Anda di halaman 1dari 153

Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAB IX
PERIHAL MENGADILI PERKARA PERDATA YANG HARUS
DIPERIKSA OLEH PENGADILAN NEGRI

BAGIAN PERTAMA
TENTANG PEMERIKSAAN PERKARA DI DALAM PERSIDANGAN

Pasal 115 sampai dengan 117 ditiadakan oleh UU Darirat Nomor 1 Tahun
1950.

MENGAJUKAN GUGATAN PERDATA

Pasal 118 (1) :


Gugatan Perdata yang pada tingkat pertama masuk
wewenang pngadilan negri dimasukkan dengan surat
permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau
kuasanya menurut pasal 123, kepada Ketua Pengadilan Negri
di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam
(woonplaats) atau jika tidak diketahui tempat diamnya,
tempat tinggal yang sebenarnya (werkelije verblllijf).

KOMENTAR :

a. Pasal 118 ini mengatur 3 hal pokok, yaitu :


1. Cara Mengajukan gugatan dengan tertulis;
2. Tempat dimana gugatan diajukan;
3. Dapat diwakilkan.

b. Tingkat Pertama, maksudnya hakim sehari-hari, yaitu Pengadilan


Negri.
Tingkat kedua atau tingkat Banding yaitu pada Pengadilan Tinggi;
Tingkat Kasasi oleh hakim kasasi pada Mahkamah Agung.

c. Wewenang yang dimaksud adalah disini adalah kompetensi absolute


Pengadilan Negri (landraad). Zaman penjajah Belanda dahulu
disamping landraad ada raad van justitie.

1
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

d. Surat Permintaan (introductief reguest)


Menurut Hukum Acara Perdata Barat (Reglement op de
Rechtsvordering, biasanya disingkat Rv), gugatan diajukan dengan
dagvaarding (surat gugat).

Mengenai Dagvaarding ini ada syarat-syaratnya yaitu syarat bentuk


dan syarat isi (Pasal 1-8 Rv), yaitu :
1). Fundamentum Petendi yang memuat :
a. Peristiwa hukum; dan
b. Dasar hukum gugatan.
Perumusan peristiwa hukum dan dasar hukum gugatan harus
memenuhi syarat isi gugatan yaitu jelas dan lengkap.

2). Petitum memuat apa yang dituntut.


Petitum inipun harus memenuhi syarat isi yaitu terang dan
pasti.

Sampai dimana jelas dan lengkap sampai terang dan pasti?


Mengenai hal ini ada 2 (dua) Teori, yaitu :
1. Substantieringstheorie.
Menurut teori ini, gugatan itu harus terperinci,

2. Individualiseringstheorie.
Menurut teori ini, gugatan cukup garis besarnya saja asal
pihak lawan mengetahui isinya.

Mennurut Wijers, untuk mendapatkan kebenaran dalam proses,


para pihak mempunyai 4 macam kewajiban yaitu :
1. Stelplicht, kewajiban mendalilkan;
2. Waarheidsplitcht, kewajiban menerangkan kebenaran
(memberi keterangan yang benar).
3. Mededeelingsplicht, kewajiban memberi keterangan
(memberitahukan).
4. Medewerkingsplicht, kewajiban bekerja sama (membantu).

Bagaimana menurut syarat bentuk gugatan menurut HIR?


Menurut Wirjono Projodikoro, meskipun HIR tidak dengan tegas
mengatur, namun ada syarat-syarat minimal surat gugat. Hal ini
dapat disimpulkan dari Pasal 119 HIR.

2
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

e. Penggugat adalah orang yang mengajukan gugatan.


Siapa saja yang dapat menggugat, berkaitan erat dengan siapa yang
dapat menjadi pihak berperkara.

Dalam Hukum Acara Perdata dikenal adanya pihak Materiil


dan Pihak Formal. Pihak Materiil adalah pihak yang berkepentingan
(Penggugat dan Tergugat sendiri).
Pihak Formal adalah mereka yang menghadap dalam sidang.
Pihak Formal ini dapat merupakan pihak materiil itu sendiri, orang
yang diberi kuasa maupun wali atau curator.
Kuasanya; orang yang mewakili dan berkuasa menjalankan proses
untuk dan atas nama pihak yang bersagkutan, kuasa limpahan, kuasa
dari kuasa.

Dalam praktek biasa disebut kuasa substitusi ( rechts van


substitutie).
Untuk dapat melimpahkan kuasa, harus disebutkan dengan tegas
bahwa kuasa ini diberikan dengan hak untuk melimpahkan baik
sebagian atau seluruhnya. Penyebutan ini dicantumkan dalam surat
kuasa (jika pemberian kuasa dilakukan dengan secara tertulis)
atau diucapkan di hadapan hakim (kalau pemberian kuasa dilakukan
secara lisan).

f. Daerah Hukum, daerah kekuasaan atau wewenang mengadili


(kompetensi).
Wewenang mengadili terdiri dari :

1. Kompetensi Absolut (kompetensi atributief),


Menunjukkan adanya peradilan bertingkat atau jenis lembaga
peradilan .
Peradilan bertingkat berupa : Pengadilan Negri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.

Dalam sistem penyelesaian perkara melalui lembaga peradilan,


sekarang diadakan berbagai jenis lembaga peradilan. Tiap-tiap
jenis lembaga peradilan mempunyai kompetensi untuk
menyelesaikan perkara berdasarkan jenis-jenis perkara dan
pihak-pihak yang berperkara.

3
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Jenis-jenis lembaga Peradilan ini berupa :


1. Lingkungan Peradilan Umum;
2. Lingkungan Peradilan Agama;
3. Lingkungan Peradilan Militer;
4. Lingkungan Peradilan tata Usaha Negara;
5. Peradilan Pajak dsb.

Mengenai tingkat Peradilan, misalnya untuk lingkungan Peradilan Umum


dikenal adanya :
1. Pengadilan Negri ( Tingkat pertama);
2. Pengadilan Tinggi (Tingkat Banding);
3. Mahkamah Agung (Tinkerah Kasasi).

2. Kompetensi Relatif (kompetensi distributief).

Menunjukkan adanya daerah mengadili (jurisdictie)


Pengadilan sejenis dan sejajar. Umpamanya Pengadilan Negri
Jakarta Timur, Pengadilan Negri Jakarat Pusat dan Pengadilan
Negri Jakarta Utara.

Catt. : Dahulu ada dualisme hukum peradilan (lihat ayat 2


dibawah ini).

g. Woonplaats (tempat diam),


Adalah tempat seseorang memusatkan kegiatan hukumnya
atau rumah yang sungguh-sungguh. Untuk mudahnya dalam praktek,
tempat diam ini dapat diketahui dari Kartu Tanda Penduduk (KTP)
orang yang bersangkutan.

Dalam literature Hukum Acara Perdata (edisi Bahasa Indonesia)


biasanya dipakai istilah tempat tinggal. Walaupun dalam HIR tidak
dikenal istilah Domicilie. Namun ada sementara penulis yang
menggunakan istilah tempat tinggal sebagai terjemahan dari
domicilie.
Hal demikian kiranya dipengaruhi oleh ketentuan dalam
Burgerlijke Wetboek (buku kesatu-Bab Ketiga) yang menyamakan
woonplats dengan domicilie. Werkelijke verblijf (tempat tinggal
yang sebenarnya); tempat dimana orang yang dengan sungguh-
sungguh berada. Pada umumnya woonplaats dengan werkelijke

4
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

verblijf adalah sama. Namun jika seseorang KTP-nya berbeda


dengan tempat dimana ia sungguh-sungguh berada, maka berbedalah
kedua hal tersebut.
Memilih Domicilie, kadang-kadang dalam perjanjian dipilih
domicile dan biasanya yang dipilih adalah kantor panitera
pengadilan negri, kantor advokad. Maksudnya untuk mempermudah
panggilan, karena dalam acara perdata disyaratkan panggilan patut.

Pasal 118 (2) :

Banyak penggugat, maka penggugat boleh memilih salah satu dari


domicilie tergugat. Ada Debitur utama dan penanggung, maka
gugatannya harus dimasukkan di pengadilan yang wilayah hukumnya
meliputi domicilie debitur utama.
(bandingkan dengan Pasal 6 Reglement op de Rechhterlijke
Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie, S 1847 No: 23,
biasa disingkat dengan RO).

Pasal 6 (1) RO :
Jika orang-orang karena kebangsaaannya atau karena
kedudukannya atau karena jabatannya seharusnya diajukan
pada pengadilan yang berbeda, maka kalau merekan
bersama-sama terlibat dalam suatu perkara baikpidana
maupun perdata, mereka akan diadili oleh pengadilan yang
tertinggi.

Komentar :
Dahulu jaman penjajahan ada dualisme hukum dan dualisme
peradilan yang berakibat :
1. Orang Eropa dan yang dipersamakan pada prinsipnya menghadap
Raad van Justitie, yang kedudukannya sebagai hakim banding
dari landarrad.
2. Ada orang yang mempunyai kedudukan tertentu (Gubernur
Jendral, Kepala Departemen dan yang sederajat) mempunyai hak
Forum Previlligiatum dimana mereka maju ke Pengadilan yang
lebih tinggi daripada orang biasa.
3. Bupati maju ke Raad van justitie.

5
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Dengan demikian kalau orang biasa digugat bersama-sama


dengan Bupati maka dalam kasus orang biasa itu maju ke Raad
van Justitie.

Pasal 6 (2) RO :
Akan tetapi jika dalam perkara perdata seorang borg
(penjamin) dalam hal-hal seperti ayat (1) pasal ini harus
menghadap di muka pengadilann lebih tinggii daripada
penjamin utama (debitur) maka mereka masing-masing
diajukan dimuka pengadilan yang berbeda.

Komentar : Jadi ada dua gugatan yang berbeda.

Pasal 118 (3) :


Bilamana tempat diam dari tergugat tidak dikenal lagi pula tempat
tinggal sebenarnya tidak diketahui atau jika tergugat tidak dikenal
maka gugatan itu dimasukkan kepada Ketua Pengadilanm Negri di
tempat diam penggugat atau salah seorang dari penggugat atau
jika gugatan itu tentang benda tetap maka gugatan dimasukkan
kepada Ketua Pengadilan Negri di daerah hukum siapa benda itu
terletak.

Komentar :
1. Tergugat tidak dikenal ; telah dilakukan panggilan umum (Pasal
380).
2. Tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya, maka gugatan
dimasukkan (diajukan) kepada Ketua Pengadilan Negri yang
wilayah hukumnya meluputi tempat tinggal penggugat.
3. Gugatan mengenai benda tetap; dalam hal yang disengketakan
adalah benda tetap (tanah, rumah dsb) maka gugatan dapat
diajukan Ketua Pengadilan Negri yang wilayah hukumnya
meliputi letak benda tetap itu, dalam hal ini penggugat dapat
memilih gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negri yang
wilayah hukum meliputi tempat diam/tempat tinggal yang
sebenarnya dari tergugat ataukah benda tetap berada.

Pasal 118 (4) :


Jika dengan surat sah (Schrijftelijk akte) dipilih dan ditentukan
tempat diam (woonplaats is gekozen), maka jika ia suka dapat

6
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

memasukkan gugatan itu kepada Ketua Pengadilan Negri dalam


daerah hukum siapa terletak tempat diam yang dipilih itu.

Komentar :
Jika dengan suatu akta surat sah (Schrijftelijk akte) dipilih dan
ditentukan tempat diam (woonplaats is gekozen), maka jika ia suka
dapat memasukkan gugatan itu kepada Ketua Pengadilan Negri
dalam daerah hukum siapa terletak tempat diam yang dipilih itu.
Dalam literature pemilihan tempat diam ini dikenal dengan
istilah domiciliekeuze (pemilihan/penunjukan domisili).
Akta; tulisan yang menentukan sesuatu, untuk bukti;

Pemilihan tempat diam dapat dilakukan pada saat :


a. Sebelum terjadi sengketa, biasanya dicantumkan dalm
perjanjian sebagai suatu clausula;
b. Sesudah terjadi sengketa, dengan persetujuan kedua
belah pihak.

NB. Hak evocatie merupakan pengecualian terhadap pasal 118 HIR,


berlaku di dunnia perdagangan (antara para pedagang). Hak Evocati
diatur dalam Pasal 314 Rv, yang menentukan bahwa gugatan dapat
diajukan pada :
1. Tempat diam tergugat;
2. Dimana kontrak diadakan;
3. Dimana barang dilever/tempat penyerahan barang;
4. Di tempat pembayaran.

Pasal 119 : NASEHAT DAN PERTOLONGAN.


Ketua Pengadilan Negri berwenang memberi nasehat dan
pertolongan waktu dimasukkan gugatan tertulis, baik pada
penggugat sendiri maupun pada kuasanya.

Komentar :
a. Menunjukkan bahwa Hakim Indonesia Aktif. Ketentuan Hakim
Aktif ini dapat kita temukan dalam Pasal 119, 120, 130, 178 dan
195 HIR. Hal demikian ini adalah berbeda dengan Hukum Acara
Perdata BArat (Rv) yang menentukan Hakim Pasif. Ketentuan
hakim Pasif menurut Rv ini disebabkan Rv menentukan adanya

7
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

kewajiban menunjuk kuasa. Kuasa dapat seorang Advokad dan


atau procureur.
b. Dari ketentuan pasal ini, Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, SH,
menyimpulkan adanya syarat bentuk minimum gugatan tertulis.
Pasal 120. GUGATAN LISAN.
Jika penggugat buta huruf, maka ia dapat mengajukan gugatannya
dengan lisan. Ketua Pengadilan mencatat atau menyuruh mencatat
gugatan itu.

Komentar :
Pasal ini mengandung Hakim Indonesia Aktif.
Buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis huruf latin; Umpama
hanya dapat membaca dan menulis huruf Arab dan jawa;
Gugatan Lisan, dalam hal ini penggugat harus menghadap sendiri,
Mencatat, dikerjakan sendiri oleh Hakim (Ketua Pengadilan Negri).
Menyuruh mencatat, oleh orang lain.
Dalam praktek biasanya oleh panitera atau panitera pengganti,
tetapi hakim tetap bertanggungjawab.

Pasal 121 (1): MENENTUKAN HARI SIDANG.

Sesudah guagatn tertul;is atau catatan, oleh panitera dimasukkan


dalam daftar (register) yang disediakan untuk itu, Ketua Pengadilan
menetapkan hari dan jam dimana perkara tersebut akan diperiksa
dan memerintahkan memanggil kedua belah pihak supaya hadir pada
waktu itu disertai saksi-saksi dan surat-surat bukti yang akan
dipergunakan.

Komentar :
Dalam praktek Ketua Pengadilan Negri membagikan perkara-perkara
yang masuk kepada hakim-hakim. Hakim-hakim yang menentukan
hari sidang.
a. adalah Kepala Kantor Pengadilan yang menjalankan administrasi
(tata usaha) dan wajib memelihara / membuat daftar-daftar
tertentu.
b. Daftar, daftar perkara (pidana dan perdata), daftar banding,
kasasi, sita, consignatie, daftar yayasan. Selain itu daftar
abrang bukti, daftar penyitaan benda tetap dsb.

8
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Menetapkan/menentukan; menetapkan hari sidang dengan surat


penetapan (beschikking).

Vonnis, diambil dalam dan setelah sidang, dapat berisi


perintah.
Beschikking; diambil diluar sidang, dapat juga berisi perintah
untuk menyita, perintah untuk memanggil dsb.

d. Diperiksa; disidangkan.
e. Memerintahkan untuk memamnggil : panggilan dilakukan oleh
juru sita.
f. Disertai saksi-saksi; terlalu pagi, sebab pada sidang pertama
belum waktunya memeriksa saksi (bukti). Sistem Barat
memeriksa bukti dengan putusan sela.
g. Membawa surat-surat bukti, masih terlalu pagi juga seperti
saksi.

Pasal 121 (2) :

Waktu memanggil tergugat, diserahkan kepadanya sehelai salinan


gugatan dengan diberitahukan bahwa kalau mau ia dapat menjawab
gugatan itu dengan surat.

Komentar :

a. Memanggil, panggilan sidang harus memenuhi syarat penggilan


patut (panggilan sah).
b. Syarat panggilan patut ada 3 yaitu :
1. Siapa yang memanggil,
2. Bagaimana car amemanggil;
3. tentang tenggang waktu panggilan.

Mengenai syarat siapa yang memanggil, panggilan dilakukan


oleh juru sita. Juru sita adalah petugas yang berwenang
untuk melakukan panggilan (Pasal 388).

Mengenai Cara Memanggil dilakukan menurut ketentuan pasal


390, yaitu dengan cara penggilan biasa (ketemu dengan ybs

9
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

atau melalui kepala desa/lurah) maupun dengan cara


panggilan umum.

Mengenai tenggang waktu pemanggilan paling tidak 3 hari


(pasal 122).

Maksud dilakukan panggilan patut adalah agar tergugat


dapat menyiapkan jawabannya.

c. Salinan Gugatan; salinan dari gugatan yang tertulis atau catatan


yang dibauat oleh pengadilan yang dimasukkan dalam register
perkara.
d. Dari pekerjaan itu juru sita membuat sebuah Relaas panggilan (
tulisan yang membuktikan adanya panggilan).

Pasal 121 (3).


Penetapan tersebut dimasukan dalam register dicatat dibawah
gugatan asli.

Komentar :

Dicatat; adanya penetapan hari sidang itu dicatat dalam daftar


dna juga pada surat gugat, supaya diketahui dan jelas (penting
kalau ada apa-apa, misalnya dimungkiri dsb).

Pasal 121 (4) :


Panitera mendaftar guagatn dalam register untuk itu setelah
dibayar sejumlah uang, yang diperhitungkan kelak untuk sementara
waktu diperkirakan oleh ketua pengadilan negri untuk membayar
biaya kantor panitera, ongkos-ongkos panggilan dan pemberitahuan,
harga meterai yang dipakai dsb.

Komentar :

Dari ketentuan itu dapat disimpulkan bahwa : berperkara


membayar biaya perkara.
a. dibayar sejumlah uang; syarat suapaya gugatan didaftar ialah
penggugat membayar biaya perkara, kecuali prodeo yang diatur

10
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

oleh Pasal 237. Selanjutnya setelah putusan dijatuhkan, ongkos


perkara dibebankan kepada pihak yang kalah (Pasal 181 ayat 1).

b. Diperhitungkan kelak; jumlah uang tersebut biasanya sudah


ditetapkan. Kelebihannya kemudian akan dikembalikan setelah
perkara diputus dan setelah selesai eksekusi.

c. Diperkirakan (ditaksir); ongkos perkara tersebut sebelumnya


tidak dapat diketahui sebab tergantung kepada banyaknya
meterai yang dipakai, berapa kali dilakukan
panggilan/pemberatahuan (ongkos jalan juru sita), berapa
halaman putusan hakim ongkos redaksi/ongkos membuat putusan
untuk Negara).
Dalam praktek, ongkos perkara ini sudah ditetapkan.
Apabila kurang penggugat nambah dan jika kelebihan akan
dikembalikan. Kalau ada sita lebih banyak lagi.

Pasal 122 : TENGGANG WAKTU (FORMALITAS WAKTU).


Dalam menentukan hari sidang, ketua / hakim harus
mengindahkan tenggang waktu antara hari panggilan dengan hari
persidangan tidak boleh kurang dari 3 hari, kecuali dalam hal-
hal yang sangat perlu boleh kurang, akan tetapi harus
dipertimbangkan dan dicantumkan dalam surat perintah, dalam
menentukan tenggang waktu ini ketua / hakim harus
mengindahkan jarak antara tempat kediaman para pihak dengan
tempat persidangan pengadilan negri.

Komentar :

a. Ketua/Hakim; yang menentukan hari sidang adalah ketua


majlis (kalau sidang majlis) atau hakim yang memeriksa
perkara(dalam hal perkara diperiksa hakim tunggal).

b. Tenggang waktu; ini merupakan formalitas waktu yang harus


diindahkan. Kalau tidak segala hal yang dilakukan menjadi
batal (pasal 10,11,12 Rv). Tenggang waktu ini pula yang harus
diindahkan dalam hal-hal Verzet (pasal 129), banding (UU
Banding) dsb. Tenggang waktu duhitung sejak yang
bersangkutan menerima surat panggilan.

11
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Surat perintah; surat penetapan (surat beschikking).

d. Dalam hukum acara ada :


1. Formalitas bentuk : bentuk dari surat gugat dsb.
2. Formalitas waktu, tenggang waktu panggilan, banding,
verzet, kasasi dsb.
Formalitas – formalitas tersebut ada baik dan buruknya.
Baiknya, proses tidak bertele-tele, lancar dan teratur.
Buruknya jika keterlaluan menjadi formalistis (mengabdi
bentuk), padahal formalitas bukan tujuan tetapi sarana.

Pasal 123 : KUASA.

Pasal 123 (1) :


Jika dikehendaki, para pihak dapat didampingi atau menunjuk
seseorang kuasa sebagai wakilnya, untuk itu harus diberikan
kuasa khusus untuk itu, kecuali jika pemberi kuasa hadir.
Penggugat dapat juga memberi kuasa yang dicantumkan dalam
surat gugat, atau dalam gugat lisan dengan lisan, dalam hal ini
harus dicantumkan dalam catatan ketua.

Komentar :
a. Menunjuk kuasa dapat dilakukan dengan :
1. Lisan; untuk ini harus dilakukan dihadapan hakim.
2. Tertulis, dengan suray kuasa khusus.
Dulu ada dinamakan Generale Volmacht dan bijzondere
volmacht.
Generale Volmacht adalah untuk menghadap ke instansi-
instansi pemerintah.
Sedangkan bijzondere Volmacht adalah untuk menghadap
ke pengadilan.
Sekarang bijzondere volmacht ini terdiri dari kuasa
umum dan kuasa khusus.
Kuasa umum, didalamnya dimuat kekuasaan untuk
menghadap pengadilan negri dan instansi-instansi lain.
Kuasa khusus adalah untuk banding dan kasasi.
Kekhusussan disini adalah karena disebutkan untuk
keperluan pemberian kuasa (banding, kasasi), penyebutan

12
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

nomor perkara dari putusan yang dimohonkan banding dan


kasasi, beserta penyebutan pihak-pihak.

Disamping kuasa umum dan kuasa khusus ini HIR


mengatur kuasa Iistimewa. Kuasa istimewa iniadalah
adalah kuasa untuk mengangkat sumpah (Pasal 157) dan
kuasa memberi pengakuan (Pasal 174).
Keistimewaan kuasa ini adalah adalah bunyi sumpah atau
pengakuan dimuat (ditulis) secara tegas dalam surat
kuasa.

b. Seseorang kuasa dapat :


1. Mendampingi pihak yang bersangkutan yang hadir
sendiri, atau
2. Mewakili. Dalam hal ini pihak yang bersangkutan tidak
hadir sendiri. Kuasa sendirilah yang hadir sebagai wakil
dari pihak yang bersangkutan dengan kekuasaan
tertentu.
3. Menunjuk kuasa limpahan (recht van substitutie).
Hal ini dapat dilakukan apabila pihak (pemberi kuasa)
mengizinkan. Biasanya hal ini dicantumkan pada bagian
akhir surat kuasa.

c. Menunjuk seorang kuasa membawa konsekwensi.


Konsekuensinya adalah pemberi kuasa terikat kepada
hal-hal yang dilakukan oleh penerima kuasa, meskipun
menyimpang dari kekuasaan, misalnya : kuasa menyatakan
sanggup membayar maka pemberi kuasa wajib membayar dsb.
Apabila tindakan kuasa menyimpang dari kkekuasaan
yang diberikan kepadanya, maka pemberi kuasa dapat
melakukan acton en dessaveu, yaitu membantah tindakan
kuasa di muka pengadilan, karena kuasa mwnyimpang.

Pasal 123 (2) :


Pegawai yang menurut peraturan umum menghadap di muka
pengadilan untuk pemerintah Republik Indonesia, mewakili
Negara tidak memerlukan surat kuasa.

Komentar :

13
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Ada kemungkinan pemerintah menggugat atau digugat, Instansi,


departemen, provinsi, perhutani, dsb. Yang masing – masing
dapat menunjuk wakil;
a. Pegawai yang mewakili Negara/pemerintah adalah jakwa
secara otomatis,
b. Disamping itu ada Advokad Negara, yaitu advokad biasa yang
oleh pemerintah diangkat menjadi advokad Negara kalau ada
perkara (misalnya dulu Mr. M Sujudi untuk daerah JAwa
Tengah dsb).

Pasal 123 (3) :


Pengadilan negri berwenang memerintahkan supaya pihak
menghadap sendiri di muka sidang meskipun sudah ada seorang
kuasa yang mewakilinya (menjadi wakilnya). Wewenang itu tidak
berlaku bagi presiden.

Komentar :
a. Pengadilan Negri berwenang memerintahkan supaya pihak-
pihak yang bersangkutan menghadap sendiri, mereka wajib
datang sendiri ( prinnsip oral debat/pemeriksaan langsung).
Pentingnya hal ini adalah hakim dapat mengadakan Tanya
jawab langsung (oral debat) sehingga lebih jelas
persoalannya.

b. Sistem Barat (Rv) adalah lain;


Menurut Rv para pihak malahan wajib menunjuk kuasa
(verplichte procureur stelling), para pihak malahan tidak
boleh menghadap sendiri. Pihak yang secara in persoon
datang sendiri (tanpa procureur) malah dianggap tidak
menghadap.
Siapa yang dapat menjadi kuasa ?
1. Advokad untuk Hoogerchtshof dan Raad van Justitie.
2. Procureur untuk landraad dan Residientiegercht;

Menurut HIR :
1. Setiap orang dapat menjadi kuasa.
2. Pokrol karena pekerjaannya.
Sekarang pokrol (pengacara praktek) harus lulus ujian yang
diselenggarakan Pengadilan Tinggi.

14
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Wewenang ini tidak berlaku bagi presiden.


Meskipun presiden menjadi pihak dalam perkara (penggugat
dan tergugat), hakim tidak berwenang memerintahkan
Presiden menghadap sendiri (in persoon) dalam sidang
perkara perdata, apabila ia sudah menunjuk kuasanya yang
mewakilinya.
Pasal 124 : GUGATAN GUGUR JIKA PENGGUGAT TIDAK
MENGHADAP
Jika penggugat tidak menghadap meskipun telah dipanggil
dengan patut atau tidak menyuruh orang lain untuk menghadap ,
maka gugatannya dianggap gugur dan penggugat dihukum
membayar biaya perkara, akan tetapi penggugat berhak
mengajukan gugatannya lagi dengan membayar ongkos perkara.

Komentar :

a. Dipanggil dengan patut; panggilan memenuhi syarat-syarat :


1. Tenggang waktu, minimum 3 hari (Pasal 122);
2. Dipanggil oleh jurusita (Pasal 388);
3. Cara memanggil (Pasal 390).
b. Dulu zaman penjajahan, jurusita (deurwaarder) aialah
pejabat umum yang diangkat kepala daerah kareisidenan
(Residen). Panitera Pengadilan merupakan wakil dari jurusita
tersebut secara otomatis. Sekarang tidak ada lagi jurusita
seperti tersebut diatas.
c. Tidak mengahadap atau mengirim wakilnya, akibatnya gugatan
diputus gugur, dianggap tidak mau meneruskan perkara
(afstand van instantie).
d. Wajib membayar ongkos perkara; biasanya yang membayar
ongkos perkara adalah pihak yang kalah (pasal 181).
e. Penggugat dapat mengajukan gugatan baru, kapan? Dalam
hal ini tidak terikat waktu, lain halnya dengan pengajuan
verzet melawan putusan verstek.

Pasal 125 :PUTUSAN VERSTEK KALAU TERGUGAT TIDAK


MENGHADAP
(bandingkan dengan Pasal 26 Rv jo 77,78,82,89 Rv)

15
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 125 (1) :


Jika tergugat tidak menghadap pada hari persidangan meskipun
telah dipanggil dengan patut, atau tidak menyuruh orang lain
untuk menghadap, maka gugatan diputus Verstek, kecuali kalau
menurut pengadilan gugatan melawan hukum atau tidak
beralasan.

Komentar :
a. Dalam Pasal 125 ada istilah pada hari persidangan, dan
dalam Pasal 124 hari yang ditentukan (hari yang ditentukan
oleh Hakim).
Ketentuan ini tidak jelas, sehingga menimbulkan pertanyaan
apakah harus (hanya) pada sidang pertama ataukah
boleh pada sidang keberapapun?
Mengenai hal iniada 2 pendapat :
1. Menyatakan putusan Verstek hanya dapat dijatuhkan pada
sidang pertama.
2. Menyatakan bahwa : Putusan Verstek dapat dijatuhkan
pada sidang keberapapun asal tergugat belum pernah
hadir dalam sidang, walaupun sudah dipanggil dengan
patut.

Pendapat kedua ini didasarkan pada ketentuan Pasal 126 yang


memungkinkan hakim menunda sidang jika penggugat atau
tergugat tidak hadir dalam sidang yang ditentukan, padahal
mereka telah dipanggil dengan patut.

b. Dipanggil dengan patut; panggilan memenuhi syarat


sebagaimana yang disyaratkan oleh pasal 124.
c. Menyuruh orang lain menunjuk kuasanya sebagai kuasa
menghadap.
d. Gugatan diputus dengan Verstek yaitu diputus diluar hadirnya
tergugat, meskipun ia telah dipanggil dengan patut. Apabila
gugatan penggugat memenuhi syarat gugatan beralasan dan
berdasar hukum, maka gugatan dikabulkan, jadi tergugat
kalah.
e. Menurut pengadilan; pengadilan dapat menafsirkan/memutus
penggugatkan penggugat menang atau kalah. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada bantahan dari pihak tergugat,

16
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

namundalam putusan verstek penggugat mungkin dapat


dikalahkan.
f. Gugatan melawan hukum, kalau gugatan melawan hukum
makapenggugat kalah.
g. Gugatan tidak beralasan; kalau gugatan tidak beralasan maka
penggugat kalah.

Ketentuan ini berkaitan dengan syarat materiil untuk


mengajukan gugatan. Syarat materiil tersebut ada 4 yaitu :
1. Gugatan beralasan, maksudnya gugatan tersebut
didukung oleh fakta dan peristiwa;
2. Gugatan berdasar hukum, yaitu hak dan kepentingan
yang dimohonkan perlindungan adalah hak dan
kepentingan yang pantas untuk dilindungi;
3. Guagatan yang diajukan sudah tiba waktunya untuk
digugat;
4. Sudah ada teguran (somasi/ingebreke stelling).

Pasal 125 (2) :

Jika tergugat menjawab menurut pasal 121, menunjuk pada


eksepsi hakim tak wenang, maka pengadilan akan memutuskan
tentang eksepsi tersebut setelah penggugat didengar meskipun
tergugat tidak hadir atau tidak mengirim orang lain untuk hadir
sebagai kuasanya, hanya kalau menolak eksepsi itu akan memutus
pokok perkara.

Komentar :
a. Menjawab menurut Pasal 121, Pasal 121 memberi wewenang
kepada tergugat untuk menjawab secara tertulis (tanpa
hadir);

b. Eksepsi hakim tak wenang; dalam jawaban tertulis tersebut


mungkin tergugat mengajukan eksepsi bahwa pengadilan
yang memeriksa perkara tidak berwenang memeriksa
(kewenangan absolute ataupun kewenangan relative);

17
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Eksepsi adalah tangkisan yang tidak mengenai pokok


perkara, namun apabila berhasil dapat menyudahi
pemeriksaan perkara (lihat komentar pasal 133 dst).

c. Pengadilan memutus tentang eksepsi; dalam hal butir b


tersebut diatas maka meskipun tergugat tidak menghadap,
hakim akan memeriksa penggugat dan akan memutus
tentang eksepsi yang diajukan oleh tergugat dalam surat
jawaban tersebut.

d. Hanya kalau menolak eksepsi, dalam memeriksa eksepsi


dari tergugat, hakim dapat menjatuhkan putusan :

1. Eksepsi beralasan, sehingga hakim memeriksa


eksepsi tersebut dan menyatakan gugatan
penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard).
2. Eksepsi tidak beralasan, maka eksepsi ditolak dan
hakim akan memeriksa pokok perkara meskipun
tergugat tidak hadir.
Kemungkinan lain, sidang ditunda.

Pasal 125 (3) :

Jika tuntutan dikabulkan, amak putusan pengadilan atas perintah


diberitahukan kepada tergugat dan sekaligus diperingatkan
kepadanya, bahwa ia berhak dalam waktu dan cara tersebut
dalam Pasal 129, mengajukan perlawanan (verzet) terhadap
putusan itu kepada pengadilan yang sama.

Komentar :
a. diberitahukan; putusan verstek harus diberitahukan secara
resmi kepada tergugat oleh jurusita;
b. perlawanan; tergugat dapat mengajukan verzet untuk
melawan putusan verstek tersebut dengan cara dan waktu
menurut Pasal 129.
c. Pengadilan yang sama, perkara verzet tersebut diajukan dan
diperiksa oleh pengadilan negri yang memutus verstek.

18
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 125 (4) :


Dibawah surat putusan tersebut oleh panitera dicatat siapa yang
menjalankan pekerjaan tersebut dan apa yang dilaporkan oleh
orang ini tentang pekerjaan yang ia jalankan itu.
Komentar :
a. oleh Panitera dicatat; guna penegasan dan bukti, maka
panitera mencatat pada surat putusan adanya aanzeging
(pemberitahuan) tersebut dan siapa yang mengerjakannya
(nama jurusita).
b. Menjalankan pekerjaan, jurusita yang menjalankan
aanzeging (pemberitahuan);
c. Juru sita melaporkan, juru sita wajib memberi laporan
mengenai pekerjaannya;

Pasal 126 : MENUNDA SIDANG

Dalam hal-hal tercantum dalam dua pasal tersebut diatas, maka


pengadilan sebelum menjatuhkan putusan memerintahkan supaya
pihak yang tidak menghadap dipangil untuk kedua kalinya, pada
hari sidang yang ditentukan dalam sidang pengadilan tersebut,
penentuan sidang ini oleh ketua diberitahukan kepada pihak yang
datang dan pemberitahuan ini baginya berlaku sebagai panggilan.

Komentar :
a. sebelum memutus perkara, dalam hal penggugat dan atau
tergugat yang telah dipanggil dengan patur tidak hadir dalam
sidang yang ditentukan, maka hakim tidak harus menjatuhkan
putusan gugatan gugur atau verstek seperti dimungkinkan
oleh pasal 124 dan 125, melainkan hakim dapat menunda
pemeriksaan sampai hari yang ditentukan.

b. Dipanggil untuk kedua kalinya, untuk penundaaan ini


penggugat atau tergugat yang tidak hadir harus dipanggil
lagi.

c. Sidang pengadilan, penundaan pemeriksaaan tersebut diambil


oleh hakim dalam sidang yang bersangkutan dimana juga
ditetapkan hari sidang yang akan datang.

19
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

d. Pemberitahuan berlaku sebagai panggilan, penetapan hari


sidang tersebut diumumkan dan diberitahukan kepada pihak
yang hadir,
Pemberitahuan ini bagi pihak yang hadir berlaku sebagai
panggilan patut, sehingga jika ia tidak datang pada sidang
berikut, perkara dapat diputus.

Pasal 127 : MENUNDA SIDANG DALAM HAL BANYAK TERGUGAT.


(bandingkan dengan Pasal 81 Rv).

Jika ada banyak tergugat, satu atau beberapa orang tidak


menghadap, atau tidak meyuruh orang lain untuk menghadap,
maka pemeriksaan perkara ditunda sampai hari yang ditentukan
sedapat mungkin tidak lama. Penundaan dalam sidang ini
diberitahukan kepada pihak-pihak yang datang dan bagimereka
sebagai panggilan. Untuk tergugat yang tidak datang ketua
memerintahkan supaya mereka sekali dan bagi mereka
pemberitahuan itu berlaku sebagai panggilan. Untuk tergugat
yang tidak datang Ketua memerintahkan supaya mereka sekali
lagi dipanggil pada hari yang ditentukan.
Pada hari itu perkara diperiksa dan diputus untuk semua pihak
dalam putusan yang sama; terhadap putusan ini tidak dapat
diajukan Verzet.
Komentar :
a. pemeriksaan ditunda; kalau banyak tergugat dan ada yang
tidak datang, maka pemeriksaaan harus ditunda, tidak boleh
dijatuhkan putusan.
Catt : Penundaan (uitsel) berbeda dengan penangguhan
(schorsen). Penundaan dilakukan bilamana ada suatu
kperluan atau kepentingan, sdangkan penangguhan
dilakukan untuk istirahat. Dalam hal penundaaan, maka
pada waktu pemeriksaaan berikutnya dimulai dengan
berita acara baru, sedang dalam penangguhan masih
digunakan berita acara yang telah ada (dilanjutkan).

b. Pada hari itu; hari persidangan setelah penundaan;

20
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Diputus untuk semua pihak; putusan ini merupakan putusan


akhir (vonnis) yang mengikat semua pihak baik pihak yang
hadir maupun yang tidak hadir;
d. Tidak dapat diajukan Verzet, ini berarti putusan akhir
(vonnis) tersebut bagi pihak yang tidak hadir berlakuu
sebagai putusan Contradictoir (bukan purtusan verstek).
Dengan demikian maka bagi tergugat yang tidak hadir jika
ingin mengajukan bantahan terhadap putusan tersebut
tidaklah dengan mengajukan verzet, melainkan dengan
Banding.
Pasal 128 : PUTUSAN VERSTEK TIDAK SEGERA DIEKSEKUSI

Pasal 128 (1) :


Putusan verstek menurut Pasal 125 tidak boleh segera
dieksekusi sebelum lewat empat belas hari setelah
pemebritahuan kepada tergugat (Pasal 125) sebab mungkin
tergugat mengajukan verzet.

Komentar :
a. putusan verstek; adalah putusan yang diajukan di luar
hadirnya tergugat, mskipun tergugat telah dipanggil dengan
patut.
Catt. Ada kemungkinan tergugat tidak hadir pada waktu
putusan dijatuhkan, sedangkan pada saat pemeriksaan
perkara ia pernah hadir. Putusan yang dijatuhkan dalam
keadaaan demikian bukan putusan Verstek.

b. Eksekusi putusan verstek ini tidak boleh dilakukan sebelum


lewat 24 hari dari pemberitahuan kepada tergugat, sebab
tergugat masih mempunyai hak untuk mengajukan verzet.

Pasal 128 (2) :

Dalam hal-hal yang sangat perlu, pelaksanaan sebelum tenggang


waktu tersebut dapat dilakukan dengan suatu perintah dari
ketua yang tercantum dalam putusan atau sesudah putusan atas
permintaan lisan atau tertulis dari penggugat.
Komentar :

21
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. hal-hal sangat perlu, diterima atau tidak ini tergantung dari


pendapat Ketua yang harus dipertimbangkan benar-benar
sebab perlu itu.
b. Tercantum dalamputusan; menyimpang dari ketentuan
eksekusi menunggu tenggang waktu 14 hari hari, eksekusi
dapat dilakukan asal :
1). Ada perintah pelaksanaan eksekusi yang
dicantumkan dalam putusan.
2). Disertai dengan pertimvbangan alasan-alasannya.

c. Sesudah putusan; mungkin menyimpang dari yang tersebut


diatas, perintah eksekusi tidak tercantum dalam putusan;
sebab permintaan eksekusi oleh penggugat baru diajukan
sesudah adanya putusan. Ini dapat dilakukan dengan sebuah
surat penetapan (beschikking) ketua pengadilan negri yang
kecuali berisikan perintah eksekusi juga berisi
pertimbangan-pertimbangan alasan “sangat perlunya eksekusi
itu”.

d. Permintaan lisan atau tertulis; eksekusi tersebut dapat


dilakukan atas permintaan penggugat yang menang, baikk
permintaan lisan maupun tertulis disertai dengan alasan-
alasan yang tepat.

Pasal 129 : PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK.

Pasal 129 (1) :


Tergugat yang diputus dengan verstek dan tidak menerima
putusan itu, dapat mengajukan perlawanan (verzet) atas putusan
itu.
(bandingkan dengan pasal 21 jo 83-85 Rv).

Komentar :
a. Verstek; adalah putusan yang dijatuhkan diluar hadirnya
tergugat, padahal tergugat sudah dipanggil dengan patut;
b. Tidak menerima, tergugat mungkin merasa tidak puas
terhadap putusan itu.
c. Mengajukan perlawanan; tergugat yang merasa tidak puas
dapat mengajukan verzet;

22
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

d. Verzet adalah suatu perkara baru dengan nomor baru.


Adapun kedudukan mereka dalam verzet adalah :
1). Yang dulu tergugat, sekarang menjadi pelawan (opposant);
2). Yang dulu penggugat sekarang menjadi terlawan
(geopposeerde).

Pasal 129 (2) :


Jika putusan verstek diberitahukan kepada tergugat sendiri
maka perlawanan (verzet) dapat diterima dalam waktu 14 hari
sesudah pemberitahuan itu. Jika putusan tidak diberitahukan
kepada tergugat sendiri maka perlawanan dapat diterima sampai
hari ke 8 sesudah peringatan (aanmaning) menurut pasal 196.
Atau jika tergugat tidak dapat datang sesudah dipanggil dengan
patut, sampai dengan hari ke 8 sesudah dilakukan surat perintah
tersebut pasal 197.
(bandingkan dengan pasal 31 Rv).

Pasal 129 (3) :


Gugat perlawanan (vordering in verzet) itu diajukan dan
diperiksa menurut acara biasa yang berlaku bagi gugatan
perdata.

Komentar :
a. gugat perlawanan; tergugat mengajukan verzet (perlawanan)
dengan jalan menyampaikan surat gugat perlawanan kepada
Ketua Pengadilan Negri yang memutus verstek. Kedudukan
tergugat dalam perkara ini menjadi pelawan (opposant) dan
penggugat menjadi terlawan (geopposeerde).

b. Diajukan seperti biasa, cara mengajukan gugat perlawanan itu


dilakukan seperti biasanya dalam mengajukan gugatan
perdata, yaitu menurut cara, syarat bentuk dan membayar
ongkos perkara. Jadi ada kemungkinan gugatan diajukan
secara lisan atau tertulis, juga dimungkinkan mengajukan
gugatan secara prodeo;

c. Diperiksa seperti biasanya; pemeriksaan verzet juga tidak


menyimpang dari prosedur pemeriksaaan perkara gugatan
perdata lainnya, hanya saja penggugat menjadi terlawan dan

23
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

tergugat menjadi pelawan. Mengenai panggilan-panggilan juga


dilakukan seperti biasanya.

Pasal 129 (4) :


Adanya perlawanan menunda / menahan pelaksanaan putusan
eksekusi, kecuali kalau ini dipertahankan meskipun ada verzet.
Komentar :
a. menunda atau menahan eksekusi; uapaya hukum yang
bermaksud menentang putusan hakim (verzet, banding,
kasasi) menunda pelaksanaan (eksekusi) putusan hakim yang
ditentang.

b. Ini dipertahankan meskipun ada verzet; akan tetapi ada


kalanya atas permintaan penggugat dalam surat gugatnya,
penundaan ini dapat dikesampingkan, yaitu kalau permohonan
penggugat dikabulkan dan ada perintah uitverbaar bij
voorraad (dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya
hukum-Pasal 180) dari Ketua yang dicantumkan dalam
putusannya (vonnis), bukan dalam surat lain. Dalam hal ini
eksekusi tetap dapat dijalankan, meskipun ada verzet dsb.

Pasal 129 (5) :


Perlawanan yang untuk kedua kalinya diputus verstek, maka
kalau ia mengajukan perlawanan lagi, perlawanan ini tidak dapat
diterima.

Komentar :
a. Pelawan, tergugat yang diputus verstek dan mengajukan
verzet melawan putusan verstek tersebut.
b. Diputus Verstek untuk kedua kalinya, dalam pemeriksaan
perlawanan, bila sebagai pelawan tidak datang lagi (dulu
sebagai tergugat yangtidak datang) maka akan dioutus tanpa
hadirnya tergugat untuk kedua kalinya. Dalam hal demikian
jika ia mengajukan verzet lagi, maka akan dinyatakan tidak
diterima oleh hakim. Apakah bunyi putusan demikian ini
bijak? Apa bukan putusan yang berbunyi perlawanan gugur?
Benar, sebab dalam perkara ini tergugat tetap
berkedudukan sebagai tergugat, yaitu tergugat pelawan,
tidaklah berubah menjadi penggugat.

24
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 130 : USAHA PERDAMAIAN OLEH HAKIM


Pasal 130 (1) :
Jika pada hari yang ditentukan kedua belah pihak datang maka
Ketua Pengadilan Negri akanmencoba mendamaikan mereka.

Komentar :
a. Hari yang ditentukan, hari sidang yang ditentukan oleh hakim
dalam surat penetapan persidangan dengan mengindahkan
tenggang waktu dan cara-cara panggilan. Hari sidang yang
mana ? Hari sidang yang pertama atau hari sidang tundaan?
Mengenai hal ini ada 2 penafsiran, yaitu :
1. Hari sidang pertama,
2. Hari sidang kapan pun asal (para) pihak belum pernah
datang.
b. Ketua Pengadilan Negri, yang dimaksud adalah Ketua Majlis
(ketua sidang).

c. Mencoba mendamaikan, usaha perdamaian ini adalah mutlak


harus dilakukan dan dicantumkan dalam Berita Acara
(procesverbaal). Jika suatu pemeriksaan perkara tidak
didahului dengan usaha perdamaian maka sidang-sidang
pemeriksaan perkara menjadi batal.
Jika perlu, dalam usaha perdamaian ini sidang ditunda.

Dalam peradilan Adat, usaha perdamaian dilakukan pada


permulaan, pertengahan sidang maupun menjelang putusan.
Dalam Acara Barat dikenal komparisi, yaitu usaha perdamaian
(menurut Rv) dalam perkara perceraian antara orang-orang yang
kawin di hadapan pegawai catatan sipil (burgerlijk stand).

Pasal 130 (2) :


Jika perdamaian itu dapat tercapai, maka dalam sidang dibuat
akta perdamaian dimana para pihak dihukum untuk menjalankan
persetujuannya; akta ini mempunyai kekuatan dan dilaksanakan
seperti putusan hakim biasa.

Komentar :

25
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. dapat dicapai, mungkin usaha perdamaian itu berhasil dan


mungkin tidak.
b. Dalam sidang dibuat akta, kalau usaha perdamaian berhasil,
maka dalam sidang itu disusun suatu akta perdamaian oleh
hakim (hakim menyususn bunyi akta perdamaian tersebut).

c. Para pihak dihukum, para pihak wajib mentaati apa yang


menjadi isi akta perdamaian;
d. Melaksanakan persetujuannya; sebenarnya isi akta
perdamaian adalah persesuaian kehendak (persetujuan) dari
para pihak itu sendiri. Hakim hanya hanya menyususn dalam
bentuk kata-kata menurut hukum. Karena kehendak mereka
sendiri, maka pihak wajib mentaati isi akta perdamaian itu;

e. Mempunyai kekuatan dan dilaksanakan seperti putusan biasa;


meskipun perdamaian isinya adalah kehendak sendiri dari
para pihak, akan tetapi karena disusun dan dikuatkan oleh
hakim, maka akta perdamaian mempunyai kekuatan dan
pelaksanaannya seperti putusan hakim biasa.

Pasal 130 (3) :


Terhadap putusan (gewisde) itu, tidak boleh dimintakan banding.
Komentar :
Tidak boleh banding, karena perdamaian itu adalah kehendak
mereka sendiri, maka sudah selayaknya jika para pihak tidak
diperkenankan minta banding.

Pasal 130 (4):


Dalam usaha perdamaian jika perlu dipergunakan seorang juru
bahasa (tolk).

Komentar :
Mungkin salah satu pihak orang asing (dulu banyak Cina Totok),
maka dalam pemeriksaaan diapakai seorang juru bahasa.
Kalau Tolk bukan pegawai, maka sebelum menerjemahkan harus
diisumpah lebih dahulu. Bunyi sumpah tolk tersendiri berbeda
dengan bunyi sumpah lainnya.

Pasal 131 : TIDAK TERCAPAI PERDAMAIAN.

26
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 131 (1).


Jika para pihak menghadap tapi tidak dapat didamaikan maka
hal ini harus dicantumkan dalam berita acara selanjutnya akan
dibacakan surat-surat yang dimajukan oleh par apihak, yang jika
salah satu pihak tidak paham bahasanya, maka Ketua akan
menunjuk seorang tolk.
(bandingkan dengan Pasal 33 – 47 Rv).
Komentar :
a. Dicantumkan dalam berita acara, dalam procees verbal dari
sidang harus ditulis adanya “uang perdamaian”. Kalau tidak
maka dianggap tidak ada usaha perdamaian. Akibatnya
sidang- sidang selanjutnya menjadi batal.
b. Surat – surat yang dinajukan oleh para pihak; karena ini
merupakan sidang pertama, maka surat- surat yang ada
hanyalah surat gugat dari penggugat, mungkin surat
jawaban dari tergugat dan bukti-bukti tulisan.
Dalam praktek oleh hakim yang memeriksa perkara bukti-
bukti tulisan ini dianjurkan diajukan pada saat pembuktian.

Pasal 131 (2) :

Seterusnya akan didengar penggugat dan tergugat, kalau perlu


dengan seorang juru bahasa.
Komentar :
Kalau kedua belah pihak tidak dapat didamaikan, maka dimulai
denmgan memeriksa perkara dengan mendengar keterangan para
pihak berperkara.
Dalam hal demikian kedua belah pihak diberi kesempatan yang
leluasa untuk memberi keterangan-keterangan yang dipandang
perlu.
Dalam fase ini :
a. Penggugat mendapat kesempatan mengauatkan atau
mengubah gugatannya; Dalam hal mengubah gugatannya,
penggugat tidak leluasa. Perubahan yang berupa
penambahan atau perubahan dasar hukum gugatan tidak
boleh, sedangkan perubahan yang berupa pengurangan atau
perbaikan (dalam arti penegasan) boleh.

27
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Tergugat mendapat kesempatan mengajukan eksepsi,


sanggahan, pendek kata apa saja jawaban tergugat
terhadap gugatan.

Pasal 131 (3) :


Juru bahasa tersebut jika bukan dari pengadilan yang sudah
disumpah, harus disumpah lebih dahulu di depan ketua, bahwa ia
akan menerjemahkan dengan benar dari satu bahasa ke bahasa
yang lain.
Komentar :
a. Ada kalanya pengadilan mempunyai pegawai tolk yang sudah
disumpah.
b. Jika tolk yang dipakai bukan tolk tetap, maka ia akan
disumpah lebih dahulu, biasanya oleh hakim ketua majlis
dalam sidang pengadilan itu.
c. Sumpah dilakukan menurut agamanya.
Isi sumpah adalah bahwa ia akan menerjemahkan dengan
benar. Isi sumpah tolk demikian ini berlainan dengan isi
sumpah saksi atau saksi ahli.

Jenis sumpah menurut siapa yang bersumpah adalah :


1. Sumpah Tolk;
2. Sumpah Saksi;
3. Sumpah Saksi Ahli;
4. Sumpah Pihak berperkara;
5. Sumpah Jabata.

Jenis sumpah menurut saat sumpah diangkat adalah :


1. Sumpah Promissoris;
2. Sumpah Asertoris.

Pasal 131 (4).


Pasal 154 ayat (2) berlaku bagi juru bahasa.
Komentar :
Orang yang tidak bolehmenjadi saksi juga tidak boleh menjadi
juru bahasa. Secara Garis besar mereka itu adalah keluarga
dekat, orang gila, anak-anak.

Pasal 132 : MENUNJUKKAN PRINSIP HAKIM AKTIF.

28
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pada waktu memeriksa perkara, ketua berwenang untuk


memberi penerangan dan menunjuk kepada upaya hukum dan alat
– alat bukti, kepada para pihak jika ia memendang perlu guna
kelancaran dan keteraturan pemeriksaan.
Komentar :
a. Memberi penerangan, hakim Indonesia adalah aktif , dapat
memberi bantuan jika perlu. Dalam mengajukan gugatan,
dalam sidang, saat putusan, maupun saat pelaksanaan putusan;

b. Menunjuk upaya hukum dan alat bukti, karena tidak setiap


orang maju ke pengadilan mengenal hukum, maka bantuan
hakim pemeriksaaan dapat lancar dan teratur;
c. Upaya hukum ialah alat (upaya) yang diberikan oleh hukum
kepada pihak dalam process untuk mencapai sesuatu atau
untuk bertindak menghadapi sesuatu.
Misalnya :
 Alat bukti adalah upaya hukum untuk membuktikan
kebenaran;
 Eksepsi adalah upaya hukum untuk menyanggah gugatan;
 Intervensi adalah upaya hukum untuk mencampuri
proses;
 Verzet, banding, kasasi adalah upaya hukum melawan
putusan.
Jenis-jenis Upaya Hukum :
A. Upaya Hukum Melawan Gugatan :
1. Eksepsi;
2. Rekonvensi;
3. Minta Vrijwaring;
B. Upaya Hukum Melawan Putusan:
1. Yang Biasa : Verzet, banding dan kasasi.
2. Yang luar biasa : Peninjauan kembali (Reques civiel).
C. Upaya Hukum Melawan Sita:
1. Verzet dari yang bersangkutan.
2. Verzet dari pihak ketiga.
D. Upaya Hukum Melawan Eksekusi;
1. Verzet dari yang bersangkutan.
2. Verzet dari pihak ketiga.
E. Upaya Hukum Mencampuri Proses;
1. Intervensi (mencampuri);

29
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

2. Voegen (turut campur).


3. Vrijwaren (menjamin).
F. Upaya Pembuktian;
1. Tulisan (akta).
2. Kesaksian;
3. Persangkaan/dugaan.
4. Pengakuan.
5. Sumpah.
6. Pemeriksaaan setempat.
7. Kesaksian ahli,
8. Pembukuan.
9. Pengetahuan hakim.
Pasal 132a: TERGUGAT DAPAT MENGAJUKAN REKONVENSI
(GUGAT BALIK).

Pasal 132a (1) :


Dalam tiap-tiap perkara tergugat dapat mengajukan gugat
balik, kecuali :
1. Kalau penggugat dalam konvensi mengajukan gugatannya
dalam suatu kedudukan, sedang gugat balik itu akan
mengenai diri sendiri atau sebaliknya;
2. Kalau Pengadilan yang memeriksa perkara gugatan
konvensi itu tidak berwenang untuk memeriksa perkara
gugat balik berhubung dengan pokok perselisihannya;
3. Dalam perkara-perkara perselisihan mengenai
menjalankan /melaksanakan putusan hakim.
Komentar :
 Perkara yang diawali dengan gugatan penggugat disebut
Perkara Konvensi;
 Perkara yang diawali dengan gugat balik dari tergugat (dalam
konvensi) disebut Perkara Rekonvensi.
Kalau tergugat juga mempunyai tagihan terhadap penggugat dan
ia menggunakan kesempatan pada waktu ia digugat untuk
mengajukan tuntutannya, maka ini dinamakan Gugat Balik
(Rekonvensi).
Jika dalam suatu pemeriksaaan suatu perkara, tergugat
mengajukan rekonvensi, maka disini ada dua perkara yang
diperiksa sekaligus.

30
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Prinsipnya, dalam setiap perkara dapat diajukan Rekonvensi,


dengan beberapapengecualian :

 Konvensi adalah gugat asli dari penggugat;


 Dalam suatu kedudukan; contoh : Penggugat menggugat dalam
kedudukannya sebagai Direktur, sebagai wali dsb. Dalam
keadaaan demikian penggugat tidak boleh digugat kembali
(sebagai tergugat dalam Rekonvensi) mengenai hal-hal pribadi
penggugat;
 Pengadilan tidak berwenang, wewenang mengadili
(kompetensi) dapat dibagi :
1. Kompetensi Relatif/Distributief :
Menunjukkan adanya daerah-daerah hukum dari
pengadilan yang sederajat dalam satu jenis lembaga
pengadila.
Misalnya Pengadilan Negri Jakarta Timur dengan
Pengadilan Negri Jakarta Utara dsb.

2. Kompetensi Absolut / Atributief;


Menunjukkan adanya lembaga Peradilan yang mempunyai
kewenangan mutlak atas suatu perkara;
Kewenangan mutlak ini menunjukkan adanya jenis
lembaga peradilan dan tingkat pengadilan. Tiap-tiap jenis
lembaga mempunyai kompetensi absolute untuk
menyelesaikan perkara berdasarkan jenis perkara dan
pihak-pihak yang berperkara.
Misalnya, :
 Perkara Perkawinan orang islam di muka Pengadilan
Agama.
 Perkara Perceraian bagi warga Non Islam di
Pengadilan Negri dan bagi yang beragama Islam di
Pengadilan Agama.
Mengenai Pengadilan Bertingkat,
misalnya Gugatn pertama kali diajukan kepada Ketua
Pengadilan Negri, Banding di Pengadilan Tinggi dan Kasasi
di Mahkamah Agung.

31
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

 Perselisihan eksekusi, pada saat pemeriksaaan perkara


mengenai pelaksanaan putusan hakim tidak boleh diajukan
Rekonvensi.

Pasal 132a (2) :


Jika tergugat dalam tingkat pertama tidak mengajukan
Rekonvensi, maka tidak dapat dimajukan dalam tingkat Banding.

Komentar :
a. Tingkat pertama, pengadilan negri adalah pengadilan tingkat
pertama dalam susunan pengadilan, juha dinamakan hakim
sehari-hari untuk semua sengketa baik perkara perdata
maupun perkara pidana.

b. Banding adalah pengadilan tingkat kedua, dilakukan oleh


Pengadilan Tinggi yang melakukan ulang pemeriksaan yaitu
mengulangi pemeriksaan yang telah dilakukan pada tingkat
pertama. Banding diajukan oleh pihak yang kurang puas atas
putusan hakim pertama.

c. Pemeriksaaan oleh Mahkamah Agung bukan pemeriksaaan


tingkat ketiga, tetapi dinamakan pemeriksaaan kasasi, sebab
tidak mengulang pemeriksaaan pada tingkat pertama dan
kedua, melainkan hanya memeriksa apakah dalam putusan
tyingkat pertama dan kedua ada hal-hak yang melanggar
atau memperkosa hukum, ada suatu peraturan hukum yang
tidak diterapkan. Putusan yang demikian ini oleh Mahkamah
Agung dapat dibatalkan.

Pasal 132b : GUGAT BALIK

Pasal 132b (1) :


Tergugat wajib mengajukan gugat baliknya bersama-sama
dengan jawabannya yang diajukan tertulis atau lisan.
Komentar :
a. Tergugat dalam Konvensi; tergugat mengajukan Rekonvensi,
ia menjadi penggugat Rekonvensi dan yang semula penggugat
(konvensi) menjadi Tergugat Rekonvensi.

32
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Gugat Balik; gugat inrekonvensi merupakan perlawanan


terhadap gugatan penggugat dalam konvensi;

c. Bersama-sama jawaban; saat untuk mengajukan rekonvensi


oleh peraturan ditetapkan pada waktu tergugat mengajukan
jawaban atas surat gugatan dan jika tidak maka rekonvensi
yang kemudian diajukan ini terlambat (tardief), akibanya
tidak dapat diterima.

Dengan demikian urutan jawaban tergugat seharusnya adalah


1. Eksepsi, menurut pasal 133 harus diajukan dalam
jawaban pertama, kalau tidak akan tardief.
2. Jawaban Pokok Perkara.
3. Rekonvensi (Gugat Balik).

d. Tertulis atau lisan, tergugat dalam mengajukan jawabannya


(termasuk rekonvensi) dapat secara tyertulis atau lisan,
meskipun ia menghadap sendiri.
Dalam Acara Barat (Rv) dilakukansecara Tertulis.

Sidang akan lebih tertib apabila Jawab-jawaban antara


penggugat dan tergugat selama pemeriksaaan perkara dilakukan
secara tertulis, sebab sudah diperkirakan dan disusun dari
rumah.

Sebaliknya dalam pemeriksaaan saksi dilakukan secara lisan,


sebab saksi harus menjawab pertanyaan baik dari hakim
maupun para pihak sebelumnya tidak diketahui.

Pasal 132b (2) :


Terhadap Gugat Balik itu berlaku peraturan-peraturan yang
tercantum dalam bagian ini.

Komentar :
Karena gugat balik juga merupakan suatu gugatan,
makaperaturan-peraturan gugatan dipakai, yaitu antara lain
Ketua dapat memberikan pertolongan dan bantuan (prinsip
hakimaktif) dsb.

33
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Bedanya Gugat balik tidak perlu membayar ongkos perkara dan


gugat balik tidak didaftar tersendiri oleh Panitera.

Pasal 132b (3) :


Kedua perkara diperiksa bersama-sama dan diputus dlaam suatu
putusan hakim , kecuali apabila pengadilan berpendapat yang satu
lebih dahulu diputus daripada yang lainnya.
Dalam hal mana dapat dilakukann, akan tetapi gugatan baik
konvensi maupun rekonvensi yang masih belum diputus tetap
diperiksa oleh hakim yang sama (hakim semula).
Komentar :
a. kedua perkara; perkara konvensi dan rekonvensi diperiksa
bersama-sama (merupakan Samen voegen).

b. Diputus dalam suatu putusan; konvensi dan rekonvensi


diputus dalam suatu vonnis, tetapi tetap dibagi dalam
menjadi bagian konvensi dan rekonvensi (baik pertimbangan-
pertimbangan maupun diktumnya);

c. Lebih dahulu diputus, ada kemungkinan gugatan konvensi atau


rekonvensi lebih mudah sehingga dapat diputus lebih cepat
daripada yang lain.

d. Belum diputus, dengan demikian masih ada yang belum


diputus. Ini dapat diperiksa terus sampai dengan saat dapat
diputus, mungkin membutuhkan waktu yang lama.
e. Tetap diperiksa hakim yang sama, dalam hal tersebut hakim
yang meneruskan pemeriksaaan ini adalah hakim yang sama,
yaitu hakim yang mula-mula memeriksa gugatan konvensi, yang
juga akan menjatuhkan putusan akhir.

Pasal 132b (4) :


Permohonan Banding seperti tersebut diatas dapat diterima jika
jumlah uang yang dituntut dalam konvensi ditambah dengan
jumlah uang dari rekonvensi lebih daripada wewenang mengadili
pengadilan landraad.

Komentar :

34
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pada jaman penjajahan, ada pembagihan kompetensi Absolut


yang digantungkan pada jumlahuang yang dituntut.
1. Pengadilan Distrik, diketuai Wedana kompetensinya
kurang dari f 20,-
2. Pengadilan Kabupaten, diketuai oleh Bupati atau patih,
kompetensinya sampai dengan f 50,-
3. Pengadilan Landraad, diketuai oleh Sarjana Hukum
kompetensinya diatas f 50.
Atas putusan ini dapat dimintakan banding kalau jumlah gugatan
tidak kurang dari f 100,-

Pasal 132b (5) :


Jika kedua sengketa dipisah-pisahkan dan diputus terpisah,
maka dalam hal demikian ini berlaku peraturan tentang
permohonan banding.
Komentar :
a. Sengketa dipisah-pisahkan; kemungkinan bahwa pemeriksaaan
konvensi dan rekonvensi dilakukan terpisah, meskipun dalam
sidang yang sama dan kemudian juga dijatuhkan putusan
terpisah (tidak bersamaaan waktunya);

b. Dalam hal demikian, jika ada permohonan banding maka


berlaku peraturan biasa tentang banding. Karena putusan
dijatuhkan tidak bersamaa, maka tenggang waktu mulai
berlaku pada tiap-tiap hari putusan yang bersangkutan.

Pasal 133 : TENTANG EKSEPSI YANG TERLAMBAT.

Jika tergugat dipanggil di muk apengadilan yang menurut pasal


118 ia tidak perlu menghadap, maka ia dapat menuntut supaya
hakim menyatakan dirinya tidak berwenang, tuntutan ini tidak
dapat dipertimbangkan lagi, kalau tergugat sudah mengajukan
perlawanan lain.

Komentar :
a. tergugat tidak perlu datang, menurut pasal 118 terdapat 7
Pengadilan Negri yang berwenang mengadili. Kewenangan
mengadili menurut Pasal 118 ini termasuk dalam kompetensi
Relatif.

35
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Pengadilan Menyatakan dirinya tidak berwenang , dalam hal


tersebut maka atas permintaan tergugat hakim harus
menyatakan dirinya tidak berwenang memeriksa perkara itu.
Selanjutnya penggugat dapat mengajukan perkara kepada
hakim yang berwenang.

c. Tergugat sudah mengajukan perlawanan lain ; mengajukan


eksepsi hakim tidak berwenang dalam kompetensi relative
itu terikat pada waktu, yaitu harus diajukan sebelum
tergugat mengajukan jawaban lain ( jawaban pokok perkara
dan atau Rekonvensi). Kalau didahului jawaban lain, maka
eksepsi hakim tidak berwenang ini terlambat (tardief) dan
akibatnya ditolak oleh hakim.

Pasal134 : TENTANG PENGADILAN LANDRAAD TIDAK


BERWENANG.
Jika sengketa mengenai soal yang tidak masuk wewenang dari
landraad, maka dalam tiap tahun pemeriksaaan pengadilan.,
dapat diminta supaya hakim menyatakan dirinya tidak
berwenang, atas jabatanpun hakim wajib menyatakan dirinya
tidak berwenang.
KOMENTAR :

a. Hal ini adalah kompetensi absolute (lihat komentar pasal 118


(1) butir g.} Kompetensi absolute (kompetensi atributief)
menunjukkan adanya jenis lembaga peradilan dan tingkat
pengadilan.

b. Tiap tahap pemeriksaaan; dalam pasal 133 tergugat terikat


waktu dalam mengajukan eksepsi. Disini tergugat lebih
leluasa, tidak terikat pada waktu. Setiap saaat tergugat
dapat mengajukan eksepsi hakim tidak berwenang
berdasarkan Kompetensi Absolut.

c. Atas jabatan; hakim dengan sendirinya harus menyatakan


dirinya tidak berwenang, tanpa adanya permohonan (eksepsi)
dari pihak yang bersangkutan. Eksepsi merupakan salah satu
upaya hukum untuk melawan gugatan.

36
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pengertian EKSEPSI adalah bantahan untuk menangkis


tuntutan penggugat, yang tidak mengenai pokok perkara. Akan
tetapi jika berhasil dapat menyudahi pemeriksaan.

Jenis Eksepsi menurut pengaturannya :


a. EKSEPSI PROCESSUIL (eksepsi yang diatur dalam Hukum
Acara Perdata). Menurut Sifatnya eksepsi terdiri dari :
1. PEREMTOIR (menyudahi, memutuskan).
Misalnya : Tergugat menyatakan gugatan Res judicata
(satu perkara tidak boleh diajukan dua kali).

2. Deklinatoir (menggelakkan).
Umpama : Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
diajukan pada pengadilan yang tidak berwenang.

3. Diskualifikatoir (Penggugat dan/atau tergugat tidak


mempunyai kedudukan sebagaimana yang dimaksudkan
dalam process).
Umpama :
1. Penggugat menggugat atas nama Perseroan (PT)
sebagai Direktur padahal dia tidak lagi sebagai
Direkturnya maka tergugat dapat mengajukan Eksepsi
penggugat tidak berwenang mewakili,
2. tergugat digugat padahal bukan ia yang meminjam
tetapi saudaranya.

b. EKSEPSI MATERIIL.
Eksepsi ini didasarkan pada ketentuan Hukum Materiil. Jenis
Eksepsi ini adalah :
1. Gugatan Belum tiba saatnya, sifatnya Dilatoir
(menangguhkan).
Umpama : Tergugat harus mengembalikan pinjaman
pada tanggal 1 Juli, padahal sekarang baru tanggal 1
April, kenapa sudah digugat, maka tergugat
dapat mengajukan Eksepsi ini.

37
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

2. Gugatan sudah Daluarsa, sifatnya Peremtoir


(menyudahi, memutuskan).
Umpama : Tergugat menyatakan gugatan telah
lewatwaktu (daluarsa). Apabila hakim menyetujui maka
perkara ini selesai dan Penggugat tidak bisa
menggugat lagi.

Pasal 135 : PEMERIKSAAN PERKARA.

Jika tidak diajukan eksepsi hakim tidak atau eksepsi demikian


ditolak karena dipandang tidak beralasan, maka hakim
setelah mendengar kedua belah pihak, akan memeriksa
perkara itu dengan seksama dan tidak berat sebelah
mengenai kebenaran dari gugatan yang disangkal dan apakah
sangkalan itu beralasan.

KOMENTAR :
a. Eksepsi ditolak, kalau ada eksepsi akan tetapi ditolak, maka
dimulai pemeriksaaan pokok perkara oleh hakim.
b. Tahap – Tahap Pemeriksaan :
1). Usaha perdamaian oleh Hakim;
2). Pembacaan Surat Gugat (Conclusie van eisch) dan
kesempatan mengubag gugatan oleh penggugat.
3). Jawaban Tergugat (Conclusie van antwoord)
dilanjutkan dengan jawab-jawaban antara penggugat
dan tergugat yang dapat meliputi :
 Replik – duplik;
 Tripliek – quardupliek.
4). Pemeriksaaan Bukti – bukti;
5). Putusan Hakim.

c. Pemeriksaaan tidak berat sebelah dan seksama;


Tidak berat sebeleh berarti “Adil”, hal ini dapat
dicapai melalui peraturan-peraturan tentang :
1. Sidang Terbuka untuk Umum, hal ini berguna sebagai
Sarana Pengawasan oleh Masyarakat (Pasal 17 UU No: 14
Tahun 1970).
2. Hak Ingkar (Wraken), yang diatur dalam Pasal 28 UU
No: 14 Tahun 1970.

38
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Istilah Seksama mengandung maknma hakim memeriksa


dengan Teliti, dalam hal :
1. Memeriksa bukti – bukti;
2. Hakim dapat memanggil saksi (Pasal 139),
memerintahkan menunjuk atau membuka
pembukuan (Pasal 137, 138).
3. Putusan harus beralasan (dipertimbangkan), Pasal
184.
d. Tujuan pemeriksaaan mencari kebenaran.
1. Kebenaran Formal (Perdata).
2. Kebenaran Materiil (Pidana).
Untuk mencapai keadilan lewat alat-alat bukti yang sah
(menurut UU) sebagaimana diatur dalam Pasal 164, 153,
154. 138 HIR dan Pasal 78 (1) UU Mahkamah Agung No: 1
Tahun 1950.
Pasal 135a; TIDAK DIPAKAI LAGI HAKIM PERDAMAIAN DESA.

Pasal 136 : HAL EKSEPSI (Lihat jenis-jenis Eksepsi)


Eksepsi yang ingin diajukan oleh Tergugat, kecuali eksepsi
Hakim tidak berwenang tidak boleh diajukan dan diperiksa
sendiri-sendiri, melainkan harus diperiksa dan diputus
bersama-sama dengan pokok perkara.
(bandingkan dengan pasal 135 Rv).

KOMENTAR :
a. Eksepsi Hakim tidak berwenang, dalam kompetensi Relatif
(distributief) dan Absolut (atributief) dapat diajukan dan
diperiksa juga diputus sendiri terpisah (mendahului) pokok
perkara. Jika Eksepsi tersebut benar (Hakim yang
memeriksa Pokok Perkara ternyata tidak berwenang) maka
hakim menyatakan bahwa gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima (niet ontvankelijke verklaard). Selanjutnya atas
perkara ini penggugat dapat mengajukan gugatan baru pada
hakim yang berwenang.

b. Menurut Pasal 136 ini, Eksepsi lain diajukan dan diputus


bersama-sama dengan pokok perkara.
c. Jenis-jenis Eksepsi meurut Sifatnya :

39
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

1. Dilatoir;
2. Deklinatoir,
3. Peremtoir.
4. Diskualifikatoir.

d. Eksepsi dan Pokok Perkara harus diperiksa dan diputus


bersama-sama dalam satu putusan hakim (vonnis).
Hal ini sangat tidak Praktis,
Dan tidak Efisien mestinya diserahkan kepada
kebijaksanaan Hakim, sebab ada kemungkinan eksepsi dapat
segera diputus, sedang pokok perkara membutuhkan
penelitian dan pembuktian yang rumit.

Pasal 137 : MELIHAT BUKTI TULISAN.


Para pihak dapat melihat bukti-bukti tulisan satu sama lainnya,
untuk itu maka tulisan-tulisan itu diserahkan kepada hakim
KOMENTAR :

a. Saling melihat bukti tulisan dari lawan :


 Bukti tulisan lawan berupa pembukuan dan atau surat
menyurat;
 Jadi ada kemungkinan bahwa tilisan-tulisan itu dapat
menjadi bukti yang menguntungkan bagi si pembuat.
Ini menyimpang dari prinsip bahwa : tulisan sendiri
tidak akan menjadi bukti yang memberi keuntungan
bagi isi penulis.

b. Pihak – pihak dapat melihat;


Dari peraturanini dapat disimpulkan bahwa para pihak
tidak boleh dengan sengaja berbohong karena hal ini
ketahuan. Ingat kewajiban par apihak untuk
waarheidsplicht dan medewerkingsplicht.

c. Diserahkam kepada hakim;


 Menurut pasal 372, hakim adalah pimpinan sidang, segala
sesuatu (pertanyaaan dsb) harus diajukan lewat hakim
(ketua).
 Dalam proses, Ketua/hakim mempimpin tindakan-
tindakan :

40
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

1. Sebelum sidang melakukan penyitaan


(Pasal 227);
2. Dalam sidang melakukan pertanyaan dsb
(Pasal 372);
3. Sesudah diputus, memimpin eksekusi
(Pasal 195).

Pasal 138 : BUKTI TULISAN


Pasal 138 (1).
Jika salah satu pihak membantah kemurnian dari alat bukti yang
diserahkan oleh lawannya, pengadilan negri dapat menyelidiki
tentang hal tersebut dan kemudian menentukan apakah alat
bukti yang disangkal itu akan dipergunakan atau tidak.
KOMENTAR :
a. Membantah kemurnian/keaslian (echtheid) ; mungkin yang
dibantah adalah tandatangannya atau isinya;
Atau dapat berupa :
1. MENUDUH PALSU;
disini dikatakan sejak semula surat bukti tersebut
memang palsu (tidak benar).
2. MENUDUH DIPALSUKAN;
Disini dikatakan bahwa surat bukti tersebut semula
adalah asli/murni, namun kemudian diadakan pemalsuan.

Mungkin tuduhan pemalsuan tersebut meliputi :


1. Materieele Valscheid (palsu materiil).
Umpama : tanggalnya palsu, tandatangannya palsu.
2. Intelectueele Valscheid; isinya palsu.

b. Dapat menyelidiki, kalau pengadilan percaya akan menyelidiki


sendiri atau menyuruh menyelidiki oleh ahli, akan tetapi
pengadilan dapat menolak.

Pasal 138(2).
Jika ternyata dalam penyelidikan itu perlu menggunakan
tulisan-tulisan yang dipegang oleh penyimpan umum, maka
pengadilan negri memerintahkan segera tulisan-tulisan itu
diserahkan kepada pengadilan pada hari yang ditentukan.

41
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. tulisan-tulisan; mungkin dapat berupa akte kelahiran, berkas
perkara dsb.
b. Dipegang, dikuasai, disimpan.
c. Penyimpan umum, pegawai umum yang bertugas menyimpan
tulisan-tulisan itu, yaitu antara lain : Pegawai catatan sipil,
panitera dsb.
d. Memerintahkan; yang bersangkutan wajib menyerahkannya.
e. Sidang yang ditentukan, sidang yang ditunda sampai hari
yang ditentukan oleh hakim, ini bertujuan untuk memberi
kesempatan kepada penyimpan umum untuk menyiapkan.

Lihat ketentuan Pasal 6 dan 8 KUHD, yang menyatakan


bahwa tiap orang yangmenjalankan usaha/perusahaan wajib
membuat catatan.
Catatan ini meliputi :
1. Keadaaan kekayaannya.
2. Segala sesuatu yang bergandengan dengan
usaha/perusahaannya.
3. Deengan cara yang ditentukan.
4. Sehingga setiap saat dapat dari perusahaannya itu dapat
dilihat hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.

Pasal 138 (3):


Jika ada keberatan untuk menyerahkan itu karena sifat
tulisannya atau sebab jauhnya tempat penyimpanan, maka
pengadilan dapat memerintahkan bahwa pemeriksaaan itu akan
dilakukan oleh Pengadilan setempat atau oleh kepala daerah
setempat si penyimpan atau ketua dapat memerintahkan supaya
tulisan-tulisan itu dikirimkan dengan cara yang ditenmtukan
olehnya. Ketua Pengadilan Negri setempat atau kepala daerah
setempat akanmembuat berita acara dari pemeriksaaan itu dan
akan mengirimkannya kepada ketua yang bersangkutan.

KOMENTAR :
a. keberatan-keberatan penyimpan, mungkinada keberatan
untuk menyerahkannya.

42
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Sifat tulisan; mungkin tulisan itu sangat berharga, sangat


besar atau tulisan ini merupakan minuta (asli), sehingga
menimbulkan kesulitan besar kalau hilang;
c. Pengadilan Setempat akan diminta oleh pengadilan yang
bersangkutan untuk menjalankan pemeriksaan itu.
Bantuan ini dapat berupa :
 Delegatie Verhoor, berupa pendengaran saksi;
 Rogatoir Commissien, berupa pemeriksaaan setempat,
dsb.

d. Berita Acara, pengadilan atau kepala daerah yang dimintai


bantuan akan membuat berita acara (proses verbal) yang
harus dikirim ke pengadilan yang minta bantuan.
Dalam sidang pengadilan, berita acara ini dibacakan kepada
kedua belah pihak mungkin dihadapansaksi-saksi. Kekuatan
hukum seolah – oleh pemeriksaan tersebut dilakukan sendiri
oleh pengadilan ybs.

e. Cara, mungkin ketua pengadilan ybs menentukan cara


bagaimana pengiriman itu dulakukan untuk menghindarkan
keberatan-keberatan. Misalnya dikawal, diangkut dengan
cara tertentu dsb.

PASAL 138 (4) :


Penyimpan yang tanpa alasan yang sah tidak mau memenuhi
perintah untuk menunjukkan atau mengirimkan itu atas
permintaan yang berkepentingan dengan perintah Ketua
Pengadilan Negri, Ketua Pengadilan yang diminta bantuannya atau
kepala daerah setempat dapat dipaksakan dengan penyanderaan.

KOMENTAR :
a. Tanpa alasan yang sah, alasan menurut UU,
misalnya kewajiban menyimpan rahasia.
b. Atas permintaan yang berkepentingan,
paksaan yang diperintahkan yang berwajib hanya dilakukan
atas permintaan artunya tidak atas jabatan ( tidak
otomatis).
c. Paksaan tersebut dilakukan dengan
penyanderaan.

43
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Penyanderaan memrupakan upaya paksa terhadap seseorang


yang enggan untuk melakukan sesuatu, dengan jalan
memasukkan orang tersebut dalam rumah tahanan atas biaya
orang yang berkepentingan yang minta supaya pihak lawan
disandera.
Pasal 138 (5).
Jika tulisan itu tidak merupakan bagian dari sebuah daftar,
maka penyimpan sebelum menyerahkan atau mengirimkannya
membuat suatu turunan dari tulisan itu, turunan mana
akanmenggantikan tulisan yang asli selama tulisan itu belum
dikembalikan. Dibawah turunan itu ia membuat sebab-sebabnya
(mengapa) dibuat dan catatan itu akan dicantumkan dalam
grosse dari salinan yang dibuat.

KOMENTAR :
a. tidak merupakan bagian, ada kemungkinan tulisan yang
dibutuhkan tidak tercantum dalam suatu daftar (register),
melainkan berdiri sendiri.
b. Dibuat suatu turunan, dalam hal tersebut maka kalu yang asli
dikirimkan sehingga tulisan-tulisan yangasli tidak ada lagi
maka penyimpan harus dibuat salinan (turunan) daru tulisan
tersebut.

c. Dibawah salinan dicatat sebab-sebab, pada bagian bawah


salinan harus disebutkan sebab apa dibuat salinan (turunan).

d. Catatan dicantumkan dalam grosse, si penyimpan wajib


mencatat juga catatan yang ada di dalam grossed an salinan-
salinan yang ia keluarkan. Ini dilakukan supaya masyarakat
umum dapat mengetahuinya.

Pasal 138 (6) :


Biaya yang dibayar kepada penyimpan, ditanggung oleh pihak
yang mengajukan tulisan itu dan jumlahnya diputuskan oleh
Pengadilan yang memutus perkara tersebut.

KOMENTAR :

44
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Ongkos-ongkos yang dibayar kepada penyimpan akta harus


dibayar oleh pihak yang berkepentingan.
b. Pengadilan yang memutus perkara ialah pengadilan yang
memeriksa dan memutus. Mungkindalam pememriksaan
tulisan, pengadilan yang memeriksa dan memutus perkara
minta bantuan kepada Pengadilan lain, karena tulisan tersebut
berada di wilayah hukum pengadilan yang diminta bantuannya.

Pasal 138 (7) :


Jika dalam pemeriksaan terhadap keaslian/kemurnian dari
tulisan yang diajukan oleh ybs menumbulkan dugaan adanya
suatu pemalsuan terhadap tulisan itu, yang dilakukan oleh orang-
orang yang masih hidup maka pengadilan mengirimkan tulisan-
tulisan itu kepada penuntut umum yang bersangkutan.

KOMENTAR :
a. keaslian, dalam ayat (1) dicantumkan bahwa pihak lawan
menyangkal bahwa tulisan itu adalah asli.

b. Dugaan pemalsuan, dengan demikian maka pihak lawan


menuduh adanya suatu pemalsuan (kepalsuan).

c. Tulisan itu diserahkan kepada penuntut umum supaya si


pemalsu dituntut (seperti halnya sumpah palsu).

Pasal 138 (8) :


Perkara yang diperiksa oleh pengadilan, ditunda sampai adanya
putusan dalam perkara pidana.

KOMENTAR :
Logis apabila pemeriksaan ditunda sebab dapat mengganggu
putusan perkara perdata. Lagi pula bila ternyata tulisan
tersebut adalah palsu makatulisan itu tidak dapat dipakai
sebagai alat bukti.

Pasal 139 : BUKTI KESAKSIAN.


Pasal 139 (!) :
Jika penggugat akan menguatkan kebenaran gugatannya atau
tergugat akan menguatkan kebenaran sanggahannya dengan

45
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

saksi-saksi akan tetapi karena mereka tidak mau datang sendiri


atau karena hal-hal lain tidak dapat datang seperti tercantum
dalam Pasal 121, maka pengadilan akan menentukan hari sidang
lain dimana akan diadakan pemeriksaan dan memerintahkan
saksi-saksi yang tidak dengan sukarela datang, akan dipanggil
oleh pegawai yang berwenang untuk menghadap pada sidang yang
ditentukan.

KOMENTAR :
a. saksi menurut Pasal 121, menurut pasal 121 waktu pihak-
pihak dipanggil mareka diberitahukan dapat membawa saksi-
saksi. Mungkin saksi-saksi ini tidak mau datang karena enggan
atau tidak ada panggilan resmi.
b. Pegawai yang berwenang, yaitu juru sita.

Pasal 139 (2) ;


Panggilan semacam ini dilakukan terhadap saksi-saksi yang akan
didengar oleh hakim atas jabatannya.

KOMENTAR :
Perintah untuk memanggil saksi-saksi ini diberikan oleh hakim
secar alisan kepada panitera yang menruskan perintah tersebut
kepada juru sita yang bertugas memanggil dengan relaas
panggilan.

Pasal 140 : SAKSI TIDAK MAU DATANG.

Pasal 140 (1) :


Jika saksi yang dipanggil seperti tersebut diatas tidak mau
datang pada hari sidang yang ditentukan, maka oleh pihak
pengadilan akan dihukum untuk membayar ongkos yangtelah
dikeluarkan dengan sia-sia.
KOMENTAR :
a. saksi dihukum membayar ongkos-ongkos, juru sita yang
melakukan pekerjaannya ( al memanggil saksi) mendapat uang
jalan. Ini merupakan ongkos penggilan yang dalam hal ini
dibebankan pada saksi yang enggan datang.
b. Ongkos perkara, ongkos perkara meliputi juga ongkos
pemanggilan saksi. Ongkos perkara dibayar lebih dulu oleh

46
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

penggugat yang kemudian dibebankan kepada pihak yang kalah


(Pasal 181).
c. Dalam pasal ini terkandung prinsip wajib saksi.

Pasal 140 (2) :


Akan dipanggil lagi dengan ongkos sendiri.

KOMENTAR :
a. ia, maksudnya adalah saksi yang dipanggil tidak mau datang.
b. Menjadi saksi merupakan kewajiban setiap penduduk
(disimpulkan dari Pasal 140, 141, 148 HIR dan PAsal 522
KUHP).
Kewajiban penduduk antara lain :
1. Wajib saksi.
2. Wajib pajak.
3. Wajib Sekolah.
4. Wajib Milisi.

Pasal 141 :SAKSI TIDAK MAU DATANG LAGI.

Pasal 141 (1) :


Jika saksi yang dipanggil ulang tidak mau datang lagi, maka ia
dihukum untuk kedua kalinya membayar biaya pemanggilan yang
dikeluarkan sia-sia dan mengganti kerugian yang diderita pihak-
pihak karena ia tidak datang. (Bandingkan dengan Pasal 1366
KUHPerdata).

KOMENTAR
Disini hukuman diperberat dengan membayar ganti kerugian,
jika pihak yang berperkara menderita kerugian akibat
ketidakhadiran saksi.

Pasal 141 (2) :


Selanjutnya Ketua dapat memerintahkan supaya saksi yang tidak
mau datang itu dihadapkan ke pengadilan negri oleh penguasa
umum guna memenuhi kewajibannya, (bandingkan dengan pasal
185 Rv).

47
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
Kalau saksi itu memang dibutuhkan, maka sidang akan ditunda
lagi dan ketua dapat memerintahkan supaya saksi dibawa ke
hadapan pengadilan dipaksa oleh polisi, untuk memenuhi
kewajibannya.

Pasal 142 : SAKSI DIBEBASKAN.


Jika saksi yang tidak datang seperti tersebut di atas dapat
membuktikan bahwa tidak datangnya itu ada alasan menurut
hukum, maka setelah saksi memberikan kesaksiannya, pengadilan
akan membebaskannya dari hukuman yang dijatuhkan kepadanya.

KOMENTAR :
Cukup jelas.
Pasal 143 : SAKSI DILUAR KARISIDENAN.
Pasal 143 (1) :
Tidak seorangpun dapat dipaksa untuk menjadi saksi dalam
perkara perdata dimana pengadilan yang terletak di karesidenan
lain daripada tempat dia atau dimana dia berada.
KOMENTAR :
a. Dalam perkara perdata, jadi dalam perkara pidana orang
tersebut dapat dipaksa.
b. Saksi diluar karesidenan, kalau saksi bertempat atau berada
di luar karesidenan maka ia tidak dapat dipaksa untuk datang.
Dahulu yang dipandang sebagai satu daerah adalah
karesidenan. Oleh karena itu saksi wajib datang. Sekarang
dapat dikatakan pemerintah kabupaten / kota adalah satu
daerah kesatuan. Lagi pula satu pengadilan negri maka
seyogyanya pasal tersebut berlaku untuk setiap kota/kab.

Pasal 143 (2) :


Jika saksi dalamkeadaan seperti itu, ia tidak datang maka ia
tidak dapat dihukum, melainkan pendengaran saksi akan diminta
bantuan kepada pengadilan negri setempat atau tempat tinggal
dari saksi itu, pengadilan ini wajib segera mengirim berita acara
pemeriksaan saksi keada pengadilan yang bersangkutan.

KOMENTAR :
Ini soal Delegatie Verhoor.

48
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 24 UU No: 14 Tahun 1970 : Pengadilan wajib saling


memberi bantuan berupa pemeriksaan saksi (delegatie verhoor)
maupun pemeriksaan tulisan (Rogatoir commisien) sperti diatas.
Pasal 143 (3) :
Permintaan bantuan seperti tersebut diatas, dapat langsung
diadakan terlebih dahulu memanggil sendiri saksi.

KOMENTAR :
Sidang pengadilan, dari pengadilan yang minta bantuan.

Pasal 144 : PEMERIKSAAN SAKSI


Pasal 144 (1) :
Saksi yang datang menghadap pada hari sidang yang ditentukan,
dipanggil masuk satu persatu.
KOMENTAR :

Pemeriksaan saksi dilakukan satu persatu. Tujuan diadakannya


ketentuan demikian supaya pemeriksaaan terhadap saksi
menjadi lebih jelas, selain itu juga untuk menjaga obyektifitas
keterangan saksi. Juga saksi tidak dapat meniru keterangan
saksi yang lain yang lebih dahulu didengarnya. Untuk itu saksi
yang belum didengar keterangannya tidak diperbolehkan
mendengarkan pemeriksaan saksi sebelumnya.

Pasal 144 (2) :


Ketua hendak menyatakan :
a. Namanya, pekerjaannya, umurnya dan tempat diam/tempat
tinggalnya.
b. Apakah mereka berkeluarga dengan kedua belah pihak atau
salah satu pihak dan jika berkeluarga sampai derajat
keberapa dan juga apakah mereka makan upah atau menjadi
bujang mereka.

KOMENTAR :
a. Menurut pasal ini, kepada saksi diajukan pertanyaan yang
meliputi :
1. Identitas orang yang bersangkutan.
2. Pekerjaan dan tempat diam/tempat tinggal.

49
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Maksud dan tujuan diajukannya pertanyaan tersebut adlah


untuk mengecek apakah keterangan nanti yang diberikan
dapat diterima atau masuk akal atau tidak.

Umpama : pekerjaannya bertani, jika keterangan yang


diberikan bersifat teknis maka keterangan ini patut
diragukan.

b. Kecuali hal tersebut , kalau hubungan sangat dekat maka


mungkin :
1. Tidak bolehmenjadi saksi, Pasal 145.
2. Ybs dapat mengundurkan diri (verschonnen), pasal 146.

c. Setelah saksi ditanyai hubuingannya dengan kedua belah


pihak maka kedua belah pihak ditanyakan apakah benar hal
tersebut.
Pasal 145 : LARANGAN MENJADI SAKSI.
Pasal 145 (1) :
Sebagai saksi tidak boleh didengar :
1. Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak
menurut keturunan lurus.
2. Isteri atau suami salah satu pihak, meskipun telah
bercerai.
3. Anak-anak yang tidak diketahui dengan benar bahwa
mereka telah berumur 15 tahun.
4. Orang gila meskipun kadang-kadang ingatannya terang.
(bandingkan dengan pasal 1910 dan 1912 KUHPerdata).

KOMENTAR :
a. keturunan lurus, dapat berupa ascendant (keturunan lurus
keatas) atau descendent (keturunan lurus kebawah).
b. Keluarga sedarah, hubungan pertalian keluarga karena
keturunan.
c. Keluarga semenda (aanverwant): adalah hubungan pertalian
keluarga karena perkawinan.
d. Suami/isteri walau sudah cerai, dilarang menjadi saksi sebab
hubungan sedekat itu kurang obyektif dalam memberi
keterangan.

50
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

e. Anak yang umurnya kurang dari 15 tahun, dipandnag belum


mencapai oordeel desonderscheids karena pikirannya kurang
masak, belum dapat dipercaya benar-benar apakah ia dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
NB: Dalam hukum Islam dipandang umur 9 tahun sudah
cukup.

f. Anak diperiksa diluar sumpah, kalau toh hakim akan


memeriksa anak dibawah umur, maka pemeriksaan dilakukan
diluar sumpah, sebab :
1. Anak belum mempunyai kesadaran mengenai apa yang
ia ceriterakan, mungkin karenafantasi besar ia akan
menceriterakan hal-hal yang tidak benar.
2. Anak belum mengerti tentang hakekat sumpah, maka
lebih baik tidak disumpah.
3. Ketrangan tanpa sumpah bukankesaksian, artinya tidak
mempunyai kekuatan pembuktian. Keterangan yang
demikain hanya dimaksudkan untuk memberi
keterangan.

g. Sebagaiman halnya dengan anak dibawah umur, orang sakit


ingatan dilarang menjadi saksi. Mereka dapat diperiksa tanpa
disumpah.

h. Apakah hakim akan memeriksa orang-orang seperti itu,


terserah kepada kebijaksanaannya.

Pasal 145 (2) :


Akan tetapi keluarga sedarah atau semenda dalam
persengketaan mengenai kedudukan perdata (burgerlijke staat)
dari kedua belah pihak atau mengenai perjanjian pekerjaan
dapat dipakai.

KOMENTAR :
Kedudukan perdata, yaitu bagaimana kedudukan seseorang
menurut Hukum Perdata terhadap orang lain, umpama seorang
anak terhadap Ayah Kandung/ayah angkat. Dalam hal ini tidak
dikawatirkan seorang saksi memberikan keterangan yang tidak
benar.

51
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 145 (3). :


Hak mengundurkan diri sebagai saksi dalam hal seperti tersebut
dalam ayat (2) pasal ini tidak berlaku bagi orang-orang seperti
tersebut dalam pasal 146 butir 1 dan 2.

KOMENTAR :
Dalam sengketa mengenai kedudukan dalam hukum perdata, tiap
orang wajibmenjadi saksi, termmasuk juga orang yang menurut
pasal 146 butir 1 dan 2. Merekapun tidak boleh mengundurkan
diri dari kedudukannya sebagai saksi.

Pasak 145 (4) :


Pengadilan Negri berwenang memeriksa di luar sumpah anak-anak
seperti tersebut diatas, atau orang gila yang kjadang-kadang
ingatannya terang tetapi keterangannya hanya dapat dipakai
semata-mata sebagai penjelasan.
KOMENTAR :
Jika oleh hakim dipandang perlu untuk gambaran yang lebih jelas
mengenai suatu peristiwa maka ia berwenang untuk mendengar
anak-anak atau orang gila seperti tercantum dalam pasal
tersebut akan tetapi mereka tidak disumpah.

Pasal 146 : YANG DAPAT MENGUNDURKAN DIRI (VERSCHONNEN).


Pasal 146 (1) :
Untuk dapat memberikan kesaksian dapat mengundurkan diri :
1e. Saudara laki-lai dan saudara perempuan, ipar laki-laki dan
ipar perempuan dari salah satu pihak.
2e. keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus dan saudara
laki-laki dan perempuan dari suami dan isteri dari salah satu
pihak.
3e. Semua orang yang karena kedudukan pekerjaan atau
jabatannya yang sah diwajibkan menyimpan rahasia tetapi
semata-mata hanya mengenai hal-hal yang
dipercayakankepadanya.

Pasal 146 (2) :


Apakah seorang sungguh-sungguh wajib menyimpan rahasia atau
tidak, terserah kepada pertimbangan hakim.

52
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Kalau seseorang menyatakan bahwa dirinya wajibmenyimpan
rahasia, hal ini terserah kepada hakim untuk menerima atau
menolaknya.
b. Kalau pasal tersebut mengatur pengunduran diri sebagai
saksi, maka pasal 28 (2) dan (3) UU No: 14 tahun 1970
mengatur pengunduran diri sebagai hakim.
Umpama : Isteri Hakim mempunyai andil dalam suatu
perusahaan dan perusahan tersebut menjadi penggugat atau
tergugat dalam suatu perkara.

Pasal 147 : SUMPAH SAKSI.


Jika tidak ada permintaan pengunduran diri atau permintaan
pengunduran diri tidak beralasan, maka sebelum saksi
memberikan keterangannya, ia terlebih dahulu disumpah menurut
agamanya.

KOMENTAR :
a. Jika tidak ada permintaan pengunduran diri, maka hakimlah
yang menentukan apakah permintaan itu beralasan. Kalau
tidak maka hakim dapat memerintahkan supaya saksi
disumpah lebih dahulu sebelum memberi keterangan.
b. Sumpah Saksi, menurut Pasal 303 keterangan saksi yang
tidak disumpah tidak mempunyai kekuatan pembuktian.
c. Bunyi sumpah saksi : “ …… akan memberikan keterangan yang
sebenarnya, tidak lain daripada yang sebenarnya”.
d. Sumpah diucapkan sebelum saksi memberi keterangan. Ini
disebut dengan sumpah promisoris. Sedangkan sumpah yang
diangkat sesudah seseorang memberi keterangan disebut
dengan “sumpah Asertoris”.
e. Sumpah dilakukan menurut agamanya, yaitu agama yang
dipeluk oleh orang yang disumpah. Jika menurut agamanya
dilarang untuk mengangkat sumpah, maka sumpah dapat
diganti dengan janji yang mempunyai kekuatan hukum dan
akibat hukum seperti sumpah (UU No: 69/1920; Rv Pasal 177
(2)).
f. Selain sumpah saksi dikenal juga : sumpah tolk (juru bahasa),
sumpah ahli, sumpah pihak dan sumpah jabatan.

53
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

g. Sumpah Palsu.
Pengangkatan sumpah dimaksudkan agar orang yang
bersumpah memberi keterangan yang benar, yang dapat
menjadi bukti dalam persidangan. Akan tetapi ada kalanya
seorang yang telah disumpah memberikan keterangan yang
tidak benar (palsu). Dalam hal ini dikatakan orang itu telah
melakukan sumpah palsu. Menurut Pasal 242 KUHP, orang
yang dengan sengaja memberi keterangan palsu setelah
disumpah baik secara lisan maupun tertulis, diancam dengan
hukuman paling lama 7 tahun.

Pasal 148 :
Jika diluar apa yang disebut dalam Pasal 146 seorang saksi
menghadap di persidangan dan enggan disumpah, atau enggan
memberi keterangan, maka atas permintaan pihak yang
berkepentingan, ketua dapat memerintahkan supaya saksi
disanderakan sampai saksi memenuhi kewajibannya.

KOMENTAR :
a. Dari pasal ini dan juga pasal 140-141 dapat ditarik kesimpulan
bahwa menjadi saksi adalah suatu kewajiban disamping
kewajiban penduduk yang lain. Kewajiban tersebut antara
lain :
1. wajib membela Negara;
2. wajib pajak;
3. wajib sekolah;
4. wajib saksi.

b. Penyanderaan (Gijzeling).
Oleh Mahakamah agung berdasarkan SEMA No: 2
Tahun 1964, SEMA No: 4 Tahun 1975, penyanderaan (Pasal
209-223) dilarang karena dianggap bertentangan dengan
perikemanusiaan.

Pasal 149 : tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang.

Pasal 150 : PERTANYAAN – PERTANYAAN KEPADA SAKSI


Pasal 150 (1) :

54
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Kedua belah pihak akanmengajukan pertanyaan yang akan


ditanyakan kepada saksi.

KOMENTAR :
a. pertanyaan kepada saksi dilakukan lewat Ketua Sidang. Kegua
belah pihak dapat mengajukan pertanyaan kepada saksi.
b. Dalam praktek, biasanya hakim mempersilahkan saksi
memberi keterangan menganai apa yang ia ketahui tentang
perkara yang bersangkutan.

Pasal 150 (2) :


Jika diantara pertanyaan ada yang ditimbang pengadilan negri
tidak mengenai perkara itu, maka pertanyaan ini tidak
ditanyakan kepada saksi.

KOMENTAR :
Ketua/hakim akan menyaring apakah pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan pada pihak perlu atau tidak, kalau dipandang tidak
perlu maka pertanyaan tersebut tidak diteruskan kepada saksi.
Jika perlu maka pertanyaan dirumuskan oleh hakim/ketua.

Pasal 150 (3) :


Hakim atas kehendak sendiri dapat mengajukan pertanyaan
kepada saksi yang ia pandang berguna untuk mendapatkan
kebenaran.

KOMENTAR :
Ketua dan hakim anggota atas inisiatif sendiri dapat mengajukan
pertanyaan yang dipandang perlu dan berguna

Pasal 151 :
Peraturanmengenai saksi dalamperkara pidana Pasal 284 dan 285
adalah berlaku juga disini.

KOMENTAR :
Bagi saksi yang tidak dapat berbahasa Indonesia, diangkat juru
bahasa (tolk) Pasal 284, demikian pula untuk saksi yang bisu tulis
(Pasal 285).

55
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 152 :
Keterangan saksi dalam persidangan ditulis oleh panitera dalam
berita acara persidangan.

KOMENTAR :

a. dalam persidangan dibuat berita acara (processs verbal)


untuk menuliskan segala sesuatu yang terjadi dalam sidang.
Biasanya ketua/halim memberitahukan mengenai apa yang
perlu dan yang tidak perlu dicatat, kadang-kadang didektekan
kalimatnya supaya lebih jelas.
b. Yang menulis adalah panitera, karena panitera pengadilan
sebagai kepala tata usaha pengadilan dan sangat sibuk,
mungkin tidak dapat selalu mengikuti sidang. Untuk itu ketua
pengadilan negri mengangkat panitera pengganti
(buitengewoon substituut griffier) untuk menggantikan
panitera itu.

Pasal 153 : PEMERIKSAAN TEMPAT (REKONSTRUKSI).

Pasal 153 (1) :


Jika dipangdang perlu atau berguna, maka ketua pengadilan negri
dapat mengangkat seorang atau dua orang komisaris dari majlis
dibantu oleh panitera untuk mengadakan pemeriksaan tempat
supaya menjadi penerangan bagi hakim

KOMENTAR :
a. ada kalanya diperlukan pemeriksaan tempat (plaatselijke
opneming) supaya pengadilan mendapat gambaran yang jelas
mengenai persoalan yang diperiksa. Misalnya Gedung Miring
tidak sesuai dengan gambar dsb. Dalam hukum pidana
Rekonstruksi merupakan reka ualang dari suatu
peristiwa/perbuatan.
b. Hal-hal tersebut juga dapat dicapai dengan laporan seorang
ahli, akan tetapi bila perlu ketua dapat mengangkat Hakim
Komisaris untuk menjalankan pekerjaan itu. Jika sidang

56
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

dengan hakim tunggal, maka yang diperintahkan untuk itu


adalah panitera/panitera pengganti yang lain.

Pasal 153 (2) :


Tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya, oleh panitera
dibuat suatu berita acara (relaas) yang ditandatangani oleh
hakim komisaris tersebut dan panitera.

KOMENTAR :

a. Dari pemeriksaan tempat (pemeriksaan keadaan) dibuat oleh


panitera/panitera pengganti suatu berita acara, klau sudah
cukup dengan relaas (laporan singkat saja) yang harus
ditandatangani oleh yang menjalankan pemeriksaan itu. Atas
dasar laporan itu hakim harus menjatuhkan putusan.
b. Menurut Hukum Acara Barat, perintah tersebut dilakukan
dengan suatu putusan sela. Menurut HIR, cukup dengan
perintah lisan yang dicatat dalam berita acara.
c. Berita Acara atau laporan pemeriksaan dibacarakan dalam
sidang yang dipakai sebagai bukti dan merupakan pengetahuan
hakim sendiri. Atas dasar laporan ini maka majlis dapat
menjatuhkan putusannya.

Pasal 154 : PEMERIKSAAN ATAU PENELITIAN OLEH AHLI.

Pasal 154 (1) :


Jika menurut Ketua Pengadilan Negri perkara itu dapat lebih
jelas dengan adanya pemeriksaan atau penelitian ahli. Maka atas
jabatan atau atas dasar permintaan pihak-pihak, ia dapat
mengangkat ahli-ahli tersebut.

KOMENTAR :
a. Seperti halnya Pasal 153, hakim dapat mengadakan
pemeriksaan setempat untuk mendapatkan bahan yang lebih
jelas, pengadilan dapat mengangkat ahli-ahli dalam
menjalankan pekerjaan tertentu Umpamanya: ahli bangunan
dsb.
Jika mengenai penglihatan hakim sendiri, maka disiini
dibutuhkan keahlian yang mungkin tidak dimiliki olehnya.

57
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Penunjukan ahli ini dapat dilakukan atas jabatan atau atas


permintaan pihak yang bersangkutan. Umpamanya :
pemeriksaan pembukuan oleh akuntan.

Pasal 154 (2) :


Dalam hal tersebut diatas maka akan ditentukan hari
persidangan, dimana ahli-ahli itu akan memberikan laporannya
diatas sumpah baik tertulis maupun lisan.

KOMENTAR :
a. Menurut Hukum Acara barat, pengangkatan ahli dilakukan
dengan putusan sela sekaligus dicantumkan hari sidang
berikutnya dimana ahli memberi laporan. Menurut HIR tidak
perlu dengan putusan sela, cukup dengan perintah lisan
kepada panitera yang akan memanggil ahli ybs.

b. Dalam sidang yang ditetapkan ahli membuat laporan secara :


1. Tertulis (expertise report) yang didalamnya
ditambahkan pernyataan berani angkat sumpah atau
mengingat sumpah jabatan atau,
2. Lisan, dengan cara bersumpah lebih dahulu.

Bunyi sumpah ahli berbeda dengan sumpah saksi.


Sumpah ahli pada pokoknya berisi : “akan memberi
keterangan-keterangan atas dasar pengetahuan-
pengetahuan khusus yang ada padanya sebagai seorang
ahli”.

Pasal 154 (3) :


Sebagai ahli tidak dapat diangkat seorang yang tidak dapat
didengar sebagai saksi.

KOMENTAR :
Orang yang tidak boleh didengar sebagai saksi juga tidak boleh
diangkat sebagai ahli. Ahli juga merupakan saksi dalam hal-hal
khusus yang bersangkutan dengan keahliannya. Maka disebut
saksi ahli. Sudah layak kiranya diadakan larangan tersebut.

58
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 154 (4) :


Pengadilan tidak wajib menuruti pendapat dari ahli itu jika
bertentangan dengan keyakinannya.

KOMENTAR :
a. Tidak wajibmenuruti, Hakim bebas untuk menilai pendapat,
perasaan keterangan yang diberikan oleh seorang ahli. Hakim
tidak terikat pada pendapat ahli. Misalnya Ahli berpendapat
A, maka hakim boleh menyetujui pendapat ahli tentang A
tersebut, sebaliknya hakim bebas berpendapat B.
b. Kalau hakim akan menganut pendapat ahli, amak ia harus
yakin bahwa hal tersebut adalah A. Dalam hal demikian maka
dalampertimbangan putusan harus dicantumkan bahwa :
“pendapat ahli itu dijadikan pendapat dari hakim itu sendiri”.
c. Keterangan ahli merupakan salah satu alat bukti. Lain-lain
alat bukti dijumpai dalam Pasal 164, 153. 138 dan Pasal 78 (1)
UU MA Tahun 1950.
d. Kekuatan pembuktian dari masing-mamsing alat bukti
tersebut tidak sama melainkan bertingkat, ada yang kuat
sekali, ada yang kurang kuat.

KEKUATAN PEMBUKTIAN

1. Kekuatan pembuktian mengikat dan menentukan.


Artinya Hakim harus mengikuti/mentaati, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya.
Contohnya : pasal 1394 KUHPerdata, 540a KUHD.

2. Kekuatan pembuktian menentukan.


Alat buktidengan kekuatan pembuktian demikian meskipun
hanya satu sudah cukup untuk menentukan/memutus
perkara, tanpa adanya alat bukti lain.
Contohnya : Sumpah dan Pengakuan. Jika pihak berani
bersumpah, maka ia akan menang. Kalau pihak mengaku maka
pihak lawan akan menang.

3. Kekuatan pembuktian sempurna.


Bukti ini walaupun hanya satu sudah cukup memutus perkara
demi kemenangan pihak yang mengajukan alat bukti

59
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

tersebut, kecuali ada hal-hal yang menghalanginya, seperti alat


bukti lawan yang lebih kuat.
Contoh : akta Otentik.
Kalau akta ini dipungkiri oleh pihak lawan dan pihak lawan
dapat membuktikan bahwa akta otentik tersebut salah atau
palsu, mak lawan akan menang (yang mengajukan bukti
otentik kalah).

4. Kekuatan Pembuktian yang Bebas atau pembuktian


bebas.
Artinya kalu diajukan alat bukti yang berkekuatan bebas,
maka terserah kepada hakim untuk memberi kekuatan atau
tidak.
Umpama : Saksi. Meskipun ada 10 orang saksi, kalau hakim
ragu-ragu maka hakim tidak terikat atau wajib untuk
mempercayai saksi ini bagi kemenangan pihak yang mengajukan
saksi-saksi tersebut.

5. Kekuatan pembuktian sebagai permulaan pembuktian.


Bukti dengan kekuatan pembuktian ini masih harus ditambah
dengan dengan alat bukti lain supaya diterima oleh hakim
sebagai bukti yang cukup. Meskipun sudah ditambah. Hakim
tetap bebas untuk menilai bukti itu sudah cukup atau belum.

6. Kekuatan pembuktian berupa alat bukti bukan bukti.


Maksudnya apa yang menampakkan diri sebagai bukti,
sebebarnya adalah bukan bukti.
Misalnya: keterangan saksi yang tidak disumpah.
Meskipun keterangan tersebut kelihatan seperti kesaksian,
namun sebenarnya tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti.

Dalam Hukum Acara Pidana ditegaskan, bahwa :”Pengakuan


lugu dari terdakwa tidak mempunyai nilai sebagai
pembuktian”, Pasal 308.

7. Kekuatan pembuktian yang berupa bukti lawan.

Alat bukti yang diajukan oleh salah satu pihak selalu dapat
dilawan oleh alat bukti yang diajukan oleh pihak lawan,

60
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

kekcuali sumpah. Misalnya salah satu pihak berani


mengangkat sumpat deccissore maka ia menang dan pihak
lawn sudah tidak dapat membantah dengan cara
mengajukan alat bukti lawan.

Di dalam peraturan perundang-undangan, kekuatan pembuktian


ini disebut dengan istilah yang berbeda .

1. Kekuatan pembuktian menentukan, istilah yang dipergunakan


adalah :
 Untuk putusan perkara (pasal 155);
 Putusan perkara digantungkan kepada sumpah itu
(Pasal 156).
 Cukup menjadi bukti (Pasal 174).
2. Kekuatan pembuktian sempurna, didalam undang – undang
dipergunakan istilah : menjadi bukti cukup (pasal 165).

3. Kekuatan pembuktian bebas, istilah yang dipakai adalah :


 Tidak wajibmenuruti (pasal 154, 306).
 Diserahkan kepada pertimbangan dan hati – hatinya
hakim (Pasal 175).
 Diserahkan kepada kebijaksanaannya hakim (Pasal
300).

4. Kekuatan pembuktian sebagai permulaan pembuktian, yang


dipergunakan adalah istilah :
 Tidak dapat dipercaya (Pasal 169) bandingkan dengan
Pasal 300 (1) HIR, 265, 1871 (2), 1876, 1888, 1890,
1898 KUHPerdata.

5. Kekuatan pembuktian berupa alat bukti bukan bukti, istilah


yang dipergunakan adalah :
 persangkaan bukan kesaksian (Pasal 302 ayat 2).
 Keterangan tanpa sumpah tidak menjadi alat bukti
(Pasal 303).
 Pengakuan salah saja … tidak cukup menjadi bukti
(Pasal 308).

Pasal 155 : HAL SUMPAH PENAMBAH (SUPLETOIRE EED)

61
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Bandingkan dengan Pasal 1929 (2) jo 1943 KUHPerdata.

Pasal 155 (1) :


Jika kebenaran gugatan atau klebenaran pembelaan tidak cukup
bukti, akan tetapi juga ada buktinya dan sekali-kali tidak ada
jalan lain akan menguatkannya dengan upaya-upaya pembuktian
lainny, maka ketua pengadilan negri dapat karena jabatannya
menyuruh salah satu pihak bersumpah baik oleh karena itu untuk
memutus perkara atau untuk menentukan jumlah uang yang akan
dikabulkan.

KOMENTAR :
a. yang dimaksud disini adalah sumpah pihak (partij eed). Diatas
dikenal sumpah saksi, sumpah ahli dan sumpah tolk.

b. Yang dijadikan dasar untuk memutus perkara adalah bukti.


Yang penting disini adalah adanya cukup bukti.

c. Siapa yang harus bersumpah ? hal ini tergantung kepada


penilaian hakim mengenai bukti-bukti yang telah diajukan par
apihak.

d. Sumpah supletoire ini diadakan atas inisiatif hakim.

e. Sumpah penambah ini tidak dapat ditunjuk kembali


(dikembalikan). Siapa yang ditunjuk oleh hakim untuk
bersumpah, harus mengangkat sumpah. Ia tidak dapat mohon
kepada hakim supaya pihak lawan saja yang disumpah. Hal ini
berbeda dengan sumpah decissoire (Pasal 156), Pihak yang
bersumpah akan dimenangkan.

Pasal 155 (2) :


Dalam hal yang terakhir itu Ketua Pengadilan Negri menentukan
jumlah uang hingga jumlah mana penggugat harus meneguhkan
dengan sumpah.

KOMENTAR :
a. Sumpah penambah tidak hanya untuk menyelesaikan perkara,
tetapi mungkin juga untuk menentukan jumlah uang yang

62
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

menjadi sengketa. Dalam hal ini sumpah penambah itu


disebut dengan istilah sumpah penaksir (taxatoire eed).

b. Guna meneguhkan / menguatkan jumlah uang yang akan


ditentukan oleh hakim, maka pihak ybs (penggugat) harus
mengangkat sump[ah, umpama bersumpah bahwa kerugian
yang diderita adalah satu juta rupiah.

Pasal 156 : SUMPAH PENENTU (DECISOIRE EED).


(bandingkan dengan pasal 1929 (2) jo 1936 KUHPerdata.

Pasal 156 (1)


Bahkan sekalipun tidak ada bukti untuk memperkuat gugatan
atau sanggahan atas gugatan itu, satu pihak dapat meminta
supaya pihak lain disumpah dihadapan hakim untuk
menggantungkan putusan pada sumpah itu, asal saja sumpah
mengenai perbuatan yang dilakukan orang itu, dengan demikian
putusan akan tergantung pada sumpah tersebut.

KOMENTAR :

a. Seperti halnya pasal 155, sumpah itu adalah sumpah pihak.


b. Lain dari pada apa yang disebut dalam pasal 155, disini tidak
perlu adanya bukti. Jadi tanpa bukti sekalipun salah satu
pihak dapat minta kepada hakim supaya pihak lawan
mengangkat sumpah. Jadi sumpah bukan dimintakan untuk diri
sendiri.
c. Sumpah decissoir ini sesuai dengan namanya adalah un tuk
menyudahi/ menyelesaian perkara.
d. Inisiatif meminta sumpah adalah ada pada pihak sendiri yang
dimintakan sumpah adalah pihak lawan.
e. Adapaun rumusan sumpah disusun oleh hakim, supaya dengan
cepat menyelesaian perkara.
f. Sumpah yang dilakukan oleh pohak ybs harus mengenai
perbuatan yang dilakukan oleh pihak sendiri, bukan perbuatan
orang lain.
Contoh : “…saya bersumpah bahwa ayah saya ….” : ini
tdk boleh.
Yang diperbolehkan :” saya bersumpah bahwa saya …”.

63
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 156 (2) :


Jika perbuatan itu sautau perbuatan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, maka apabilania tidak mau bersumpah ia dapat
mengembalikan sumpah itu kepada pihak lawan.
KOMENTAR :
a. Berbeda dengan Pasal 155, maka dalam sumpah descisoir
pihak yang dibebani sumpah dapat mengembalikan kepada
pihak lawannya.
b. Hal menunjuk kembali ini hanya berlaku perbuatan yang
bersangkutan itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh
kedua belah pihak, umpama : pinjam meminjam dsb.

Pasal 156 (3) :

Barang siapa disuruh bersumpah, tetapi enggan bersumpah atau


menolak atau mengembalikan sumpah itu kepada lawannya, atau
pun barang siapa menyuruh bersumpah tetapi sumpah itu
dikembalikan kepadanya dan enggan bersumpah, maka ia akan
dikembalikan.
(bandingkan dengan Pasal 1932 KUHPerdata).

KOMENTAR ;
Cukup jelas.
Pasal 157 : HAL SIAPA DAN CARA MENGANGKAT SUMPAH.
Sumpah itu, baik yang diperintahkan oleh hakim maupun yang
diminta atau dikembalikan oleh salah satu pihak, harus
diucapkan sendiri, kecuali kalau Ketua Pengadilan Negri memberi
iijin kepada salah satu pihak karena sebab yang penting akan
menyuruh bersumpah seorang wakil istimewa yang dikuasakan
untuk bersumpah. Kuasa ini hanya diberi dengan akta otentik,
diman adengan seksama dan jelas disebut bunyi sumpah itu.
(bandingkan dengan pasal 1945 (1) dan Pasal 1934 KUHPerdata.)

KOMENTAR :

64
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Pada prinsipnya yang bersumpah adalah pihak ybs itu sendiri


dengan cara sebagaimana yang diatur dalam Pasal 158 lebih
lanjut.

b. Akan tetapi ada kemungkinan karena hal-hal yang sangat


penting umpama, pihak ybs tidak dapat berjalan/bicara,
maka sumpah dengan izin hakim dapat diucapkan oleh seorang
kuasa istimewa yang ditunjuk untuk itu.

c. Penunjukan kuasa inidilakukan dengan akte otentik dimana


dengan jelas dan tegas dicantumkan bagaimana bunyinua.
d. Dalam hal demikian sudah barang tentu tidak berlaku kuasa
limpahan.
Pasal 158 : DIMANA DAN CARA BERSUMPAH.

Pasal 158 (1) :


Mengangkat sumpah senantiasa dilakukan dalam sidang
pengadilan, kecuali ada halangan-halangan yang sah.
(bandingkan dengan Pasal 1944 KUH Perdata).

KOMENTAR :
Lazimnya sumpah diadakan dalam sidang pengadilan yang
diadakan dalam kantor pengadilan. Akan tetapi ada kemungkinan
bahwa berhubung dengan hal-hal yang penting, umpama pihak
tidak dapat berjalan, maka sumpah dapat diadakan dimana pihak
tersebut berada. Selain itu lihat juga Pasal 381. Untuk keperluan
ini juga dibuat Berita Acara Penyumpahan.

Pasal 158 (2) :


Sumpah tidak dapat diambil kalau tidak dihadiri oleh pihak lawan
atau sesudah pihak lawan dipanggil dengan patut.
(bandingkan dengan Pasal 1946 (4) KUHPerdata).

KOMENTAR :

Sumpah harus disaksikan oleh pihak lawan supaya ia melihat dan


mendengar sendiri adanya sumpah. Setidak-tidaknya pihak lawan
itu telah dipanggil secara patut akan tetapi tidak datang. Dalam

65
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

hal demikian maka sumpah dapat diteruskan tanpa hadirnya


pihak lawan ini.
Jenis-jenis Sumpah menurut Pasal 381 :
a. Bagi orang yang beragama Islam :
 Sumpah Biasa dengan Al Quran.
 Sumpah Masjid.
 Sumpah Mimbar.
 Sumpah Pocong.

b. Bagi Orang Cina.


 Sumpah Biasa dimuka Tapekong.
 Sumpah Kelenteng.
 Sumpah Potong Ayam.

Pasal 159 : HAL MENGUNDURKAN SIDANG.


Pasal 159 (1) :
Jika pemeriksaaan perkara tidak dapat diselesaikan pada hari
itu maka sidang akan ditunda sampai hari yang ditentukan, tidak
lama kemudian.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 159 (2) :


Penundaan sidang ini diumumkan dalam sidang dna untuk pihak
yang hadir pengumuman ini berlaku sebagai panggilan.
KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 159 (3) :


Jiak ada yang tidak hadir, maka pihak ini akan diberitahu
tentang penundaan itu.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 159 (4) :


Sidang tidak boleh ditunda, baik oleh hakim atas jabatan maupun
atas permintaan para pihak, kalau tidak sangat perlu.

66
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 160 : HAL BIAYA PERKARA.


Pasal 160 (1) :
Jika sebelum sidang harus dilakukan sesuatu tindakan yang
memakan biaya, yang kemuadian dapat dibebankan kepada pihak
yang kalah, maka KPN dapat memerintahkan supaya biaya ini
dibayar oleh salah satu pihak kecuali kjalau ada pihak yang
sukarela membayarnya.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 160 (2) :


Jika para pihak tidak bersedia untuk membayarnya, maka
perbuatan / tindakan tidak dilakukan, kacuali kalau ini diwajibkan
oleh Undnag – Undang.
KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 161 : TENTANG SIDANG MUSYAWARAH (RAADKAMER)


Pasal 161 (1) :
Sesud ah perkara selesai diperiksa sehingga semua hal menjadi
jelas, baik dalampersidangan yang pertama maupun dalam
persidangan yang kemudian, maka setelah disuruh keluar para
pihak, para saksi dan para pendengar, pengadilan lalu minta
pertimbangan penasehat yang hadir pada waktu perkara itu
diperiksa dalampersidangan menurut Pasal 7 RO.

KOMENTAR :

Dalam pasal 161 ini disebut istilah “Penasehat”.


Pada zaman dahulu istilahnya adalah “PENASEHAT
KEISLAMAN”, yaitu Penghulu. Penghulu Kabupaten dan Penghulu
Landraad biasanya dirangkap oleh satu orang, kecuali untuk kota-
kota besar.

67
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Formasi sidang pada jaman dahulu (baik perkara pidana-perdata)


adalah
1. Seorang Hakim Ketua (Majlis), selalu Sarjana Hukum
(Meester in de Rechten, biasa disingkat Mr.), alasannya
ialah karena dianggap menguasai Hukum (Hukum Barat).
2. Dua orang Hakim Anggota, yang terdiri dari :
 Dua orang wedana, atau
 Seorang patih dengan seorang wedana.
3. Penasehat : satu orang yaitu penghulu, dianggap menguasai
hukum Islam.
4. Seorang Panitera.

Pasal 161 (2) :


Kemudian diadakan sidang musyawarah dan diambil putusan
menurut Pasal 39 dan 40 RO.

KOMENTAR :

Sidang musyawarah ini tertutup dan rahasia. Dalam sidang ini


para hakim merundingkan / mempertimbangkan bunyi putusan
dan dasar / alasannya. Pengumuman putusan hakim dialkukan
dalam sidang yang terbuka untuk umum. Sidang ini diadakan oleh
hakim dan diikuti oleh Panitera sebagai juru tulis. Sifat adalah
tertutup dan rahasia. Ini berarti barang siapa (hakim dan
panitera) membocorkan pembicaraan yang terjadi dalam sidang
musyawarah tersebut, dapat ditutntut pidana karena melakukan
tindak pidana membocorkan rahasia jabatan.

Dalam pemeriksaan perkara pidana ada 2 kemungkinan sidang


dilakukan secara tertutup yaitu dalam hal pemeriksaan
menyangkut masalah kesusilaan. Meskipun perkara ini ditutup
namun tidak rahasia. Hal ini berarti bahwa mereka yang
membocorkan apa yang terjadi dalam sidang tersebut tidak
dapat dituntut pidana karena membocorkan rahasia jabatan.
Demikian pula dalampemeriksaan perkara perdata yang
menyangkut perceraian juga harus dilakukan dalam sidang yang
tertutup (UU Perkawinan dan PP No: 9 Tahun 1975).

BAB IX

68
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAGIAN KEDUA
TENTANG BUKTI

Pasal 162 :
Tentang bukti dan tentang menerima atau menolak alat-alat
bukti dalam perkara perdata, KPN wajib mengingat peraturan
pokok seperti tersebut dibawah ini.

KOMENTAR:
a. Soal pembuktian timbul karen adalam proses akta doktrin
yang mengatakan : “peristiwa hukum atau keadaan hukum
yang tidak terbukti atau tidak dibuktikan kebenarannya
dianggap tidak terbukti”.
b. Perihal pembuktian menimbulkan masalah beban pembuktian .
Beban pembuktian meliputi :
1. Siapa yang harus membuktikan (lihat pasal 163).
2. Apa yang harus dibuktikan :
a. tergantung dalil penggugat dan jawaban tergugat;
b. Dipecahkan dengan teori – teori tentang beban
pembuktian.
3. Cara membuktikan yaitu dengan alat-alat bukti yang
sah menurut UU (lihat pasal 164, 153, 154, 138 HIR
dan Pasal 78 (1) UU MA.
c. Beban pembuktian mengandung Resiko, maksudnya :” Barang
siapa diwajibkan untuk membuktikan apabila berhasil
membuktikan belum tentu menang, namun jika tidak berhasil
membuktikan mesti kalah”.
d. Melalui jalan pembuktian, hakim dapat mencari kebenaran.
Kebenaran yang dicari :
1. Dalam perkara pidana adalah kebenaran materiil, yaitu
dengan bukti dan keyakinan hakim.
2. Dalamproses perdata adalah kebenaran formal, yaitu
kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti yang sah
dan tergantung pula pada kehendak para pihak.

e. Pembuktian, Beban Pembuktian dan Alat-Alat Bukti .


Dalam suatru proses yang terpenting adalah soal pembuktian.

69
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Hal ini timbul karena tujuan proses dimuka hakim adalah


untuk mencari putusan yang adil. Keadilan dapat tercapai
apabila diketahui atau ditemukan apa yang benar.
Untuk itu perlu diingat adanya doktrin yangmengatakan :
“bahwa segalasesuatu yang tidak terbukti atau tidak
dibuktikan kebenarannya dianggap tidak benar”, oleh karen
aitu maka bukti sebagai petunjuk adnya kebenaran adalah
sangat penting.

Berhubung dengan hal tersebut maka timbul :


1. Ilmu tentang Pembuktian,
Yaitu berupa pendapat dan teori para sarjana hukum
mengenai bukti dan beban pembuktian.

2. Hukum Pembuktian., yang mengatur tentang :


a. Bukti menurut UU,
b. Alat – alat bukti;
c. Kekuatan pembuktian dari masing – masing alat bukti.

3. Beban Pembuktian atau Pembagian Pembuktian.


Yang ditangani Hakim mengenai :
a. Pembebanan Pembuktian pada pihak-pihak
menyangkut soal siapa yang membuktikan;
b. Risiko Pembuktian, yang berupa akibat kalau dapat
atau tidak dapat membuktikan, yaitu kalau dapat
belum tentu menang tetapi kalau tidak dapat
membuktikan mesti kalah.

4. Alasan Pembuktian, cara dan usaha pembuktian yang


menjadi kewajiban dari pihak yang bersangkutan :
a. Dasar dan alasan untuk mengajukan suatu bukti dan
apa yang diharapkan.
b. Cara mengajukan alat-alat bukti, dalam hal ini apa alt
buktinya dansaat mengajukan alat bukti tersebut.
c. Mengerahkan beraneka bukti untuk membuktikan apa
yang menjadi dalil-dalilnya.

5. Alat bukti yang dipakai hanyalah alat-alat bukti yang


sah menurut UU.

70
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 163 :
Barang siapa mengatakan mempunyai hak, atau menyebut suatu
peristiwa (keadaan) untuk menguatkan haknya itu atau untuk
membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan
adanya hak atauy kejadian itu.

KOMENTAR :
Pasal ini kurang lengkap, mestinya ada tambahan : “Jika
dibantah”, sebab kalau orang mengatakan berhak atau menunjuk
suatu peristiea dan hak (peristiwa) itu diakui maka tidak perlu
dibuktikan.
a. Pasal inimenjadi dasar dari soal : Siapa yang harus
membuktikan.
Dimana kedua belah pihak masing-masing mengajukan hak-hak
atau menunjuk peristiwa-peristiwa (keadaan), maka pasal ini
tidak dapat menyelesaikan soal tersebut.

Oleh karena itulah maka kemudian timbul berbagai teori


tentang beban pembuktian .

1. Teori Subyektif.
Menurut Teori ini, pihak yang harus membuktikan
adalah kedua belah pihak.

2. Teori Obyektif.
Menurut Teori ini masing-masing pihak membuktikan
menurut hukum obyektif. :
 Pihak Penggugat membuktikan apa yang
menurut hukum obyektif menimbulkan hak
kepadanya.
 Tergugat membuktikan hal-hal yang
meniadakan atau menghapuskan hal-hal yang
oleh penggugat disebut sebagai dasar haknya.

3. Teori Kepantasan.
Teori ini mengatakan bahwa yang membuktikan adalah
pihak yang paling mudah untuk menunjukkan bukti /
membuktikannya.

71
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

4. Sebenarnya siapa yang harus membuktikan tidak perlu


teori. Yang paling mudah adalah :
 Dimana penggugat yang mulai dulu menggugat,
kalau dalilnya disanggah maka ia harus
membuktikan kebenaran gugatannya.
 Selanjutnya jika dalam sanggahannya tersebut
tergugat mengajukan posita, maka ia harus
juga membuktikannya.

5. Pasal ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah


tentang beban pembuktian. Dalam praktek menurut
HIR biasanya masing-masing pihak atas inisiatif sendiri
sudah mengajukan bukti-buktinya. Hal inisejalan
dengan ketentuan pasal 121. Sedangkan menurut Rv
(Hukum Acara Barat), pembuktian merupakan suatu
incident, oleh karena itu maka perintah hakim
mengenai pembuktian diambil dalam putusan sela.
Pasal 164 :
Maka disebut alat-alat bukti yaitu :
1. Surat / tulisan (Lihat pasal 165);
2. Kesaksian (lihat pasal 139-168);
3. Persangkaan (lihat pasal 173);
4. Pengakuan (lihat pasal 174-175);
5. Sumpah (pasal 155, 156, 177)
Bandingkan dengan Pasal 295 (untuk pidana)

Pasal 295:
Maka yang disebut upaya bukti menurut undang-undang hanya
diakui :
1. Kesaksian;
2. Surat-surat / tertulis;
3. Pengakuan;
4. Petunjuk.
Didalam semua hal dengan memperhatikan
peraturan-peraturan pasal-pasal berikut :

KOMENTAR :
a. Kalau pasal 164 dihubungkan dengan Pasal 295 yang
berbunyi :”yang disebut diatas”, maka dapat diterik suatu

72
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

kesimpulann bahwa : orang tidak bebas mengajukan alat-alat


bukti yang lain, sebab penunjukan dalam uu bersifat
limitatief (terbatas hanya apa yang disebut dalam uu).

b. Kecuali Pasal 164, tentang alat-alat bukti dalamperkara


perdata, undang-undang masihmengenal Pasal 138, 153. 154
HIR dan Pasal 78 (1) UU No: 1 Tahun 1950.

c. Selain itu kadang-kadang uu sendiri masih mengatur siapa


yang harus membuktikan dan apa yang harus dibuktikan:
1). Umum :
pasal 252 KUH Perdata : Hubungan Ayah –anak;
Pasal 288 KUH Perdata : Hubungan Ibu – Anak;
Pasal 187 KUHPerdata : Siapa ayah;
Pasal 489 KUHPerdata : mendapat haki.
2). Beban Pembuktian Dibalik,
pasal 1394 KUH Perdta : Pembayaran Berkala.
Pasal 1965 KUH Perdata : Itikad Baik.
3). Persangkaan UU :
Pasal 540d KUHD : Kapal Tenggelam.
Pasal 1394 KUH Perdata : 3 kuitansi berturut-
Pasal 1965 KUH Perdata : Itikad baik.
d. Dalam Hukum Acara Perdata juga dikenal beberapa hal
yang tidak perlu dibuktikan :
1. Faktor Notoir ( hal-hal yang diketahui umum);
2. Pengetahuan Hakim sendiri.
e. Undang- Undang dalam bebarapa Pasal menyebut macam-
macam bukti dengan kekuatan pembuktian yang tidak sama.
(lihat tentang macam-mamcam alat bukti dan kekuatan
pembuktiannya).
Pasal 165 :
Akta Otentik adalah suatu tulisan yang dibuat oleh atau di
hadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuat itu,
menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli
warisnya dan sekalian orang yang mendapatkan hak daripadanya,
tentang segala hal yang disebut dalam akta dan juga yang ada
di dalam akta sebagai pemberitahuan saja, dalam hal terakhir ini
hanya jika hal yang diberitahukan itu berhubungan langsung
dengan perihal yang disebut dalam akta ini.

73
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Akta adalah :
1. Tulisan yang memuat :
2. Fakta, peristiwa atau keadaaan yang menjadi dasar
dari suatu hak atau perikatan;
3. Ditandatangani oleh par apihak yang bersangkutan;
4. Dengan maksud untuk menjadi bukti.
Singkatnya akata adalah tulisan yang dibuat untuk menjadi
bukti.

b. Ada kalanya kata merupakan unsure Constitutief syarat


untuk adanya sesuatu). Misalnya pendirian PT atau Yayasan.
Disini akta Notaris merupakan syarat konstitutif. Jadi kalau
tidak ada akta Notaris, maka tidak ada atau tidak berdiri PT
atau Yayasan tersebut.
c. Setidak-tidaknya suatu akta merupakan alat bukti.
d. Jenis Akta :
1. Akta Otentik;
2. Akta dibawah tangan.
e. Akta Otentik :
1. Akta yang dibuat, pegawai yang bersangkutan
membuat akta itu, jenisnya bisa berupa process verbal
akte atau ambtelijk akte;
2. Dihadapan, artinya yang membuat (isi akta) adalah
pihak-pihak ybs, sedang pagawai umum (notaries,
PPAT) hanya menyaksikan, menuliskan dalam bentuk
akta dan membacakannya kemudian isinya kepada para
pihak.
(bandingkan dengan Pasal 1868 KUH Perdata).
f. Jenis Akta Otentik :
1. Partij Akte (Akta Pihak), yaitu akta yang memuat
keterangan (berisi) apa yang dikehendaki oleh para
pihak yang bersangkutan.
Misalnya pihak-pihak yang bersangkutan mengatakan
menjual/membeli,sedangkan Notaris hanya menegaskan
hal ini dalam suatu akta.

74
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Partij Akta ini mempunyai kekuatan pembuktian bagi


pihak- pihak ybs termasuk para ahli warisnya dan
orang-orang yang menerima hak dari mereka ini.

2. Ambtelijke Akta atau Relaas Akte atau disebut juga


process verbal akte, yaitu akta yangmemuat
keterangan resmi dari pejabat yang berwenang. Jadi
akta ini hanya memuat keterangan dari satu pihak saja,
yakni pihak pejabat yang membuatnya.
Akta ini dianggap mempunyai kekuatan pembuktian
terhadap semua orang.
Contohnya : Akta kelahiran, KTP, Akta Nikah, SKCK
dsb.

g. Perbedaan antara akta pihak (Partij Akte) dengan Akte


Pejabat (Ambtelijk Akte):
 Partijk Akte :
1. Inisiatif ada pada pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Berisi keterangan para pihak.
 Ambtelijk Akte :
1. Inisiatif ada pada pejabat.
2. Berisi keterangan tertulis dari pejabat (ambtenaar),
pembuat akta.

h. Perbedaaan Akta Otentik dengan akta di bawah tangan :


 Akta Otentik :
1. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang (pasal 165);
2. Mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dengan
sendirinya.
3. Kalau dibantah keasliannya , pihak yang membantah
harus membuktikan keasliannya.

 Akta Dibawah tangan :


1. Dibuat oleh pihak-pihak yang bersangkutan
(Psl 1874 KUHPerdata).
2. harus diakui tandatngannya baru mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna;

75
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

3. kalau dibantah keasliannya, maka pemakai


harus membuktikan keasliannya.
NB: Pasal 165 ini tidak menentukan kekuatan pembuktian
bagi akta-akta selain akta otentik.
Maka terserah hakim, apakah suatu kuitansi dapat diterima
sebagai alat bukti kepada pihak ketiga (masyarakat umm).
Apabila suatu akta dituduh palsu, maka akan dijalankan
suatu proses tentang insiden pemalsuan.
Acara ini disebut : VERIFICATIE PROCES (Pasal 138)

i. Pasal 1874 KUH Perdata jis Pasal 1881, S 1869 :29.


Akta dibawah tangan adalah akta yang dibuat oleh par apihak
itu sendiri. Kebanyakan akta dibawah tangan ini berupa
perjanjian.

j. Pegawai yang berwenang/berkuasa untuk itu,


Pembuatan akta tersebut dibatasi oleh tugas dan wewenang
pejabat yang bersangkutan dan wilayah kerjanya.
Misalnya : Pegawai KUA hanya beerwenang untuk membuat
Akta Nikah tetapi tidak untuk membuat SKKB dsb.
Pegawai catatan sipil DKI Jakarta, hanya berwenang
membuat akta –akta catatan sipil bagi penduduk Jakarta
tidak untuk penduduk Bogor dsb.

k. Bukti cukup (bukti sempurna), yaitu artinya :


1. Hakim terikat (wajib0 untuk menerima akta tersebut
sebagai sesuatu yang benar. Hal ini berbeda dengan
bukti bebas.
2. Para pihak terikat, maksudnya pihak yang membantah
harus membuktikan kebenaran bantahannya.
Hal ini berbeda dengan akta dibawah tangan. Dalam hal
akta dibawah tangan diajukan sebagai alat bukti, mak
ayang memaksa mempergunakan akta dibawah tangan
tersebut harus membuktikan keasliannya.

l. Akta merupakan alat bukti yang cukup untuk siapa ?


