Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN CELANA DENGAN KEJADIAN


KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XII IPA II
DI SMA HANG TUAH 4 SURABAYA

Oleh:
Kelompok 22 / 6B
WINDA GREENA FEBRIANI
1130017050
Fasilitator:
R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPEARAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN CELANA DENGAN KEJADIAN


KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XII IPA II
DI SMA HANG TUAH 4 SURABAYA

Oleh:
Kelompok 22 / 6B
WINDA GREENA FEBRIANI
1130017050
Fasilitator:
R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPEARAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Judul : HUBUNGAN PENGGUNAAN CELANA DENGAN KEJADIAN


KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XII IPA II DI SMA HANG TUAH
4 SURABAYA

Penyusun : Winda Greena F

NIM : 1130017050

Pembimbing : R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat


Tanggal ujian :

Disetujui Oleh Pembimbing :

R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat

Mengetahui,
Ka.Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal Penelitian

Hubungan Penggunaan Celana Dengan Kejadia Keputihan Pada Siswi Kelas XII IPA II Di
SMA Hang Tuah 4 Surabaya
Dinyatakan lulus
Tanggal ..............

Oleh Tim Penguji :


Ketua :
R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat
Anggota I :
Nurul Kamariyah, S.Kep.Ns.M.Kes
Anggota II :
Siti Nurjanah. S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui,
Ketua Kaprodi Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah. S.Kep.,Ns.,M.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah nmelimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan judul “ Hubungan Penggunaan Celana Dengan Kejadia Keputihan Pada Siswi Kelas
XII IPA II Di SMA Hang Tuah 4 Surabaya “ sebagai salah satu persyaratan akademik dalam
rangka penyusunan propasal di program S1 Keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya. Penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. R.Khairiyatul Afiyah, M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat, Sebagai dosen pembimbing yang dengan
penuh perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal ini.
2. Siti Nurjanah. S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan yang telah
memberi kesempatan dan fasilitas dalam penyususnan proposal ini.
3. Nurul Kamariyah, S.Kep.Ns.M.Kes. Selaku PJMK dari Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Semester 6 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
4. Prof. Dr. Ir. AchmadJazidie, Meng., Selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.
5. Kepala sekolah SMA Hang Tuah 4 Surabaya yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
6. Ayahanda bpk. Karjam, ibunda ibu Winarni dan Keluarga besar tersayang yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan bantuan moral maupun spiritual.
7. Sahabat saya Dewi Sunarti , Dina pratya, Grecia Sakyla dan teman-teman saya kelas 6B.
8. Semua pihak- pihak yang terkait dalam kelancaran pembuatan proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan balan pahala atas kebaikan dan ketulusan hatinya
yang telah membantu penulisan dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak sempurna, sehingga perlu masukan dan
saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki proposal ini .
Surabaya, 15 Mei 2020
Penulis,

Winda Greena Febriani

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL ............. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL .............. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah........................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian …................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Celana ............................................................................................ 5
B. Konsep Celana Dalam .................................................................................. 9
C. Konsep Keputihan ....................................................................................... 12
D. Konsep Remaja............................................................................................ 24

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISPENELITIAN


A. Kerangka Konseptual ................................................................................. 30
B. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 31
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Bangun Penelitian ..................................................... 32
B. Populasi Penelitian ...................................................................................... 32
C. Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel .............................. 32
D. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
E. Kerangka Operasional Penelitian ............................................................... 35

v
F. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................. 36
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ................................... 39
H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 40
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 41
Daftar Pustaka ........................................................................................................43

DAFTAR TABEL

vi
No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 perbedaan keputihan fisiologis dengan keputihan

patologis ............................................................. 18

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan

Pemakaian Celana Dengan Kejadian keputihan

Pada Siswi keloas XII IPA II Di SMA Hang Tuah

4 Surabaya. ............................................................. 30

Gambar 4.1 Kerangka operasional penelitian hubungan pemakaian


celana dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XII
IPA II di SMA Hang Tuah Surabaya.............................. 35

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengguanaan celana kerap di gemari kaum wanita karena memiliki prinsip


SCC (style, comfort, covinence) dalam berbusana. Jadi, celana yang dipakai
mengikuti mode agar tidak ketinggalan jaman, tredy serta memiliki banyak model
(style), selain itu dalam penggunaan celana yang mengikuti mode mereka dapat lebih
percaya diri dan merasa lebih baik (comfort).Penggunaan celana yang mengikuti
mode lebih membuat percaya diri dan dapat dipadu padakan dengan model baju
apapun. Serta bisa diselaraskan dengan sepatu atau tas dengan beragam warna pilihan
(convinence). Akan tetapi, jika penggunaan celana tidak tepat namun mengikuti mode
terlalu sering dan dalam jangka waktu yang sering, maka sekitar vagina akan
berkeringat, menjadi lembab, bakteri akan mudah tubuh, serta mengakibatkan
keputihan.
Keputihan merupakan salah satu gangguan pada organ reproduksi wanita.
Namun, keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari
suatu penyakit lain. Setiap wanita sekali waktu pernah mengalami keputihan dalam
hidupnya, bahkan banyak yang sering mengalaminya. Sesuai dengan faktor
penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan beraneka ragam. Cairan yang
keluar bisa sangat banyak, sehingga harus berkali-kali mengganti celana dalam,
bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula sangat sedikit. Warna cairan yang
keluar juga berbeda-beda, tingkat kekentalan cairan tersebut juga berbeda, dari encer,
kental, hingga menggumpal. Cairan tersebut dapat pula berbau busuk, meskipun ada
juga yang tidak berbau(Bahari,2012).
Menurut WHO tahun 2013, memperkirakan 1 dari 20 remaja didunia
mengalami keputihan setiap tahunnya. Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013
sebanyak 6,7 miliyar jiwa dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%.

1
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2012,
Di Indonesia sebanyak 75% Wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali
dalam hidupnya dan 45% diantaranya biasanya mengalami keputihan dua kali atau
lebih. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan
bagi kaum wanita. Di Indonesia sekutar 90% Wanita mengalami keputihan karena
negara indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah tumbuh
dan berkembang sehingga banyak mengakibatkan terjadinya kejadia keputihan pada
wanita di Indonesia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan yaitu gangguan
keseimbangan hormon terinfeksi oleh bakteri, protozoa, virus, stres, neoplasma jinak
dan kanker, kelelahan fisik, jarang mengganti celana dalam, penggunaan celana
yang tidak tepat (celana jeans, hotpants, legging) dan lembab, kurang memperhatikan
hygine saat sedang keputihan, dan jarang memperhatikan kebersihan vagina. Seperti
di ketahui, keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih mendukung
berkembangnya jamur penyebab keputihan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk
menjaga agar daerah kewanitaan dalam keadaan bersih dan tidak lembab karenan
dapat menimbulakan iritasi dan memudahkan tumbuhnya jamur. Jika penggunaan
celana yang tidak tepat terlalu sering dan dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan vagina lembab, sehingga bakteri akan mudah timbul, dan
mengakibatkan terjadinya keputihan. Jika keputihan tidak segera ditangani, makan
akan mengakibatkan infeksi alat genetalia.
Upaya yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan, dengan
memberikan pengetahuan terhadap siswi yang mengalami keputihan. Seperti
diketahui, kulit di daerah kewanitaan dan sekitarnya harus diusahakan agar tetap
bersih dan tidak lembab, karna kulit yang lembab/basah dapat menimbulkan iritasi
dan memudahkan tumbuhnya jamur dan kuman penyakit. Keadaan ini dapat dicapai
dengan mengeringkan kulit dengan handuk atau tisu bila berkeringat atau setelah
buang air, menjaga celana agar selalu bersih dan tidak dalam keadaan lembab,
menggunakan celana yang berbahan katun, rajin berganti celana dalam minimal dua

2
kali sehari mengganti pembalut saat menstruasi agar tidak terjadi infeksi dari
mikroorganisme yang berasal anus/dubur dianjurkan untuk cebok dari arah depan
kebelakang, memakai celana yang berbahan katun agar dapat menyerap keringan dan
hindari stress.

