Anda di halaman 1dari 2

PEMUPUKAN PADA TANAMAN JAGUNG

PENDAHULUAN
Budidaya jagung merupakan salah satu kegiatan dibidang pertanian yang terbukti sangat
menguntungkan bagi petani. Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan usahatani
jagung sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi. Komponen
teknologi budidaya jagung yang telah dihasilkan baik yang sifatnya komponen dasar ataupun
komponen pilihan sangat erat kaitannya antara  satu dengan yang lainnya.
          Begitu pula dengan komponen pengolahan hara dan air yang masuk dalam
komponen dasar sangat diperlukan dalam pertanaman jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman
yang relatif banyak membutuhkan hara agar dapat tumbuh  dan berproduksi optimal sehingga
pemupukan merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung pada lahan sawah
maupun lahan kering dengan berbagai jenis tanah.
PEMUPUKAN
          Kunci utama dalam budidaya tanaman pangan dan hortikultura adalah pada
kegiatan pemupukan. Pemberian bahan organik sebanyak 1,5 – 3 ton/ha pada tanaman jagung
sangat penting dilakukan karena kandungan bahan organik pada lahan pertanian intensif umumnya
tergolong rendah. Pemberian pupuk kandang sebanyak tidak mudah dilakukan petani, karena terkait
dengan pengadaan, harga, maupun pengangkutan, sehingga perlu dicari teknik pemberian pupuk
organik yang lebih mudah dan murah. Menurut Adil (2003), pemberian pupuk organik sebagai
penutup bagi jagung pada lubang atau tempat benih  dapat menguntungkan.
          Hasil penelitian di Maros dengan menggunakan tiga varietas hibrida dan dua
varietas komposit menunjukkan bahwa takaran pupuk urea yang optimal untuk hibrida adalah 420
kg/ha dan komposit 350 kg/ha dengan  aplikasi tiga kali (7,25,40 HST) di tugal disamping tanaman
dan di tutup tanah.
 
PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN (BWD)
          Takaran pupuk urea ini masih dapat diefisiensikan bergantung pada tingkat
kesuburan lokasi penanaman dengan cara menggunakan Bagan Berwarna Daun (BWD) seperti berikut
ini »
: Pada awal pertanaman (± 7 HST), tanaman dipupuk N sebanyak 110 kg Urea/ha, bersamaan
dengan pemberian pupuk SP-36 sebanyak 200 Kg/ha, ZA sebanyak 50 Kg/ha dan KCl dengan takaran
sebanyak 50umur
» Pada Kg/ha.
28-30 HST, tanaman dipupuk 170 kg urea/ha di tambah dengan KCl sebanyak 50
Kg/ha..
» Pada umur 40-50 HST (bergantung umur varietas) dilakukan pemantauan warna daun
menggunakan BWD.
» Daun yang akan dipantau warnanya adalah daun yang telah terbuka sempurna (daun ke 3 dari
atas).
» Pilih 20 tanaman
Lindungi secara acak
daun diletakan apada
diatas setiap
BWD, petakan
bagian daunlahan (± 1,0 ha).
yang dipantau adalah 1/3 dari ujung daun,
kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang yang paling sesuai dengan warna
daun dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2-5. Jika warna daun berada diantara skala 2 dan 3
digunakan nilai 2-5,
» Rata-rata nilaidiantara 3 dan
skala dari 4 gunakan
20 daun nilai 3,5 Nilai
yang diamati. dan diantara
rata-rata4skala
dan 5digunakan
gunakan nilai 4,5.
untuk
menentukan tambahan
» Tambahan pupukpupuk urea.
urea berdasarkan hasil pemantauan segera dilakukan dengan takaran berikut
ini :

 
Tabel 1.  Takaran pupuk urea berdasarkan skala BWD

Skala Pada BWD      Takaran Pupuk Urea (Kg/ha)


Page 1/2

Published on cyber extension - Pusluhtan Kementan | Email Sekretariat : cyberextension@gmail.com


                                  Hibrida         Komposit

           4,0                    158               56

           4,1                    142               49

           4,2                    124               41

           4,3                    102               28

           4,4                     76                 8

           4,5                     31                 0

           4,6                       0                 0

 
Sumber Syafrudin dan Saenong (2006)
 
PENGAIRAN
          Pemberian air diperlukan jika tanaman menunjukkan gejala kekurangan air
(daun mulai menggulung), terutama sesaat setelah aplikasi pupuk. Pendistribusian air sebaiknya
dilakukan melalui alur-alur diantara barisan tanaman yang telah dibuat saat pembumbunan. Pada
musim kemarau tanaman jagung memerlukan pengairan 6-8 kali tergantung tekstur tanah dan saat
tanam.
          Selain itu keberadaan air yang dewasa ini semakin menjadi masalah bagi petani,
memerlukan teknologi pengelolaan air yang efisien. Disebut efisien baik dari segi  penggunaan atau
cara aplikasi maupun dari segi tenaga kerja/ dan pembiayaan.Tekhnik pengairan pada tanaman
jagung dengan pembuatan alur mampu meningkatkan efisiensi irigasi hingga 90%. Pembuatan
alur-alur diantara barisan tanaman jagung tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan traktor
ataupun cangkul.
Ditulis Oleh             : Feriadi, S.P. (BPTP. Kep. Babel)
Sumber Bacaan       : BALITSEREAL MAROS
                              
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/teknologi-budidaya-    
                               jagung-provitas-tinggi/ diakses
tanggal 24 September 2019
Sumber Gambar      : Koleksi Feriadi, S.P.

Page 2/2

Published on cyber extension - Pusluhtan Kementan | Email Sekretariat : cyberextension@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai