Disusun Oleh :
Aditya Noviyanto 43117110283
Month. . Turn over. Defect di kapal
1 2 5
2 5 1
3 3 2
4 2 7
5 9 7
6 7 4
7 1 4
8 8 3
a) Bantulah pemilik perusahaan dengan menggambarkan kedelapan titik (Xi, Yi), i=1,2,.,8
untuk membantunya menemukan penyebab masalah tersebut.
5. Buatlah diagram c untuk kesalahan informasi atau ketidakpatuhan, dan tetapkan batas
kendalinya agar mencakup 99,73% dari variasi acak dalam ketidakpatuhan! Apakah
yang ditunjukkan oleh diagram itu? (bobot : 20)
Penjelasan
1. Untuk persamaan dari 3 guru kualitas adalah Penegasan Deming bahwa Pelanggan
menjadi orang yang bisa menentukan apakah mutu ada di sebuah Produk atau
Layanan, Juran mendefinisikan tentang mutu, dan Crosby mendefinisikan manajemen
mutu ditentukan oleh pelanggan sebagai penentu terakhir dari kualitas suatu produk
atau jasa tertentu. Ketiga penulis tersebut menghasilkan perbedaan yang nyata dari
definisi mutu, meskipun dengan berbagai tingkatan yang berbeda. Dan juga ketiganya
melihat pentingnya umpan balik dalam setiap mekanisme yang dirancang untuk
mengukur dan mengelola kualitas : Teori Deming adalah Continuous Improvement
Helix, sedangkan Juran terkenal dengan Triloginya, dan Crosby mengemukakan
tentang Harga Non-Conformance.
The Juran Trilogy merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang
utama. (Bounds, 1994). The Juran Trilogy meliputi:
1. Komitmen Manajemen
2. Membentuk tim kualitas antar departemen
3. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah
4. Menilai biaya kualitas
5. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua karyawan
6. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah
7. Mengadakan program zero defects
8. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas
9. Mengadakan zero defects day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar akan
adanya arah baru
10. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan tim
11. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen hambatan yang
dihadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas
12. Mengakui / menerima karyawan yang berpartisipasi
13. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus menerus
14. Mengulangi setiap tahap untuk menjelaskan bahwa perbaikan kualitas adalah proses
yang tidak pernah berakhir
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) :
PLAN (MERENCANAKAN)
Tahap PLAN adalah tahap untuk menetapkan Target atau Sasaran yang ingin dicapai dalam
peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan, kemudian menentukan
Metode yang akan digunakan untuk mencapai Target atau Sasaran yang telah ditetapkan
tersebut. Dalam Tahap PLAN ini juga meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses
(Process Improvement Team) dan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya
manusia yang berada di dalam Tim tersebut serta batas-batas waktu (Jadwal) yang diperlukan
untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan terhadap
penggunaan sumber daya lainnya seperti Biaya dan Mesin juga perlukan dipertimbangkan
dalam Tahap PLAN ini.
DO (MELAKSANAKAN)
Tahap DO adalah tahap penerapan atau melaksanakan semua yang telah direncanakan di
Tahap PLAN termasuk menjalankan proses-nya, memproduksi serta melakukan
pengumpulan data (data collection) yang kemudian akan digunakan untuk tahap CHECK dan
ACT.
CHECK (MEMERIKSA)
Tahap CHECK adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari hasil-hasil
dari penerapan di tahap DO. Melakukan perbandingan antara hasil aktual yang telah dicapai
dengan Target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang telah ditentukan.
ACT (MENINDAK)
Tahap ACT adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya terhadap hasil-hasil
dari tahap CHECK. Terdapat 2 jenis Tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil yang
dicapainya, antara lain :
Tindakan Perbaikan (Corrective Action) yang berupa solusi terhadap masalah yang dihadapi
dalam pencapaian Target, Tindakan Perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya tidak mencapai
apa yang telah ditargetkan.
Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap PLAN untuk melakukan peningkatan proses
selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus (Continuous
Process Improvement)
2. 5S adalah singkatan dari 5 kata dalam bahasa jepang yang diawali oleh huruf;
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, kita bias
menterjemahkan 5S sebagai 5R; Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik),
Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin). 5S adalah filosofi dan cara bagi suatu organisasi
dalam mengatur dan mengelola ruang kerja dan alur kerja dengan tujuan efesiensi
dengan cara mengurangi adanya buangan (waste) baik yang bersifat barang atau
peralatan maupun waktu.