Terhadap para pihak sendiri, ahli waris dan orang yang
menerima hak dari mereka itu (pasal 1870 KUHPerdata).

76
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

m. Apakah yang terbukti dengan akta itu?


1. Hal-hal yang menjadi obyek dari akta itu, misalnya
rumah, tanah dsb.
2. Hal-hal yang disinggung sebgai penjelmaan, namun hal
ini hanya berlaku jika ada hubungannya dengan obyek
tersebut, misalnya rumah rusak.
Hal-hal lain tidak terbukti dari akta itu, misalnya akta
dibuat pada hari hujan. Menurut hukum, hari hujan saat
pembuatan akta tersebut merupakan fakta yang tidak
relevan (bukan suatu fakta yang yuridis relevan).

Pasal 166 : dicabut dengan Stb 1927 : 146


Pasal 167 : HAL KEKUATAN PEMBUKTIAN DARI
TULUSAN/PEMBUKUAN.

Pasal 167 :
Hakim bebas mengingat hal-hal yang khusus memberikan suatu
kekuatan pembuktian yang menguntungkan kepada pembukuan
dari seseorang.
(bandingkan dengan Pasal 7 KUHD).

KOMENTAR :
Peraturan ini menyimpang dari suatu prinsip bahwa tulisan
seseorang tidak dapat memberikan keuntungan bagi dirinya
sendiri. Dalam pasal ini dikatakan bahwa hakim boleh (bebas)
untuk menerima dan memberi kekuatan pembuktian yang
menguntungkan bagi si pembuat pembukuan yang diajukan
sebagai bukti.
Pasal 168 :
Bagi Pengadilan Negri sampai ada peraturan lain mengenai hal-hal
dimana dibenarkan pembuktian dengan saksi, tetap memakai
hukum yang berlaku bagi orang Indonesia.
KOMENTAR :

Dalam Hukum Acara Barat (Rv) tidak dalam segala hal


diperbolehkan pembuktian dengan saksi (Pasal 171). Pihak dapat
mengajukan bukti dengan saksi ditentukan UU. Pasal 168
berbeda dengan ketentuan Hukum Acara Barat. Disini

77
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

ditentukan dalam segala hal dieprbolehkan pembuktian dengan


saksi, selama belum ada peraturan lain yang membatasi.

Pasal 169 : PRINSIP BUKTI MINIMUM.


Keterangan dari seorang saksi saja tanpa adanya bukti lain, di
dalam hukum tidak dapat dipercaya.
(bandingkan dengan Pasal 1905 KUH Perdata).

KOMENTAR :

a. Ini menunjukkan adanya prinsip bukti minimum, yang


menyatakan bahwa satusaksi belum cukup masih dibutuhkan
adanya alat bukti lain.
b. Dengan demikian juga dikatakan bahwa satu saksi baru
merupakan permulaan pembuktian. Jadi harus ditambah
dengan alat bukti lain agar dapat diterima sebagai alat bukti
cukup oleh hakim.
c. Selain hal ini masih ada hal yang semacam, yaitu permulaan
pembuktian dengan surat, dalam hal :
1. Jika ada akta bawah tangan dipungkiri kebenarannya
(Pasal 1871 (2), 1878, 1886, S 1867 : 29).
2. Jika ada akta otentik yangmengandung cacat (pasalnya
dengan yang diatas).
d. Bandingkan dengan testomonium de auditu (kesaksian yang
diberikan berdasarkan keterangan orang lain). Jika hakim
menghadapi hal ini maka :
1. Hal ini tidak dapat diterima sebagai alat bukti.
2. Hanya dapat dipakai sebagai petunjuk bagi hakim,
sepanjang tidak diragukan dan tidak merupakan
kesimpulan dari saksi.

e. Pemeriksaan saksi dalam Hukum Acara Perdata Barat


merupakan Insiden pembuktian dan diperintahkan dengan
putusan sela (pasal 182 Rv). Putusan sela ini memuat :
1. Alasan Hakim memerintahkan pembuktian dengan saksi.
2. Siapa yang wajib mengajukan saksi;
3. Apa yang mereka buktikan.

78
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

f. Menurut HIR pengajuan saksi mungkin timbul atas inisiatif


par apihak yang bersengketa sendiri, karena :
1. pasal 168 menunjuk Hukum Adat, dimana suatu
perbuatan dalam Hukum Adat selalu dihadiri oleh
saksi.
2. Pasal 121,
3. Pasal 139, para pihak dapat minta dengan perantaan
hakim untuk memanggil saksi.

g. Saksi hanya diperkenankan bagi mereka yang tidak


merupakan pihak dalam perkara itu (Pasal 1909 KUH
Perdata).
Larangan menjadi saksi dapat dikelompokkan menjadi 3
golongan, yaitu :
1. Dilarang karena tidak cakap penuh (volledige
onbekwaam), yang disebabkan karena syarat-syarat
pribadinya, misalkan adanya hubungan keluarga Pasal
145.
2. Dilarang karena tidak cakap relative, yaitu disebabkan
karena adanya hubungan dengan prosesnya.
3. Mereka yang dibebaskan karena adanya permohonan
(misalnya karenaadnya hubungan keluarga atau karena
jabatan), Pasal 146 HIR.

h. Seharusnya kalau terjadi hal seperti pasal 169 HIR (hanya


ada keterangan dari seorang saksi saja), diserahkan kepada
kebijaksanaan hakim, jadi bukan ditentukan sebagai tidak
dapat dipercaya.

Pasal 170 : KESAKSIAN DARI BEBERAPA ORANG SAKSI


Jika kesaksian dari beberapa oranmg saksi tiap-tiap kesaksian
itu berdiri sendiri-sendiri mengenai hal/peristiwa beraneka akan
tetapi dengan adanya hubungan dan ikatan dapat menguatkan
suatu peristiwa, maka diserahkan kepada pendapat hakim dengan
mengingat kepada keadaan, untuk memberi kekuatan pembuktian
pada kesaksian yang berdiri sendiri-sendiri itu.
(bandingkan dengan Pasal 1906 KUH Perdata).

KOMENTAR :

79
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Dalampasal 169 tercantum prinsip : satu saksi bukan saksi.


Dalam suatu peristiwa bertahap dan tiap tahap hanya ada
seorang saksi, maka jika hanya ada ketentuan Pasal 169 saja,
peristiwa tersebut tidak dapat dibuktikan secara sah
b. Dengan adanya ketentuan Pasal 170 ini, maka seluruh
peristiwa dapat dibuktikan dengan satu saksi dari tiap-tiap
tahap (peristiwa).
c. Akantetapi disini hakim bebas, artinya diserahkan kepada
pertimbangan (pendapat) hakim, untuk mempergunakan pasal
ini atau tidak.

Contoh :
Adanya perzinahan sebagai alasan untuk menuntut
perceraian, tidak dapat dibuktikan. Namun hakim dapat , menarik
kesimpulan dari keterangan seorang manager hotel, yang dalam
buku register tamunya tercatat A dan B adalah suami – isteri.
Padahal kenyataannya mereka bukan suami-isteri. Kemudian
seorang karyawan hotel mengetahui bahwa A dan B tidur dalam
satu kamar. Dari kesaksian manager dan karyawan hotel dapat
ditarik suatu persangkaan bahwa A dan B telah melakukan
perzinahan.

Pasal 171 : HAL SYARAT-SYARAT KESAKSIAN

Pasal 171 (1) :


Tiap-tiap kesaksian harus berisi segala sebab pengetahuan.
(bandingkan dengan Pasal 1907 KUH Perdata, 301 HIR).

KOMENTAR :
a. Saksi harus memberikan alasan atau karena apa ia
mengetahui hal itu ;
b. Contoh : Saksi tidak boleh menerangkan : “Saya tahu bahwa
…”, melainkan : “Waktu saya bertamu, maka saya tahu bahwa :
…”.

Pasal 171 (2) :


Pendapat atau persangkaan khusus yang dicapai / disusun
dengan kata akal bukan kesaksian.

80
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

(bandingkan dengan pasal 1907 (2) KUHPerdata.

KOMENTAR :
a. Keterangan saksi tidak boleh merupakan suatu kesimpulan
atau pendapat dari saksi sendiri yang dicapai dengan pikiran
akal.
Saksi tidak boleh menafsirkan/menyimpulkan, melainkan ia
harus benar-benar tahu atau tidak, benar-benar melihat
atau tidak. Bagaimana halnya dengan keterangan saksi
karena mendengar dari orang lain (testomonium de auditu)?
Ada 2 pendapat ; lihat dan baca komentar pasal 169.

b. Contoh: Saksi A melihat A masuk ke rumah B, keluar lagi.


Setelah saksi masuk ke rumah B ternyata ia melihat B
tergeletak mati.
c. Jadi disini persangkaan saksi bukan alat bukti. Persangkaan
yang dapat menjadi alat bukti sebagaiman ditentukan dalam
pasal 164 adalah :
1. Persangkaan hakim;
2. Persangkaan menurut undang – undang (pasal 540 (1)
KUHD, 1394 KUH Perdata).
Pasal 172 :
Dalam hal menimbang kesaksian hakim harus memperhatikan
sepenuhnya tentang permufakatan dari saksi-saksi, cococlnya
kesaksian itu dengan hal-hal lain yang dikenal dari sumber lain
tentangg perkara yang menjadi perselisihan; tentang sebab-
sebab yang mungkin ada pada saksi untuk menerangkan duduk
perkara dengan cara begittu dan begini, tentang perikelakuan
adapt dan kekdudukan saksi, dan pada umumnya segala hal yang
dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercaya atau tidak.
(bandingkan dengan pasal 1908 KUH Perdata).

KOMENTAR :
a. Dalam menilai tiap-tiap kesaksian (keterangan saksi), amak
hakim harus mengindahkan persamaan keterangan dari saksi
yang satu dengan lainnya atau dengan hal-hal yang dikenal
hakim dari sumber lain (umpama keterangan ahli).

81
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Kita harus waspada, bahwa saksi dapat memberi keterangan


secara “menurut pandangan sendiri”, lewat kacamatanya
sendiri.

c. Dalam menilai atau menafsirkan keterangan saksi, hakim


harus mengingat bagaimana perihal saksi, adapt-istiadatnya,
kedudukannya, jabatannya, pekerjaannya dsn hingga saksi
dapat dipercaya penuh atau tidak. Kemungkinan keterangan
saksi hanya isapan jempol.

d. Maka dari itu sebelum memberi keterangan, saksi harus


disumpah lebih dahulu, ditanya tentang umurnya,
pekerjaannya, rumahnya, hubungannya
kekeluargaan/pekerjaannya dengan para pihak.

Pasal 173 : HAL PERSANGKAAN ATAU DUGAAN

Pasal 173 (1) :


Persanggaan bersahaja (lugu) yang tidak didasarkan suatu
peraturan perundang-undangan, yang tertentu, hanya boleh
diperhatikan oleh hakim pada waktu menjatuhkan putusan, jika
persangkaan itu :
1. Penting (gewicchtig);
2. Seksama (naukeurig, pasti, teliti);
3. Tertentu (bepaald, pasti);
4. Satu sama lain bersetujuan (overeenstemming, bersesuaian).
(bandingkan dengan pasal 171 HIR, 1922 KUHPerdata).

KOMENTAR :
a. Menurut Pasal 1915 KUHPerdata, persangkaan adalah
kesimpulan yang diambil oleh UU atau hakim sari suatu hal
(daadzaak) yang diketahui kea rah hal-hal/peristiwa yang
tidak diketahui.
b. Jenis-jenis persangkaan :
1. Persangkaan Bersahaja/lugu (blote vermoedens).
Persangkaan ini tidak boleh dipakai begitu saja,
melainkan hanya setelah memenuhi syarat –syarat
tertentu tersebut.

82
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Contoh : seperti tercantum dalam Pasal 171,


dipersangkaan dari saksi bukan merupakan persangkaan
yang dapat dipakai sebagai alat bukti.

2. Persangkaan Hakim (rechtelijk vermoedens),


Yaitu suatu persangkaan yang memenuhi syarat bagian
terakhir pasal ini.

3. Persangkaan Undang – Undang (wetelijk vermoedens);


Menurut Pasal 1916 KUHPerdata, persangkaan
menurut UU adalah persangkaan yang berdasarkan
ketentuan khusus UU dihubungkan dengan perbuatan-
perbuatan tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Contoh : Pasal 1394 KUHPerdata : 3 kuitansi berturut-
turut.
Pasal 540 KUHD tentang tabrakan kapal
(aavaring).
(bandingkan dengan pasal 1921 KUHPerdata).

Pasal 174 : PENGAKUAN PIHAK BERPERKARA


Pengakuan yang diucapkan dimuka hakim, cukup menjadi bukti
untuk memberatkan orang yang mengakui itu, baik yangdiucapkan
sendiri maupun yang dengan pertolongan orang lain yang istimewa
dikuasakan untuk itu.
(bandingkan dengan pasal 1923, 1925 dan 1926 KUHPerdata).

KOMENTAR :
a. Pengakuan yang diucapkan pihak berperkara dalam sidang,
maksudnya bukan keterangan saksi.
b. Pengakuan ini merupakan bukti cukup, maksudnya pengakuan
merupakan alat bukti dengan kekuatan pembuktian
menentukan (Pasal 1925 KUHPerdata). Bukti demikian
inimengikat hakim. Hakim wajibmenerima pengakuan ini
sebagai hal yang benar.
c. Menurut Hukum Acara Barat, pengakuan tidak dapat ditarik
kembali (Pasal 1926 (2) KUHperdata).
HIR tidak mengatur tentang hal ini.

Pasal 175 : HAL PENGAKUAN DILUAR SIDANG.

83
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Diserahkan kepada pertimbangan dan hati-hatinya hakim untuk


menentukan kekuatan dari suatu pengakuan denmgan lisan yang
dibuat diluar persidangan.

KOMENTAR :

a. Ada beberapa istilah asing mengenai pengakuan :

b. Pengakluan diluar sidang secara lisan mempunyai kekuatan


pembuktian bebas. Hakim bebas menerima atau menolak
sebagai alat bukti terhadap pengakuan tersebut.

Dalam UU terdapat istilah lain untuk menyebut bukti bebas


yaitu :
 Terserah pertimbangan hakim;
 Terserah kebijaksanaan Hakim
Bagaiman dengan pengakuan secara tertulis di luar sidang?
 Meskipun tertulis, karena pengakuan ini diberikan di
luar sidang maka berkekuatan pembuktian bebas.

Pasal 176 : HAL PENGAKUAN TIDAK BOLEH DIPISAH-PISAHKAN


(ONSPLILTBAAR AVEU).

Tiap-tiap pengakuan harus diterima seluruhnya, dan hakim


tidakbebas akanmenerima sebagian dan menolak sebagian yang
lain, sehingga merugikan orang yang mengaku itu, kecuali orang
yang berhutang itu dengan maksud akan melepaskan dirinya
telah menyebutkan hal-hal/peristiwa yang terbukti palsu.
(bandingkan dengan pasal 1924 KUHPerdata).

KOMENTAR :
a. Pada prinsipnya hakim tidak boleh memisahkan pengakuan
yang
b. dapat merugikan orang yang mengaku.

c. Menurut Wirjono Projodikoro, tidak perlu mempersoalkan


pengakuan, jika jawaban tergugat yang demikian itu dianggap
sebagai pengakuan bersyarat atau pemungkiran dengan
kualifikasi.

84
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

d. Kiranya pendapat tersebut diatas dapat diterima dengan


tambahan alasan bahwa dalam acara perdata menurut HIR,
inisiatif pembuktian ada pada pihak sendiri. Dalam hal
tersebut para pihak akan memandang ada “pemungkiran”,
sehingga masing – masing akan mengajukan bukti.

Pasal 177 : SUMPAH PIHAK (PARTIJ EED).


Kepada seorang yang dalam suatu perkara dimuka pengadilan
telah mengangkat sumpah , yang ditangguhkan atau dikembalikan
kepadanya oleh lawan atau disuruh bersumpah oleh hakim, tidak
dapat diminta bukti yang lain untuk menguatkan kebenaran yang
disumpahkan itu
(bandingkan dengan pasal 1936 KUHPerdata)
KOMENTAR :

a. Seperti halnya dengan Pasal 156 dan 155, 177 ini adalah
sumpah pihak. Selain itu ada sumpah saksi, sumpah ahli,
sumpah juru bahasa dan sumpah jabatan. Adapun bunyi dari
masing-masing sumpah berbeda.

b. Kalau pihak berperkara sudah mengucapkan sumpah, baik


sumpah supletoire maupun decissoir, maka hal itu sudah
cukup.
Sumpah adalah alat bukti dengan kekuatan pembuktian
menentukan. Hal ini mengandung arti setelah diangkat
sumpah, maka tidak perlu lagi alat buktilain dan apa yang
diterangkan dibawah sumpah dipandng sebagai suatu yang
benar.

c. Alat bukti sumpah dengan kekuatan pembuktian yang


demikian itu berbeda dengan alat bukti satu saksi atau akta
dibawah tangan yang disangkal kebenarannya. Kedu alat bukti
ini harus ditambah dengan alat bukti yang lain, sebab
kekuatan pembuktiannya keduanya adalah permulaan
pembuktian, sehingga untuk menjadi alat bukti harus
ditambah alat bukti lain.

BAB IX

85
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAGIAN KETIGA
TENTANG MUSYAWARAH DAN PUTUSAN

Pasal 178 : HAL KEWAJIBAN HAKIM DALAM MEMBERI PUTUSAN.


(bandingkan dengan Pasal 30-41 RO).

Pasal 178 (1) :


Hakim karena jabatan wajibmenambah dasr-dasar hukum yang
tidak diajukan para pihak.

KOMENTAR :
a. Hakim memberi putusan (menyusun putusannya) dalam
“sidang musyawarah” (raadkamer). Dalam sidang ini para
hakim membicarakan (menyusun putusannya.
b. Hakim atas jabatan wajib menambah dasar hukum,
menunjukkan hakim Indonesia aktif : {119, 120, 130, 132, 178
(1) dan 195}.
c. Pasal ini membenarkan dalil : “Hakim mengenal Hukum” (jus
curia novit).
Seperti halnya dengan Pasal 20 AB yang menentukan : Hakim
memutus perkara menurut UU {Paasl 3 UU No: 19/1964; Pasal
5 (1) UU No: 14/1970.
Selanjutnya dalam pasal tersebut ditentukan pula bahwa :
“Hakim wajib memutus perkara”. Hal ini yang mengandung
arti bahwa hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
memutus perkara yang diajukan kepadanya. Jika hakim
menolak untuk memutus perkara maka hakim tersebut
melakukan RECHTSWEIGERING (pasal 22 AB, Pasal 20 UU
No: 19/1964, Pasal 14 UU No: 14/1970)

d. Harus dibedakan antara :” Hakim menolak memutus perkara


yang diajukan”, dengan “putusan hakim yang berisi menolak
gugatan”.
Yang pertrama : mengandung makna hakim tidak mau
menerima

e. Dasar Hukum
Dalam surat gugatn abgian : Fundamentum Petendi, dimuat 2
hal, yaitu :

86
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

1. Uraian Peristiwa,
2. dasar Hukum gugatan.
Kalau penggugat sudah menguraikan adanya suatu kejadian,
umpama jual beli dan dia menuntut ganti rugi dan juga
Vrijwaring (penjaminan) dari penjual (tergugat), maka
penggugat juga harus menyebutkan atas dasar Undang –
Undang atau pasal berapa ia menuntut. Inilah yang dinamakan
dasar hukum.

Dalm kasus diatas maka penggugat harus menyebut sebagai


dasar hukum yang membenarkan gugatan atau tuntutannya,
pasalnya :
1. Pasal 1457 KUHPerdata mengenai dasar jual-beli;
2. Pasal 1243 KUH Perdata sebagi dasar hukum untuk
ganti rugi.
3. Pasal 1491 KUHperdata jis Pasal 1503 dan 1504
KUHPerdata sebagai dasar untuk penjaminan.
Kalau gugatan dan tuntutan didasarkan atas ketentuan Hukum
Adat, maka sebagai dasar hukum harus dicantumkan Hukum
Adat Daerah mana atau bidang apa yang menjadiu dasar.

Dalam Hukum Acara Perdata Barat, menyebut dasar


hukum adalah syarat mutlak sahnya gugatan/tuntutan, dengan
ancaman gugatan/tuntutan tidak dapat diterima, karen
ahakim barat pasif.
Menurut HIR yang menganut Sistem Hakim Aktif,
kalau dasar hukum tidak atau kurang disebut, Hakimlah yang
akan menambah dasar hukum .
Jadi tidak seperti Barat akan mengakibatkan gugatan
tidak dapat diterima.

Pasal 178 (2) :


Hakim wajib mengadili semua bagian dari gugatan.

KOMENTAR :
Yang dimaksud dalam pasal ini adalah hakim menjatuhkan
putusan terhadap segala tuntutan yang diajukan oleh penggugat
dalam surat gugatannya.
Umpama menuntut :

87
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

1. Menyerahkan barang;
2. Membayar Ganti rugi;
3. Membayar bunga, dst.
Tidak satu tuntutanpun dapat diabaikan oleh Hakim, terserah
bagaimana bunyi putusan itu (ini tergantung dari pembuktian).

NB: Ada pendapat dalam memutus menurut Hukum Adat,


putusan Hakim harus tuntas, artinya sungguh menyelesaikan /
menyudahi masalah atau sengketa antara para pihak.

Pasal 178 (3) :


Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak
dituntut atau meluluskan lebih dari apa yang dituntut.

KOMENTAR :
a. Pasal 178 ini menghubungkan dictum (amar putusan) dengan
Petitum (apa yang dituntut).
Hakim tidak boleh memutus lebih atau lain daripada tuntutan
penggugat. Umpama diminta Rp. 1 juta, diputus Rp. 2 juta.
Yang dituntut Kuda tetapi diputus Mobil dst.

b. Dalam Acara menurut HIR, ketentuan 178 (2) dan (3) ini
sekaramg sudah diterobos, karena :
1. Hakim Indonesia Aktif;
2. Tuntutan berbentuk Alternatif, ada tuntutan primer,
tuntutan subsider (pengganti)
Berhubunga dengan hal-hal etrsebut di atas, maka Hakim
Indonesia dapat menyimpang dari tuntutan primer.

c. Hakim tidak boleh memutus hal-hal yang tidak dituntut.


Umpama : Penggugat menuntut dari Tergugat menyerahkan
sepeda motor. Kalau sepeda motor tidak ada, maka Hakim
tidak boleh memutus tergugat supaya menyerahkan kudanya
kepada Penggugat, sebab hal ini tidak dituntut
NB: Biasanya dalam kasus tersebut Penggugat menuntut, kalau
sepeda motor tidak ada lagi, maka minta ganti rugi senilai
harga sepeda motor tersebut.

Pasal 179 : HAL MENGUMUMKAN PUTUSAN

88
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 179 (1) :

Sesudah dibuat putusan dengan mengingat peraturan tersebut


diatas maka kedua belah pihak dipanggil masuk kembali dan
putusan itu diucapkan dimuka umum.
(bandingkan dengan Pasal 40 RO dan Pasal 17 UU No: 14/1970).

KOMENTAR :

a. Waktu akan sidang musyawarah, maka semua hadirin


dipersilahkan keluar dari ruang sidang, sebab sidang
musyawarah adalah Rahasia.

b. Dalam Raadkamer putusan diambil dengan suara terbanyak


Bunyi putuan disusun dengan pertimbangan-pertimbangan.
Yang dimuat dalam putusan hanya pertimbangan (alasan-
alasan) yang menjurus kearah bunyi putusan (amar)
Pertimbangan yang kontra tidak dimuat dalam putusan.
Dalam system Inggris, meskipun pembicaraan dalam
Raadkamer juga rahasia, akan tetapi semua pertimbangan
dimuat dalam putusan tanpa menyebut siapa dan dari hakim
yang mengemukakan pertimbangan tersebut.

NB: Namun perkembangan terakhir sebagai contoh Perkara


Akbar Tanjung, Hakim pada tingkat kasaasi membacakan
pendapat Hakim yang tidak sependapat dengan Hakim
lainnya tetap dibacakan pertimbangan dan alasan –
alasannya.

c. Seusai sidang Musyawarah (menyusun putusan), sidang dibuka


kembali dan bunyi putusan diumumkan dalam sidang terbuka
untuk umum, meskipunsebelumnya pemeriksaan perkara
dilakukan dalam sidang tertutup. Dalam sidang ini para pihak
yang berperkara dipanggil masuk lagi, demikian pula para
penonton/pendengar.

d. Mengumumkan putusan Hakim dalam sidang Terbuka untuk


umum (openbaar) adalah syarat mutlak. Tidak dipenuhi
akibatnya putusan batal demi hukum.

89
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Maksudnya diadakannya ketentuan ini adalah agar terdapat


pengawasan umum terhadap jalannya pengadilan.

Pasal 179 (2) :


Jika kesua belah pihak atau salah satu pihak tidak hadir pada
waktu putusan diumumkan, maka isi putusan itu atas perintah
Ketua diberitahukan kepadanya, pejabat yang berhak untuk itu.

KOMENTAR :
a. Meskipun waktu perkara diperiksa kedua belah pihak hadir,
mungkin pada waktu putusan itu dijatuhkan mereka atau salah
satu tidak datang menghadap.
Istilah yang dipakai untuk itu adalah :”putusan diumumkan
sedang tergugat atau penggugat tidak hadir” (bulten
aanweizigheid van tergugat atau penggugat).
Bandingkan dengan istilah yang dipergunakan dalam putusan
Verstek yang berbunyi :”putusan diumumkan di luar hadirnya
tergugat” (Verstek).

b. Pejabat yang berwenang /berhak untuk memberitahukan


putusan adalah juru sita atau wakil juru sita (lihat pasal 388
jo 390).

c. Pemberitahuan tersebut berguna untuk menentukan tenggang


waktu pengajuan upaya hukum melawan putusan tersebut,
yaitu Verzet atau banding. Tenggang waktu tersebut
dihitung mulai dari berikutnya pemberitahuan tadi.

Pasal 180 : HAL UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD.


Pasal 180 (1) :

Pengadilan Negri dapat memerintahkan supay aputusan itu


dijalankan terlebih dahulu meskipun ada perlawanan atau
dimintakan banding, jiak aada suatu akta otentik, suatu tulisan
tangan yang menurut ketentuan yang berlaku mempunyai
kekuatan pembuktian, atau sudah ada putusan dengan kekuatan
hukum pasti, demikian pula kalau ada putusan terhadap tuntutan
provisional, serta dalam suatu perselisihan hak milik.
(bandingkan dengan pasal 54. 55. 56 Rv).

90
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :

a. Pada umumnya Verzet (perlawanan), banding atau kasasi


menunda eksekusi (pelaksanaan putusan). Pasal ini
menyimpang dari prinsip tersebut. Meskipun ada verzet atau
banding hakim dapat memutuskan supaya putusan itu tetap
dilaksanakan. Istilah aslinya adalah Uitvoerbaar bij voorraad
(melaksanakan putusan walaupun ada upaya hukum).

b. Mengenai kemungkinan Uitvoebaar bij voorraad ini harus


dimintakan oleh pihak penggugat dalam gugatannya.

c. Uitvoerbaar bij voorraad ini kalau dikabulkan oleh hakim


harus :
1. Tegas dicantumkan dalam putusan.
2. Diumumkan dalam pemberitahuan putusannya.

d. Hakim tidak leluasa menjatuhkan Uitvoerbaar bij voorraad,


melainkan terikat pada syarat-syarat :
1. Kalau ada akta otentik, tulisan tangan (handschrift)
yang menurut peraturan yang berlaku mempunyai
kekuatan pembuktian.
2. Sudah ada putusan lebih dahulu yang mempunyai
kekuatan hukum pasti (in kracht van gewijsde).
3. Ada putusan provisional
4. Dalam sengketa Hak Milik.

Kalau tidak ada alasan-alasan tersebut diatas, hakim


dilarang memutus Uitvoerbaar bij voorraad.

Pasal 180 (2) :


Uitvoerbaar bij voorraad tidak boleh meliputi sandera.

KOMENTAR :
Sandera (gizjeling). Kalau pihak yang kalah tidak mau
melaksanakan putusan secara sukarela, maka atas permintaan
pihak yang menang ia dapat dimasukkan ke dalam rumah tahanan
atas biaya pihak yang menang (pasal 209-223).

91
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Sekarang gijzeling tidak diizinkan oleh MA karena dinilai tidak


sesuai dengan perikemanusiaan.

Pasal 181 : HAL SIAPA YANG MEMBAYAR PERKARA.

Pasal 181 (1) :


Brangsiapa dikalahkan akanmembayar perkara. Akan tetapi biaya
perkara tersebut dapat dibebankan bersama-sama terhadap
suami-isteri, keluarga dalam garis lurus, saudara laki-laki atau
perempuan, atau keluarga semenda dalam derajad yang sama dan
juga dalam hal – hal dimana para pihak ada bagian-bagian yang
dikalahkan.
(bandingkan dengan Pasal 58 jo 379).

KOMENTAR :

a. Pada prinsipnya pihak yang kalah harus membayar biaya


perkara; Dalam hal iniada pengecualian, yaitu kalau para
pihak berperkara secara Prodeo (Pasal 237 HIR).
b. Akan tetapi apabila para pihak masih famili dekat, seperti
tersebut, maka biaya perkara dapat dibebankan kepada
kedua belah pihak bersama-sama, dengan imbangan menurut
putusan hakim.
c. Demikian pula halnya jika pihak-pihak tidak kalah atau
menang seluruhnya (mutlak), maka ongkos perkara dibebankan
kepada kedua belah piha.
d. Tidak termasuk biaya perkara ialah upah / honorarium
Advokad atau pengacara. Sebab dalam HIR tidak diwajibkan
memakai pengacara lain halnya proses Barat.

Pasal 181 (2) :


Dalam putusan-putusan sela dan putusan sebelum putusan akhir,
maka putusan mengenai biaya perkara dapat ditangguhkan sampai
dengan putusan akhir.
KOMENTAR :
a. Sebelum menjatuhkan putusan akhir, mungkin telah
menjatuhkan putusan sela(putuan interlokutoir).

92
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Biaya perkara mengenai hal ini dapat diputuskan bersama-


sama dengan putusan akhir. Lazimnya memang demikian.

b. Putuan Sela diberikan oleh Hakim dalam hal :


1. Ada gugatan Insidentil (gugat diajukan saat
sidang/proses sedang berjalan), yaitu dalam hal ada :
 Gugatan Rekonvensi (gugat balik);
 Gugat Provisionil, misalnya tuntutan nafkah
dalamperkara perderaian.
 Vrijwaring dsb.

2. Dalam Hukum Acara Barat, pembuktian merupakan


insiden, yang diperiuntahkan dengan Putusan Sela.
Dalam Acara HIR, pembuktian bukan insiden, maka
tidak perlu adanya putusan sela.

c. Jenis – jenis Putusan Sela (Pasal 331 Rv) :


1. Preparatoir, untuk menyiapkan sesuatu. Misalnya
memerintahkan pemeriksaan pembukuan.
2. Interlokutoir (memutus sementara), berupa
membebani pembuktian;
3. Insidentil (memerintahkan sesuatu), ex. Memberi
jaminan.
4. Provisionil.
Selanjutnya lihat komentar Pasal 185.

Pasal 181 (3) :


Biaya perkara dalam putusan Verstek dibebankan kepada pihak
yang dikalahkan, meskipun ia dalam perlawanan atau banding
dimenangkan, kecuali dalam pemeriksaan perlawanan atau
banding tersebut ternyata ia tidak dipanggil dengan patut.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 181 (4) :


Dalam hal seperti tercantum dalam pasal 127, biaya perkara
dibebankan kepada tergugat-tergugat yang tidak menghadap,

93
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

meskipun mereka dibenarkan, kecuali mereka tidak dipanggil


dengan patut.

KOMENTAR :
a. Pasal 127 mengatur kemungkinan bahwa dalamsuatu perkara
terdapat banyak tergugat, yang sebagian tidak hadir. Dalam
hal perkaranya diputus, maka putusan tersebut bukan
verstek.
b. Dalam hal demikian maka biaya pemanggilan mereka
dibebankan kepada tergugat masing-masing yang tidakl
datang, kekcuali panggilan itu tidak patut.

Pasal 182 : HAL PERINCIAN BIAYA PERKARA.

Pasal 182 (1) :

Penghukuman Biaya pembayaran perkara hanya meliputi :


1. Biaya Griffie dan biaya zegel.
2. Biaya saksi, saksi ahli, juru bahasa, termasuk biaya
penyumpahan mereka dengan catatan bahwa jika ada pihak
yang mengajukan lebih dari 5 orang saksi terhadap hal yang
sama, maka biaya saksi selebihnya harus ditanggung sendiri
dan tidak boleh dibebankan kepada pihak lawan.
3. Biaya pemeriksaan tempat dll tindakan hakim;
4. Upah pegawai yang menjalankan panggilan, pemberitahuan dan
exploit-exploit lainnya.
5. Biaya pemeriksaaan surat palsu (Pasal 138);
6. Upah panitera dan pegawai lainnya yang menjalankan
eksekusi putusan meurut peraturan yang berlaku atau
menurut putuan presiden dalam hal tidak ditentukan oleh
Pengadilan Negri.

KOMENTAR :
a. Karena perincian tersebut adalah limitative, maka biay alain
tidak termnasuk yang dapat diputuskan oelh pengadilan dan
dibebankan kepada pihak yang kalah.
b. Biaya perkara yang telah dibayar lebih dahulu oleh pihak
penggugat pada waktu mengajukan gugatannya dan diterima

94
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

oleh panitera. Maka kalau tergugat yang kalah ia harus


mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh penggugat itu.
c. Lainnya cukup jelas.

Pasal 183 : HAL BIAYA PERKARA DICANTUMKAN DALAM VONNIS.

Pasal 183 (1) :


Jumlah biaya yang dibebankan kepada salah satu pihak harus
disebutkan dalam putusan hakim.
(bandingkan dengan Pasal 607-610 Rv).

