Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INOVASI BUDIDAYA PADI SAWAH

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ir.H.Sunadi,Mp

DISUSUN OLEH :
Yori Arpami
Mufti Noverizal
Nofri Yeni

KELOMPOK X

UNIVERSITAS TAMAN SISWA PADANG


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
2021/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi teman-teman seperjuangan. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari teman-teman demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2021

Penyusun

Kelompok X
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..........…..

KATA PENGANTAR……………..……………………………………........…...….

DAFTAR ISI…..………………………………………………….....….........….……
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................……....……...................…....................…........

Rumusan Masalah….……………………...…….....…..........................................

Tujuan……………………………………...………….........................................

BAB II PEMBAHASAN

Penyiapan Benih ………………………………………………………………..


Persemaian ………………………………………………………………..
Pengelolahan Lahan ………………………………………………………………..
Penanaman ……………………………………………………………….
Pemupukan ……………………………………………………………….
Pengendalian Gulma ……………………………………………………………….
Pengendalian OPT ……………………………………………………………….
Panen ………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Potensi sub sektor pertanian di Kabupaten Pesisir Selatan tergolong tinggi, mengingat
ketersediaan lahan untuk kegiatan pertanian masih cukup tersedia, termasuk dalam hal ini
adalah untuk peruntukan lahan sawah. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan lahan lahan
pertanian yang belum optimal. Potensi lahan untuk subsektor pertanian lahan basah untuk padi
sawah tersedia 14.988 ha. Lahan basah yang sudah dibuka sekitar 11.000 ha dan yang baru
dimanfaatkan sekitar 8.000-an ha. di Kabupaten Pesisir Selatan terus melakukan upaya
peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal sawah.
Perluasan areal sawah baru yang diiringi implementasi teknologi pertanian dapat
meningkatkan produksi padi.

B. RUMUSAN MASALAH
Budidaya padi di Kabupaten Pesisir Selatan masih tergolong tradisional dimana petani
belum sepenuhnya mengikuti teknik budidaya yang direkomendasikan.

C. TUJUAN
Agar dapat meningkatkan produktivitas perlu ada inovasi teknologi budidaya padi sawah
yang dapat diterapkan oleh petani sesuai spesifik lokasi, sehingga dapat diterapkan dengan
mudah.
BAB II
PEMBAHASAN
BUDIDAYA PADI SAWAH

A. PENYIAPAN BENIH

• Gunakan benih bermutu/berlabel.


• Pemilahan benih menggunakan larutan ZA dengan konsentrasi 225 g/liter air atau larutan
garam dengan konsentrasi 30 g/liter air. Benih yang terapung dibuang, sedangkan benih
yang digunakan hanya yang tenggelam.Selanjutnya benih dibilas dengan air, kemudian
direndam selama 24 jam, dan setelah itu ditiriskan/diperam sampai ada tanda putih pada
pangkal benih (24-48 jam) lalu disebar di persemaian.
• Pada daerah yang endemik hama atau penyakit disarankan melaksanakan perlakuan benih
dengan pestisida berbahan aktif fipronil atau fungisida. Setelah direndam 24 jam benih
ditiriskan dan dicampur regent 50 sc dengan dosis 12,5 cc/kg benih sebelum diperam.

B. PERSEMAIAN

• Luas persemaian untuk 1 ha adalah 400 m2


• Bedengan lebar 1,0 – 1,2 m panjang disesuaikan keperluan.
• Tambahkan 2 kg/m2 bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
memudahkan pencabutan bibit.
• Setelah umur bibit 15 – 20 HSS, bibit siap dipindahkan ke lahan pertanaman.

C. PENGOLAHAN LAHAN
• Lahan sawah disiapkan dengan cara pengolahan tanah sempurna dan apabila tidak
memungkinkan, maka tanah dapat diolah minimal atau tanpa olah tanah.
• Dalam pengolahan tanah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:
• ketersediaan air,
• waktu tanam perlu serempak agar sesuai dengan pola di wilayah setempat.
• jenis dan tekstur tanah.

D. PENANAMAN

• Umur bibit < 21 HSS. Tanam bibit muda tidak dianjurkan pada lahan yang draenasenya
buruk atau endemik keong mas.
• Bibit ditanam cukup 1-3 batang/lubang tanam.
• Jarak tanam menentukan populasi tanaman/satuan luas :
a. tegel 20 cm x 20 cm = 25 rumpun
b. tegel 25 cm x 20 cm = 16 rumpun
c. legowo 2:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 33 rumpun
d. legowo 2:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 21 rumpun
e. legowo 4:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 40 rumpun
f. legowo 4:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 26 rumpun

Keuntungan dan kelemahan sistem tanam legowo

Keuntungan:

1. Semua barisan rumpun berada pada bagian pinggir yang memberikan hasil tinggi.
2. Tanaman yang mendapat efek samping produksinya dari yang tidak mendapat efek
samping.
3. Pengendalian hama penyakit lebih mudah, ruang kosong untuk pengaturan air , atau mina
padi.

Kelemahan: jumlah benih yang diperlukan lebih banyak dan upah buruh lebih tinggi.

E. PEMUPUKAN
• Kebutuhan har a tanaman dipengaruhi:
• Potensi hasil varietas,
• Iklim (musim hujan atau musim kemarau)
• Ketinggian tempat
• Ketersediaan hara dalam tanah
• Pola tanam (monokultur, polikultur,rotasi tanaman).

Takaran pupuk untuk tanaman padi bergantung: 1)status hara tanah, 2) Kebutuhan tanaman akan
hara, 3) Kandungan hara dalam pupuk.

Manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi:

1. Pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai,
maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi, dan pendapatan petani meningkat.
2. Pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi
lestari.
3. Mengurangi biaya pembelian pupuk.

Teknologi penggunaan pupuk:

1. Gunakan pupuk sesuai stadia pertumbuhan tanaman.


2. Buat jadwal pemupukan:
• Pemupikan dasar
• Pemupukan N susulan
• Pemupukan K susulan
3. Tetapkan tingkat hasil yang ingin dicapai (5-8 ton/ha)

Dokumentasi:
Tabel 1. Waktu Aplikasi pemupukan

PUPUK PERTUMBUHAN AWAL ANAKAN AKTIF PRIMORDIA


Umur (HST) 0 - 14 21 -28 35 -50
Nitrogen (N) Takaran sedang (50-100 kg Berdasarkan BWD Berdasarkan BWD
urea/ha)
Fosfor (P2O5) dan 100 % - -
Sulfur (S)
(seluruhnya)
Kalium (K2O) 50-100% - Jika diperlukan ditambah
50%

Pemupukan N susulan

Pilih cara pemupukan N susulan:

a. Berdasarkan waktu yang ditetapkan (stadia pertumbuhan).


b. Kebutuhan riil tanaman
c. Berdasarkan waktu yang ditetapkan:
Bandingkan warna daun padi dengan skala BWD pada saat anakan aktif (21-28 HST) dan fase
promordia (35-50 HST)

Tabel 2. Takaran pupuk urea yang akan diberikan

Pembacaan Respon Pupuk N


BWD sesaat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
sebelum Tingkat hasil (GKG)
pemupukan 5 t/ha 6 t/ha 7 t/ha 8 t/ha
Takaran pupuk urea (kg/ha)
BWD<3,5 75 100 125 150
BWD=3,5 50 75 100 125
BWD>4 0 0-50 50 50

• Kebutuhan N sesuai dengan kebutuhan riil tanaman

a. Bandingkan warna daun dengan skala BWD selang 7-10 hari, mulai sekitar 21 hari HST
sampai primordia bunga (sekitar 50 HST).
b. Berikan pupuk N apabila warna daun di bawah nilai kritis (<4).

F. PENGENDALIAN GULMA

Pengendalian tidak langsung:

a. Pengolahan tanah sempurna


b. Benih bermutu/berlabel
c. Irigasi (pengaturan genangan air)
d. Varietas (sistem kanopi, pertumbuhan)
e. Populasi tanaman (tanaman optimum)

Pengendalian langsung:
a. Cara Manual dan Mekanisasi:
• Gulma dicabut menggunakan tangan lalu diinjak-injak dibenamkan kedalam lumpur.
• Menggunakan alat gasrok, landak. Kelemahan gulma yang ada dalam barisan dan dekat
rumpun padi tidak terkendalikan, maka perlu dicabut pakai tangan. Keuntungannya
akar rambut yang tua dirusak, sehingga merangsang tumbuh akar muda yang baik untuk
penyerapan.
b. Pemakaian Herbisida
• Penyemprotan harus mengetahui kalibrasi penyemprotan
• Mengetahui formulasi herbisida (cairan,emulsi, butiran atau tepung)
• Cara aplikasi (dosis, waktu)
• Sifat kerja herbisida (selektif, non selektif)
• Cara kerja herbisida (sistemik, kontak)