Seiri (Ringkas). Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta
membuang yang tidak diperlukan. “Singkirkan Barang-barang yang tidak diperlukan
dari tempat kerja”
Seiton (Rapi) .Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu
menemukan barang yang diperlukan. ”Setiap barang yang berada di tempat kerja
mempunyai tempat yang pasti”
Seiso (Resik).Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh
tempat kerja yang lebih bersih. Pembersihan dengan cara inspeksi. “Bersihkan segala
sesuatu yang ada di tempat kerja”
Seiketsu (Rawat). Memelihara barang dengan teratur rapi dan bersih juga dalam aspek
personal dan kaitannya dengan polusi. ”Semua orang memperoleh informasi yang
dibutuhkannya di tempat kerja, tepat waktu”
Shitsuke (Rajin)Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan. “Lakukan apa yang
harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan”
PT.Toyota-Astra Motor divisi Service Part Division merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang otomotif khususnya suku cadang untuk mobil bermerk Toyota. Perusahaan ini
memiliki delapan puluh enam ribu suku cadang yang berada di dalam gudang. Oleh karena
itu dibutuhkan sistem yang dapat membuat gudang tersebut tidak terlihat sempit dan
berantakan maka Toyota menerapkan sistem 5S ( seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke)
untuk semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Walaupun sudah diterapkan sistem ini tapi pada
kenyataan dilapangan masih banyak tempat yang terlihat berantakan dan tidak memenuhi
standar yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari lokasi reciving yang berantakan , suhu yang
panas didalam gudang, ada tempat yang memiliki pencahayaan dibawah standar, dan terdapat
banyak debu ditempat-tempat tertentu. Selain hal tersebut diatas perusahaan juga
menginginkan agar barang yang ada digudang tidak menumpuk terlalu banyak dan sistem
pengorderan yang lebih cepat lagi dibandingkan dengan sekarang. Kejadian ini terjadi
mungkin karena proses yang berlaku masih menggunakan kanban manual sehingga membuat
lama proses yang berlangsung. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dilakukanlah analisis
perbaikan sistem baik untuk 5S maupun sistem kanban yang ada.
Lingkungan kerja harus diteliti apakah dapat menjadi penyebab terjadinya masalah yang
dihadapi perusahaan. Perhitungan lingkungan kerja fisik dilakukan dengan menggunakan
SPSS dengan melihat rata-rata temperature, pencahayaan dan kebisingan gudang. Dari rata-
rata itu didapat kesimpulan bahwa temperature yang ada pada gudang tersebut tergolong
panas, pencahayaan yang ada pada gudang sudah baik hanya pada bagian zona B yang
penerangannya kurang, dan untuk kebisingan masih tergolong standar karena kebisingan
yang timbul hanya dikarenakan akibat truk yang mengirim barang. Dari analisis yang ada hal
tersebut berpengaruh pada sistem receiving yang perusahaan. Sistem 5S pada receving area
harus diperbaiki karena ditempat tersebut sistem 5S tidak berjalan dengan baik. Selain
lingkungan kerja fisik penulis juga mengusulkan perbaikan sistem kanban yang ada dengan
merubah menggunakan sistem kanban elektrik. Hal ini berguna bagi perusahaan selain untuk
mempercepat sistem kerja yang sudah ada juga mendukung sistem 5S yang diterapkan pada
perusahaan yaitu seiton (rapi) dan seiso (resik). Dari perhitungan yang dilakukan terdapat
selisih yang sangat jauh antara sistem kanban manual dan kanban elektrik. Walaupun harga
sistem kanban elektrik mahal tetapi sistem ini layak dipergunakan untuk menunjang sistem
kinerja perusahaan
3. Menggambar diagram konsep Cause Effect Diagram
Terlalu
banyak Pelayanan
berkumpul/ kurang baik MAHASISWA TIDAK DAPAT
main LULUS DARI UMB
4. Diagram tebar
Turn
over Defect di
Month (X) kapal (Y) Xi Yi XiY Xi2 X2 Y2 XiYi
1 2 5 25,6 64 128 655,36 4 25 1638,4
2 5 1 64 12,8 64 4096 25 1 819,2
3 3 2 38,4 25,6 76,8 1474,56 9 4 983,04
4 2 7 25,6 89,6 179,2 655,36 4 49 2293,76
115,
5 9 7 2 89,6 806,4 13271,04 81 49 10321,92
6 7 4 89,6 51,2 358,4 8028,16 49 16 4587,52
7 1 4 12,8 51,2 51,2 163,84 1 16 655,36
102,
8 8 3 4 38,4 307,2 10485,76 64 9 3932,16
473, 422, 16
total 37 33 6 4 1971,2 38830,08 237 9 25231,36
Nilai r = 0.03
b) Diagram sebar
5. Peta Kendali – c
Month Turn over (X) c_bar UCL CLC
4,11111
1 2 10,19387 -1,97165
1
4,11111
2 5 10,19387 -1,97165
1
4,11111
3 3 10,19387 -1,97165
1
4,11111
4 2 10,19387 -1,97165
1
4,11111
5 9 10,19387 -1,97165
1
4,11111
6 7 10,19387 -1,97165
1
4,11111
7 1 10,19387 -1,97165
1
4,11111
8 8 10,19387 -1,97165
1
total 37
Pada diagram ini ditunjukan Plot data jumlah cacat dari setiap subgrup yang diperiksa dan
amati Dapat terkendali karena masih jauh dari nilai batas bawah. Ditunjukan pada diagram c-
chat untuk ketidakpatuhan terdapat sebesar 4 sedangkan batas atas sebesar 10