B. Pembatasan Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang diatas faktor-faktor yang mempengaruhi
keputihan diantaranya jamur, dan virus yang paling ditakuti adalah Human Papiloma
Virus (HPV) dan Herpes Simplex Virus (HSV) virus dari kelompok tersebut dapat
menyebabkan kanker ganas pada genetalia terutama pada perempuan, jarang
mengganti celana dalam, penggunaan celana yang tidak tepat dan lembab, kurang
hygine pada saat keputihan dan kurang memperhatikan kebersihan vagina. Untuk itu
penelitian hanya berfokus pada frekuensi Hubungan Penggunaan Celana Dengan
Kejadaian Keputihan Pada Siswi Kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Adakah hubungan penggunaan celana
dengan kejadaian keputihan pada siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4
Surabaya”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui frekuensi hubungan penggunaan celana dengan kejadaian keputihan
pada siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pemakaian celana pada siswi di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

3
b. Mengidentifikasi terjadina keputihan akibat penggunaan celana yang tidak tepat
pada siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.
c. Menganalisis hubungan penggunaan celana dengan kejadaian keputihan pada
siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat dapat memberikan
konstribusi ilmiah dengan cara memberikan informasi, fakta, data
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi kepada remaja putri tentang keputihan dan
meningkatkan perilaku sehat remaja dalam melakukan perawatan organ
reproduksi wanita sehingga dapat meminimalisir kejadian keputihan.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Celana
1. Pengertian Celana
Celana ialah pakaian yang menutupi tubuh bagian bawah, membungkus
masing-masing kaki secara terpisah. Panjangnya beragam, bisa pendek, selutut atau
semata kaki. Celana tidak hanya dipakai oleh wanita saja oleh pria juga dalam bentuk
yang satu kebentuk yang lainnya sejak zaman dahulu (Hadisurya,2013).
Celana menjadi trend fashion yang digemari akhir-akhir ini. Tidak heran
permintaan pasar untuk model celana wanita cukup tinggi. Model celana atau baju
wanita cukup tinggi. Model celana dan baju wanita memang lebih bervariasi
dibandingkan model celana atau baju pria (Fitrihana,2011).

2. Jenis celana
Jenis celana yang digemari wanita adalah (Fitrihana,2011)
a. Deck pants
Model celana sepanjang lutut (panjang tiga perempat), yang pas sesuai enak
dipakai pada kaki dan di rancang untuk bekerja di dek kapal. Nyaman digunakan
untuk jalan dan bersantai dirumah.
b. Capri pants.
Model ini merupakan bentuk celana yang agak longgar, mengecil/menyempit
pada pertengahan betis, dan menjadi fashionabel desaat musim panas, model ini
diberi nama sesuai dengan nama pulau Capri di Italia, tempat liburan yang
terkenal dimasa itu.
c. Forntier pants
Model ini mirip dengan Deck Pants, celana ini umumnya terbuat dari bahan
katun, denim atau corduray. Sangat cocok dipadukan dengan hak tinggi.

5
d. Hot pants
Model ini mempunyai sensasi yang ditimbulkan ketika sesorang memakai celana
pendek dan ketat. Saat ini hot pants lebih sering muncul dengan bahan trendy.
Cocok untuk dipakai kepantai.
e. Legging
Model celana super ketat layaknya celana senam. Biasanya terbuat dari bahan
lycra (bahan yang mudah melar). Memiliki warna dan panjang bervariasi dari
panjang semata kaki atau hanya sampai pertengahan paha. Saat ini trend mode
sedang menoroti legging sebagai busana sehari-hari (tidak hanya untuk senam).
Berabad-abad silam, legging digunakan untuk pakaian memberi kehangatan,
melindungi kulit dari luka gesekan ketika menggunakan kuda, melindungi
pakaian dari gigitan binatang seperti ular dan serangga, serta agar kotoran tidak
masuk dalam sepatu. Sekarang ini, legging merupakan fashion yang ringan dan
praktik digunakan, oleh wanita maupun pria.
Legging dibuat dari berbagai macam bahan, seperti jeans, lyra, spandex
sampai sutra. Adapun manfaat legging antara lain :
1) Dapat digunakan untuk pakaian dalam maupun luar.
2) Untuk legging sebagai pakaian dalam, dapat menjadi lapisan dalam gamis
atau pakaian tipis. Tujuannya agar memudahkan untuk bergerak dan tidak
memperlihatkan aurat.
3) Bila legging sebagai pakaisn luar, maka untuk kepraktisan dan lebih
ringan.
4) Untuk sebagaian oran atau anak muda, legging menunjukkan dan
memperindah bentuk tubuh.
f. Jeans
Model celana jeans adalah celana yang terbuat dari bahan denim atau
kain dungaree. Seringkali istilah “jeans” dan diciptakan oleh Jacop Davis dan
Levi Strauss pada tahun 1873. Sifat dari jean yaitu mudah dibersihkan,
memiliki kelenturan yang cukup baik untuk bahan celana.

6
3. Faktor yang menyebabkan
Faktor penggunan celana yang mengakibatkan keputihan(Fitrihana,2011)
a. Pas dibadan
Celana jenis jeans biasanya terbuat dari bahan yang elastis, jadi kalau dipakai pas
dengan badan.
b. Nyaman dipakai dengan jenis apapun
Lebih enak dan nyaman dipakai (misalnya waktu naik sepedah motor)
c. Kaki terlihat lebih jenjang
Jika kaki terlihat jenjang/panjang, wanita akan merasa lebih menawan. Itu
sebabnya wanita lebih suka memakai celana jeans.
d. Mengikuti prinsip SSC (style, comfort, convicience) dalam berbusana dalam
berbusana. Celana mengikuti mode tidak ketinggalan jaman, trendy banyak
pilihan model (style), penggunaan celana yang mengikuti mode sering disukai
wanita sekarang ini karena mereka lebih percaya diri dan lebih baik.
4. Bahaya penggunaan celana yang tidak tepat mengikuti mode (jeans)
Sepintas, orang yang memakai celana mengikuti mode memang kelihatan
keren dan modis. Selain itu, model celana yang mengikuti mode memang begitu
simple dan tidak membuat ribet. Seperti celana jeans yang disegani oleh remaja
putri, dibalik semua kelebihan yang dipunyainya terselip beberapa ancaman
berbahaya yang mengintai setiap pemakaiannya. Apaalagi jika celana jeans
digunakan oleh seseorang yang memiliki aktivitas padat dan selalu ingin
bergerak, tentu akan beresiko lagi. Adapun yang dikatakan normal, pada kreteria
berikut ini, penggunaan jeans kurang lebih 4 jam perhari, dan mengganti celana
dalam 2x sehari. Adapun bahaya pemakaian jeans pada wanita antara lain.
a. Menimbulka Iritasi dan Jamur
Di negara kita Indonesia, seseorang ternyata kurang baik jika menggunakan
celana jeans karena iklimnya yang tropis. Hal ini terjadi karena kulit akan sulit
bernafas jika menggunakan celana jeans sehingga cairan keringat yang keluar
banyak dan menyebabkan kulit menjadi lembab, menimbulkan iritasi dan jamur.

7
Dalam kondisi seperti ini memang jamur akan lebih mudah berkembang. Jika hal
ini telah terjadi, maka bisa mengakibatkan gatal-gatal pada kulit, utamanya pada
bagian pinggul sampai paha.
b. Menyebabkan Penyakit Paresthesia
Paresthesia adalah penyakit yang membuat penderitanya merasa kesemutan dan
merasa kepanasan seperti rasa terbakar. Penggunaan celana jeanslah yang
membuat penyakit ini bisa terjadi sehingga hal ini dapat membuat aliran darah
menjadi tidak lancar. Akibatnya kesemutan hingga mati rasa akan dialami,
termasuk pada bagian paha dan pinggul yang biasa terserang penyakit ini, karena
terlalu sering menggunakan celanan ketat.
c. Menimbulkan Penyumbatan Sirkulasi Darah
Memakai celana jeans bisa menimbulkan penyumbatan pada sirkulasi darah
karena pembuluh darah tertekan di sekitar paha, selangkangan serta pada organ
intim. Pada umumnya, sirkulasi buruk ini biasa disebut varises. Varises bukan
hanya terjadi akibat menggunakan sepatu berhak tinggi saja, tapi ternyata
memakai celana ketat juga dapat menjadi penyebabnya. Akibatnya, pembuluh
darah juga bisa membeku karena gangguan gerakan dibatasi oleh celana ketat.
Selain varises, menggunakan celana ketat juga bisa menimbulkan
pembengkakan.
d. Keputihan
Karena penggunaan celana jeans yang sering, sirkulasi darah tidak dapat masuk
sehingga vagina berkeringat dan menjadi lembab. Karena vagina menjadi
lembab, bakteri dan jamur akan cepat tumbuhb dan mengakibatkan keputihan.

8
B. Konsep Celana Dalam

1. Konsep Celana Dalam

Celana dalam adaalah yang dikenakan dibawah pakaian, sering sekali


langsung bersentuhan dengan kulit. Dipakai agara pakaian luar tidak terkotori oleh
keringat, tinja, urine, cairan vagina, air mani, dan lainnya. Pakaian dalam yang baik
adalah yang bersih yang bebas keringat, celana dalam harus diganti dua sampai tiga
kali sehari untuk menghindari bakteri pada celana yang digunakan dan mencegah
bakteri tersebut masuk ke organ genetalia. Gunakan pula celana dalam yang tidak
ketat dan bersih(liwellyn,2006).

Menurut , mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari, celana
dalam bisa diganti ketika celana dalam lembab, dan tidak nyaman untuk dipakai lagi.
Frekuensinya tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Jika suka berolahraga, pasti
celana dalam akan lebih cepat lembab, oleh karena itu harus lebih sering mengganti
celana dalam. Hal ini untuk mengurangi bau, kuman dan kelembapan yang tinggi
diarea vagiana.

Tidak mengganti celana dalam pada dasarnya bisa membuat kondisi vagina
menjadi lembab, akibatnya akan timbul infeksi dan peradangan pada vulva seperti
jamur, kuman, dan bakteri. Untuk menghindarinya, gunakan celaan dalam yang
terbuat dari bahan katun karena dapat menyerap keringat dengan ukuran yang pas
(tidak ketat, juga tidak longgar), dan bersih. Keringat yag timbul setelah beraktifitas
terus menempel pada organ intim, akibatnya akan timbul resiko infeksi jamur di
vagina dan vulva. Selain itu, infeksi jamur juga dapat rimbul karena rendahnya daya
tahan tubuh, pemakaian antibiotik, serta perubahan hormon menjelang dan sesudah
menstruasi. Indealnya ganti celana dalam dua kalai sehari setaiap selesai mandi.

9
2.Model dan Penggunaan Celana Dalam

a. Bikini

Model celana dalam yang satu ini, biasaa dipakai untuk sehari-hari saja atau
ada yang memekainya pergi ke GYM atau berolahraga diluar ruangaan. Selain itu,
wanita yang memakai celana dalam model ini biasanya lebih mementingkan soal
kenyamanan.

b. High-waist briefst

Celana dalam ini cocok dipakai bila ingin memakai gaun yang ketat dibagian
pinggang atau pinggulnya. Alasanya ialah agar perut terlihat kempis walaupun
membuat pinggang dan pinggul terlihat. Celana dalam ini cocok di pakai juga untuk
wanita yang memiliki perut buncit.

c. Hipster

Model celana dalam hipster melekat pas dipinggul, memiliki lebar yang
menutupi keseluruhan bokong. Bila ingin memakai jeans dengan model sepinggul,
pakai lah model hipster yang nyaman dibawah pusar untuk menghindari “balapan”
dengan celana dalam yang anda pakai.

3. Cara Memilih Celana Dalam

Salah memilih celana dalam bisa menimbulkan berbagai keluhan di organ


genetalia dan sekitarnya. Dari alergi hingga keputihan. Berikut ini cara memeilih
celana dalam yang tepat bagi kesehatan:

a. Sesuaikan Model Dengan Bentuk Tubuh

1) Bentuk Bokong
Kalau bentuknya turun dan lebar, celana dlaam model G-string jelas tidak cocok.
Tekanan gravitasi dari bokong malah akan menimbulakan gesekan anatara bagaian
penyangga dengan organ intim sehingga kulit gampang lecet.

