذاباعشيئاوبين ِجنسهفظهرامل ِب memiliki dua dimensi itu, di mana
26 ُ ْ َ ْ َ spiritualitas menjadi landasannya.
اللبيع Spiritualisasi dan aspek moral dari
Apabila menjual sesuatu dan dijelaskan mekanisme jual beli ini adalah bebas dari
jenisnya hingga nampak nyata barang ‘MAGRIB’ (Maysir/spekulasi, Gharar/
yang diperjualbelikan bukan dari jenis penipuan, dan Riba/bunga). Apabila terjadi
yang dimaksud, maka jual beli tersebut tiga hal yang terlarang dalam mekanisme
menjadi batal. jaul beli itu, maka solidaritas sosial
Kaidah ini tercantum dalam menjadi terganggu dan tanggung jawab
madddah 208, Bab II, pasal II. Jual beli sosial menjadi rendah.
sebagaimana yang dimaksud dalam
maddah ini mengandung jual beli gharar,
yaitu jual beli tipu menipu atau DAFTAR PUSTAKA
kecurangan.
َْ ُ َ ْ ْ َ َ ً َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ ُّ ُ
اس ِحثناؤ ُه ِم ْن امل ِب ِيع
27
كل ما جاز بيعه منف ِردا جاز Abdullah Mushlih dan Shalah al-Shawi,
Segala sesuatu yang sah diperjualbelikan Mâ Lâ Yasa’ al-Tâjir Jahlahu, Dar
secara terpisah, sah pula dikecualikan al-Muslim, Riyadh, KSA, Cet. I,
dari aset yang diperjualbelikan. 1422 H/2001
Ahmad al-Syarbashiy, al-Mu’jâm al-
Maddah 219 dari Pasal ketiga ini Iqtishâdiy al-Islamiy, Dar al-Jayl,
menunjukkan tentang sahnya jual beli dari 1401 H/1981 M
aset tunggal dari seluruh aset yang ada. Ali Haidar, Durâr al-Hukkâm syarh
Contohya, dalam satu kebun kurma yang Majallah al-Ahkâm, Dar ‘alim al-
terdiri dari puluhan pohon, lalu yang Kutub, Riyadh, 1423 H/2003 M
dijual hanya satu pohon saja adalah sah. Charles Tripp, Islam And The Moral
Demikian pula sebaliknya, menjual Economy: The Challange of
seluruh kebun kurma lalu ada beberapa Capitalism, Cambridge University
pohon yang tidak dijual adalah sah pula. Press, New York, 2006
Ibrahim Musthafa, et. Al, al-Mu’jâm al-
C. Penutup Wasîth, Dar al-Da’wah, tt, Juz.
Mekanisme jual beli diatur
sedemikian rupa dalam pembahasan fiqih
28
Lihat, Charles Tripp, Islam And The Moral
25
Ali Haidar, Op.Cit, hal. 177 Economy: The Challange of Capitalism,
26
Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 44 Cambridge University Press, New York, 2006,
27
Al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah, hal. 43 hal. 55