Anda di halaman 1dari 12

Devy Laura

Jumat, 06 Desember 2013

KERTAS KERJA AUDIT

Definisi

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut : “kertas kerja
adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Di sisi lain bisa juga disebut bahwa kertas kerja merupakan
gambar dari kegiatan audit yang dilaksanakannya, dengan kata lain semua data yang diperoleh
akuntan selama pemeriksaan harus tercakup dan tergambar dalam kertas kerja audit.

Manfaat

Adapun keguanaan kertas kerja bagi akuntan adalah sebagai berikut :

1.      Sebagai alat pembantu dalam melaksanakan prosedur audit yang telah ditetapkan.
2.      Menggambarkan informasi historis tentang pelaksanaan audit.
3.      Sebagai dasar bagi akuntan untuk merumuskan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
4.      Sebagai sumber informasi yang akan dicantumkan dalam laporan akuntan.
5.      Sebagai dasar bagi supervisor untuk memeriksa pekerjaan petugas lapangan.
6.      Sebagai alat penangkal apabila terjadi tuntutan di pengadilan.
7.      Sebagai sumber informasi dan referensi di masa yang akan datang. Atau sebagai dasar untuk
perbaikan proses audit di masa yang akan datang.
8.      Merupakan kumpulan data yang diperoleh auditor dalam pemeriksaan sehingga menjadi alat
penghubung antara bukti, langganan, dan laporan akuntan.
9.      Sebagai alat untuk menilai Sistem Pengawasan Internal.

Filing System (Sistem Pengarsipan)

Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya :
(1) Arsip kini (current file) adalah arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit
saja.
(2) Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relative tidak mengalami perubahan.
Arsip permanen berisi informasi berikut ini :

1.      Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien


2.      Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3.      Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan pengendalian intern
4.      Copy  surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang
5.      Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6.      Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien. Pembentukan
arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan, yaitu:

1)      Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-
tahun mendatang.
2)      Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama
kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3)      Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

Informasi dalam arsip permanen ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Copy  notulen
rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang dibuat oleh klien, perubahan anggaran rumah
tangga dan perkembangan lain harus setiap tahunnya ditambahkan dalam arsip permanen.

Analisis Auditor dalam Kertas Kerja Audit

1.      Cara membuat kertas kerja audit


      Terdapat beberapa teknik dalam pembuatan kertas kerja, meliputi:

1)   Tentukan tujuan setiap pembuatan kertas kerja


     Kertas kerja tidak dibuat atau dikumpulkan kecuali jika terdapat suatu tujuan yang akan dicapai.
Auditor harus memikirkan dengan baik apa tujuan yang hendak dicapainya dan kemudian
merencanakan dengan cermat cara terbaik untuk mencapainya. Data yang tidak relevan tidak perlu
dikumpulkan, hal ini untuk mengefisienkan pengarsipan dan waktu penelaahan kertas kerja audit.
2)   Hindari pekerjaan menyalin
     Pekerjaan menyalin angka, misalnya: dari buku besar ke kertas kerja audit terbuangnya waktu dan
biaya, auditor harus berusaha semaksimal mungkin melaksanakan pekerjaan mereka secara efisien
dan tepat guna. Untuk menganalisis rincian saldo akun atau transaksi auditor tidak perlu
menyalinnya, tetapi cukup dengan menggunakan rincian yang ada pada pembukuan klien.

3)   Hindari penulisan ulang


     Penulisan ulang seperti halnya menyalin menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya, risiko
salah tulis, ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah sedapat
mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas isi atau pokok yang menjadi
fokus auditor dari hasil analisis bukti audit.

4)   Berilah pendukung atau penjelasan pada semua akun


     Suatu kertas kerja pendukung (supporting) harus selalu disiapkan untuk semua akun penting yang
terdapat dalam kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi, baik secara naratif sebagai acuan atau
penjelasan suatu masalah ataupun berupa catatan kaki kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi
atau skedul utama (Top Schedule) tanpa perlu membuat kertas kerja terpisah.

5)   Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan


     Setiap kertas kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit
(langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun dan transaksi tertentu.

6)   Kertas kerja pemeriksaan harus diindeks

7)   Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan tentang sifat dari perkiraan yang diperiksa,
prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa.

8)   Tuangkan dalam bentuk tulisan 


     Penjelasan atau komentar tertulis oleh staf audit sering kali dibutuhkan dalam audit. Hal ini dapat
berupa catatan yang menjelaskan suatu skedul dan observasi yang mempengaruhi prinsip dan
metode akuntansi. Pertanyaan yang dilakukan selama audit di lapangan dan pemecahannya harus
diungkapkan secara lengkap dalam kertas kerja.

9)   Buktikan penjelasan lisan yang diperoleh


     Dalam menganalisis dan memeriksa keterjadian dan kebenaran beban, auditor tidak cukup hanya
dengan menerima penjelasan yang diberikan oleh klien. Auditor harus selalu memeriksa dokumen
sumber transaksi. Oleh sebab itu, selain mencatat penjelasan lisan dalam kertas kerja audit, auditor
juga harus melampirkan keterangan bahwa pemeriksaan saldo akun atau transaksi telah dilakukan
untuk mendukung penjelasan lisan tersebut.

10)    Jawablah pertanyaan yang muncul


       Dalam proses pelaksanaan audit sering muncul beberapa pertanyaan, seperti keyakinan kebenaran
suatu angka, mengapa saldo kredit dalam rekening Koran bank tidak tercermin dalam buku besar dan
lain sebagainya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang terjadi merupakan aspek yang paling penting
dalam audit dan staf audit harus memperhatikan agar pertanyaan tersebut tidak ada yang tidak
terjawab pada saat selesainya audit.

11)    Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working papers sehingga dapat
diketahui siapa yang bertanggung jawab.

12)    Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan indeks kertas kerja
pemeriksaan dan paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam penugasan audit tersebut.

      Cara membuat kertas kerja yang baik

1.      Lengkap
Kertas kerja harus lengkap dalam arti :
         Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi semua data  penting
yang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
         Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
         Kertas kerja harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak berisi
informasi yang masih belum jelas atau pertanyaan yang belum terjawab.
2.      Teliti, dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan
perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3.      Ringkas, kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan
audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus
merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke
dalm kertas kerja.
4.      Jelas, kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh auditor. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5.      Rapi, Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja akan
membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan auditor dalam
memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

2. Tipe Kertas Kerja


Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya.
Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 5
tipe kertas kerja berikut ini :
A.     Program Audit (audit program)
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkanprosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang
harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsure yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja
yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat
untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit dapat
digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta
komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan
dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor  dapat mengikuti
kemajuan audit yang sedang berlangsung.

B.     Working Trial Balance


Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar yang akhir tahun
yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya., kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan
kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak
dalam laporan keuangan auditan (audited financial statements). Working trial balance ini merupaka
daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang
tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance ini
digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali  yang diusulkan oleh auditor
kepada klien serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor.
Dari kolom terakhir dalam working trial balance tersebut, auditor menyajikan draft finallaporan
keuangan klien setelah diaudit oleh auditor. Draf final inilah yang akan diusulkan oleh auditor kepada
klien untuk dilampirkan pada laporan audit.
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan. Adapun
tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung
(supporting schedules).
2. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama ( lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan
jurnal adjustmentke dalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.

Program Audit untuk Pengujian Indeks Kertas Kerja Tanggal Pelaksana


substansi Pelaksanaan

Prosedur audit awal

1. Usut saldo kas yang


tercantum dalam neraca
ke saldo akun kas yang
berkaitan dalam buku
besar
2. Hitung kembali saldo
akun kas dalam buku
besar
3. Lakukan preview
terhadap mutasi luar
biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam
akun kas
4. Usut saldo awal akun
kas ke kertas kerja tahun
yang lalu
5. Usut posting pendebitan
akun kas ke dalam jurnal
penerimaan kas dan
jurnal pengeluaran kas

Pengujian Analitik

6. Bandingkan saldo kas


dengan angka kas yang
dianggarkan, saldo akhir
tahun yang lalu, atau
angka harapan lain
7. Hitung rasio saldo kas
dengan aktiva ank e dan
bandingkan dengan
angka harapan

Pengujian terhadap transaksi


rinci

8. Lakukan pengujian
pisah batas transaksi kas
9. Buatlah dan lakukan
analisis terhadap
rekonsilisasi bank 4
kolom
10. Buatlah daftar transfer
bank dalam priode
sebelum dan sesudah
tanggal neraca untuk
menemukan
kemungkinan
terjadinyacheck kitting