10
2) Berperut Buncit dan Berpinggang Lebar
Pilih celana model full figure atau maksi karena melindungi seluruh are organ intim,
sehinnga nyaman dan sehat dipakai.
3) Langsing
Berbokong tinggi dan masih kencang boleh memilih model mini, untuk menimbulkan
kesan sexy atau sedang mengenakan guan pesta yang ketat, pilih model G-string atau
thong agar bentuk celana dalam tidak membentuk di gaun. Tetapi hindari memakai
model ini utuk waktu yang lama mengingat model ini tidak melindungi bagian bawah
sutuhnya.

b. Terbuat dari bahan katun

Celana dalam dari bahan katun masih tetap yang teraman sebagai celana
dalam sehari-hari, untuk yang berkulit sensitive sekalipun. Katun dapat menyerap
keringat dengan baik dan mudah dibersihkan. Bahkan katun menimbulkan rasa dingin
dan nyaman. Pemakaian celana dalam untuk sehari-hari dari bahan nilon sangat tidak
dianjurkan, mengingat tekstur bahannya membuat kegerahan. Celana dalam nilon
juga mudah menyebabkan area vagina lembab, sehingga bakteri dan jamur mudah
berkembang biak, karena bahan tidak mudah menyerap keringat.

c. Perhatikan Campuran Bahan

Kadang produsen memadukan bahan karun dan bahan kain seperti, spandek,
lcra, lateks, sutra, nilon, vinyl. Untuk membuat celana dalam menjadi stretch. Katun
memang yang paling bagus meski secara ekstetik kurang, karena tidak ada bahan
elastisnya. Pada bahan elastis menguntungkan untuk membentuk pokstur tubuh. Jika
ingin memelih celana dalam dengan campuran bahan yang bisa stretch. Asalkan lebih
banyak unsur katunnya. Dan penggunaannya tidak untuk waktu lama, karena bahan
yang elastis ini menghalangi proses penguapan sehingga kelembapan bertambah.
Pada mereka yang bersifat sensitive, capuran bahan di atas beresiko iritasi, tanda yang
biasanya muncul adalah bintik merah dan terasa panas serta gatal dikulit yang

11
terkontak langsung dengan celana dalam. Celana dalam brenda boleh saja digunakan,
tetapi untuk pemakaiana sehari-hari meski pada wanita kurus sekalipun, paslnya
bahan brenda lebih banyak menyimpan detergen bila dicuci sekalipun dibilas tidak
semuanya tervilas dengan baik dibandingkan dengan mencuci celana dalam berbahan
katun.

d. Perhatikan Ukuran Celana Dalam

Cari ukuran yang pas, jangan pilih celana dalam yang terlalu ketat atau terlalu
longgar, pastikan kulit tidak tertekan oleh celana dalam. Jika ada tand akulit tertekan
berati membutuhkan celana dalam yang lebih besar. Karet dibagian perut juga tidak
boleh terlalu ketat karena akan timbul akergi akibat tekanan karena pemakaian yang
terlalu ketat dan terus menerus.

Mengganti celana dalam biasanya dilakukan dua kali sehari setelah mandi.
Untuk menghindari kelembapan yang tinggi diare avagina, ada baiknya untuk
mengganti celana dalam sesering mungkin. Celana dalam bisa diganti ketika celana
sudah terasa lembab dantidak nyaman dipakai lagi frekuensinya tergantung pada
aktivitas yang dilakukan. Kebanyakan wanita cenderung lebih malas mengganti
celana dalam lebih sering, biasanya mereka lebih sering menggunakan pantyliner atau
celana dalam sekali pakai.

C. Konsep Keputihan

1.Pengertian Keputihan

Menurut (Kusmiran,2012) keputihan adalah gejala getah atau keluarnya


cairan vagina yang berlebih sehingga menyebabkan celana dalam basah. Keputihan
dalam istilah kedokteran di sebut Flour lAlbus atau Leukorrhea. Adalah keluarnya
cairan vagina yang berlebihan dan menimbulkan keluhan. Keputihan bisa bersifat
fisiologis (dalam keadaan yang normal), namun juga bersifat patologis (karena
penyakit). Dan keputihan tidak mengenal batas usia. Berapa pun usia wanita, bisa

12
terkena keputihan. Keputihan paling banyak dialami oleh wanita usia produktif. Tapi,
tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada anak-anak dan usia tua.

Keputihan merupakan salah satu gangguan pada orga reproduksi wanita.


Namun, keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari
suatu penyakit lain. Setiap wanita sekali waktu pernah mengalamai keputihan dalam
hidupnya, bahkan bayak yang sering mengalaminya.

Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan


beraneka ragam. Cairan yang keluar biasanya sangat banyak, sehingga harus berkali-
kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula
sangat sedikit. Warna cairan yang dikeluarkan juga berbeda-beda, tingkat kekentalan
cairan tersebut juga berbeda-beda, dari encer, kental, hingga menggumpal. Cairan
tersebut dapat pula berbau busuk, meskipun ada juga yang tidak berbau
(Bahari,2012).

Dalam keadaan normal, vagina mengeluarkan cairan atau lendir yang sedikit
jumlahnya. Lendir ini dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar cairan yang ada dalam serviks
( leher rahim) dan berguna menjaga agar dinding vagina selalu dalam keadaan basah.
Cairan vagina yang keluar secara normal mempunyai mepunyai fungsi untuk
pelindung dan lubrikasi (pelicin) keadaan ini bukan gejala keputihan. Karena pada
keputihan akan di jumpai rasa gatal, panas, iritasi, atau tidak adanya lesi yang
abnormal pada vagina. Dan juga pada keputihan akan didapatkan kuman panthogen,
parasit, jamur maupun sel ganas. Sebaliknya, bila terjadi gejala vagina merasakan
gatal, panas, iritasi, atau tidak adanya lesi yang abnormal pada vagina, serta
didapatkan kuman panthogen, parasit, jamur maupun sel ganas berarti terdapatv
penyakit lain atau keputihan. Cuaca yang lembab juga bisa mengakibatkan kejadian
keputihan(Ayuningsih,2009).

Beberapa wanita menyepelekan maslaah keputihan. Padahal keputihan dapat


menyebabkan hamil diluar kandungan dan kemandulan. Keputihan bisa juga gejala

13
dari kanker serviks. Menurut dokter khusus reproduksi wanita, keputihan juga dapat
mengakibatkan kematian (Andira,2010).

Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis penderita. Jika


keputihan tersebut erlangsung lama, penderita akan merasa malu, sedih, bahkan
rendah diri. Kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yag berlebih karena penderita
takut terkena penyakit seperti kanker. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya percaya
diri ( Bahari,2012),

2. Penyebab keputihan

Secara umum keputihan disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat seperti:

penggunaan tisu yang terlalu sering, pakaian berbahan sintesis yang ketat, WC
yang kotor, sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, membasuh
organ kewanitaan kearah yang salah, kelelahan, tidak segera mengganti pembalut,
stres, sabun pembersih yang berlebihan, lingkungan kotor, kadar gula darah yang
tinggi dan hormon yang tidak seimbang (Ayuningsih. 2009)

Keputihan yang abnormal disebabkan oleh kelainan alat kelamin sebagai


akibat cacat bawaan seperti rektovaginalis dan fistel vesikovaginalis, cedera
persalinan dan radiasi kanker genitalia, benda asing yang tertinggal di dalam vagina
seperti tertinggalnya kondom dan pesarium untuk penderita hernia, berbagai tumor
jinak yang tumbuh ke dalam lumen, pada menopause dikarenakan vagina yang
mengering sehingga sering timbul gatal dan mudah luka, dan beberapa penyakit
kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis mikro organisme dan virus tertentu,
diantaranya adalah:

a. Bakteri

1) Grandnerella Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak


lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
Menimbulkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan menghasilkan asam

14
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin. Peradangan yang ditimbulkan oleh
bakteri ini disebut Vaginosis bakterial.

2) Gonococcus Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya


Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan mikroskop tampak diplokok
(berbentuk biji) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat “gram
negatif”. Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual
(PHS/PMS/STD) yang paling sering ditemukan yaitu Gonorrhea. Pada laki- laki,
penyakit ini menyebabkan kencing nanah. Sedangkan pada perempuan menyababkan
keputihan.

3) Chlamydia Trachomatis Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab
penyakit mata yang disebut Trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam
cairan vagina yang menyebabkan penyakit uretritis non-spesifik (non-gonore).
Keputihan yang ditimbulkan bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila
dibandingkan dengan Gonorrhea. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan
bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan,
hingga kehamilan diluar kandungan.

b. Jamur Candida

Keputihan yang timbul berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di
sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Keputihan yang
disebabkan oleh jamur candida, paling sering oleh spesies albicans. Peradangan yang
ditimbulkan oleh jamur ini disebut Kandidosis vaginalis. Pada keadaan normal jamur
ini terdapat di rongga mulut, usus besar maupun dalam liang kemaluan wanita.
Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan.
Beberapa faktor dapat mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid,
hamil, minum antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat
kortikosteroid, dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

15
c. Parasit

Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning
kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal. Penularan
terjadi melalui hubugan seksual. Peradangan yang ditimbulkan oleh parasit ini
disebut Trichomoniasis. d. Virus Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan
oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi
HPV dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan
HPV tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit
Kondiloma akuminata yang disebut juga genital warts, kutil kelamin, veneral warts
( jengger ayam).

d. Stress (depresi)

Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi reseptor otak mengalami
strees maka hormonal di dalam tubuh akan mengalami perubahan keseimbanga dan
dapat menyebabkan timbulnya keputihan (Suparyanto,2010).

f. Pemakaian Celana Yang Tidak Tepat

Seperti memakai celana jeans yg terlalu lama dan sering dapat menyebabkan
udara tidak dapat masuk, sirkulasi darah terhambat, sehingga berkeringat dan vagina
menjadi lembab. Bakteri akan mudah tumbuh dan menyebabkan keputihan.

g. Jarang Mengganti Celana Dalam

Celana dalam yang jarang diganti akan menyebabkan vagina menjadi lembab
karena tidak dapat menyerap keringat. Bakteri akan tumbuh dan dpaat menyebabkan
terjadinya keputihan.

h. Kelelahan Fisik yang berat

Karena terlalu kelalahan daay tahan tubuh akan melemah.

16
i. Penggunaan Pembersih Vagina Yang Berlebih

Penggunaan pembersih organ kewanitaan dapat memperbesar resiko


terjadinya infeksi pada vagina, karena cairan tersebut akan menyebabkan bakteri
alami yang bverguna membersihkan area vagina menjadi mati dan Ph keseimbangan
vagina menjadi terganggu.

3. Klasifikasi Keputihan

Menurut Ayuningsih (2010),yaitu:

a. Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, mendapatkan


ransangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil atau mengalami kelelahan.
Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan, tidak berbau dan tidak
terasa gatal. Keputihan semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak
diperlukan tindakan medis tertentu.

b. Keputihan abnormal (patologis)

Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, warnanya


putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal dan pedih,
terkadang berbau busuk atau amis. Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala
adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi,
polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing. Namun
tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan.

17
Tabel 2.1 perbedan keputihan fisologis dengan keputihan patologis.

Kategori Keputihan Fisiologis Keputihan Patologis


Jumlah Wajar, tidak terlalu banyak Berlebihan dan terus-menerus
Warna Bening, cemderung tidak bewarna Putih susu,kekuningan, kuning
kehijauan.
Bau Tidak berbau Berbau amis sampai busuk
Gatal Tidak menimbulkan gatal Menimbulkan rasa gatal bahkan
sampai perih, dan juga iritasi.
Waktu Hanya beberapa waktu tertentu: Tidak spesifik, dan terjadinya
1. Saat hamil terus menerus selama belum
2. Sebelum atau sesudah dilakukan pengobatan.
menstruasi.
3. Jika terangsang atau
berhubungan seksual
4. Saat stress melanda
(Elmart,2012)

Terdapat berbagai macam keputihan berdasarkan jenis cairan yang dikeluarkan,


yaitu:

1) Keputihan yang cair dan berbusa, bewarna kuning kehijauan atau keputih-putihan,
berbau busuk, disertai rasa gatal. Penyakit ini menimbulkan rasa seperti terbakar di
daerah kemalauan saat buang air kecil.kadang-kadang alat kelamin terasa sakit dan
membengkak.
2) Cairan keputihanyang bewarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti jamur
atau ragi roti. Keadaan ini menunjukkan adanya infeksi yang disebabkan oleh jamur

18
di kemaluan seorang wanita. Penderita akan merasakan efek gatal yang hebat, bibir
kemaluan sering terlihat merah terang dan sanagt terasa sakit.
3) Cairan keputihan yang kental seperti susu dengan bau yang amis keadaan ini
dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus. Diperlukan
pemeriksaan khusus untuk membedakan infeksi Trichomonas.
4) Cairan keputihan yang encer seperti air, bewarna coklat dan keabu-abuan dengan
bercak darah, berbau busuk. Merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih parah, atau
mungkin kanker. Jika timbul panas, gunakan antibiotik ampicillin.

Perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi


hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit
seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan
terganggu. Bakteri ini memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding
vagina sehingga mengakibatkan keadaan pH vagina basa dan menjadikan kuman
penyakit berkembangdan hidup subur didalam vagina (Sibagariang,2010).

4. Pencegahan Keputihan

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan:
(Tarwoto. 2010)

a. Mejagalah selalu kebersihan disekitar organ intim. Seusai buang air kecil, basuhlah
vagina dengan air bersih dan segera keringkan sebelum memakai celana dalam.
b. Gunakan celana dalam yang menyerap keringat dan nyaman untuk anda gunakan
sehingga tidak menimbulkan stress akibat memikirkan urusan gerah bagian dalam.
c. Gantilah celan daloam setiap kali terasa sudah lembab, terutama bula habis aktivitas
fisisk yang memlelahkan dan mengeluarkan banyak keringat.
d. Jangan menaburkan bedak pada vagina karena akan masukm kemana-mana
menyebabkan jamur bakteri tumbuh dibanyak tempat.

19
e. Jangan terlalu lama memakai jeans karena menyebabkan daerah disekitar vagina
menjadi lembab dan sirkulasi didalam tubuh tidak baik.
f. sering-sering mengganti pembalut ketika haid.
g. menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
h. menjaga kebersihan alat kelamin.
i. menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kesetabilan pH disekitar vagina.
j. membilas vagina kearah yang benar.
k. menghindari membilas vagina ditoilet umum, mengeringkan vagina sebelum
menggunakan celana dalam.
l. mengurangi konsumsi makanan manis.
m. menghindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain.
n. gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual jika sudah terkena keputihan.
o. menggunakan obat yang mengandung estrogen bagi wanita yang sudah memasuki
masa menoupose.