Penggolongan Herbisida

1. Herbisida selektif:
• Herbisida kontak melalui daun (propanil)
• Translokasi melalui daun (2,4D, MCPA dll)
• Pemberian melalui akar (atrazin)
2. Herbisida non selektif:

A. Kontak melalui daun (paraquat)


B. Translokasi melalui daun (glifosat)
C. Pemberian melalui akar (fenuron, TEA)

3. Waktu Aplikasi Herbisida

• Pra-tanam (pre-planting), aplikasi sebelum ada tanaman.


• Pra-tumbuh (pre-emergence), aplikasi sebelum gulma atau tanaman tumbuh.
• Awal pasca tumbuh (early post emergence), aplikasi saat gulma berdaun 2-3 helai.
• Pasca tumbuh (post emergence), aplikasi setelah gulma tumbuh berdaun diatas 4 helai.

G. Pengendalian OPT
Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT baik padi sawah maupun padi gogo sama berdasarkan
pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT):

• Identifikasi jenis dan penghitungan tingkat populasi hama dilakukan oleh petani dan atau
Pengamat OPT melalui kegiatan survei dan monitoring hama-penyakit tanaman pada pagi
hari.
• Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi yaitu
besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang tindakan identik
dengan ambang ekonomi, lebih sering digunakan sebagai dasar penentuan teknik
pengendalian hama dan penyakit.
• Taktik dan teknik pengendalian:

1. Mengusahakan tanaman sehat


2. Pengendalian hayati
3. Penggunaan varietas tahan
4. Mekanik
5. Fisik
6. Senyawa semi-kimia (hormon)
7. Pestisida

• Jenis-jenis hama padi utama yaitu tikus sawah, wereng coklat, penggerek batang padi,
dan keong mas.
• Jenis-jenis penyakit padi utama yaitu bercak, blas, busuk pelepah, tungro, hawar daun.

H. Panen
1. Panen harus memperhatikan umur tanaman padi dan cara pemanenan serta tinggi
pemotongan tanaman
2. Waktu panen yang tepat dapat didasarkan pada beberapa pedoman, diantaranya (1) Umur
varietas yang tercantum di dalam deskripsi varietas, (2) Kadar air 21-26%, (3) Pada saat
30-35 hari setelah berbunga, dan (4) Kenampakan malai 90-95% gabah telah berwarna
kuning.
3. Panen terlalu awal menyebabkan gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur lebih banyak.
4. Panen terlalu lambat menimbulkan kehilangan hasil karena banyak gabah yang rontok pada
saat di lapangan. Selain itu dalam proses penggilingan jumlah gabah yang patah akan
meningkat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data diatas, saya simpulkan bahwa makalah ini berisi tentang kegiatan
:

Benih bermutu/berlabel Luas persemaian untuk 1 ha adalah 400 m2 Lahan


sawah disiapkan dengan cara pengolahan tanah sempurna dan apabila tidak
memungkinkan, maka tanah dapat diolah minimal atau tanpa olah tanah. Umur bibit
< 21 HSS. Tanam bibit muda tidak dianjurkan pada lahan yang draenasenya buruk
atau endemik keong mas. Takaran pupuk untuk tanaman padi bergantung: 1)status
hara tanah, 2) Kebutuhan tanaman akan hara, 3) Kandungan hara dalam pupuk.

Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT baik padi sawah maupun padi


gogo sama berdasarkan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).Panen
harus memperhatikan umur tanaman padi dan cara pemanenan serta tinggi
pemotongan tanaman

B. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Suprihatno, Bambang et al. 2010. Deskripsi Varietas Padi. 105 hal;


Sinar Tani Edisi 5 - 11 Januari 2011 No.3387 Tahun XLI
Dariah, A., Sutono dan N. L. Nurida. 2010. Penggunaan Pembenah Tanah Organik dan
Mineral untuk Perbaikan Kualitas Tanah Typic Kanhapludults Tamanbogo Lampung.
Jurnal Tanah dan Iklim No 31, Juli 2010. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.
Dariah, A., dan N. L. Nurida. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya Humat untuk
Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung. Jurnal Tanah dan
Iklim No 33, Juli 2011. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai