Karya Tulis
Tingkat Muallimin
Disusun Oleh:
Syifa Aliifah
NIS: 1213.10.187
TINGKAT MU’ALLIMIN
2015-2016 M
LEMBAR PENGESAHAN I
Oleh:
Pembimbing
Mengetahui,
Penguji,
ABSTRAKSI
Jumlah masyarakat dunia makin hari makin banyak. Hal itu mengindikasikan
bahwa kita harus selalu berinteraksi dengan yang lainnya karena kebutuhan
seseorang tidak bisa dipenuhi oleh orang itu sendiri. Manusia terlahir sebagai
makhluk sosial, yang membutuhkan satu sama lain, bukan makhluk individual
yang berdiri sendiri. Interaksi manusia dimulai dari tingkatan yang sederhana ke
tingkatan yang lebih kompleks, yaitu mulai dari interaksi dalam keluarga,
masyarakat sekitar, lingkungan sekolah atau lingkungan kerja dan yang paling
luas adalah interaksi dengan masyarakat dunia. Sebuah masyarakat akan harmonis
jika interaksi dengan tingkat yang sederhana berjalan dengan baik, tidak diwarnai
dengan berbagai perselisihan.
Islam telah mengatur interaksi antarmasyarakat dengan begitu rinci, mulai
dari tingkat sederhana hingga tingkat yang lebih kompleks. Sebagai contoh, Islam
telah mengatur interaksi dengan masyarakat sekitar –yang biasa disebut tetangga–
dalam Al-Quran Surat Al-Maidah: 36 dan Al-Quran Surat Al-Ahzab: 60-61.
Selain dalam dua surat tersebut, Islam mengatur interaksi dengan masyarakat
sekitar dalam hadits-hadits Rasulullah secara rinci. Dalam hadits Rasulullah,
disebutkan akhlak dan kebiasaan Rasulullah kepada tetangganya, baik yang
beragama Islam maupun yang tidak beragama Islam.
Perselisihan antartetangga yang kerap kali terjadi di masyarakat sebenarnya
tidak akan terjadi jika setiap orang memahami aturan Islam mengenai akhlak
terhadap tetangga. Seringkali, sebab perselisihan yang berujung tawuran di kota-
kota besar adalah hal kecil seperti kesalahpahaman antartetangga atau prasangka
buruk kepada tetangga. Dalam Islam, berprasangka buruk kepada tetangga itu
sangatlah dilarang.
Kata kunci: akhlak, tetangga
KATA PENGANTAR
meliputi segala sesuatu. Berkat rahmat dan pertolongan Allah-lah karya tulis ini
dapat disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Dalam penyusunan karya tulis ini tentu banyak kesulitan dan rintangan yang
dihadapi penyusun, sehingga karya tulis ini tidaklah lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah dengan ringan tangan memberikan bantuan kepada penyusun.
Tak ada ucap lampah yang bisa penyusun sampaikan kecuali terima kasih atas
berbagai hal yang dalam lembaran yang tipis ini tidak mungkin dapat penyusun
uraikan secara rinci. Dengan demikian, melalui lembaran ini izinkanlah penyusun
31 Banjaran.
Islam 31 Banjaran.
sabar dan ikhlas memberikan ilmu serta bimbingan dan arahan kepada
5. Mamah dan Bapak tercinta atas segala dorongan, dukungan, doa serta nasihat
kesibukan tugas akhir yang begitu banyak menjelang kelulusan. Semoga lilin
harapan kita terus menyala dan kita terus yakin bahwa lilin itulah yang akan
7. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, yang telah
yang jauh lebih baik atas bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan
Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata
sempurna, karena karya tulis ini bukanlah sebuah proses akhir dari pemaparan
suatu masalah, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi.
Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca baik dari kalangan lembaga pendidikan Pesantren Persatuan Islam
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ABSTRAKSI......................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
A. Akhlak
1. Definisi Akhlak
2. Pembagian Akhlak
B. Tetangga
1. Definisi Tetangga
2. Batasan Tetangga
3. Macam-Macam Tetangga
C. Akhlak Bertetangga dalam Islam
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
berkepanjangan. Padahal tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita.
kita, karena itu adab mulia bertetangga sangatlah ditekankan dalam syariat Islam.
Bertetangga adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak.
makhluk sosial. Satu sama lain harus bermitra dalam mencapai kebaikan. Islam
Islam merupakan agama yang sungguh rahmatan lil ‘alamin. Maka benar
ini sebagai bentuk respon dari akhlak orang jahiliyah yang secara moralitas jauh
dari etika yang baik. Dengan ajaran yang dibawa Rasulullah yaitu Islam dengan
kitab Al-Quran membawa kedamaian dalam kehidupan bermasyarakatnya.