5. Penanganan Keputihan
Menurut Bahari (2012), pengobatan keputihan terdiri dari:
a. Pengobatan Moderen
Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa tindakan pengobatan moderen
yang bisa dilakukan. Diantaranya:
1) Obat-obatan
Berikut berbagai jenis obat yang bisa digunakan mengatasi keputihan:
a. Asiklovir
Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus herpes.
b. Podovilin 25%
Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh kondiloma.
c. Larutan asam Thrikloro-Asetat 40-50% atau salep Asam Salisilat20-40%
(digunakan dengan cara dioleskan).
d. Metronidazole

20
Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri
Comonas Vaginalis dan Gardnerella.
e. Nistatin, mikonazole, klotrimazole, dan friconazole.
Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur
Candida Albican.
2) Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik hanya berfungsi membersihkan cairan keputihan yang
keluar dari vagina, larutan ini tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun
menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.
3) Hormon Estrogen
Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dan krim.
Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki
masamenopause atau lanjut usia.
4) Operasi Kecil
Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor jinak,
misalnya papilloma.
5) Pembedahan
Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker
serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu, metode pengobatan ini juga
dilakukan dengan mengacu pada stadium kankernya.
b. Pengobatan Tradisional
Metode pengobatan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan
beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui dengan mudah di alam sekitar,
berikut ini:
1) Oleskan ampas mangga masak ke daerah vagina dan biarkan beberapa saat,
sebelum membilasnya dengan air.
2) Makan satu atau dua buah pisang masak setiap hari secara rutin.
3) Minum segelas jus cranberry segar, sebaiknya tanpa gula, setiap hari.

21
4) Mengkonsumsi rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, dan sebagainya. Saat
mengkonsumsi makanan ini sebaiknya dalam bentuk mentah, atau dikukus sebentar.
5) Bersihkan derah vagina dengan perasan jeruk lemon dan air.
6) Daun kasingsat muda dikukus kemudian dimakan sebagai lalapan.
7) Rebus 30 gram akar bunga matahari dalam 4 gelas air hingga tersisa 2 gelas.
Minum airnya 2 kali sehari.
8) Daun sirih direndam selama satu jam dalam air panas lalu didiamkan hingga dingin
untuk membersihkan daerah vagina. Lakukan setiap hari pagi dan sore hari.

6. Komplikasi Keputihan

Menurut Manuaba (2009), akibat yang sering ditimbulkan akibat keputihan sebagai
berikut:

a. Gangguan Psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan
kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak
percaya diri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
b. Infeksi Alat Genetalia
1) Vulvitis
Sebagaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi lokal.
Penyebab secara umum adalah jamur. Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit dan
infeksi kelenjar bartolini. Infeksi kulit akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna, membengkak, terasa nyeri, kadang-kadang nampak
bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak. Infeksi kelenjar bartolini
terletak dibagian bawah vulva.

2) Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, parasit atau jamur. Infeksi ini sebagain besar terjadi karena

22
hubungan sekseual. Tipe vaginitis candidiasis dan tricomonas vaginalis.
vaginitis candidiasis merupakan keputihan yang kental, bergumpal, terasa
sangat gatal dan mengganggu, pada dinding vagina sering dijumpai membran
putih bila dihapuskan dapat menimbulkan pendarahan, sedangkan
tricomonas vaginalis merupakan keputihan yang encer samapai kental,
kekuningan, gatal, dan berbau.
3) Servikalis
Merupakan infeksi dari serviks uteri. Infeksi serviks sering terjadi
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena
hubungan seksual. Keluhan yang dapat dirasakan pada keputihan, mungkin
terjadi kontak bledding saat berhubungan seksual.
4) Penyakit Radang Panggul (pelvic inflammantory disease)
Merupakan infeksi alat genetalia bagian atas wanita, terjadi akibat
hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut, menahun, atau akhirnya
akan menimbulkanberbagai penyakit yang berakhir dengan terjadinya
perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-tanda yaitu
nyeri yang menusuk-nusuk dibagian bawah perut, mengeluarkan keputihan
dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat, nadi meningkat, dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam bats normal. Penentuan ini lebih akurat
bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkan keganasan.

5) Infertilitas
Infertilitas adalah setelah setahun berumah tangga dengan
persetubuhan yang tidak memakai pelindung, tetapi belum terjadi kehamilan,
infertilitas dapat disebabkan oleh banyak faktor. Infertiltas disebabkan oleh
kelainan pada suami atau pada istri mungkin juga pada
keduanya(Manuba,2009).

23
D. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja sering disamakan dengan istilah adolesence, yaitu suatu


keadaan yang menggambarakan suatu periode perubahan psikososial yang menyertai
pubertas (Soetjiningsih, 2007). Adolesence merupakan istilah dalam bahasa Latin
yang menggambarkan remaja, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Adolescence sebenarnya merupakan istilah yang memiliki arti yang
luas yang mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik (Hurlock,
2012).

Remaja dalam psikologi diperkenalkan dengan istilah lain seperti puberteit,


adolescense, dan youth. Remaja atau adolescense (inggris), berasal dari latin
“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan
psikologi(Kumalasari,2012).

WHO (2017) mendefinisikan remaja sebagai masa tumbuh kembang manusia


setelah masa anak-anak dan sebelum masa dewasa dalam rentang usia 10-19 tahun.
Berbeda dengan pendapat Efendi dan Makhfudli (2009) yang menyatakan bahwa
remaja tidak diukur berdasarkan usia, namun berdasarkan status pernikahan dan
tingkat ketergantungannya terhadap orang tua. Jika seseorang menikah pada usia
remaja, maka ia sudah termasuk dewasa, tidak lagi dikatakan sebagai remaja.
Sebaliknya jika seseorang tersebut belum menikah, masih bergantung pada orang tua
(tidak mandiri), namun usianya sudah bukan lagi remaja maka tetap masuk dalam
kategori remaja.

24
Remaja menurut hukum, sesuai Undang-Undang Kesejahteraan Anak (UU
NO.4/1978) misalnya, menganggap semua orang dibawah usia 21tahun dan belum
menikah. Sebagai anak-anak karena berhak mendapatkan perlakuan dan kemudahan-
kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (pendidikan, perlindungan dari orang tua
dan lain-lain). Tetapi batas usia ini lebih rendah yaitu 16 tahun, dalam UU
Perlindungan Anak No.21/2002 pasal 1(Sarwono,2011).

Adapun tugas perkembangan remaja adalah:(Jahja, 2012)

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.


b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kolompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala
nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-
kanakan.

Berdasarkan uraian diatas, tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap, berperilaku secara dewasa, sekurang-kurangnya dalam masalah hak,
integrasi dalam masyaraka, dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya
dipenuhi.

2. Ciri-ciri Remaja

Menurut Hurlock (dalam Tarwoto, et al. 2010), ciri-ciri remaja sebagai berikut :

25
a. Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara
berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan lagi
seorang dewasa. masa ini merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi
waktu para remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku,
nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan


Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pasti, perubahan perilaku
dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja,
yaitu perubahan emosi,peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi
ambivalen).

c. Masa remaja dalah masa yang penuh masalah


Masalah remaja menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi
karena belum jelas terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta
bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya di
masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin
memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin
mempertahankan dirinya pada kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yangt idak rapi, tidak
dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang
dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan
membuat masa peralihan remaja ke masa dewasa menjadi sulit, karena orang tua

26
yang mempunyai pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga
menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik
dalam melihat dirinya maupun orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi
menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa dewasa adalah ambang masa remaja
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang
dan memberi kesan sebagai seorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan
dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya
dalam berpakaian dan bertindak.