KOMENTAR :
Dimana salah satu pihak (biasanya pihak yang kalah) dihukum
untuk membayar biaya perkara, maka jumlah biaya perkara yang
perinciannya seperti tercantum dalam Pasal 182 untuk tegas dan
jelasnya harus dicantumkan dalam putusan hakim yang meliputi :

1. Dalam dictum putusan berapa jumlah dan siapa yang harus


membayar.
2. Dibawah putusan tersebut disebutkan perinciannya, untuk apa
jumlah-jumlah itu dikeluarkan. Dengan demikian pihak yang
harus membayar mengetahui benar-benar seberapa jauh ia
harus membayar dan gunanya pembayarannya.

Pasal 183 (2) :


Demikain halnya dengan jumlah ongkos kerugian-kerugian dan
bunga-bunga yang dihukum untuk dibayar oleh salah satu pihak
dan pihak yang lainnya.

KOMENTAR :
Kecuali biaya perkara. Mungkin salah satu pihak menuntut dari
pihak lawan ini dihukum membayar “ongkos-ongkos, kerugian dan
bunga” (konsten, schadenen, en interessen) yang ia derita karena
perbuatan pihak lawan itu. Sudah tentu penghukuman ini juga
harus disebut dalam diktum

Pasal 184 : HAL BENTUK DAN ISI PUTUSAN HAKIM.

Pasal 184 (1) :

95
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Putusan Hakim harus berisi :


a. secara singkat tetapi jelas gugatan dan jawabnnya.
b. Dasar atau alasan-alasan yang menjadi dsar putusan;
c. Apakah nasehat dari penasehat.
d. Putusan dalam pokok perkara.
e. Apakah pihak-pihak yang bersangkutan hadir pada
waktu putusan dibacakan.
(bandingkan dengan pasal 7-30 RO, Pasal 61 Rv).

KOMENTAR :
a. Bentuk dan isi putusan sebagaimana diatu dalam pasal
iniadalah mutlak. Maka jika tidak dipenuhi putusan hakim
tersebut batal.
b. Apa yang disebut dalam sub a dan b dicantumkan dalam
“pertimbangan-pertimbangan putusan”, dibawah judul :
TENTANG KEJADIAN-KEJADIAN dan TENTANG
HUKUMNYA.
c. Dahulu Landraad bersidang dengan penasehat keislaman
(kalau par apihak adalah orang Islam) dan penasehat
Tionghoa (kalau para pihaknya adalah Tionghoa). Sekarang
tidak lagi dipakai penasehat-penasehat tersebut.

d. “Keputusan dalam Pokok Perkara”, berupa dictum/amar.


Inilah inti dari putusan yang paling penting bagi kedua belah
pihak. Diktum harus memenuhi apa yang disebut dalam pasal
178 (2) dan (3). Akan tetapi perlu diingat bahwa ketentuan
tersebut sudah diterobos dalam acara dimuka pengadilan negri.

Sifat Amar Putusan ini berupa :

1. CONTRADICTOIR (menghukum), misalnya tergugat


dihukum untuk membayar sejumlah uang kepada
Penggugat.

2. DECLARATOIR (menyatakan hukumnya), umpama


Penggugat adalah ahli waris.
a. Biasanya yang bersifat declaratoir banyak
dijumpai dalam Jurisdictio Voluntaria.

96
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Dalam jurisdiction contensiosa “pernyataan-


pernyataan/ penentuan-penentuan declaratoir
dijumpai dalam “pertimbangan-pertimbangan
hakim yang menjadi dasar / alasan putusannya.

3. CONSTITUTIF (mengadakan/menimbulkan keadaan


hukum baru), misalnya : mengangkat seorang wali,
membatalkan perjanjian, memutuskan hubungan
perkawinan.

e. Diktum/amar.
Dalam gugatan, penggugat merumuskan tuntutannya dalam
petitum. Hakim dalam menanggapi Petitum merumuskannya
dalam amar putusan, yang dapat berisi menerima
(mengabulkan) atau menolah tuntutan Penggugat untuk
seluruhnya atau sebagian.
Mengenai Amar Putusan, hakim harus memperhatikan
ketentuan dalam pasal 178 (2) dan (3).

Misalnya bunyi putusan :


1. “Menghukum tergugat untuk membayar kepada Penggugat
uang sejumlah …”.
Ini berarti merupakan putuan hakim : Menghukum
tergugat.
2. “Penggugat adalah ahli waris dari …”.
Ini berarti : Hakim menyatakankedudukan penggugat
menurut hukum yang sudah ada sebelum putuan
dijatuhkan.
3. Menetapkan Penggugat adalah wali dari A yang belum
dewasa.
Disini Hakim mengangkat dalam suatu kedudukan sebagai
wali.

f. Mengenai kewenangan dalam menerima, memeriksa, mengadili


dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
selain istilah kompetensi (wewenang mengadili).

Dalam Hukum Acara Perdata dikenal pula istilah Jurisdiksi


(Wewenang Pengadilan), yaitu terdiri dari :

97
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

1. Jurisdiksi Contensiosa.
Adalah merupakan wewenang pengadilan yang sesungguhnya.
Jurisdiksi ini mempunyai cirri-ciri sbb :
a. Perkara yang ditangani adalah suatu sengketa.
b. Ada 2 pihak yaitu pihak Penggugat dan Tergugat.
c. Dimulai dengan surat gugatan.
d. Diakhiri dengan suatu putusan (vonnis) yang amarnya
dapat bersifat Condemnatoir, constitutive atau bahkan
declaratoir.

2. Jurisdiksi Voluntaria.
Adalah wewenang pengadilan yang bersifat sukarela (ekstra
judicial)
Ciri-ciri jurisdiksi voluntaria adalah :
a. Perkara yang ditangani Pengadilan bukan suatu
sengketa.
b. Hanya ada satu pihak, yaitu pemohon.
c. Dimulai dengan suatu surat permohonan.
d. Diakhiri dengan suatu penetapan (beschikking) yang
amarnya bersifat Constitutif atau declaratoir.

g. Pada bagian penutup putusan hakim, harus disebut apakah


waktu putusan tersebut diumumkan kedua belah pihak hadir
atau tidak hadir, ini penting karena kalau salah satu pihak
tidak hadir, maka putusan tersebut harus diberitahukan
kepadanya. Selanjutnya untuk menentukan tenggang waktu
mengajukan upaya hukum melawan putusan. Tenggang waktu
ini dihitung mulai hari berikutnya setelah pemberitahuan itu.

Pasal 184 (2).


Dalam putusan-putusan hakim yang didasarkan atas peraturan-
peraturan dalam undnag-undang harus menyebutkan peraturan-
peraturan dan undang – undang ini.

KOMENTAR :
a. Pasal 20 AB mewajibkan hakim memutus perkara menurut
UU, maka dalam ayat tersebut Hakim diwajibkan menyebut
peraturan/UU yang mana dipakai dalam memutus perkara
ini , umpama Pasal 1457 KHUPerdata.

98
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

NB: Dalam praktek sering hanya disebut : “Mengingat peraturan


dan undang-undang yang bersangkutan”. Hal ini sebenarnya
belum cukup.

b. Dalam memutus perkara yang menyangkut Hukum Adat, maka


Hakim dalam pertimbangan jug awajib menyebut bagian
Hukum Adat yang mana yang dipakai.

Pasal 184 (3)


Putusan – putusan Hakim ditandatangani oleh Ketua dan Panitera.

KOMENTAR :
a. Untuk sahnya putusan Hakim maka harus ditandatangani oleh
Hakim Ketua majlis dan Panitera (pengganti), sebagai
penanggungjawab pembuatan putusan.
b. Putusan Akhir perkara perdata, dibuat lepas dari berita
acara.
c. Putusan Hakim; putusan hakim harus ditandatangani oleh
Ketua dan Panitera (pengganti).

Dalam perkara Pidana malahan semua anggota majlis ikut


menandatangani. Demikian pula Berita Acara harus
ditandatangani oleh Hakim dan Panitera yang bersidang.
Ada kemungkinan bahwa setelah Berita Acara dan Putusan
selesai dibuat (diminutir) Hakim dan atau Panitera sudah pindah
atau meninggal dunia. Dalam hal ini maka cukup kalau ditempat
dimana harus dibubuhkan tandatangan yang bersangkutan
dicantumkan :
“tidak dapat menandatangani karena sudah pindah/meninggal
dunia”.

Pasal 185 : HAL JENIS – JENIS PUTUSAN.

Pasal 185 (1) :


Putusan Hakim yang bukan putusan akhir, meskipun diumumkan
dalam persidangan, tidak dibuat sendiri, melainkan hanya
dicantumkan dalam Berita Acara persidangan.

99
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

(bandingkan dengan Pasal 48 Rv).

KOMENTAR :
a. Dari ayat ini diketahui adanya putusan akhir dan putusan-
putusan lain (putusan yang bukan putusan akhir).

b. Dalam system HIR kemungkinan ada putusan-putusan lain


ialah :
1. Dalam hal Rekonvensi (Pasal 132b ayat 2 dan 5)
2. Dalam hal eksepsi ( Pasal 136 jo. Pasal 135 )

NB : Untuk putusan-putusan yang bukan putusan akhir,


dalam HIR tidak ada nama tersendiri, dalampraktek
digunakaln istilah putusan sela (KORT Gening) : acara
singkat. Dalam Acara Barat ada kemungkinan bahwa satu
pihak (biasanya penggugat) minta kepada Hakim supaya
pememriksaan dilakukan dengan acara singkat agar lekas
selesai, dengan alasan-alasan yang tepat. Kalau memang
alasan diterima oleh Hakim, maka pemeriksaan dapat
dilakukan dengan acara singkat.

c. Dalam Pasal 331 Rv dijumpai :


1. PUTUSAN PREPAROTOIR [Pasal 48 (2) Rv]
Merupakan putusan persiapan guna melancarkan
proses. Umpama : Menggabungkan Perkara.
Ciri – cirri :
a. Tidak mempengaruhi pokok perkara dan akhir.
b. Banding bersama-sama dengan pokok perkara dan
putusan akhir.

2. PUTUSAN INTERLOKUTOIR [Pasal 48 (3) Rv).


Dalam hal ini hakim memrintahkan “tindakan – tindakan
tertentu”, misalnya pihak-pihak supaya membuktikan,
melakukan pemeriksaan tempat dsb.
Ciri – cirinya :
a. Dapat mempengaruhi putusan akhir;
b. Banding terhadap putusan interlokutoir dapat
seketika diajukan atau diajukan bersama-sama
dengan putusan akhir;

100
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

NB: Dalam proses pada Pengadilan Negri (menurut


HIR), contoh-contoh tindakan tersebut tidak perlu
diambil dengan putusan sela (putusan Interlokotoir)

3. PUTUSAN INSIDENTIL,
Dilakukan berhubung dengan adanya gugatan Insidentil,
misalnya :
a. Voegen pihak ketiga;
b. Minta Vrijwaring (minta jaminan).

4. PUTUSAN PROVISIONIL (Pasal 53-58 RV).


Ciri-ciri putusan Provisionil adalah :
a. Dijatuhkan karena adanya gugat provisional;
b. Merupakan tindakan pendahuluan terhadap hal-hal
yang sifatnya “mendesak”.
c. Ada hubungannya dengan pokok perkara;
d. Untuk keperluan pihak yang bersangkutan.
Contoh putusan provisional : Putusan perhadap
permohonan nafkah.Terhadap putusan provisional
dimungkinkan adanya EKSKEKUSI.

d. Di samping adanya jenis-jenis putusan seperti tersebut


diatas dalamproses perkara perdata pada pengadilan negri
dikenal adanya penetapan hakim (rechterlijk beschikking).
Rechtelijk Beschikking ini diambil untuk :
1. Penetapan hari sidang’
2. Memerintahkan sita jaminan,
3. dsb.
Putusan sela inidiambil oleh hakim tidak dalam sidang dan
tidak perlu diumumkan.

e. Putusan Akhir dibuat tersendiri. Jadi terlepas dari Berita


Acara Persidangan. JIka berita acara selesai dibuat, dijahit
menjadi satu dengan surat gugat, bukti-bukti tulisan, relaas-
relaas dsb, yang merupakan satu berkas dari perkara ybs.
Dalam banding, berkas ini dikirimkan pada pengadilan tinggi,
sedang putusan hakim yang asli (minuta) ditinggal di PN
ybs.Putusan sela dibuat ditengah-tengah proses pemeriksaan

101
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

perkara, dimasukkan dalam Berita Acara Perkara ybs, maka akan


masuk dalam berkas perkara tersebut.

Pasal 185 (2) :


Para pihak atas biaya sendiri dapat minta salinan resmi
(authentieke afschriften) dari putusan sela ini.

KOMENTAR :
Seperti halnya para pihak dapat minta salinan resmi putusan
hakim, para pihak juga dapat minta salinan resmi putusan sela.

Pasal 186 : HAL BERITA ACARA (PROCESS VERBAAL)


Pasal 186 (1) :
Panitera harus membuat Berita Acara tersendiri dan dari tidap-
tiap perkara dimana ia akan dicantumkan apa yang terjadi dalam
persidangan dan juga nasehar dari penasehat. Tidak perlu
disebut, bahwa putusan yang diambil itu diputuskan dengan suara
bulat atau dengan suara terbanyak.
(bandingkan dengan Pasal 41-63 RO, Pasal 26 Rv)

KOMENTAR :
a. Yangmembuat Berita acara persidangan adalah Panitera atau
Panitera Pengganti.
b. Berita Acara memuat segala sesuatu yang terjadi dalam
sidang yang berupa keterangan pihak-pihak berperkara,
saksi-saksi, kejadian-kejadian dsb Biasanya Hakim/ketua
majlis mendektekan apa yang harus ditulis dalam berita acara
itu.
c. Pada zaman penjajahan dulu ada Penasehat, sekarang
tidakada lagi.

d. Dalam Berita acara ini juga dicantumkan bunyi putusan. Akan


tetapi hanya diktumnya saja. Sedangkan tentang
pertimbangan hanya dimuat dalam putusan hakim.

e. Putusan diputuskan dalam Raadkamer yang bersifat rahasia.


Maka dalam ayat ini ditegaskan bahwa dalam berita acara
tidak perlu disebut apakah putusan itu diambil berdasarkan
suara bulat atau berdasarkan suara terbanyak

102
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 186 (2) :


Berita acara ini ditandatangani oleh ketua dan panitera.

KOMENTAR :
Seperti halnya dengan putusan hakim, untuk sahnya maka
berita acara harusditandatangani oleh ketua ( majelis ) dan
panitera ( pengganti ) sebagai penanggung jawab atas isi dan
pembuatan berita acara.

BAB IX
BAGIAN KEEMPAT
TENTANG BANDING

BAGIAN INI TIDAK BERLAKU LAGI DENGAN ADANYA


UNDANG-UNDANG TENTANG BANDING

BAB IX
BAGIAN KELIMA
TENTANG MELAKSANAKAN PUTUSAN

Pasal 195 : TENTANG EKSEKUSI (PELAKSANAAN PUTUSAN)

Pasal 195 (1) :


Pelaksanaan Pengadilan dari putusan-putusan perkara yang dalam
tingkat I diperiksa oleh PN dijalankan atas perintah dan
pimpinan dari Ketua PN yang memeriksa perkara itu dalam
tingkat I dengan cara-cara seperti tersebut dibawah ini.
(bandingkan dengan Pasal 350 Rv).

KOMENTAR :
a. Disini disebut perkara yang dalam tingkat pertama diperiksa
oleh Pengadilan Negri; sebab dulu ada perkara-perkara yang
dalam tingkat I diperiksa oleh Residenegerecht atau Raad
van Justitie.

b. Eksekusi atas perintah dan pimpinan Ketua PN, ini


menunjukkan prinsip Hakim Aktif.

103
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Prinsip Hakim Aktif terlihat pada :


1. Sebelumsidang, misalnya dalam hal sita;
2. Selama sidang, yaitu memimpinsidang;
3. Setelah sidang, memimpin eksekusi.

c. Yang memrintah dan memimpin Eksekusi adalah Ketua yang


memerikasa perkara dalam tingkat pertama (Ketua PN)
walaupun atas perkara itu mungkin diajukan banding dan
kasasi. Meskipun demikian yang menjalankan putusan tetap
PN yang bersangkutan, bukan pengadilan yang lebih tinggi.

d. Ada kemungkinan lain :


1. Atas permintaan Pengadilan negri ybs, yang
menjalankan eksekusi PN dimana benda berada
(obyek).
2. Putusan Perwasitan setelah di “Fiat “ eksekusi oleh PN
dilaksanakan oleh PN yang bersangkutan.

Fiat eksekusi (dikuatkan), berupa disetujui untuk


dilaksanakan. Suatu sengketa hukum yang diajukan
kepada Arbitrase, maka apabila tidaksecara sukarela
dilaksanakan maka harus dilaksanakan dengan paksa.
Arbitrase tidak dapat dengan serta merta melaskanakan
putusan tersebut melainkan harus dimintakan persetujuan
( Fiat) terlebih dahulu kepada PN setempat.

e. Atas perintah; Ketua PN memerintahkan dengan Beschikking.


Atas pimpinan, Ketua PN memberi petunjuk-petunjuk
pelaksanaan eksekusi, demmikian ini berbeda dengan Rv
(HukumAcara Barat) yang menentukan pelaksanaan eksekusinya
dilaksanakan oleh Deurwarder, Pasal 439 Rv.
Pasal 195 (2) :
Jika eksekusi iu seluruhnya atau sebagian dijalankan di luar
daerah hukum PengadilanNegri bersangkutan maka KPN itu
dengan surat minta bantuan kepada Ketua PN yang berwenang.

KOMENTAR :
a. Kalau yang dieksekusi itu benda yang berada dalamwilayah
PN lain, maka Ketua PN minta bantuan kepada Ketua PN yang

104
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

berwenang (PN yang wilayah hukumnya meliputi tempat


dimana benda obyek eksekusi berada).
b. Atas permintaan PN lain, tiap-tiap pengadilan wajib memberi
bantuan. Pemberian bantuan itudapat berupa :
1. Delegatie Verhoor, Pasal 149.
2. Memeriksa buku/pemeriksaaan surat Pasal 137-138.
3. Rogatoir Commissen,
4. Eksekusi, pasal 195.
c. Eksekusi Pengadilan negri lain, ada kemungkinan bahwa PN A
telah memeriksa dan memutus suatu perkara. Menurut Pasal
195 (1), eksekusi terhadap putusan ini menjadi wewenang PN
A. jika sewaktudieksekusi terdapat harta kekayaan
tereksekusi yang berada di B, maka menurut Pasal 195 (2)
KPN A harus minta bantuan kepada KPN B. Selanjutnya
eksekusi terhadap benda tersebut dilaksanakan dan dibawah
pimpinan KPN B.
Pasal 195 (3) :
Ketua Pengadilan Negri yang dimintai bantuannya wajib memberi
bantuan, jika ternyata bahwa pelaksanaan itu seluruhnya atau
sebagian harus dilakukan di luar daerah hukumnya, maka ia
bertindak seperti tersebut dalam ayat (2).

KOMENTAR :
Ketua PN yang dimintai bantuan tidak boleh menolak.Jika ada
hal-hal yang harus ia jalankan di luar daerah hukumnya, maka ia
sendiri yang minta bantuan kepada PN yang berwenang
melaksanakan eksekusi menurut Pasal 195 (2).
Pasal 195 (4) :
Bagi Ketua PN yang dimintai bantuannya oleh rekannya dari luar
jawa dan Madura berlaku peraturan dalam bagian ini tentang
segala perbuatan yang akan dilakukan disebabkan perintah ini.
KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 195 (5) :


Ketua yang dimintai bantuannya itu, memberitahukan dalam 2
kali 24 jam, segala daya dan upaya yang telah diperintahkan dan
kemudian tentang kesudahannya kepada Ketua PN yang pada
tingkat pertama memeriksa perkara itu.

105
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 195 (6) :


Perlawanan, termasuk perlawanan dari pihak ketia atas dasar
Hak Milik sendiri barang-barang yang telah disita itu yang akan
dilaksanakan, juga mengenai sengketa yang timbul karena upaya
paksaan itu, diajukan dan diadaili oleh Pengadilan dalam daerah
hukum mana tindakan-tindakan pelaksanakan dijalankan.

KOMENTAR :
a. Pelaksanaan putusan pengadilan, mungkin berupa penyitaan
barang atau tindakan-tindakan lainnya.
b. Atas adanya penyitaan dan tindakanpelaksanaan lainnya itu
mungkin ybs atau pihak ketia tidak menerimanya. Untuk itu
mereka dapat mengajukan verzet (perlawanan).
c. Jika ada verzet (perlawanan) terhadap eksekusi atau
penyitaa, maka verzet ini diajukan kepada pengadilan negri
yang melakukan tindakan eksekusi atau penyitaan itu. Jadi
tidak diajukan kepada pengadilan negri yangmemutus perkara.
Pengadilan yang meneima bantuan tersebut wajib menerima
dan memeriksa serta memutus Verzet tersebut.

Pasal 195 (7) :


Mengenai sengketa yang timbul dan putusan tentang itu, tiap kali
dalam waktu 2 kali 24 jam oleh Ketua PN diberitahukan kepada
Ketua PN yangmemeriksa perkara dalam tingkat pertama.
KOMENTAR :
a. Kalau timbul verzet seperti tercantum dalam ayat (6)
tersebut, maka KPN yang menerima verzet itu dengan
tertulis harus memberitahukan kepada KPN yang memeriksa
pokok perkara.

b. Demikian halnya. Kalau KPN yang menerima verzet sudah


memberi putusan verzet itu, ia harus memberitahukan
putusannya kepada PN yang meminta bantuan kepadanya (N
yang memeriksa dan memutus pokok perkara).

106
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

NB: Kalau ada banding terhadap verzet itu maka diberlakukan


peraturan banding biasa.

PASAL 196 : HAL PERMOHONAN EKSKEKUSI (TAHAP I).

Jika pihak yangkalah enggan atau llai untuk dengan sukarela


melaksanakan isi dari surat putusan itu, amak yang menang harus
mengajukanpermohonan dengan lisan atau tulisan kepada Ketua
PN yangmemutus perkara supaya putusannya dilaksanakan. Ketua
PN ini memanggil pihak yang kalah supaya menghadap dimukanya
dan ia memperingatkan padanya supaya dalam jangka waktu yang
ia tentukan, paling lama 8 hari melaksanakan putusannya itu.
(bandingkan dengan pasal 439-443 Rv).

KOMENTAR :
a. Ini merupakan tahap pertama dari eksekusi putusan hakim
b. Permohonan eksekusi ini dapat diajukan baik tertulis maupun
lisan.
c. Atas permohonan tersebut, Ketu aPN memanggil pihak yang
kalah dan menegurnya (aanmaning), supaya ia dengan sukarela
melaksanakan kewajibannya dalam waktu paling lama 8 hari.
Walaupun HIR menetapkan paling lama 8 hari, namun dalam
praktreknya tergantung kebijaksanaan hakim, biasanya
kurang lebih 1 bulan.

Pasal 197 : HAL TAHAP KEDUA DALAM EKSEKUSI


Pasal 197 (1) :

Jika yang kalah dalam waktu yang ditentukan tidak memenuhi


putusan atau meskipun sudang dipanggil dengan patut tidak
mengahdap, maka KPN atas jabatan (otomatis) membuat
perintah tertulis untuk menyita sekian banyak barang bergerak
atau kalau tidak ada atau tidak mencukupi sekian banyak
barang-barang tetap yang diperkirakan cukup untuk membayar
jumlah uang yang diputuskan oleh pengadilan dan biaya
pelaksanaan putusan ini.
(bandingkan dengan Pasal 444-446, 473 Rv).

KOMENTAR :

107
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Kalau yang kalah telah ditegur untuk memenuhi kewajibannya


seperti tercantum dalam putusan dan ia masih lalai atau;

b. Kalau pihak yang kalah tidak mengahdap PN pada waktu ia


akan diberi peringatan, sedang ia sudah dipanggil dengan
patut;

c. Maka Ketua PN atas jabatannya (otomatis/tanpa permintaan


ybs) akanmengeluarkan surat penetapan (beschikking) yang
berisi perintah penyitaan terhadap kekayaan pihak yang
kalah. Dalampraktek biasanya menunggu permintaan eksekusi
lagi dari pihak ybs (yang menang).

d. Yang disita terlebih dahulu barang bergerakkewmudian kalau


tidak mencukupi atau tidak ada kekayaan tereksekusi yang
berupa benda bergerak. Jadi tidak perlu seluruh kekayaan
tereksekusi disita, melainkian hanya secukupnya untuk
membayar bunyi putusan dan biaya.

Pasal 197 (2) :


Penyitaan tersebut dilakukan oleh Panitera pengadilan

KOMENTAR :
a. Sita iniadalah sita eksekusi (executorial beslag),
b. Dalam system RV, sita dilakukan oleh seorang deurwaarder
(juru sita). PN tidak mempunyai deurwaarder, melainkan
hanya wakil-wakil juru sita, yaitu pegawai pengadilan yang
ditunjuk oleh ketua (pasal 388). Tentang deurwaarder diatur
dalam RO Bab VII pasal 193.
Pasal 193 RO :
Juru sita biasa, diangkat oleh kepala pemerintah daerah
(hoofd van gewestelijk bestuur) yaitu Resident.

Pasal 197 RO :
Pengadilan-pengadilan mempunyai wewenang mengangkat
seorang juru sita. Wakil juru sita ini tidak bertugas menyita
atau eksekusi, melainkan hanya untuk menyampaikan panggilan-
panggilan, menyampaikan ekploit-ekploit dsb.

108
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 197 (3) :


Jika panitera ini berhalangan karena dinas atau hal lain, maka ia
akan diganti oleh seorang yang pantas dan tepat dipercaya, yang
ditunjuk oleh Ketua atau atas permintaanKetua PN oleh kepala
daerah jika menurut Ketua tersebut untuk menghemat biaya,
mengingat jarak barang yang disita.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 197 (4) :


Penunjukan tersebut cukup dengan dicantumkan dalam perintah
tertulis tersebut dalam ayat (1), atau dengan catatn di
bawahperintah tersebut.

KOMENTAR :
a. Surat perintah untuk melakukan eksekusi, dibuat dalam
bentuk surat penetapan (beschikking).
b. Dalam ayat 3, maka penunjukan orang untuk mengganti
panitera dalam menjalankan eksekusi itu tidak dengan surat
penetapan tersendiri melainkan cukup tertulis dalam surat
penetapan eksekusi tersebut.

Pasal 197 (5) :


Panitera atau orang lain yang ditunjuk, membuat Berita Acara
dari penyitaan yang telah dilakukan dan memberitahukan pada
tersita maksud dari penyitaan itu, jika tersita itu tidak hadir.

KOMENTAR :
a. Tahap-tahap dalam acara penyitaan :
1. Ketua PN membuat penetapan penyitaan (beschikking
tot beslag).
2. Panitera dengan 2 oang saksi datang pada rumah si
tersita (orang yang kalah) dan membri tahukan padanya
maksud kedatangannya.

109
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

3. Dari penyitaan ini ia membuat Berita Acara penyitaan,


dalam mana tercantum barang-barang (daftar ) yang
disita.
4. Ia memberitahukan kepada si tersita bahwa barang-
barang yang di sita itu supaya dijaga baik-baik, tidak
boleh dipindahtangankan atau dipindah tempat.

b. JIka tersita melanggar perintah ini, berarti ia melakukan


tindak pidana melarikan barang sitaan, yang dapat dituntut
pidana berdasrkan Pasal 231 KUHP.

c. Waktu penyitaan dilakukan, tersita tidak perlu hadir, cukup


keluarganya.

Pasal 197 (6) :


Dalam penyitaan panitera dibantu oleh 2 orang saksi, nama,
pekerjaan dan rumah mereka ditulis dalam berita acara, mereka
turut menandatangani berita acara dan salinan-salinannya.

KOMENTAR :
a. Biasanya saksi – saksi adalah wakil-wakil juru sita atau
pegawai PN yang bersangkutan.
b. Jiaka di desa, diikutsertakan pamong desa atau pegawai
pamong praja lainnya,
c. Menurut bunyi ayat tersebut, tiap orang dapat menjadi saksi.

Pasal 197 (7) :


Syarat menjadi saksi adalah :
a. Penduduk indonensia;
b. Umur 21 tahun keatas;
c. Dpat dipercaya;
d. Atau oleh pamong praja dinyatakan dapat dipercaya.
KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 197 (8) :


Penyitaan benda-benda bergerak dari debitur dapat meliputi
uang tunai termasuk kertas berhargam, benda berwujud
bergerak, yang berada di tangan fihak ketiga. Namun penyitaan

110
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

ini tidak boleh dilakukan terhadap hewan yang dibutuhkan


maupun perkakas yang diperlukan/dipergunakan untuk
menjalankan usaha sendiri dari debitur.

KOMENTAR :
a. Barang-barang yang berada di tangan orang lain, dapat disita
juga.
b. Ada larangan untuk menyita hewan dan perkakas yang
dibutuhkan oleh si terseita sendiri.
Dalam Rv larangan ini meliputi banyak barang.

Pasal 197 (9) :

Panitera atau orang lain yang ditunjuk mengingat / menurut


keadaan harus menitipkan barang – barang atau sebagian dari
barang-barang itu kepada si tersita; atau memindahkan barang-
barang bergerak atau sebagian dari barang-barang itu ketempat
penyimpanan yang pantas. Dalam hal pertama itu, ia akan
memberitahukan hal tersebut kepada pamong desa yang wajib
mengawasi supaya barang-barang tersebut tidak dipindahkan.

KOMENTAR :
a. Barang – barang disita, memang biasanya dititipkan kepada si
tersita supaya dijaga baik-baik dan tidak boleh
dipindahtangankan/dipindah tempat.
b. Dalampasal ini dimungkinkan kalau dipandng perlu, maka
barang tersebut akan disimpan dalam gedung yang layah dan
pantas. Dengan maksud mengamankan barang-barang itudari
kemungkinann-kemungkinan yang ada rusak, disbotir dsb.
c. Bangunan penduduk asli merupakan “postal” (magersari) tidak
boleh dipindahkan.
d. Sita;
Dalam HIR hanya dikenal 3 jenis sita.

Dalam Rv banyak sekali jenis-jenis sita yang terpenting


antara lain :
1. Sita Kapal.
Kekhusuan sita kapal menurut ketentaun ini adalah :

111
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Perintah penyitaan harus diberitahukan paling tidak


24 jam sebelumnya kepada pemilik atau tempat
tinggal pemilik atau agennya, atau pemegang bukunya,
atau kalau tidak bertemu dengan mereka disampaikan
melalui Kepala Daerah Tingkat II (pasal 559 Rv);
Kecuali jika kapal dikawatirkan segera berangkat ke
tempat lain, maka sita dapat dilakukanseketika (Pasal
559 (3) Rv).

b. Penyitaan dilakukan di atas kapal yang bersangkutan


(pasal 560 Rv).

2. Sita Piutang atas barang milik debitur yang berada di


tangan pihak ketiga (Pasal 477 RV dst, Paal 728 Rv dst),

3. Sita terhadap barang milik debitu yang berada di


tangan Kreditur (Pasal 720 Rv). Hal ini perlu sebab
dengan demikian debitur tidak dapat minta kembali.

4. Sita Barang milik orang asing (pasal 757 Rv).


Kekhusuan sita ini adalah penyitaan dapat dilakukan
walaupun tidak ada kekawatiran bahwa barang akan
disembunyikan.

5. Sita Gadai (pasal 751 Rv).


Jika debitur menunggak uang sewa maka kreditur dapat
menyita barang-barang milik debitur yang menjadi
perlengkapan bagian yang disewa itu.

6.
Sita terhadap Upah Buruh (Pasal 1602 g KUHPerdata).
Kalau debitur seorang buruh maka dalam batas-batas
tertentu upahnya dapat disita, termasuk yang masih di
tangan majikan.
Pasal 198 : HAL PENYITAAN BENDA TETAP.

Pasal 198 (1) :


Dalam menyita benda tetap, maka :
a. Berita Acara penyitaan diumumkan, biasanya dalam surat
kabar daerah itu;

112
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Jika benda tetap itu terdaftar menurut ordonansi


pendaftaran benda tetap dan hipotik Indonesia, maka
berita acara beslag ini harus didaftarkan dalam register
yang diadakan menurut Pasal 50 dari peraturan UU baru (S
1848 -10), atrau register yang dioadakan di PN yang khusus
dibuat untuk itu. Dalam hal kedua ini maka harus disebut
jam, hari, bulan, dan tahuin pengumuman itu duadakan
mengenai penyitaan tersebut dan panitera harus
menyebutkan jam, hari, bulan dan tahun tersebut dalam
surat asli yang diserahkan kepadanya.
KOMENTAR :
Kalau yang disita itu benda tetap, maka wajib dilakukan hal-
hak sbb :
a. Berita Acara penyitaan diumumkan, biasanya dalam surat
kabar daerah itu;
b. Kalau benda tetap terdaftar dalam register, maka
penyitaan harus didaftar.
c. Jika benda itu bukan agraris eigendom, maka cukup
didaftarkan dalam suatu register di PN yangdibuat khusus
untuk itu, juga dicatat dalam register desa.

Pasal 198 (2) :


Kecuali itu, orang yang melakukanpenyitaan itu harus
memberitahukan kepada luran/kepala desa, supaya tentang
penyitaan itu diumumkan dalam daerahnya dengan car ayang
lazim dilakukan di daerah tersebut.

KOMENTAR :
Guna pengamanan terhadap benda tetap yang disita, maka
panitera harus memberitahukan hal itu kepada lurah / kepala
desa dengan permintaan supaya hal tersebut diberitahukan
kepada penduduk.

Pasal 199 : HAL PENCEGAHAN DAN PENGGELAPAN BENDA YANG


DISITA.

Pasal 199 (1) :


Mulai hari pengumuman berita acara penyitaan, maka pihak
terhadap siapa sita ditu dulakukan tidak boleh lagi

113
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

menyerahkan benda itu kepada orang lain, membebani, atau


menyewakan benda tetap tersebut.

KOMENTAR :
Setelah sita diumumkan, maka si tersita tidak boleh lagi
berbuatsesuatu terhadap benda yang disita yang merugikan
penyita, yaitu :
a. Menyerahkan (Vervreedem) dapat berupa menjual,
menghibahkan, memberikan, menggadaikan dsb.
b. Membebani (bezwaren), yaitu membebani dangan
memberikan hak-hak kepada orang lain berupa dijadikan
jaminan hipotik dsb.
c. Menyewakan.
Denngan demikian maka pemilik tidak lagi bebas untuk
mempergunakan miliknya, ia boleh memakai saja dinamakan
pemilik lugu (blote eigenaar).