Dapat ditinjau, ayat Al-Quran yang menerangkan tentang ibadah lebih sedikit
tentang muamalah adalah 98% dan ayat-ayat yang menerangkan tentang ibadah
hanya 2%. Jumlah surat dalam Al-Quran adalah 114 surat, 2 surat tentang ibadah,
yaitu surat Al-Ikhlas dan surat At-Taubah, 17 surat bersifat netral dalam arti tidak
secara langsung dapat dikatakan sebagai surat tentang ibadah atau muamalah, dan
muamalah. Sebagai contoh, QS. Al-Baqarah, QS. Al-An’am, QS. Al-Anfal, QS.
An-Nakhl, QS. An-Naml, QS. Ad-Dukhan, QS. Al-Hadid, QS. Ali Imran, QS.
oleh Rasulullah pada dasarnya semua baik dan benar. Salah satunya yaitu etika
)يُ ْو ِص ْيىِن ِابلْ َج ِار َحىَّت َظنَن ْ ُت َان َّ ُه َس ُي َو ّ ِرثُ ُه ( ُمتَّ َف ٌق عَلَ ْي ِه
Dari Ibnu Umar dan Aisyah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Berulang
kali Jibril berpesan kepadaku supaya aku berbuat baik terhadap tetangga sehingga
aku mengira bahwa ia (tetangga) akan diberi hak waris.” (H.R. Bukhari Muslim).
semakin meningkat, maka hubungan dengan orang lain menjadi tidak bisa
lainnya dalam konteks hukum Islam dikenal dengan istilah muamalah baina al-
nas. Berbeda dengan ibadah yang merupakan dimensi hubungan manusia dengan
kehidupan sehari-hari umat Islam. Dengan kata lain, muamalah berbicara tentang
masyarakat dengan masyarakat lain, maka tidak bisa dipungkiri dan dihindari
maka perlu adanya pengetahuan dan etika dalam berperilaku dalam masyarakat.
Dari uraian latar belakang diatas, penyusun tertarik untuk menelaah lebih jauh
dalam Islam.”
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan lebih terarah dan sistematis, serta pembahasan tidak keluar
kepada tetangganya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
memiliki hubungan dengan pembahasan yang hendak dibahas. Adapun metode ini
dibahas.
E. Sistematika Penulisan
Pada karya tulis ini akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab I
(pertama) yang merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini dijelaskan mengenai
masalah yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini dan sistematikanya.
Islam serta konsep Islam untuk mengatur hubungan dengan tetangga. Lalu akan
Bab III (tiga) merupakan bab terakhir dari karya tulis ini. Bab ini merupakan
bab kesimpulan dan implikasi. Pada bab ini akan dijabarkan kesimpulan dari
semua pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, juga untuk
ISI / PEMBAHASAN
A. Akhlak
1. Definisi Akhlak
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting, disamping dua kerangka dasar lainnya
(aqidah dan syariah). Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku seseorang yang
Cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu, dalam etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok
masyarakat (adat istiadat) dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al-Qur’an dan
diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik dengan senang tanpa
6) bahwa para ahli filsafat Islam yang terkenal memberikan definisi tentang
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak,
yaitu:
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
pegangan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Kedua sumber itulah yang
perangai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri
2. Pembagian Akhlak
Akhlak terbagi kepada dua macam, yaitu akhlak baik (Al-Hamidah) dan
tersebut.
Menurut Imam Ghazali, apabila perbuatan yang keluar dari seseorang itu baik
dan terpuji menurut syara’ dan akal, maka perbuatan akhlak itu dinamakan
Menurut Imam Ghazali, jika perbuatan yang keluar dari seseorang itu
bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain (makhluk lain).
Yunahar Ilyas (2001: 10), menjelaskan ruang lingkup akhlak sebagai berikut:
a. Akhlak terhadap Allah, antara lain: taqwa, cinta dan ridha, ikhlas, khauf dan
Sauri (2011: 10) akhlaq kepada Allah harus berdasarkan kepada rukun agama.
meneladani beliau.
c. Akhlak pribadi, yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya
manusia mempunyai perbuatan.
akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga
diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih
bergembira dan ikut susah jika kita susah, mereka menolong, bersama-sama
berlaku.
f. Akhlak bernegara, antara lain: musyawarah, menegakkan keadilan, amar
terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup
B. Tetangga
1. Definisi Tetangga
denganmu. Bentuk pluralnya adalah Ajwaarun ()َأجْ َو ٌار, Jiirotun ()جِ رْي َ ٌة
bersebelahan secara syar’i baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat,
teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tetangga berarti orang (rumah) yang
mempunyai tetangga.