3. Batas Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa 13
remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia
masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17
tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan
pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada
perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun.

Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada


anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih
singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak
perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya

27
dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat
berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling


mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari
masalah pokok ini, WHO menetapkan batasan usia remaja (Kumalasari,2012).

Sarwono (2011) mengatakan ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja
awal (usia 11-14 tahun) sedangkan pertengahan (usia 15-17 tahun) dan remaja akhir
(usia 18-20 tahun). Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja
dalam rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu remaja awal, remaja
madya, dan remaja akhir yaitu:

a. Remaja Awal (Early Adolescence)


Remaja yang berusia berkisar 11-13 tahun, dimana pada masa adalah masa
yang paling penting untuk mengetahui pendidikan seks, karena masa ini
remaja cepat tertarik dengan lawan jenis dan mudah teransang secara erotis.
Oleh karena itu, anak remaja penting untuk mengetahui pendidikan seks sejak
dini (Sarwono, 2011).
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Remaja yang berusia berkisar 14-16 tahun, masa ini adalah masa mengenal
diri sendiri, menjauhkan diri dari keluarga dan lebih senang bergaul dengan
teman-temannya. Remaja mungkin tidak mau berbagi perasaan mereka
dengan orangtuanya, jika tidak ditangani secara serius dapat menimbulkan
kesenjangan dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya terhadap orang
lain. Pada masa ini remaja memerlukan informasi tentang penularan penyakit
menular seksual (Sarwono,2011).
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Remaja yang berusia berkisar 17-20 tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol
oleh karena masa ini merupakan masa menuju periode dewasa. Pada masa ini

28
remaja mengenal dirinya sendiri, tahu apa yang menjadi minatnya, mau
bersosialisasi dengan orang lain, tidak terlalu egois terhadap keinginannya
sendiri, dan dapat membedakan antara hal yang pribadi dengan hal yang
umum (Sarwono, 2011).

Menurut Qylaqasandra (2011) tahap ini adalah masa menuju dewasa yang ditandai
dnegan pencapaian, antara lain:

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual.


b. Ego mencari kesepakatan untuk bersatu dengan orang lain didalam
pengalaman baru.
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak berubah lagi.
d. Egosetrisme (terlalau memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan anatara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

29
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual tentang hubungan penggunaan celana dengan
kejadian keputihan pada Siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4
Surabaya sebagai berikut:

Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputihan:

a. Bakteri
Faktor-gaktor yang
mempengaruhi b. Jamur
penggunaan celana: c. Parasit
d. Stress (depresi)
a. Pas dibadan e. Pemakaian
b. style Celana Tidak Kejadian
Tepat keputihan
c. comfort
d. convicience f. Jarang Mengganti
e. Kaki terlihat Celana Dalam
lebih jenjang g. Kelelahan Fisik
f. Bahaya yang berat
penggunaan h. Penggunaan
celana yang Pembersih
tidak tepat Vagina Yang
mengikuti Berlebih
mode (jeans)

Sumber: (Fitrihana,2011)

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

30
: Mempengaruhi

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Pemakaian Celana Dengan


Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan celana meliputi Pas dibadan,


style, comfort, convicience, kaki terlihat lebih jenjang. Sehingga mempengaruhi
seorang wanita untuk menggunakan celana yang tidak tepat seperti jeans.
Penggunaan celana merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan diantara
ketidakseimbangan hormon.Terdapatnya bakteri, jamur, parasite, stress (depresi).
Kebiasaan, pemakaian celana yang tidak tepat (jeans), jarang mengganti celana
dalam, penggunaan pembersih vagina yang berlebih. Saat tubuh kelelahan fisik yang
berat. Sehingga menyebabkan terjadinya keputihan. Fokus penelitian ini adalah
menganalisis hubungan frekuensi pemakaian celana dengan kejadian keputihan pada
siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam peneliat ini adalah ada hubungan pemakaian celana dengan
kejadian keputihan pada siswi kelas XII IPA II SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

31
BAB 4

MENTODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Bangun Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan cross
sectional. Jenis penelitian ini berupaya untuk mengetahui di mana variabel
independen dan variabel dependen dinilai hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam,
2013). Pada rancangan ini menjelaskan tentang hubungan penggunaan celana pada
variabel independen dengan kejadian keputihan pada variabel dependen. Dalam
rancangan ini peneliti melakukan penelitian yang pengukuran dan waktu pengamatan
dilakukan pada satu saat (sekali waktu) dan bertujuan untuk mengetahui hubungan
dua variabel anatar independen dan dependen.

B. Populasi Penelitian
Pada penelitian ini populasinya adalah semua siswi kelas XII IPA II di SMA
Hang Tuah 4 Surabaya sebesar 50 siswi.
C. Sample, Besar Sample dan Cara Pengambilan Sample
1. Sample
Pada penilitian ini sampelnya adalah seluruh siswi kelas XII IPA II di SMA
Hang Tuah 4 Surabaya.
2. Besar Sample
Besar sample yang diambil dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumusan
sebagai berikut:
N
n=
1 + N(d)2

Keterangan :

32
N= Besar Populasi

n= Besar Sample

d= Tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan (a=0,05)\

Diketahui:

N= 50

D2=0,052=0,0025

ditanya: n ?

Jawab:

n= 50

1 + 50(0,05)2

= 50

1 + 50(0,0025)

= 50

1 + 0,125

= 50

1,125

= 44 siswi

3. Cara Pengambilan Sample


Pengambilan sample dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
nonprobabality sampling dengan teknik purposive sampling. Peneliti memilih kelas
yang mayoritas perempuan yakni di kelas XII IPA II. Peneliti mengumpulkan

33
responden sebanyak 36 responden dengan teknik purposive sampling dan sesuai
dengan kreteria.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di SMA Hang Tuah 4 Surabaya. Adapun alasan
memilih lokasi penelitia ini adalah:
a. Terdapat pravalensi penderita keputiha yang cukup tinggi dilokasi tersebut.
b. Lokasi dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2020
a. Kreteria Inklusi:
1) Responden yang hadir
2) Responden yang bersedia
3) Responden yang mengalami kejadian keputihan
b. Kreteria Eksklusi:
1) Responden yang tidak hadir
2) Responden yang memakai pembersih vagina

34
E. Kerangka Operasional Penelitian
Kerangka operasional pada penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Populasi
Semua siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya
sebanyak 50 orang

Sampling
Nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling

Sample
Sebagian siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya
sebanyak 36 siswi

Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

Pengolahan Data
Dilakukan dengan Editing, coding, tabulating

Analisa Data
Analisa data yang digunakan analisis uji chi square

Hasil Penelitian

Simpulan dan Saran

Gambar 4.1 Kerangka operasional penelitian hubungan pemakaian celana dengan kejadian
keputihan pada siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah Surabaya.