Pasal 199 (2) :


Perjanjian – perjanjian yang diadakan bertentangan dengan
larangan tersebut tidak berlaku terhadap penyitaan.

KOMENTAR :
Kalau si pemilik lugu (tersita) toh melakukan hal-hal yang
terlarang itu, maka yang mendapatkan hak-hak dari perbuatan
si tersita itu tidak dapat melawan hak dari si penyita itu.
Contoh :
Andai kata si tergugat tetap menjual rumah yang disita itu
kepada A, maka Si A tidak dapat mengatakan bahwa barang itu
telah menjadi miliknya, sebab jual beli itu tidak sah. Maka
penggugat tetap dapat atau mempunyai hak atas barang
tersebut yaitu hak untuk menjual umum barang yang disita,
kalau tergugat tidak memenuhi kewajibannya dengan sukarela.

Pasal 200 : HAL PENJUALAN BARANG SITA DENGAN LELANG.

Pasal 200 (1) :


Penjualan benda yang disita, dilakukan dengan perantaraan
Kantor Lelang atau :

114
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Menurut pertimbangan Ketua mengingat keadaan, dapat


dilakukan oleh orang yang menyita benda itu;
b. Atau boleh orang lain yang pantas dan dapat dipercaya, ata
penunjukan ketua, yang berdiam di tempat dimana penjualan
umum itu akan dilakukan atau dekat dari situ.

KOEMNTAR :
a. Pada prinsipnya penjualan umum harus dilakukandengan
perantaraan kantor lelang, seperti yang tercantum dalam
Reglement Lelang.
b. Menyimpang dari prinsip tersebut, jika ketua memandang
perlu dan cukup alasan mengingat keadaan, ia dapat
menunjuk orang lain untuk menjalankan penjualan umum
(lelang) itu, yaitu panitera atau orang lain yang pantas dan
dipercaya yang rumahnya di tempat di tempat tersebut
atau yangdekat dengan tempat itu.
c. Sering terjadi bahwa lelang dilakukan oleh panitera, sebab
biayanya lebih ringan daripada lewat KLN.

Pasal 200 (2) :


JIka penjualan tersebut seperti dalam ayat (1) dilakukan
untuk memenuhi putusan yang jumlahnya lebih dari F.300 di
luar ongkos perkara, atau menurut pertimbangan Ketua hasil
lelang tidak akanmelebihi F 300, makapenjualanlelang itu tidak
boleh dilakukan dengan perantaan Kantor Lelang.

KOMENTAR :
Zaman dahulu sering terjadi akan tetapi sekarang lelang akan
menghasilkan lebih besar daripada F.300. Selain itu nilai
tuntutan biasanya melebihi ribuan rupiah.

Pasal 200 (3) :


Maka, penjualan umum dilakukan oleh orang yang telah menyita
benda itu atau oleh orang yang pantas dan dapat dipercaya
seperti tercantum dalam ayat (1) tersebut diatas. Orang yang
melakukan penjualan umum, harus memberikan laporan tertulis
kepada ketua, dari hasil penjualan itu.

KOMENTAR :

115
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Dalam hal penjuala umum oleh orang yang ditunjuk oleh Ketua
maka orang itu harus memberikan laporan tertulis kepada
ketua mengenai hal ini.

Pasal 200 (4) :


Terhukum berwenang untuk menunjuk urut-urutan bagi benda-
benda yang akan dijual.

KOMENTAR :
Terhukum berwenang untuk menunjuk urut-urutan bagi benda-
benda yang akan dijual. Dengan demikmian maka mungkin benda
yang ia sukai tidak perlu dilelang.
Menurut Pasal 197 dan 198, urut-urutan eksekusi dilakkukan
terhadap kekayaan milik tereksekusi yang berwujud benda
bergerak, jik abelum mencukupi dilanjutkan benda tidak
bergera.
Menyimpang dari ketentuan ini, menurut pasal 200 (4) ini
tereksekusi berwenang untuk menunjuk urut-urutan benda
yang akan dieksekusi.

Pasal 200 (5) :


Setelah hasil penjualan benda mencapai jumlah dari jumlah
uang putusan hakimuntuk mana lelang itu duadakan, maka
penjualan dihentikan dan seketika itu benda-benda lainnya yang
belum terjual dikembalikan kepada si terhukum.

KOMENTAR :
Perjualan lelang tidak perlu meliputi semua bend ayangdisita.
Kalau hasil lelang telah cukup memenuhi putusan hakim, maka
lelang dihentikan.
Lelang Eksekusi pada hakekatnya dalah upaya paksa
yangdilakukan terhadap debitur (tergugat) yang tidak mau
secara sukarela memenuhi kewajibannya. Berdasar pemikiaran
tersebut, maka pelaksanaan penjualanlelang eksekusi harus
dihentikan apabila telah dicapai hasil yang mencukupi kewajiban
tergugat.

Paal 200 (6) :

116
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Penjualan benda-benda bergerak dilakukan setelah adanya


pengumuman yang dilakukan menurut waktunya dengan cara
menurut kebiasaaan di daerah itu, penjualan tersebut tidak
boleh dilakukan sebelum hari ke-8 setelah penyitaan.

KOMENTAR :
a. Lelang dapat dilakukan setelah ada pengumuman Lelang.
b. Pengumuman adanya lelang harus memenuhi syarat-syarat :
1. Diumumkan menurut kebiasaan setempat. Umpama
dicantumkan dalam iklan disurat kabar atau lewat
pengumuman lain.
2. Pengumuman tersebut tidak boleh serta merta,
melainkan harus mengambil waktu yang pantas,
dengan maksud supaya masyarakat berkesempatan
mengetahui lama sebelumnya dan dapat menghadiri
lelang tersebut.

c. Setidak-tidaknya lelang tidak boleh dilakukan sebelum


lewat 8 hari dari saat penyitaan, sebab dalam jangka waktu
tersebut ada kesempatan untuuk mengajukan perlawanan
terhadappenyitaan itu (verzet op beslag).

Pasal 200 (7) :


Jika bersamaan dengan benda bergerak jugadisita dan dari
benda bergerak itu tidakada lekas busuk, maka penjualan akan
dilakukan bersamaan juga , kecuali kalau ada penunjukan urut-
urutan dan dengan mengindahkan pengumuman 2 kali berturut-
turut dengan selang 15 hari.

KOMENTAR :
a. Mungkin ada beslag meliputi benda bergerak dan benda
tidak bergerak. Dalam haldemikian pada prinsipnya benda
tersebut dijual bersamaan waktunya, kecuali kalau ada
benda bergerak yang lekas busuk. Benda yang lekas busuk
ini dijual lebih dahulu.
b. Selain daripada itu, penjuialan dilakukan menurut urut-
urutan penunjukan oleh terhukum-tersita.

117
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Dalam ada benda campuran ini, maka harusdiingatadanya


pengumuman 2 kali berturut-turut dengan selang waktu 15
hari.
d. Pengumuman dpat dilaksanakan menurut kebiasaan
setemnpat.

Pasal 200 (8) :


Jika yang tersita hanya benda tetap saja, maka dalam
halpenjualan harus diindahkan bunyi ayat di atas, mengenai
formalitasnya.

KOMENTAR :
Meskipun yang disita dan yang akandijual hanya benda tetap
saja. Akan tetapi harusdiindahkan formalitas dalam ayat (7),
yaitu :
a. Tentang tata cata pengumuman;
b. Dua kali pengumuman;
c. Jangkawaktu selang antara 2 pengumuman.

Pasal 200 (9) :


Penjualan benda tetap yang harganya mungkin lebihdari
seriburupiah, makapaling lambat 14 hari sebelum penjualan itu
dilakukan, harus diumumkan satu kali tentang akan adanya
penjualan tersebut, dalam surat kabar di kota dimana
penjualan akan dilakukan, kalau tidakada di tempat yang
terdekat.

KOMENTAR :
Ketentuan inni bermaksud lebih menyebarluaskan akan adanya
penjualan lelang dari benda tetap yang begitu berharga.

Pasal 200 (10) :


Hak-hak dari terhukum terhadap benda tetap yang dijual,
beralih kepada si pembeli atas penunjukan padanya, setelah ia
memenuhi syarat-syarat dari penjualan itu. Dari pemenuhan
syarat itu, ia akan menerima bukti tertulis dari Kantor Lelang
atau dari orang yang melakukan penjualan itu.
KOMENTAR :

118
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Yangdimaksud disini adalah apabila telah dilakukan


penjualansecara lelang maka hak milik benda beralih
kepada pembeli dalam lelang.
b. Terhadap benda tidak bergerak, maka perlu dilakukan
pendaftaran guna memenuhi syarat penyerahan secra
yuridis, dengan berdasarkan pada Risalah Lelang tersebut.

Pasal 200 (11) :


Jika terhukum enggan atau menolak untuk mengisingkan benda
tetap itu, maka KPN dalam surat penetapannya memerintahkan
kepada seorang yang berwenang untuk menjalankan Exploit,
supaya ia dengan bantuan penitera PN atau pegawai yang
ditunjuk oleh Ketua, jika perlu dengan bantuan polisi, memaksa
si terhukum untuk mengosongkan dan membersihkan benda
tetap itu dengan segala keluarganya dan miliknya.

KOMENTAR :
Ketentuan ini mengatur tentang Eksekusi Riil terhadap benda
obyek lelang.
Ada kemungkinan orang yang kalah itu tidakmau meninggalkan
benda, misalnya meskipun sudah dijual dan dibeli oleh orang
lain secara sah.
Dalam hal ini maka KPN, dapat memberi perintah secara
tertulis supaya orang itu dikeluarkan dengan paksa, dan jika
ybs mamsih membandel dengan bantuan polisi.
Pengosongan demikian ini sering terjadi. Jika dikawatirkan
akan terjadi sesuatu maka diminta bantuan polisi oleh pegawai
yang ditugaskan untuk itu.

Pasal 201 : HAL PELAKSANAAN (EKSEKUSI) BEBERAPA PUTUSAN


SECARA BERSAMA-SAMA

Jika dalam waktu yang sama-sama diajukan dua atau lebih


permintaan untuk melaksanakan putusan-putusan pengadilan
terhadap seorang debitur, maka dengan satu berita acara
disita sekian banyak benda yang sekiranya cukup untuk
memenuhi semua jumlah putusan dan semua ongkos
pelaksanaan yangakan dikeluarkan.
KOMENTAR :

119
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

a. Disini dimungkinkan adanya pelaksanaan beberapa putusan


terhadap seorang debitur.
Kalau ada bebarapa permohonan eksekusi terhadap
seorang debitur yang diajukan dalam waktu yang
bersaman kepada PN, maka hany asatu kali sita
terhadap sejumlah kekayaan debitur yang diperkirakan
cukup untuk memenuhi semua putusan dengan
ongkos-ongkosnya. Sita tersebut dilakukan hanya satu
berita acara.

b. Mungkin yangdimohonkan eksekusi oleh par akreditur


ialah beberapa putusan pengadilan yangdijatuhkan dalam
waktu yang berlainan (tidak bersamaan), tetapi
permphonan eksekusiinya kebetulan diajukan secara
bersamaan.

Pasal 202 : HAL SITA ATAS SITA TIDAK PERLU, CUKUP SATU
SITA UNTUK SEMUANYA.

Jika setelah adanya suatu penyitaan, akan tetapi sebelum


adanya penjualan dari barang-barang yang disita itu,
dimasukkan lagi beberapa permohonan eksekusi dari putusan-
putusan terhadap seorang debitur yang sama, maka sita yang
telah dilakukan itu juga diperuntukkan untuk memenuhi
putusan-putusan yang dimohonkan eksekusinya itu. Jika perlu
maka KPN dapat memerintahkan dilanjutkan penyitaan
terhadap barang-barang yang belum disita, yang diperkirakan
cukup untuk menjamin semua putusan-putusan itu dan juga
biaya-biaya dari sita lanjutan tersebut.

KOMENTAR :
a. Disini dimungkinkan satu sita untuk beberapa eksekusi dari
beberapa putusan hakim, dengan diajukan dalam waktu
yangtidak bersamaan. Hal ini jarang terjadi.
b. Ketentuan Pasal 202 yangmemungkinkan satu sita untuk
beberapa eksekusi secara teoritis adalah berbahanya,
karen atidak dapat menjamin hak kkreditur lainnya
(Kreditur II, II diatas) yang mengajukan permohonan

120
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

eksekusi setelah adanya sita eksekutorial atas kekayaan


debitur – tereksekusi atas permohonan eksekusi dari
kreditur I.

Pasal 203 : HAL PERMINTAAN EKSEKUSI DARI PENGADILAN


NEGERI LAIN.
Jika di dalam tenggang waktu seperti tersebut dalam pasal
diatas, diajukan permintaan eksekusi dari putusan-putusan
pengadilan yang lain, trehadap seorang debitor yangsama,
kepada KPN yang telah memerintahkan penyitaan itu maka
akan diperlakukan Pasal 202 terhadap permintaan eksekusi
riil.

KOMENTAR :
Ada kemungkinan, bahwa setelah adanya sita eksekusi dari
suatu putusan PN, ada lagi permintaan eksekusi dengan sita
kepada KPN ybs, akan tetapi dari putusan-putusan pengadilan
negri lain, maka hal itu juga diperbolehkan, cara
pelaksanannya dalah seperti tercantum dalam Pasal 202
diatas, yaitu satu sita saja sudah cukup untuk dipergunakan
untuk semua eksekusi, artinya tidak perlu diadakan penyitaan
lagi.

Pasal 204 : HAL PEMBAGIAN HASIL EKSEKUSI.

Pasal 204 (1). :


Dalam hal – hal seperti tersebut diatas dalamPAsal 201,202
dan 202, maka KPN akan menentukan cara pembangian hasil
eksekusi diantara par akreditur atau memanggil dengan patut
dan para krditur itu.

KOMENTAR :
a. Kalau banyak kreditur, maka bagaimana membagi hasil
penjualan ditetapkan oleh Ketua.
b. Penentuan pembagian hasil ituditetapkan oleh ketua,
setelah mendengar debitur dan kreditur-kreditur,
setidak-tidaknya setelah mereka dipanggil dengan patut.

Pasal 204 (2) :

121
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Para kreditur yang menghadap atas panggilan sperti tersebut


ayat diatas, dapat minta banding atas penetapan dari ketua
tersebut dan untuk ini berlaku peraturan tentang banding.

KOMENTAR :
a. Penentuan pembagian hasil oleh KPN dilakukan dengan
surat penetapan(beschikking). Jadi bukan vonnis.

b. Ini berarti, bahwa penetapan itu dilakukan tidak dalam


sidang meskipunkedua belah pihak dipanggil dan didengar,
melainkan dalam sidang musyawarah (raadkamer).

c. Atas penetapan Ketua tersebut kreditur yang hadir kalau


tidak puas dapat minta banding. Ini berarti, bahwa yang
tidak hadir, tapi dipanggil dengan patut, tidak dapat minta
banding.

Pasal 205 : HAL DAFTAR PEMBAGIAN (VERDEELINGSLIIJST).

Setelah penetapa tentang pembagian mencapai kekuatan


tetap, maka ketua mengirimkan daftar pembagian kepada
Kepala Kantor Lelang atau kepada orang yangditugaskan untuk
menjual barang-barang itu, untuk menjadi dasar bagi
pembagian uang hasillelang.

KOMENTAR :
a. Dimana atas penetapan Ketua itu dapat dimajukan
banding, maka bunyinya tidak dapatseketika
dilaksankanmelainkan menunggu sesudah in kracht van
gewijsde.

b. Kalau penetapan sudah menjadi mutlak, maka daftar


pembagian dikirimkan kepada Kepala Kantor Lelang atu
panitera atau orang lain yangditunjuk oelh Ketua untuk
menjual benda sitaan. Mereka inilah yang membagi-bagi
hasil lelang.

c. Ini berarti, bahwa uang hasil lelang selama ini masih dalam
Pasal 206 :

122
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Hal pelaksanaan putusan kurang dari Rp. 150,-


a. Sita dan penjualan tidak perlu dengan tegoran terlebih
dahulu.
b. Penjualan dilakukan oleh wedana, yang wajib memberi
laporan kepada KPN tentang penyelesaiannya.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 207 : HAK VERZET DARI DEBITUR.

Pasal 207 (1) :


Perlawanan dari debitur terhadap pelaksanaan baik dalam hal-
hal penyitaan benda bergerak maupunn benda tetap, diajukan
oleh pelawan kepada KPN yang tersebut dalam Pasal 195 (6),
baik lisan maupun dengan tertulis. Dalam hal dengan lisan
maka Ketua mencatat atau menyuruh mencatat hal itu.

KOMENTAR :
a. Debitur dapat mengajukan verzet terhadap eksekusi (sita
eksekutorial).
b. Perlawanan ini dapat diajukan dengan tertulis atau lisan.
c. Verzet dalam pasal 129 tidak ditegaskan seperti ini.
d. Verzet tersebut diajukan kepada pengadilan negri yang
melaksanakan eksekusi.
e. Mungkin bukan Pn yangmemutus perkara (lihat Pasal 195
(2) dan (3) dst).
f. Sebagaimana halnya dengan pengajuan gugatan yang
dapat diajukan secara tertulis maupun secra lisan, maka
pengajuan verzet melawan eksekusi juga dapat dilakukan
dengan tertulis maupun lisan. Ketentuan ini konsekwensi
peraturan dalam HIR yang tidak mewajibkan pihak yang
berperkara menunjuk kuasa.

Pasal 207 (2) :


Perkara itu akan diperiksa oleh Pengadilan Negri dalam sidang
yang akan datang dan diputus setelah mendengar kedua belah
pihak, setidak-tidaknya setelah mereka dipanggil dengan
patut.

123
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Seperti halnya dengan verzet atas verstekk, maka disini
perlawanan terhadap eksekusi jig adiperiksa dalam sidang
pengadilan.
b. Dalam sidang ini kedu abelah pihakk didengar, apa alasan
verzet dan apa yangdikatakan oleh eksekutan mengenai
perlawnan ini.
c. Setidaknya, mereka itusudah dipanggil menurut peraturan
kalau tidak datang dapat diputus.

Pasal 207 (3) :


Keberatan atau perlawanan ini, tidak menghentikan
permulaan atau kelanjutan dari eksekusi, kekcuali kalau ketua
memerintahkan untuk menundanya dengan menunggu putusan.

KOMENTAR :
a. Verzet atas verstek dan juga banding atas putusan hakim
menunda eksekusi kecuali dalam hal putusan uit voerbaar
bij voorraad.
b. Verzet atas eksekusi tidak menghentikan eksekusi itu
dimulai atau menghentikan eksekusi yangsudah berjalan.
Akan tetapi Ketua berwenang untuk memerintahkan
menunda eksekusi sambil menunggu putusan dari
perlawanan itu.

Pasal 208 : HAL PERLAWANAN PIHAK KETIGA.

Pasal 208 (1) :


Peraturan dalam pasal 207 tersebut di atas, juga berlaku
terhadap perlawanan dari pihak ketiga atas dasar hak milik,
terhadap eksekusi itu.

KOMENTAR :
a. Tidak hanya debitur, akan tetapi orang lain (pihak ketiga)
jug adapat mengajukan verzet (perlawanan) terhadap
eksekusi itu.
b. Verzet inidapat diajukan hanya atas dasar, bahwa barang
yang disita dan akan dijual itu milik si pelawan.

124
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Jadi kalau hanya karena menjadi jaminan tidak dapat.

Pasal 208 (2) :


Terhadap putusan-putusan mengenai ayat tersebut diatas
dan PAsal 207 berlaku peraturan umum tentang Banding.

KOMENTAR :
Terhadap putusan dalam perkara perlawanan dari si terseita
dan dari pihak ketiga tersebut dalam Pasal 207 dan Pasal
208, dapat disbanding dan untuk itu dianut peraturan
mengenai banding biasa.

Pasal 209 sampai dengan Pasal 223 : MENGENAI GIJZELING


(SANDERA)
(tidak diijinkan oleh Mahkamah Agung RI).

Pasal 224 : HAL EKSEKUSI TULISAN-TULISAN TERTENTU.


Grosse Akta Hipotik dang rose surat hutang yang dibuat di
hadpan Notaris di Indonesia, dan yang kepalanya memakai
perkataan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, diberikekuatan hukum yangsama dengan putusan hakim.
Hal menjalakannya jika tidak dilaksankan secara sukarela
makapelaksanannya dijalankan atas perintah dan dibawah
pimpinan KPN di dalllam wilayah mana debitur berdiam atau
tinggal, atau bertempattinggal yang dipilihnya, dengan cara
seperti tercantum dalam pasal-pasal permulaan bagian ini,
kecuali mengenaisandera.
Jika hal pelaksanaan harus dilakukan diluar wilayah hukum PN
maka ketuanya memerintahkan itu , maka berlaku pasal 195
(2) dst.

KOMENTAR :

a. Tidak hanya putusan hakim (vonnis) yang dapat dieksekusi


melainkan juga tulisan-tulisan yang memenuhi syarat
tertentu.

b. Eksekusi dilakukan sepertii eksekusi dari putusan hakim,


yaitu seperti diatur dalampasal 195 dst.

125
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

c. Tulisan-tulisan tersebut dinamakan tulisan Eksekutorial


title.

d. Menurut Pasal 440 Rv, masih ada syarat-syarat lain, yaitu


isi akta-akta itu harus kewajiban untuk membayar
sejumlah uang.

e. Dalam Hukum Perdata dikenal adanya tulisan-tulisan


yangmempunyai kekuatan PARATE EKSEKUSI (jika
Debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka kreditur
tanpa melalui proses gugatan dapat langsungggg mohon
kepada Kantor Lelang untuk dilakukan penjualan lelang
benda jaminan sesuai dengan bunyi perjanjian). Kekuatan
eksekusi parate ini dimiliki oleh :

f. Dalam Pasal 17 UU No: 16 Tahun 1985 dikenal adanya


eksekusi dengan jalanmenjual dibawah tangan atas benda
jaminan Hipotik dan atau Fidusia. Dan berdasrkan UU
Hak Tanggungan juga demikian.

g. Ada kalanya untuk dapat dieksekusi suatu putusan


lembaga peradilan membutuhkan Fiat Eksekusi dari KPN.
Putusan yang demikian iniadalah putusan Wasit
/Arbitrase, Putusan Pengadilan Agama. Namunsekarang
ketentuan demikain ini dihapuskan oleh Pasal 107 (1) d UU
Lingkungan Peradilan Agama (UU No: 7 tahun 1989).

BAB IX

126
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAGIAN KEENAM
TENTANG BEBERAPA CARA ISTIMEWA MEMERIKSA PERKARA
(TENTANG BEBERAPA CARA ISTIMEWA).

Pasal 225 : HAL MELAKSANAKAN PENGHUKUMAN MELAKUKAN


PERBUATAN TERTENTU.

Pasal 225 (1) :


Jika seorang dihukum melakukan perbuatan tertentu, dan ia
tidak melakukan perbuatan itu dalam waktu yang ditentukan
oleh hakim, maka pihak yang mendapat keuntungan dari putusan
itu dapat mohon kepada PN lewat Ketua dengan lisan atau
tertulis, supaya kepentingan yang ia peroleh itu kalau putusan
itu dilaksanakan, dinilai dengan uang tunai, jumlah mana harus
ia terangkan dengna tegas, jika permohonan ini diajukan
dengan lisan maka harus dicatat.

KOMENTAR :

a. Ada kemungkiana : bunyi putusan hakiim yaitu harus


melakukan perbuatan tertentu.
Umpama : membuat sesuatu (melukis0, berbuat sesuatu
(menari, menyayi). Kalau tergugat tidak mau melakukan
perbuatan itu, maka satu-satunya jalam bagi penggugat
untuk dapat menikmati kemenangannya adalah minta ganti
rugi.

b. Karena melakukan perbuatan tertentu tidak dapat


dipaksakan, maka untuk dapat menuntut ganti rugi
“perbuatan” yang merupakan suatu kepentingan bagi yang
menang maka harus dinilai dengan uang.

c. Maka dalam mengajukan tuntutan kalau penggugat merasa


dirugikan kerugian ini harus dinilai dengan uang, meskipun
rugi dakam nama baiknya untuk itu dalam gugatan/tuntutan
Penggugat harus menyebutkan kerugian dengan sejumlah
uang tunai.
Pasal 225 (2)

127
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Ketua lalu mengajukann permohonan tersebut dalam


vergadering (rapat pengadilan) dan setelah mendengar
keterangan dari debitur, setidak-tidaknya setelahdebitur
dipanggil dengan patut, mengingat keadaan :
a. Menolak permohonan itu.
b. Atau perbuatan yang seharusnya dilakukan olegdebitur akan
tetapi tidak dilakukannya dinilai dengan uang menurut
jumlah dan diajukan oleh kreditur atau dikurangi dalam hal
yang terakhir inii, debitur akan dihukum membayar jumlah
uang ini.

KOMENTAR :
a. Setelah menerima permohonan itu, Ketua mengajukan hal
tersebut dalam sidang musyawarah. Jadi perkara ini
tidakdiperikssa dimuka sidang yang terbuka untuk umum.
b. Untuk itu, maka debitur dipanggil guna memberi
keterangan-keterangan.
c. Kemudian PN akan memutus perkara permohonan kreditur
itu meskipun debitur tidak hadir asal ia telah dipanggil
denganpatut.
d. Putusan PN tersebut merupakan penetapn, yang sebenarnya
menjadi bagian dari putuan hakim yang semula dalam pokok
perkara.

Pasal 226 : HAL SITA REVINDICATOR.

Pasal 226 (1) :


Pemilik dari surat benda bergerak dapat meminta kepada KPN
dari daerah hukuk tempat diam atau tempat tinggal si-
pemegang benda itu, tertulis atau dengan lisan, supaya benda
tersebut disita di tangan si – pemegang itu.

KOMENTAR :
a. Dalam HIR diatur jenis sita/beslag :
1. Sita Jaminan/Conservatoir beslag.
2. Sita Eksekusi /Executorial beslag.
3. Sita Revindikasi/Revindicatoir Beslag.

128
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Sita Revindicatoir ini, ialah sita atas benda bergerak milik


si pemohon sendiri yang berada ditangan orang lain.

c. Kecuali si pemilik yangdapat minta sita Revindikasi juga


pemegang gadai (Pasal 1152 ke 3), pemungut hasil (Pasal
781), penjual hak reklame (Pasal 1145 KUHPerdata).

d. Permohonan diajukan pada PN tempat diam/tempat tinnggal


si pemegang.
Ini sesuai dengan Pasal 118.
Pasal 226 (2) :
Dalam permohonan tersebut, benda yang diminta disita harus
diterangkan dengan seksama.

KOMENTAR :
Si – pemohon harus memberi keterangan yang pasti dan
seksama tentang benda yang diminta disita, sebab mestinya ia
tahu benar tentang cirri-ciri, kode-kode, nomor-nomor dll dari
benda itu

Pasal 226 (3) :


Jika permohonan dikabulkan, maka penyitaan dilakukan atas
perintah tertulis dari Ketuia. Mengenai orang yang melakukan
sita dan cara-cara penyitaan diatur dalam Paasl 197 diatas.

KOMENTAR :
Kalau permohonan sita dikabulkan, maak KPN membuat
“penetapan penyitaan”, dimana diperintahkan kepada pejabat
yang berwenang untuk itu untuk melakukan penyitaan.
Pejabat tersebut adalah juru sita (panitera pengadilan) dan
cara penyitaan sebagaimana diatur dalam PAsal 197 (55) dst.

Pasal 226 (4) :


Setelah penyitaan dilakukan, maka panitera segera
memberitahukan kepada si pemohon dan padanya
diperintahkan supaya menghadap kepada sidang pengadilan
yang telah ditentukan, untuk mengajukan :
A. tuntutan dan ;
B. Menggugat / membuktikannya.

129
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Saat penyitan diberitahukan kepada ybs, sekaligus ia
diperintah menghadap sidang diperiksa.
b. Dalam pemeriksaan itu, pemohon wajib mengajukan
“tuntutan” dan jika perlu membuktikan kebenaran dari
“tuntutan” tresebut.

Pasal 226 (5) :


Jika si tersita atas perintah Ketua juga dipanggil pada hari
persidangan tersebut.

KOMENTAR :
Dalam sidang pengadilan, maka si tersita dan si penyita akan
didengar keterangannya masing-masing. Jika perlu masing –
masing mengajukan bukti-bukti. Sidang ini adlah sidang biasa.
Pasal 226 (6) :
Dalam hari persidangan, maka sengketa diperiksa dan diputus
seperti biasa.

KOMENTAR :
Sidang adalah sidang biasa, maka dimulai dengan usaha
perdamaian, jawab-menjawab dan seterusnya.

Pasal 226 (7) :


Kalau tuntutan dikabulkan, maka sita dinyatakan berharga dan
diperintahkan supaya benda yang disita itu diserahkan kepada
penggugat. Jika gugatan ditolak, maka sita di[erintahkan untuk
diangkat.
KOMENTAR :
Istilah membenarkan sita artinya adalah menyatakan penyitaan
benar dan berharga. Dalam hal demikian, maka benda segera
diserahkan, tidak menunggu prosedur eksekusi biasa.

Pasal 227 : HAL CONSERVATOIR BESLAG (SITA JAMINAN)


Pasal 227 (1) :

Jika ada persangkaan yang beralasan, bahwa seorang debitur


sebelum ada putusan hakim yang mengalahkannya atau sudah

130
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

ada putusan akan tetapi belum dapat dieksekusi, berusaha


menggelapkan atau mengangkut kekayaannnya baik berupa
benda tetap maupun benda bergerak, dengan maksud untuk
menjauhkan benda dari kreditur, maka PN atas permintaan
tertulis dari orang yang berkepentingan dapat memerintahkan
supaya disita sekian banyak kekayaan dari debitur untuk
menjamin hak-hak dari si pemohon, disertai pemberitahuan
bahwa ia harus menghadap pada sidang pengadilan negri yang
akan datang, guna mengajukan tuntutannya dan
membuktikannya.

KOMENTAR :

a. Sita jaminan, bermaksud menjamin hak dan tuntutan


kreditur.
b. Sita mencegah :
1. Barang dibebani hak-hak;
2. Barang diserahkan kepada orang lain.
3. Disalahgunakan. Dirusak dsb.

c. Cara melakukan sita adalah tertulis, sita revindicatoir


dapat dilakukan secara lisan.

d. Waktu penyitaan :
1. Sebelum ada putusan :
a. Biasanya permohonan sita dicantumkan dalam
surat gugat sekaligus, atau
b. Dapat dalam surat permohonan tersendiri,
selama sidang berjalan.

2. Sesudah ada putusan, tetapi belum dapat


dilaksanakan. Artinya sudah diputus akan tetapi
karena lawan mengajukan upaya hukum (banding,
verzet dsb) maka belum dapat dieksekusi.

e. Diajukan kepada siapa ?


Sita jaminan diajukan kepada KPN yang memeriksa dan
memutus perkara. Jug adalam banding, kalau ada

131
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

permohonan sita menyusul, yang memeriksa soal sita


adalah PN yang memutus perkara ybs.

f. Alasan persangkaan yang beralasan, ini berarti bahwa si


pemohon kalau perlu harus membuktikan kebenaran dari
persangkaan. Dalam prakteknya, biasanya hal ini tidak
dilawan.

g. Kalau ada sita, makakedudukan par apihak menjadi


penggugat-penyita dan tergugat-tersita.

h. Mengutak-atik benda sitaan, adalah merupakan tindak pidna


yang dapat dipidana berdasarkan pasal 231 KUHP
(onttrekking van beslag/melarikan sita).

Pasal 227 (2) :


Debitur atas perintah KPN akanmemanggil untuk menghadap di
persidangan pengadilan negeri yang sama.

KOMENTAR :
Penyita dan tersita dipanggil dimuka pengadilan negri untuk
diperiksa perkaranya, pokok perkara dan sita atau hanya
sitanya saja.

Pasal 227 (3) :


Mengenai orang yang menjalankan penyitaan, formalitas-
formalitas yang harus diindahkan dalampenyitaan dan akibat-
akibat dati penyitaan itu berlaku peraturan dalam Pasal
197,198,199.
KOMENTAR :
Pasal 197 mengatur tentang Siapa dan cara menyita.
Pasal 198 mengatur tentang sita terhadap benda tetap.
Pasal 199 tentang akibat daro penyitaan benda yang disita
tidak boleh dipindahtangankan (benda menjadi blote eigenaar).

Pasal 227 (4) :


Pada hari yang ditentukan, maka perkara diperiksa sperti biasa.
Jika tuntutan dikabulkanmaka penyitaan dinyatakan sah dan

132
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

berharga. Jika tuntutan ditolak maka harus diperintahkan


supaya sita diangkat.

KOMENTAR :
a. Sita jaminan dapat diminta bersama-sama dengan tuntutan
pokok perkara.
b. Akan tetapi sita jaminan jug adapat diminta tersendiri.
Dalam hal demikain maka tentang permohonan sita
diperiksa seperti memeriksa perkara biasa dengan
mengindahkan segala formalitas yang ada.
c. Dalampemeriksaan sita, dapat dipersoalkan tentang bukti
yaitu pembuktian apakah permohonan sita itu beralasan.
Jika dalam pemeriksaan perkara telah dijatuhkan sita dan
dalam putusan pengadilan gugatan dikabulkan, maka
penyitaan yang sudah ada dibenarkan. Istilahnya “penyitaan
“ dinyatakan sah dan berharga. Dan sebaliknya, maka bunyi
putusan hakim terhadap sita yang telah dijatuhkan adalah
“Penyitaan diangkat”.

Pasal 227 (5) :


Pengangkatan sita itu, setidak-tidaknya dapat diminta dengan
menyediakan jaminan atau tanggungan lain yang cukup.

KOMENTAR :
a. Tersita dapat meminta supaya penyitaan atas benda
miliknya itu diangkat, untuk ini ia harus mengajukan borg
(tanggungan) yang dapat berupa benda, uang atau
tanggungan orang.
b. Apakah permohonan itu dikabulkan atau tidak tergantung
hakim yang akanmendengar kedua belah pihak.
c. Perintah pengangkatan sita, seperti halnya penyitaan
dilakukan dengan surat penetapan (bukan vonnis).
d. Akan tetapi putusan yang mengabulkan berupa vanwaarde
verklaren (dinyatakan berharga) dan menolak berupa
mengangkat, dilakukandengan vonnis.

