{MAKALAH}
Oleh:
Nishrina Ainurrohman
1176000117
6D
BANDUNG
2019 M/1441 H
CHAPTER 2
(CREATE COMMUNICATION SKILLS AND FEELINGS)
WHAT IS LIFESKILL?
Dalam proses konseling sering kali klien membutuhkan bantuan yang permanen dan
kompleks sebagai sarana bantuan di masa depannya. Seorang konselor perlu memiliki
keterampilan tertentu dalam menghadapi kliennya. Setidaknya ada dua kategori utama
keterampilan yang perlu dikuasai di dunia konseling, yaitu keterampilan tindakan
komunikasi/ tindakan (melibatkan perilaku eksternal) dan keterampilan pikiran (melibatkan
perilaku internal). Perasaan dan reaksi fisik bukan bagian dari suatu keterampilan. Melainkan
sifat naluriah yang dimiliki oleh manusia. Namun, baik konselor maupun klien mampu
mempengaruhi perasaan dan reaksi fisiknya dengan cara berkomunikasi/bertindak dan cara
mereka berpikir.
CREATING COMMUNICATION AND ACTION SKILL
Terdapat lima hal yang perlu dipahami dalam melatih keterampilan komunikasi/tindakan,
diantaranya:
1. Verbal Communication Skills
- Bahasa (Language)
Bahasa mengandung berbagai elemen bahasa asing. Adapun bahasa yang biasa
digunakan dalam kehidupan berkomunikasi dalam situasi tertentu seperti bahasa
formal dan informal.
- Konten
Konten dapat berfokus pada area topic, masalah atau tugas yang sedang dilakukan
seperti belajar keterampilan konseling. Selain itu, konten mengacu pada fokus
pembicaraan, apakah tentang diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Konten juga
dapat mengacu pada dimensi pembicaraan evaluatif.
- Amount of Speech (Kuantitas Bicara)
Seseorang yang pemalu akan kesulitan ketika tiba giliran mereka untuk berbicara.
Beberapa klien mungkin sedikit berbicara, yang lain merasa hangat dan ada juga
yang terbata-bata.
- Ownership of Speech
Kepemilikan bicara seperti kata “Anda” yang berfokus pada orang lain dan bisa
menghakimi, dan kata “Saya” yang merujuk kepada seseorang sebagai pengirim.
2. Vocal Communication Skills
- Volume, berkenaan dengan keras dan lembutnya suara. Seorang trainee konselor
harus berbicara dengan volume yang dapat di dengar baik oleh klien, sehingga
klien merasa nyaman dan menerima pembicaraannya.
- Artikulasi, yaitu kejelasan dalam berbicara. Seorang trainee konselor dan klien
yang mampu mengucapkan kata-kata dengan baik dan jelas akan mudah
dipahami.
- Pitch, yaitu berkenaan dengan tinggi atau dalamnya suara.
- Emphasis, seorang trainee konselor menggunakan tekanan pada suaranya ketika
merespon perasaan klien dan ketika perbedaan nuansa konseling.
- Rate, biasanya berkenaan dengan kuantitas kata yang dihasilkan per menit.
Speech of Rate bukan hanya seberapa cepat kata yang diucapkan, tetapi frekuensi
dan durasi jeda yang dihasilkan selama berbicara.
3. Bodily Communication skills
- Ekspresi Wajah. Ekman, Friesen dan Ellsworth (1972) menemukan ada tujuh
ekspresi emosi wajah yang utama, diantaranya; bahagia, terkejut, takut, sedih,
marah, tertarik dan jijik.
- Gaze (Tatapan) atau melihat orang lain di bagian wajahnya, keduanya adalah cara
menunjukan ketertarikan dan cara mengumpulkan informasi ekspresi wajah.
- Kontak mata
- Gestures, yaitu gerakan fisik yang mengilustrasikan kata sebelum, saat atau
setelah diucapkan.
- Posture, mampu mengkomunikasikan seberapa cemas seseorang, misalnya ketika
duduk dengan tangan dan kaki disilangkan dengan rapat memberi kesan
emosional perasaan gelisah atau tegang.
- Physical Closeness. Perubadan zona kedekatan fisik berkaitan dengan hubungan
yang alamiah. The Intimate Zone (antara 6-8 inci) mudah disentuh dan
menyentuh, seperti suami isteri, kekasih, teman dekat dan keluarga. The Personal
Zone (antara 18-48 inci), seperti teman-teman dan pertemuan sosial lainnya. The
Social Zone (antara 4-12 kaki) rasa nyaman ketika seseorang tidak ingin tahu satu
sama lain. The Public Zone (lebih dari 12 kaki), berjarak untuk menunjukan
perkumpulan publik.
- Pakaian (Clothes), pakaian mempengaruhi seberapa besar dan bagian mana yang
menunjukan keterbukaan seseorang.
- Grooming, perawatan diri juga memberikan informasi yang penting tentang
seberapa baik seseorang mengurus dirinya sendiri, seperti bersih atau kotor, rapi
atau berantakan.
4. Touch, sentuhan merupakan kategori istimewa dari komunikasi tubuh. Pesan dikirim
dengan sentuhan seperti bagian tubuh mana yang digunakan, bagian tubuh mana yang
disentuh, seberapa kuat atau lembut sentuhan itu.
5. Taking Action Communication, terdiri dari pesan yang dikirim tanpa melihat satu
sama lain, seperti memfollow-up klien yang tidak menjumpai pertemuan/perjanjian.