35
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Jenis Variabel
a. Variabel Independen (bebas atau tidak tergantung)
Variabel independen pada penelitian ini adalah pemakaian celana.
b. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputihan .
2. Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi operasional pemakaian celana dengan kejadian keputihan


Pada siswi kelas XII IPA II di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.
Variabel Definisi Kategori dan Skala
Operasional Kreteria Pengukuran
Independent Celana bagian 1. Normal, jika Nominal
Penggunaan dalam yang tidak ditemukan
celana menutupi salah satu ≥
pinggang atau kretria dibawah
lutut. Celana ini:
bagian luar yang a.Menggunakan
menutupi celana ≤ 4jam
pinggang atau perhari atau 1-84
lutut atau sampai jam perminggu.
mata kaki yang b. Mengganti
melekat atau celana dalam dua
membentuk kali dalam sehari
bagian tubuh. 2. Tidak normal,
Penggunaan jika ditemukan
celana normalnya salah satu atau ≥
ialah 3-4jam kreteria dibawah
dalam sehari. ini:

36
Sedangkan untuk a.Menggunakan
penggunaan celana ≥ 4jam
celana dalam, perhari atau 85-
normalnya 168 jam
mengganti 2kali perminggu.
dalam sehari. b.Mengganti
celana dalam ≤
dua kali dalam
sehari.
Dependent Cairan yang 1. Keputihan Nominal.
Kejadian keluar dari fisiologis
keputihan vagina. Yang (normal) jika
dapat dilihat dari: tidak ditemukan
a. Berdasarkan salah satu atau ≥
jumlahnya, tanda gejala
b. Berdasarkan dibawah ini:
warnanya a. Jumlahnya
c. Berdasrkan wajar dan tidak
sifatnya terlalu banyak.
(gatal,bau), b. Encer
d. berdasarkan c. Bewarna
waktunya (terjadi bening atau tidak
beberapa waktu, bewarna.
terjadi secara d. Tidak berbau.
terus menerus). e. Tidak
menimbulkan
rasa gatal.

37
2. Keputihan
patologis (tidak
normal) jika
ditemukan salah
satu ≥ gejala ini:
a. Jumlahnya
berlebihan.
b. kental.
c. Bewarna putih
susu,
kekuningan,
kuning
kehijauan.
d. Berbau amis
sampai busuk
e. Menimbulkan
rasa gatal
f. Menimbulkan
iritasi atau
kemerahan di
sekitar vagina .

G. Instrumen Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan
untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan tentang pribandinya

38
atau suatau hal yang diketahui (Arikunto,2010). Variabel penggunaan celana dan
variabel keputihan diukur dengan menggunakan kuisioner. Kusioner terdiri dari
6 pertanyaan tentang penggunaan celan, dan pertanyaan tentang kejadian
keputihan.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu telah mendapat


surat izin penelitian dari pihak Univeritas Nahdlatul Ulama Surabaya.

2. Setelah mendapat surat izin, peneliti menyerahkan pada wakil kepala


sekolah SMA Hang Tuah 4 Surabaya.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti memasuki kelas yang dipersiapkan oleh guru BK , peneliti


menanyakan siapa saja yang pernah mengalami keputihan, dan mencari
responden siapa saja yang sering menggunakan celana dalam aktivitasnya.

2. Melakukan pendekatan pada responden.

3. Menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

4. Responden yang bersedia diminta untuk menanda tangani lembar


persetujuan responden.

5. Peneliti mengumpulkan sebanyak 36 responden yang sesuai dengan


kriteria, lalu peneliti membagikan kuesioneryang telah disiapkan dan
responden diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur sesuai
dengan keadaan atau pengalan yang dirasakan.

39
H. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari responden, kemudian dilakukan pengolahan data


adan analisis data dengan tahap sebagai berikut:

a. Editing

Memeriksa apakah semua pertanyaan peneliti sudah dijawab atau belum,


serta jawaban yang ditulis dapat debaca secara jelas dari jumlah responden sebanyak,
jika kuisioner sebagian masih belum ada yang diisi, maka belum dapat dimasukkan
dalam pengkodian atau tahap selanjutnyab. Dan data dapat diberikan lagi pada
responden atau memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing ini dapat NM pada tahap pengumpulan data atau sesudah data kumpul.

b. Coding

Mengklasifikasikan hasil observasi ke dalam kategori dengan cara memberi


tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing hasil sehingga memudahkan
pengolahan data. Dikataakan penggunaan celana normal kode 1, penggunaan celana
ketat tidak normal kode 2, sedangkan pada kejadian fisiologis kode 1, dan kejadian
patologis kode 2.

c. Proccessing

Kegiatan memproses data agar dapat dianalisis, dilakukan dengan


memasukkan data dari kusioner ke paket program komputer antara lain dengan SPSS
for window.

40
d. Cleaning
Cleaning (pembersih data) merupakan kegiatan mengecek kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan
terjadi paad kita yang mengentry data ke komputer.

e. Tabulating
Tabulating data meliputi proses penyusun data kedalam bentuk tabel pada
tahap ini data dianggap telah selesai diproses dan harus segera disusun kedalam
format yang telah dirancang.
2. Analisa Data
Penelitian ini, data proses dengan mengguanakan chi square dengan tingkat
kesalahan 𝛼 = 0,05. Kreteria penelitian hipotesis h0 ditolak jika nilain signifikannaya
𝜌 < 𝛼, yang berarti ada hubungan pemakaian celana dengan kejadian keputihan pada
siswi kelas XII di SMA Hang Tuah 4 Surabaya.
Pengolahan data dapat berbentuk presentase, kemudian diinterprestasikan
dengan menggunakan skala kuantitatif sebagai berikut (Arikunto,2010).
0% : Tidak ada satupun
1-25% :Sebagian kecil
26-45% :Hampir setengah
50% : Setengah dari
51-75% : Sebagian besar
76-99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya
I. Etika Penelitian
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada
seluruh responden yang diteliti, dengan tujuan agar responden mengetahui maksud

41
dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan
data.
2. Anomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya diberi kode
pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Kerahasiaan responden dijamin oleh penelit, hanya kelompok data tertentu
saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

42
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningsih, F., Teviningrum, S., Krisnawati, I. 2010.Cara Holistik dan Praktis. Atasi
Gangguan Khas Pada Kesehatan Wanita. Jakarta: PT Bhuana. Ilmu Populer.
Andira, Dita (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta.
A Pluss Books.
Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:
Pt Asli Manasatya.
Bahari(2012). Cara Mudah Atasi Keputihan. Yoyakarta:Pustika.
Elmart, Foezi, Citra Cuaca (2012). Mahir Menjaga Organ Intim Wanita. Solo:
Tinta Media.
Fitrihana, Noor. 2011. Memilih Bahan Busana. Klaten: PT Intan Sejati.
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Hadisurya,Irma. 2013. Kamus Mode Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Jahja, Y. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reprosuksi Remaja Wanita. Jakarta: Salemba
Media.
Kumalasari, Intan. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Nursalam, 2013. Mentode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: Salemba Media.
Sarwono.S.W. 2011.Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: EGC.
Sibagariang. 2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma
Kesehatan. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Suparyanto. (2010). Konsep Pola Asuh Anak. (Online) http//:drsuparyanto.blogspot.com.
diakses pada Selasa tanggal 27 Maret 2020 pukul 10.15 WIB.
Tarwanto. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Media.
Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisa Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana.

43

Anda mungkin juga menyukai