Pengujian terhadap Saldo


Akun Rinci

11. Hitung kas yang ada di


tangan klien
12. Rekonsiliasi catatan kas
klien dengan rekening
ank  bank yang
berkaiatan
13. Lakukan konfirmasi
saldo kas di bank
14. Periksa cek yang
beredar pada tanggal
neraca ke dalam
rekening ank  bank
15.  Buatlah rekonsiliasi
saldo kas menurut cutoff
bank statement dengan
saldo kas menurut
catatan klien
16. Usut setoran dalam
perjalanan (deposit in
transit) pada tanggal
neraca ke dalam cutoff
bank statement
17. Periksa tanggal yang
tercantum dalam cek
yang beredar pada
tanggal neraca
18. Periksa adanya cek
kosong yang tercantum
dalamcutoff bank
statement
19. Periksa semua cek
dalamcutoff bank
statementmengenai
kemungkinan hilangnya
cek yang tercantum
sebagai cek yang
beredar pada tanggal
nerca

Verifikasi Penyajian dan


Pengungkapan

20. Periksa jawaban


konfirmasi dari bank
mengenai batasan yang
dikenakan terhadap
pemakaian rekening
tertentu klien di bank
21. Lakukan wawancara
dengan manajemen
mengenai batasan
pengguna kas klien
22. Periksa adanya
kemungkinan
penggelapan kas dengan
cara lappingpenerimaan
dan pengeluaran kas

Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yang
digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a)      Pengumpulan bukti transaksi.
b)      Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu.
c)      Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar.
d)     Pembuatan lembar kerja (work sheet)
e)      Penyajian laporan keuangan.

C.     Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan
catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor
membuat draft  jurnaladjustment  yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Di samping itu, auditor
juga membuat jurnal penggolonga kembali (reclassification entries) untuk unsure, yang – mekipun
tidak salah dicatat oleh klien – namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar,
harus digolongkan kembali.

D.    Skedul Utama (lead schedule  atau  top schedule)


Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam
skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk
menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan di
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah.

E.     Skedul Pendukung (supporting schedule)


Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi
keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus
dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis
unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan
yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat
juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

Hubungan Berbagai Tipe Kertas Kerja


Laporan Keuangan Auditan

PT Rimendi
Neraca Auditan
31 Desember 19X2 dan 19X1
AKTIVA 19X2 19X1
Kas Rp 15.000.000 Rp 14.000.000
Piutang Rp 45.000.000 Rp 50.000.000
Working Trial Balance

PT Rimendi
Working Trial Balance
31 Desember 19X2
No. Akun Nama Akun Indeks Saldo Adjustment Saldo
Kertas Menurut Setelah
Kerja Buku Adjustment
100 Kas F 14.000.000 500.000 15.000.000
110 Piutang G 55.000.000 (10.000.000) 45.000.000

Skedul Utama

PT Rimendi
Piutang
31 Desember 19X2
No. Akun Nama Akun Indeks Saldo Adjustment Saldo
Kertas Menurut Setelah
Kerja Buku Adjustment
111 Piutang Dagang G-1 41.000.000 (6.000.000) 35.000.000
112 Piutang wesel G-2 19.000.000 (4.000.000) 15.000.000
113 Piutang Lain G-3 2.000.000 2.000.000
114 Cad Kerugian
     Piutang G-4 (7.000.000) (7.000.000)
55.000.000 (10.000.000) 45.000.000

Ringkasan Jurnal Adjustment

PT Rimendi
Ringkasan Jurnal Adjustment
31 Desember 19X2
Debit Kredit
Jurnal Adjustment #1
450 Hasil Penjualan
   111 Piutang Dagang 6.000.000
Untuk mengoreksi penjualan konsinyasi 6.000.000
yang barangnya belum laku dijual pada
tanggal neraca

Jurnal Adjustment #2
210 Investasi
   112 Piutang Wesel
Koreksi investasi dalam wesel tagih yang 4.000.000
dicatat sebagai piutang wesel 4.000.000

Skedul Pendukung

PT Rimendi
Piutang Wesel 31 Desember 19X2
Jangka Waktu
Pembuat Wesel Dari Sampai Saldo
Eliona Sari 12/09/19x1 12/01/19x2 10.000.000
Rissa Rimendi 15/11/19x1 15/02/19x2 5.000.000 √
Oki Sasongko 14/02/19x1 14/02/19x2 4.000.000 √
Jumlah 19.000.000 √√

√ Telah diperiksa sertifikat wesel


√√ cocok dengan saldo akun buku besar

   Jurnal Adjustment No. 2         210  Investasi                   Rp 4.000.000


                                                        112  Piutang Wesel               Rp 4.000.000

Daftar Referensi :
Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2002.
Syafri, Sofyan Harahap. Auditing Kontemporer. Jakarta: PT Penerbit Erlangga, 1991.

Anda mungkin juga menyukai