FEELINGS AND PHYSICAL REACTION (PERASAAN DAN REAKSI FISIK)
Perilaku manusia adalah apa yang mereka rasakan. Reaksi fisik mewakili perasaan, dalam
artian keduanya tidak dapat dibedakan. Misalnya reaksi rubuh ketika diserang perasaan
cemas seperti detak jantung yang ceoat, pernafasan yang dangkal, berkeringat, tegang otot,
mual-mual, termasuk kesulitan tidur. Sehingga orang sangat dipengaruhi oleh reaksi fisik
mereka. Seorang konselor tentang harus memahami perasaan dirinya sendiri dan klien
mereka. Perasaan dan reaksi fisik merupakan dua hal yang penting, termasuk memahami
perasaan, mengekspresikan perasaan dan juga mengelola perasaan. Disisi lain, kemampuan
konseling dasar yang harus dimiliki ketika menghadapi klien diantaranya
komunikasi/tindakan, pikiran dan proses mental untuk mempengaruhi bagaimana perasaan
mereka dan reaksi fisik yang ditimbulkan.
MINDMAP CHAPTER 2
CHAPTER 3
(CREATE MIND SKILL)
SITUATION-THOUGHTS-CONSEQUENCES REVISITED
Sekarang setelah sejumlah keterampilan pikiran yang berbeda telah dipresentasikan, sekarang
saatnya untuk meninjau kembali kerangka kerja STC. T, atau pemikiran dalam kerangka
kerja, sekarang dapat dilihat dengan dua cara. Pertama, ada cara orisinal di mana T
menunjukkan pikiran yang ditimbulkan oleh suatu situasi. Kedua, adalah cara yang lebih
analitis di mana T menunjukkan baik pikiran maupun keterampilan pikiran yang mereka
miliki mewakili. Sehingga akan menghasikan konsekuensi yang telah direvisi oleh pikiran
secara otomatis, seperti contoh dalam creating self-talk skills, Didi terus mengatakan kepada
dirinya sendiri bahwa dia tidak bisa melakukannya dengan baik dan kurang berkemampuan.
Namun, disisi lain Didi tetap tenang dan mengendalikan dirinya sebagai bagian dari latihan
self-talk.
MINDMAP CHAPTER 3
CHAPTER 4
(THE LIFESKILLS COUNSELLING MODEL)
2. Stage 2 Understanding
Main Task: Assess and agree on a shared analysis of the client’s problem(s)
a) Phase 1: Reconnaissance
Meninjau lebih luas untuk mengindentifikasikan masalah utama klien dan
mengumpulkan informasi untuk memahami klien dengan baik.
b) Phase 2: Detecting and Deciding
Mengumpulkan bukti spesifik untuk menguji gagasan tentang kemungkinan
kemampuan yang buruk dan meninjau semua informasi yang ada untuk
mengembangkan keterampilan yang perlu ditingkatkan.
c) Phase 3: Agreeing on a shared analysis of the client’s problem(s)
Kembali ke analisis awal masalah klien, termasuk menentukan keterampilan
pikiran dan keterampilan komunikasi/tindakang untuk ditingkatkan.
3. Stage 3 Changing
Main Task: Achieve client change and the maintance of change
a) Phase 1: Intervening
Membantu klien untuk mengelola masalah saat ini dengan meningkatkan
keterampilan berpikir yang relevan dan keterampilan komunikasi/tindakan untuk
sekarang dan di masa yang akan datang.
b) Phase 2: Ending
Membantu klien untuk mengkonsolidasikan keterampilan mereka untuk
digunakan setelahnya dan untuk merencanakan bagaimana mempertahankannya
ketika konseling berakhir.
c) Phase 3: Client Self-helping
Klien, sebagian besar atas kemauan mereka sendiri, tetap menggunakan
keterampilan mereka, memantau kemajuan mereka, mengoreksi penyimpangan
dan, jika mungkin, mengintegrasikan keterampilan mereka yang lebih baik ke
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
APPLYING THE MODEL
Untuk kebaikan klien, konselor perlu menerapkan skill konseling yang fleksibel.
1. Short-term counselling
Model konseling lifeskill relatif bersifat jangka pendek, katakanlah satu atau dua sesi.
Namun, bisa juga bersifat jangka menengah, 10 sampai 20 sesi, atau jangka panjang,
lebih dari 20 sesi. Disesuaikan dengan orientasi tugas yang diputuskannya, misalnya
dalam konseling jangka pendek lebih sesuai diterapkan kepada klien yang sedang
mengalami perasaan cemas akan menghadapi ujian, berbicara di depan umum,
interview pekerjaan dan lain-lain.
2. Medium-Term and long-term counselling
Konseling dapat berjalan lebih lama apabila klien mengalami kesulitan
mengidentifikasi lifeskill-nya. Konselor mungkin harus mengerahkan kemampuannya
dengan lebih optimal, dan membantu klien melatih kemampuannya.
3. Counselling for existential concerns
Konseling lifeskills dapat membantu klien menangani masalah eksistensial yang
langsung dihadapi. Seperti kasus orang yang menderita kanker stadium akhir. Orang-
orang semacam itu mungkin memerlukan bantuan setidaknya dalam empat bidang:
berkonfrontasi dan berdamai dengan kecemasan akan kematian, berurusan dengan
masalah yang timbul akibat kanker.
4. Adapting to the model
Seorang konselor pemula membutuhkan banyak waktu untuk melalui tantangan yang
ditimbulkan oleh klien. Konselor lifeskill harus memiliki keterampilan fleksibel atau
pemikiran yang efektif dalam menangani setiap permasalahan klien, dan hal tersebut
perlu dilatih.
5. Concluding comment
Konselur berwenang untuk membantu klien dalam meningkatkan keterampilan
mereka mendengar keluh kesah batin mereka dan berhubungan lebih asli tidak untuk
dibohongi. Karena sebagian besar klien memandang konselor sebagai sosok yang
terampil dan bisa menyelesaikan masalah mereka.
MINDMAP CHAPTER 4