Akuntansi Manajemen - Kel. 9 - Pengukuran Kinerja Di Organisasi Terdesentralisasi
Akuntansi Manajemen - Kel. 9 - Pengukuran Kinerja Di Organisasi Terdesentralisasi
Kinerja Di
Organisasi
Terdesentralisasi
Akuntansi Manajemen
Anggota Kelompok:
Meliani Juleha
01 Cahya 02 Rahmaw
Ningrum
1902030101 ati
1902030143
Usfah Ita
03 Katrimah 04
Lestari
Nurjanah
1902030146 Diana 1902030150
05 Widiyastuti
1902030161
2.1—Gambaran Umum tentang Desentralisasi di
Organisasi
Desentralisasi (Decentralization) adalah praktik pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Pengambilan keputusan
terdesentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan manajer pada jenjang
yang lebih rendahuntuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting
yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.
Karena ROI yang dihitung adalah ROI pusat investasi, maka laba pada rumus
di atas adalah laba pusat investasi dan aset operasi juga aset operasi pusat
investasi.
Kelebihan
ROI:
1) Mendorong manajer untuk memperhatikan hubungan antara
penjualan, biaya, dan investasi.
2) Mendorong manajer untuk berfokus pada efisiensi biaya.
3) Mendorong manajer untuk berfokus pada efisiensi aset operasi
dan mencegah pemborosan investasi.
Kekurangan
ROI:
1) Dapat menghasilkan pandangan yang sempit tentang laba divisi
dengan mengorbankan laba perusahaan secara keseluruhan. ROI
mendorong manajer untuk tidak melakukan investasi yang akan
menurunkan ROI rata-rata pusat investasi, meskipun sebenarnya
investasi tersebut akan meningkatkan laba perusahaan secara
keseluruhan.
2) Mendorong manajer untuk berfokus pada keuntungan jangka
pendek (short run) dengan mengorbankan keuntungan jangka
panjang (long tun).
2) Economic Value Added (EVA)
Sebuah alternatif pengukuran kinerja diajukan untuk mengantisipasi
penggunaan ROI yang cenderung menolak investasi yang menurunkan ROI divisi
meskipun sebenarnya menguntungkan perusahaan. Alternatif tersebut adalah
EVA.
EVA merupakan selisih antara laba pusat investasi dan return minimal yang
ditetapkan oleh kantor pusat. Jika EVA bernilai positif, perusahaan bertambah
kekayaannya, namun jika EVA bernilai negatif perusahaan berkurang
kekayaannya. EVA dinyatakan dalam satuan uang, bukan dalam presentase
tingkat return. Eva dapat dihitung melalui rumus berikut ini:
EVA = Laba Operasi setelah Pajak – (Biaya Modal Rata-rata Tertimbang x Modal
Total yang Digunakan)
Untuk pengukuran kinerja, EVA dipandang lebih baik dari ROI. Alasan
utamanya karena EVA mendorong para manajer untuk mengambil keputusan
investasi yang menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, yang
mungkin ditolak oleh manajer yang diukur kinerjanya dengan ROI. Kunci
asi setelah pajak dan biaya modal aktual. Para investor menyukai EVA
karena menghubungkan laba dengan jumlah sumber daya yang diperlukan
untuk memperolehnya.
2.7—Definisi Balance
Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1997:7), balanced scorecard adalah
metode alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja
perusahaan secara lebih komprehensif, tidak hanya terbatas pada kinerja
keuangan, namun meluas ke kinerja non keuangan, seperti perspektif
pelanggan, Proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
2.8—Tujuan dari Balance Scorecard
Prespektif Proses
Prespektif
Bisnis Internal
(Business Internal 03 04 Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Prespective)
1. Prespektif Keuangan
(Financial Prespective)
Balanced scorecard dalam implementasi sistemnya berusaha mencari
suatu keseimbangan dari tolak ukur kinerja, baik finansial maupun non
finansial untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan.
Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap
dalam siklus bisnis yang dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu tahap
perkembangan (Growth), tahap bertahan (Sustain), dan tahap panen
(Harvest).
b. Presepektif Pelanggan
(Customer Prespective)
Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang
akan dimasuki. Dalam perspektif ini perusahaan menggunakan tolok ukur
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Pengukuran
Pelanggan Utama (Core Measurement Group) dan kelompok
Pengukuran Nilai Pelanggan (Customer Value Proposition).
c. Prespektif Proses Bisnis
Internal (Business Internal
Prespective)
Perusahaan biasanya mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran untuk
perspektif ini setelah merumuskan tujuan dan ukuran untuk perspektif
finansial dan pelanggan. Di dalam perspektif proses bisnis internal ini ada
tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu Tahap Inovasi, Tahap Operasi dan
Tahap Purna Jual.
d. Prespektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Di dalam perspektif ini mengukur hal-hal yang berhubungan dengan sumber
daya manusia. Terdapat tiga dimensi yang harus diperhatikan di dalam perspektif ini,
yaitu: Kemampuan Karyawan, Kemampuan Sistem Informasi dan Motivasi,
Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenang Karyawan.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diantaranya bertugas mempersiapkan
sumber daya manusia atau orang instansi pemerintah untuk memiliki kapabilitas
menjalankan sistem yang terbangun dalam perspektif internal proses. Pada perspektif
ini maka isu kapabilitas individu, kapabilitas informasi, motivasi merupakan medan
kerja yang harus dipersiapkan, dimonitoring dan diukur dinamikanya.
End of
Presentation
Terim
a
Kasih