Pasal 228 : HAL BANDING TERHADAP PENYITAAN :

Pasal 228 (1) :

133
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Terhadap putusan-putusan pengadilan negri seperti tersebut


dalam tiga pasal tersebut diatas, berlaku peraturan umum
tentang banding.

KOMENTAR :
Pasal 225 mengatur putusan tentang menilai perbuatan
tertentu dengan sejumlah uang. Pasal 226 mengatur tentang
sita revindicatoir dan pasal 227 tentang Sita Konservatoir.
Kalau terhadap putusan tiga perkara yang diperiksa dan
diputus tersendiri diajukan permintaan banding, maka soal
banding ini berlaku peraturan tentang banding seperti
terhadap putusan biasa. Dalam hal penyitaan diminta dan
diputus bersama-sama pokok perkara, maka soal bandingnya
tidak menjadi soal, sebab sama dengan pokok perkara itu.

Pasal 228 (2) :


Putusan-putusan mengenai pasal tersebut di atas
dilaksanakan seperti biasa.

KOMENTAR :
Tidak hanya dalam hal banding, juga dalam eksekusi,
pelaksanan putusan mengenai penyitaan itu dilakukan seperti
biasa.

Pasal 229 sampai dengan Pasal 233 : PENGAMPUNAN (CURATELE)


(dibicarakan tersendiri).

Pasal 234 : MEMASUKKAN ORANG DALAM SUATU GESTICHT


(PANTI ASUHAN)
Dibicarakan tersebdiri.

Pasal 134 a : MEMASUKKAN ORANG YANG TAK SUKA BEKERJA


DALAM RUMAH KERJA PAKSA.
Dibicarakan tersendiri.

Pasal 235 : BANDING TERHADAP PENETAPAN MENURUT PASAL


231, 232,234,234a dan 235.
Dibicarakan tersendiri.

134
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 236 a. :
Atas permohonan suami isteri atau bekas suami isteri orang
yang meninggal, PN akanmemberi bantuan untuk mengadakan
pemisahan boesel diantara orang-orang Indonnesiiia yang
beragama apapun serta membuat aktanya walaupun tidak ada
perselisihan.

KOMENTAR :
Cukup jelas.
BAB IX
BAGIAN KETUJUH
TENTANG IZIN BERPERKARA TANPA MEMBAYAR BEAYA

Pasal 137 : HAL PRODEO.


Orang yang menggugat atau digugat dimuka pengadilan akan
tetapi tidak mampu membayar beaya perkara, dapat diberi izin
untuk sama sekali beracara dengan Cuma-Cuma.

KOMENTAR :
a. pasal ini menyimpang dari prinsip Pasal 121 (4) yyang
menetapkan bahwa untuk berperkara harus membayar
ongkos-ongkos perkara.
b. Akan tetapi, bagi orang yang tidak mampu diberi
kemungjkinan untuk berperkara dengan tidak membayar
perkara. Hal ini tergantung dari Ketua, yang akan
mengizinkan atau menolak permohonan untuk itu.

Pasal 238 : HAL CARA MENDAPAT IZIN UNTUK ITU.

Pasal 238 (1) :


Apabila penggugat menghendaki izin itu, maka ia harus
mengajukan permintaan untuk itu pada waktu mengajukan surat
gugat, atau pada waktu ia mengajukan gugatannya dengnan lisan
sperti tersebut dalam pasal 118 dan 120.

KOMENTAR :
a. Bagi penggugat yang ingin berperkara dengan prodeo, maka
permintaan itu diajukan pada permulaan mengajukan

135
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

gugatan baik yang diajukan secar alisan atau terttulis.


Tidak boleh diajukan ditengah-tengah pemeriksaan perkara.

b. Kalau penggugat dalam mengajukan gugatannya tidak


membayar beaya perkara, maka panitera tidak akan
memasukkannya perkara tersebut dalam daftar register /
perkara.

Pasal 238 (2) :


Jika izin itu dikehendaki oleh tergugat, maka izin itu diminta
pada waktu ia mengajukan jawabannya seperti tercantum dalam
pasal121.

KOMENTAR :
a. Pada dasarnya, yangmembayar perkara adalah orang yang
dalam putusan nanti dikalahkan dan mungkin tergugat.

b. Maka juga kepada tergugat diberi kemungkinan untuk minta


berperkara dengan Cuma-Cuma.. untuk itu permintaan
tersebut harus diajukan pada waktu ia menjawab menurut
Pasal 121, yaitu pada waktu dipanggil ia diberitahukan dapat
menjawab dengan tertulis.

c. Jika tergugat tidak mempergunakan kesempatan menjawab


seperti tersebut, maka permintaan berperkara dengan
Cuma-Cuma ia ajukan pada waktu ia mengajukan
jawabanpertama-tama.

d. Dapat dipersoalkan : kapan ?


Yaitu sebelum adanya jawaban-jawaban lain, seperti
eksepsi, atau asal pada waktu jawaban pertama.

Pasal 238 (3) :


Permintaan seperti tersebut diatas, harus disertai surat
keterangan tidak mampu yang diberikan oleh seorang Kepala
polisi dari tempat diam si peminta yang berisi keterangan dari
pegawai tersebut bahwa padanya nyata benar setelah diadakan
penelitian bahwa orang tersebut tidak mampu membayar.

136
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Untuk menguatkan permintaan tersebut, maka pimpinan
harus menyerahkan surat keterangan tidak mampu yang
dibuat oleh Kepala Polisi setempat.
b. Yangdimaksud dengan Kepala Polisi adalah Kepala Desa
setempat.
c. Keterangan Kepala Desa ini harus dikuatkan oleh camat.

Pasal 239 : HAL MEMBUKA SOAL TERSEBUT.

Pasal 239 (1) :


Pada hari menghadap dimuka sidang pengadilan, maka pertama-
tama harus diputuskan, apakah permintaan untuk berperkara
dengan Cuma-Cuma itu dikabulkan atau tidak.

KOMENTAR :
Karen amembayar beay aperkara adalah soal prinsip, maka
permintaan prodeo harus lebih dahulu diputuskan ada tindakan-
tindakan lain PN.

Pasal 239 (2) :


Lawan dari si pemohon, dapat melawan permintaan tersebut
dengan jelas pertama-tama bahwa permintaan atau perlawanan
si peminta tidak beralasan atau dengan membuktikan bahwa ia
mampu membayar beaya perkara.

KOMENTAR :
a. Pihak lawan dari si pemohon prodeo, dapat menentang
permintaan ini dengan membuktikan bahwa pemohon bisa
membayar atau bahwa permintaan si pemohon ini tidak
beralasan.

b. Dalampemeriksaan pertama soal ini dipecahkan terlebih


dahulu sebelum memeriksa tentang gugatan penggugat.

c. Mengenai hal ini, barang tentu dapat menimbulkan jawab –


menjawab atau saling mengajukan bukti-bukti. Akan tetapi
biasanya Pihak lawan dapat menyetujui permintaan prodeo
ini karena dipandnag tidak prinsipiil.

137
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 239 (3) :


Pengadilan atas jabatan juga dapat menolak permohonan itu
atas dasar tidak beralasan atau atas dasar bahwa pihak
pemohon dipandang cukup mampu.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 240 : PRODEO BAGI BALAI HARTA PENINGGALAN.

Pasal 240 (1) :


BHP dapat diizinkan juga dengan cara serupa diatas untuk
berperkara dengan tak biaya. Baik sebagai penggugat maupun
sebagai tergugat. Dengan tidak usah menunjukkan surat tidak
mampu, jika harta benda yang dipertahankan itu harta benda
orang yang diwakilinya pada waktu berperkara yang ditaksir
akan dibayar itu.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 241 :
Putusan PN mengenai permintaan berperkara dengan prodeo
tidak dapat dibanding atau dilawan dengan upaya hukum lain.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 242 : HAL PRODEO DALAM BANDING.

Pasal 242 (1)


Permintaan untuk berperkara tanpa biaya dalam banding harus
diajukan dengan disertai keterangan seperti tercantum dalam
Pasal 238 dengan lisan atau tertulis kepada panitera pengadilan
negri yangmemutus perkara tersebut dalam tingkat pertama,
oleh orang yang hendak membanding dalam waktu 14 hari
setelah putusan, atau setelah diberitahukan menurut pasal
179, oleh pihak lawan setelah diberitahukan adanya banding
atausesudah pemberitahuan menurut ayat (3) pasal ini.

138
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
a. Tidak hanya dalam tingkat pertama orang berperkara
harus membayar beaya, melainkan dalam tingkat banding
pun orang (si – pembanding) harus membayar ongkos
perkara, ongkos banding.

b. Untuk itu si –pembanding juga harusmemberikan surat


keterangan tidakmampu seperti tercantum dalam Psal 238,
yang harus diserahkan kepada panitera penerima beaya
perkara.

c. Permintaan banding diajukan baik dengan lisan atau tulisan,


baik setelah putusan diumumkan maupunkemudian, asal
dalam tenggang waktu 14 hari.

d. Seperti halnya pihak lawan (tergugat) dapat m inta supaya


berperkara dengan prodeo (Psal 238 (2) maka dalam hal
banding si-terbanding dapat minta supaya prodeo.
Terbanding dapat mengajukandalamjangka waktu 14 hari
setelah ia tahu adanya banding dari pihaklawannya, dengan
syarat –syarat yangsama.

Pasal 242 (2) :


Permintaan itudicatat oleh panitera dalam daftar menurut
paal 191.

KOMENTAR :
a. Panitera adalah pemegang daftar/register beraneka warna,
yaitu al :
1. Register perdata dan pidana, menurut nomor urit
perkara.
2. Daftar banding, dapat diketahui siapa yang minta
banding.
3. Daftar sita benda-bend atetap.
4. Daftar Yayasan.
5. dst.
b. Disamping itu, panitera jugapemegang buku keuangan PN.

139
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 242 (3) :


Kpn dalam waktu 14 hari sesudah permintaan itu dimasukkan
dalam daftar, memerintahkan supaya hal tersebut
diberitahukan pada pihak lawan dan memerintahkan supaya
kedua belah pihak menghadap dimuka pengadilan.

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 243 : DALAM HAL PEMOHON TIDAK MENGHADAP, MAKA


PERMOHONANNYA DIPANDANG GUGUR.
Pada hari yang ditentukan, makaketua akan memeriksa si-
pemohon dan lawannya jika ia banding.

KOMENTAR :
a. Seperti halnya dalammengajukan gugatan dan penggugat
tidak hadir (pasal 124) makdisini kalau pemohon tidak
datang maka permohonan gugur.
b. Kalau kedua belah pihak datang, maka soal prodeo
akandiperiksa oleh pengadilan dan timbul jawab – menjawab
seperti halnya dalampasal 239.
Pasal 244 :
Berita acara pemeriksaan beserta surat-surat yang
bergandengan denganini, berita acara persidangan, salinan
resmi dari putusan hakimdan petikan dari catatan dan daftar
tentang permintaan berperkara dengan tanpa biaya oleh
Panitera Pengadilan dikirimkan kepada pengadilan tinggi.

KOMENTAR :
a. Berita Acara pemeriksaan yaitu pemeriksaan yang dilakukan
oleh KPN menurut Pasal 242 (3).
b. Berita Acara Persidangan, yaitu berita acara yang dilakukan
oleh Pengadilan menurut 243 (2).
c. Salinan resmi putusan pengadilan, adalah grosse.
d. Seluruh berkas itu dikirim ke PT.

Pasal 245 : HAL PEMERIKSAAN DIMUKA PENGADILAN TINGGI.

Pasal 245 (1) :

140
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pemeriksaan pada PT dilakukan tidak menurut acara dan jawab-


jawaban dari para pihak melainkan hanya atas dasar berkas
perkara saja. Atas dasar satu alasan tercantum dalamPasal
239, PT dapat memutus menolak permohonan itu.

KOMENTAR :
a. Pemeriksaan pada PT dilakukan tidak menurut acara
(proses) yang lazim berlaku di PN. Dalam melakuka
pememriksaan, PT tidak mendengar kedua belah pihak
atausaksi-saksi sendiri. Namun jika dipandang perlu
memerintahkan kepada PN untuk melakukan pemeriksaan
tersebut. PT hanya memeriksa berkas perkara saja (op de
stukken) yang dikirimkan oleh PN kepadanya.

b. PT dapat menolak permintaan prosdeo, baik atas jabatan


amupun atas sanggahan lawan dengan salah satu alasan
dalam Pasal 239, yaitu permintaan tidak beralasan atau par
apihak dipandnag mampu untuk membayar.

Pasal 245 (2) :


Panitera PT dengan segera mengirimkan salinan sah dari
putusan pengadilan itu beserta seluruh berkas kepada KPN
yangmenyuruh memberitahukan putusan PT itu kepada kedua
belah pihak menurut cara tersebut dalam pasal 194.

KOMENTAR :
a. Seperti halnya dalam hal ini, setelah pengadilan tinggi
memutuskan tentang permohonan prodeo, maka seluruh
berkas ybs oleh panitera PT dikirim kembali kepada PN
ybs.
b. Setelah menerima berkas tersebut maka KPN
memerintahkan supaya hal tersebut diberitahukan kepada
kedua belah pihak.
c. Yang bersangkutan dapat meminta supaya diizinkan
membaca dan mengambil turunan dari putusan PT ini (pasal
194).
d. Yang memberitahukan tentang sudah adanya putusan PT
adalah Juru Sita.

141
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAB X
TENTANG MENGADILI PERKARA PIDANA DIMUKA
PENGADILAN NEGRI
(PASAL 236 – 371) YANG BERLAKU BAGI PERKARA
PERDATA

Pasal 301 (1) :


Tiap-tiap kesaksian yang diberikan harus mengenai fakta :
a. yang didengar oleh saksi sendiri,
b. yang dilihat oleh saksi sendiri.
c. Yang dialami oleh saksi sendiri.
Selainitu harus dengan tegas diberitahukan sebab saksi itu
mengetahuinya.

KOMENTAR :
a. Keterangan dari seorang saksi (kesaksian).
b. Kalau ada saksi mendasarkan kesaksiannya atas
pemberitahuan orang lain, inidinamakan salsi de auditu,
yang tidak mempunyai harga sebagai suatu kjesaksian
(kekuatan hukumnya adalah alat bukti bukan bukti).
c. Selain dari itu saksi harus memberitahukan sebab-sebab
atau dasar atau alasan-alasan, bagaimana sebenarnya
sampai ia mendengar melihat atau mengalami hal itu.

Pasal 301 (2) :


Pendapat atau dugaan yang khusus, yang disusun secara akal
bukanlah kesaksian.

KOMENTAR :
a. Seorang saksi tidak boleh mengemukakan pendapatnya
sebagai suatu kesaksian, yang ia simpulkan dengan
memakai akal sehat.
b. Dugaan atau kesimpulan yang dapat dipakai sebagi bukti
ialah :
1. Dugaan/persangkaan menurut UU;
2. Dugaan/persangkaan hakim.

142
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Dugaan yang ada / dilakukan selain kedua dugaan


tersebut, adalah merupakan dugaan lugu (blote
vermoedem) yang tak berharga sebagai bukti.

Pasal 302 : HAL MENILAI KESAKSIAN.


Dalam hal menimbang nilai dari kesaksian, maka hakim harus
menumpahkan perhatiannya atas persesuaian dari keterangan
yang diberikan oleh saksi-saksi, atas persamaan/persamaan
kesaksian itu dengan hal-hal yang diketahui dari sumber lain,
mengenai soal atau perkara itu, atas alasan-alasan atau
pertimbangan dari seorang saksi untuk memberikan
keterangan secara ini atau secara itu, atas kelakuan, istiadat
dan kedudukan yang dapat memeprngaruhi bertambah atau
berkurangnya kepercayaan terhadap seorang saksi itu.

KOMENTAR :
a. saksi adalah salah satu bukti sah (Paal 164) yang dapat
dipakai oleh hakim untuk mencapai kebenaran adanya
sesuatu hak atau suatu peristiwa.

b. Untuk dapat dipakai sebagai bukti, maka keterangan


seorang saksi (kesaksian), harus memenuhi syarat-syarat
1. Syarat – syarat formil, saksi harus disumpah.
2. Syarat materiil, isi kesaksian harus memenuhi bunyi
Pasal 301 tersebut diatas.
c. Selain dari itu, kalau hakim akan memakai katerangan
seorang saksi sebagai bukti, maka Pasal 302 ini
memberikan pedoman kepada hakim, bahwa ia harus
berhati-hati dalam menilai apakah saksi dapat dipercaya
atau tidak.

Pegangan bagi hakim dalam menilai kesaksian adalah :


1. Persamaan dengan keterangan dari berbagai saksi.
2. Persamaan keterangan saksi dengan halhal
diketahui hakim dari sumber lain yaitu keterangan
ahli, laporan dsb.
3. bagaimanakah keadaan kedudukan saksi ybs itu,
untuk ini saksi sebelumnya sudah ditanya tentang
identitas dari dirinya.

143
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

4. Hal-hal lain yang dipakai hakim untuk menilai


kejujurannya.

Pasal 303 : HAL KETERANGAN TANPA SUMPAH.


Pasal 303 (1) :
Keterangan – keteranga yang diberikan tanpa mengangkat
sumpah tidak menjadi bukti, meskipun bersesuaian satu
dengna yang lain.

KOMENTAR :
Disini prinsip tanpa sumpah bukan kesaksian, artinya
keterangan seorang saksi (kesaksian), hanya dapat dipakai
sebagai bukti (mempunyai kekuatan pembuktian), kalau
diberikan atas sumpah (pasal 147).
Meskipun beberapa orang saksi seluruhnya memberi
keterangan, akan tetapi kalau mereka tidak disumpah,
keterangan-keterangan tersebut tidak boleh dipakai sebagai
bukti. Hanya keterangan saksi yang diberikan dibawah
sumpah yang mempunyai kekuatan pembuktian.

Pasal 303 (2) :


Akan tetapi, keterangan yang diberikan dengan tidak
bersumpah dapat dipergunakan sebagai penambah dari bukti-
bukti sah lainnya, kalau sesuai dan sama lainnya bersamaan.

KOMENTAR :
a. Meskipun keterangan tanpa sumpah bukan alat bukti, akan
tetapi amsih berguna kalau ada bukti-bukti lain yang sah;
kalau keterangan-keterangan ini sesuai dan sama dengan
bukti-bukti lain itu, maka dapat dipakai sebagai penambah,
yaitu menambah keyalinan hakim, dan dapat dipakai
sebagai dugaan dari hakim ybs.

b. Kemungkinan-kemungkinan orang memberi keterangan-


keterangan tanpa sumpah.
1. Anak-anak menurut Pasal 145 butir 4;
2. kadang-kadang juga orang-orang dalam Pasal 146
didengar diluar sumpah.

144
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

BAB XV
PERATURAN – PERATURAN CAMPURAN

Pasal 372 : HAL PIMPINAN SIDANG.

Pasal 372 (1) :


Ketua-ketua Majlis pengadilan-pengadilan bertugas memimpin
:
a. Pemeriksaan dalam persidangan;
b. Sidang musyawarah.

KOMENTAR :
a. Sidang musyawarah dipimpin oleh seorang Ketua sidang
(hakim ketua Majlis). Dalam majlis, seorang ketua
disertai 2 (dua) orang hakim anggota dan seorang wakil
panitera atau panitera pengganti (buietengewoon
substituut griffer, biasa disingkat BS) sebagai penulis,
dibantu oleh seorang jurusita sebagai penjaga keamanan
dan bertindak sebagai pesuruh.

b. Putusan pengadilan dirundingkan terlebih dahulu diantara


hakim tersebut. Perundingan / musyawarah ini dilakukan
dalam sidang musyawarah (raadkamer). Pembicaraan disini
bersifat rahasia dan dilakukan dalam sidang tertutup.

c. Putusan diumumkan dalam sidang terbuka untuk umum


(openbare).

d. Ada kemungkinan pemeriksaan perkara dilakukan dalam


sidang yang tertutup. Perkara-perkara yang diperiksa
dalam sidang yang dinyatakan tertutup biasanya adalah
perkar ayang menyangkut keksusilaan. Dalam perkara
perdata, pemeriksaan perkara perceraian ditentukan
harus dilakukan dalam sidang yang tertutup.

e. Memimpin semua pembicaraan; pertanyaan-pertanyaan


dilakukan lewat ketua sidang.

145
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 372 (2) :


Kepada mereka dibebankan menjaga ketertiban dalam
persidangan, segala sesuatu yang diperintahkan untuk
keperluan itu, harus dilakukan dengan segera dan seksama.

KOMENTAR :
Kecuali memimpin sidang, hakim ketu awajib memelihara
ketertiban. Dalam menjalankan kewenangannya menjaga
ketertiban dalam persidangan, ketua majlis dapat
memerintahkan pengunjung sidang yang berceloteh untuk
diam. Apabila perintah itu tidak diindahkan, maka ketua dapat
memerintahkan pengunjung ybs keluar dari ruang sidang,
kalau perlu dengan paksa.

Pasal 373 :HAL PENGGANGGU KETERTIBAN DAPAT


DIKELUARKAN.

Barang siapa menggangu ketenteram,an dan ketertiban dalam


persidangan atau memberi tanda/isyarat setuju atau tidak,
atau dengan jalan apapun juga membuat gambar atau rusuh
dan pada peringatan pertama tidak segera diam, maka atas
perintah Ketua mereka akan dikeluarkan, semua itu dengan
tidak mengurangi kemungkinan mereka ditunutu dimuka
hakim jika pada waktu itu mereka melakukan suatu tindak
pidana.

KOMENTAR :
Kalau ada orang yang menggangu ketenteraman dan
ketertiban atau keamanan, maka ia :
a. Dapat dikeluarkan dengan paksa dari ruang sidang;
b. Jika perlu ia dapat dituntut pidana.

Pasal 374 : HAKIM WAJIB MENGUNDURKAN DIRI


(VERSCHONNEN).

Pasal 374 (1) :


Tak seorang hakimpun boleh mememriksa perkara :
a. dimana ia mempunyai hubungankepentingan pribadi, baik
langsung atau tidak langsung.

146
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Dimana isterinya tersangkut, atau


c. Dimana selama satu keluarga sedarah atau kelurga
semenda dalam garis lurus tanpa pengecualian dalam garis
menyimpang sampai dengan derajat ke-empat, tersangkut.

KOMENTAR :
Ketentuan ini bertujuan untuk menjamin bahwa pengadilan
menjalankan putusan yang sungguh-sungguh adil dan tidak
berat sebelah, oleh karena itu maka hakim dilarang
memeriksa perkara dimana ia mempunyai kepentingan baik
langsung atau tidak langsung.

Pasal 374 (2) :


Hakim yang termasuk larangan tersebut, wajib atas kehendak
sendiri mengundurkan diri dari pemeriksaaan perkara
tersebut, tanpa adanya permohonan dari ybs.

KOMENTAR :
a. hakim yang berada dalam keadan tersebut sebgai seorang
yang gentlemen harus mengundurkan diri (verschonnen)
dan menyerahkan pemeriksaan kepada hakim lain, tanpa
adanya permintaan dari pihak ybs.

b. Beda dengan pengunduran diri sebagai saksi (Pasal 146)


yang merupakan hak, disini HAKIM WAJIB
mengundurkan diri.

c. Selain alasan pengunduran diri seperti tersebut diatas,


UU No: 14/1970, bebarapa alasan yang mengharuskan
hakim melakukan pengunduran diri, yaitu :
 Pasal 28 ayat (2) : Apabila seorang hakim masih
terikat hubungan keluarga sedarah sampai derajad
ketiga atau semenda dengan ketua, salah seorang
hakim anggota, jaksa, penasehat hukum atau
panitera.
 Pasal 28 ayat (3) : Apabila hakim ketua, anggota,
penuntut umum atau panitera masih terikat dalam
hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga
atau semenda dengan yang diadili.

147
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

d. Dengan adanya ketentuan pasal 28 ayat (3) UU No:


14/1970 tersebut diatas maka ketentuan Pasal 374 butir
c diatas tidak berlaku lagi.

Pasal 374 (3) :


Jika ada keragu-raguan atau perbedaan pendapat maka
majlis akan memutuskan. Terhadap putusan ini tidak dapat
diajukan bantahan.

KOMENTAR :
a. Mungkin hakim anggota ragu-ragu apakah ia termasuk
larangan memeriksa itu.
b. Apabila terdapat alasan yang mengharuskan hakim
mengundurkan diri dari pemeriksaan perkara, namun hakim
tidak mengundurkan diri, maka pihak yang bersangkutan
dapat mengajukan hak ingkar (wraken) yaitu menyatakan
keberatan diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut.
c. Atau ada perbedaan pendapat antara hakim dengan pihak
ybs. Yang satu (hakim) merasa tidak termasuk larangan
sehingga berwenang memeriksa, sedangkan pihak ybs
berpendapat termasuk larangan memeriksa maka
menolak (wraken) hakim pengadilan ybs untuk memeriksa
perkara

Pasal 375 sampai dengan Pasal 378 : PIDANA.

Pasal 379 : HAL UPAH DARI KUASA ATAU PEMBELA.


Upah dan ganti rugi kepada pengacara, penasehat atau
pembela dan kuasa tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya
yang dimasukan dalam putusan penghukuman, melainkan harus
ditanggung sendiri oleh pihak yang mempergunakan orang itu
sebagai penasehat atau wakilnya.
(bandingkan dengan Pasal 181 dan 182).

KOMENTAR :
a. Biaya perkara oleh hakim dibebankan kepada pihak yang
kalah (Pasal 181 , 182).

148
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

b. Berbeda dengan Rv yang memuat prinsip :”kewajiban


menunjuk kuasa (verplicht procureur stelling)”, HIR tidak
mewajibkan pihak untuk diwakili oleh kuasa. Prinsip ini
tidak ada kewajiban menunjuk kuasa. Oleh karena itu
komponan biaya perkara dan harus ditanggung oleh pihak
yang kalah

Pasal 380 : tidak berlaku lagi.

Pasal 381 : HAL SUMPAH MASJID ATAU SUMPAH KELENTENG

Pasal 381 (1) :


Jika hakim memberi perintah bahwa orang Indonesia atau
orang Timur Asing mengangkat sumpah dalam masjid atau
kelenteng atau tempat lain yang dipandang keramat, maka
hakim harus menunda pemeriksaan perkara sampai pada hari
pemeriksaan lain yang akan ditentukannya.

KOMENTAR :
Ketentuan ini menyimpang dari Pasal 158 :
Sumpah Pihak, atas permintaan pihak ybs dapat dilakukan
pada tempat-tempat keramat. Hal ini harus disetujui oleh
hakim. Hakim akan melihat dan mempertimbangkan perlu dan
tidaknya, atas dasar pentingnya perkara.

Pasal 381 (2) :


Dalam hal demikian itu, Ketua mengangkat seorang hakim
anggota sebagai komisaris dan dibantu oleh panitera
menghadiri pengangkatan sumpah itu.

KOMENTAR :
a. Menurut Pasal 158, sumpah harus dilakukan dalam sidang
pengadilan yang dihadiri pihak lawan.
b. Dimana sumpah tersebut dilakukandi luar gedung
pengadilan, maka untuk itu diangkat seorang hakim
komisaris untuk memimpin dan menyaksikan sumpah
tersebut.
c. Hakim komisaris diangkat dalam pemeriksaan setempat,
dalam hal kepailitan dsb.

149
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 382 : HAL PUTUSAN PENGADILAN.


Putusan-putusan Mahkamah Agung, putusan pengadilan dan
semua perintah hakim dlam perkara pidana, berkepada:”Demi
keadilan ....”.

KOMENTAR :

a. Dalam Pasal 4 (1) UU No: 14/1970 ditentuakan bahwa :


“Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
b. Soal “DEMI KEADILAN …”, sebagai kepala dari suatu
putusan, ada pendapat yang berbeda :

1. Ada yang mengatakan tidak perlu;


2. Ada yang mengatakan perlu, sebab pelaksaaan
putusan dan putusan itu dijatuhkan atas nama
siapa?.
3. Ada pendapat yang mengatakan bahwa : justru
adanya kepala yang demikian ini memberi kekuatan
kepada putusan untuk dilaksanakan. Berdasar
pendapat ini maka muncul suatu pendapat bahwa :
“tulisan-tulisan yang mencantumkan irah-irah
seperti kepala putusan hakim, mempunyai kekuatan
eksekutorial”, seperti misalnya :
 UU No: 4 Tahun 1996, pasal 14 (2) dan
Pasal 20 (1) b,
 UU No; 42 Tahun 1999 tentang Fidusia,
Pasal 15 (2) dan Pasal 29 (1) a.

c. Putusan Mahkamah Agung dalam Bahasa Belanda


mempunyai nama sendiri : ARREST.

Pasal 383 : PUTUSAN PENGADILAN TIDAK BOLEH KELUAR DARI


GEDUNG.
Putusan-putusan pengadilan harus selalu berada dalm arsip
pengadilan, dan tidak boleh dipindahkan, kekcuali dalam hal-
hal yang diatur dalam undang – undang.
KOMENTAR :
Cukup jelas.

150
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 384 sampai dengan Pasal 387 : PIDANA.

Pasal 388 : HAL JURU SITA DAN PESURUH.

Pasal 388 (1) :


Semua juru sita dan pesuruh pada majlis pengadilan dan
pegawai umum pemerintah, sama-sama berwenang dan wajib
menjalankan :
a. Dagvaardingein (menyampaikan salinan surat gugat).
b. Betekeningen (penyerahan surat-surat).
c. Aanzeggingen (panggilan-panggilan, pemberitahuan dsb).
d. Andree exploiten (lain-lain surat juru sita).
e. Uitvoering van rechterlijk bevelen (pelaksanaan perintah
hakim).
f. Uitvoeing van rechterlijk vonnissen (pelaksanaan putusan
hakim).
KOMENTAR :
Dalam menjalankan tugas peradilan dan pengadilan,
hakim/ketua dibantu oleh pegawai yang mempunyai tugas
khusus :
1. Panitera, sebagai :
2. Panitera Pengganti;
a. turut sidang;
b. mencatat gugat lisan;
c. ddl pekerjaan yangmenyangkut tugas
peradilan.
3. Jurusita;
a. Juru sita biasa adlah pegawai umum yang
diangkat oleh residen,
b. Juru sita luar biasa, adalah pegawai umum
yang diangkat oleh Ketua pengadilan (wakil
juru sita).
3. Wakil jurusita yang diangkat oleh hakim.
4. Pesuruh (pelayan), tugasnya melayani hakim dalam
menjalankan tugasnya di pengadilan.
Pasal 388 (2) :
Jika tidak ada orang seperti tersebut, maka KPN dimana
surat jurusita akan dijalankan, dapat menunjuk seseorang
yang pantas dan dapat dipercaya untuk menjalankan tugas itu.

151
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

KOMENTAR :
Cukup jelas.

Pasal 390 : HAL MENYAMPAIKAN SURAT JURUSITA.

Pasal 390 (1) :


Tiap – tiap surat juru sita, kecuali yangakan disebut dibawah
ini, harus disampaikan kepada orang ybs sendiri, ditempat
diam atau tempat tinggalnya dan jika tidak dijumpai disitu,
kepada kepala desanya atau lurah bangsa tionghoa yang
diwajibkan dengan segera memberitahukan surat jurusita itu
kepada orang itu sendiri, dalam hal terakhir ini tidak perlu
ternyata menurut hukum.

Pasal 390 (2) :


Jika orang tua sudah meninggal dunia, surat jurusita
disampaikan kepada ahli warisnya. Jika ahli warisnya tidak
dikenal, disampaikan kepada kepala desa di tempat tinggal
yang terakhir di Indonesia dari orang yang meninggal dunia
itu, dalam hal ini berlaku peraturan tersebut diatas. Jika
yang meninggal itu orang tua asing, maka surat jurusita itu
disampaikan kepada BHP dengan surat tercatat.

Pasal 390 (3) :


Terhadap :
a. Orang-orang yang tidak dikenal tempat diam atau tempat
tinggalnya,
b. Orang-orang yang tidak dikenal, maka exploit disampaikan
kepada Bupati dari tempattinggal Penggugat,
dalamperkara pidana daerah hukum hakim yang
berwenang. Bupati memerintahkan supaya exploit itu
ditempelkan pada pintu besar dari pengadilan negri yang
berwenang.

Pasal 391 : HAL TENGGANG WAKTU.


Hari yang menurut UU ini mulai berlaku, tidak dihitung dalam
memperhitunngkan tenggang waktu .

Pasal 392 : HAL ONGKOS PERKARA.

152
Membaca dan Mengerti Het Herziene Inlands Reglement (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)

Pasal 392 (1) :


Saksi-saksi, baik dalam perkara perdata maupun dalam
perkara pidana yang dipanggil dan datang, baik di muka sidang
maupun di luar sidang, berhak atas penggantian ongkos jalan
dan ongkos penginapan, menurut peraturan yang berlaku atau
akan berlaku.

Pasal 392 (2) :


Para hakimdan pejabat-pejabat polisi, mengumumkan kepada
saksi yang datang, berapa jumlah penggantian yang mereka
berhak menerimanya.

Pasl 393 : HAL PROSEDUR YANG DIPAKAI.

Pasal 393 (1) ;


Acara yang dipakai dimuka pengadilan-pengadilan di
Indonensia, tidak lebih atau lain daripada apa yang tercantum
dalamUU ini.

Pasal 393 (2) :


Akan tetapi presiden mempunyai wewenang, jika untuk
Pengadilan Negri Jakarta, Semarang dan Surabaya, menurut
pengalaman sangat dibutuhkan suatu peraturan. Untuk acara
perdata, yangmendekati acara barat, amak setelah mendapat
nasehat dari MA Presiden dapat mengadakan peraturan itu.

Pasal 394 : HAL PLAATSELIJK ONDERZOEK.


Jika Mahkamah agung berpendapat ada baiknya mengadkan
pemeriksaan tempat, demi kepentingan pelaksanaanbunyi UU
ini ddengan baik dan tertaur, maka MA dapat mengusulkan
kepada Presiden secara tertulis mengenai hal ini.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

153

Anda mungkin juga menyukai