Pengertian yang sama dikemukakan WJS. Poerwadarminta (1976: 1065),
202), tetangga adalah orang terdekat kita, yang saling membantu, saling
disini mencakup muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasiq, orang jujur, orang jahat,
orang pendatang, orang asli pribumi, orang yang memberi manfaaat, orang yang
suka mengganggu, karib kerabat, ajnabi, baik yang dekat rumahnya atau agak
jauh.”
mendefinisikan tetangga dengan orang yang rumahnya dekat dengan kita atau
penghuni yang tinggal di sekeliling rumah kita, sejak dari rumah pertama hingga
rumah ke-40.
2. Batasan Tetangga
pendapat mengenai hal ini. Sebagian mereka mengatakan tetangga adalah ‘orang-
orang yang shalat subuh bersamamu’, sebagian lagi mengatakan ’40 rumah dari
setiap sisi’, sebagian lagi mengatakan ’40 rumah disekitarmu, 10 rumah dari tiap
c. Orang yang mendengar azan adalah tetangga. (Pendapat Ali bin Abi Thalib)
empat puluh rumah dari keempat arah. Yang lebih utama adalah tidak
tetangga adalah orang yang dekat dengan Anda. Wajah Anda selalu berpapasan
dengan wajahnya di waktu pergi pada pagi hari, dan pulang ke rumah pada sore
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa tetangga tidak dibatasi pada
jumlah 40 rumah. Yang jelas, yang dipraktekkan disekitar kita dengan adanya
Karena itu, yang dinamakan tetangga bisa meliputi satu komplek perumahan
Silsilatul Ahadits Dha’ifah (hal. 446) mengatakan bahwa semua riwayat dari
Rasulullah yang berbicara mengenai batasan tetangga adalah lemah, tidak ada
bihi asy syar’u (adat kebiasaan adalah pembatas bagi hal-hal yang tidak dibatasi
oleh syariat). Sehingga, yang tergolong tetangga bagi kita adalah setiap orang
sekeliling rumah, sejak rumah pertama hingga rumah keempat puluh. Ada juga
ulama yang tidak memberi batas tertentu dan mengembalikan kepada situasi dan
namanya, atau bisajadi ada yang tidak seagama, semuanya adalah tetangga yang
mengalami kesulitan.
Dengan demikian jelaslah bahwa tetangga rumah adalah bentuk yang paling
jelas dari hakikat tetangga, akan tetapi pengertian tetangga tidak hanya terbatas
pada hal itu saja, bahkan lebih luas lagi. Karena termasuk tetangga juga tetangga
3. Macam-Macam Tetangga
mempunyai beberapa martabat, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Abu Na’im
a. Tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu tetangga yang juga merupakan saudara
memiliki hak sebagai sesama muslim dan memiliki hak sebagai seorang
tetangga.
Masyarakat kita (masyarakat Indonesia) suka berkooni dan tidak mau tinggal
jauh dari keluarga. Tak mengherankan, jika dahulu sebuah kampong terbentuk
dari sebuah keluarga. Orang tua memiliki beberapa anak kemudian menikah.
Rumah anak yang sudah menikah ada di samping rumah orang tua. Mereka
orang tua, dan seterusnya seperti itu turun temurun. Bila diruntut silsilah
b. Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu tetangga yang beragama Islam, mereka
memiliki hak sebagai sesame muslim dan hak sebagai seorang tetangga.
c. Tetangga yang memiliki satu hak, yaitu tetangga yang musyrik, tidak ada
rahmat baginya. Atau dalam kata lain, tetangga yang memiliki satu hak adalah
tetangga yang tidak beragama Islam. Meski tidak beragama Islam, namun
mereka memiliki hak untuk tinggal dan berinteraksi dengan kita sebagaimana
seorang tetangga.
besar haknya, semakin besar tuntutan agama terhadap kita untuk berbuat baik
kepadanya. Disisi lain, walaupun tetangga kita tidak beragama Islam, ia tetap
memiliki satu hak yaitu hak tetangga. Jika hak tersebut dilanggar, maka kita
terjatuh pada perbuatan zhalim dan dosa. Sehingga sebagai muslim kita dituntut
juga untuk berbuat baik pada tetangga yang tidak beragama Islam sebatas
Rasulullah telah memberi contoh mengenai hal itu, yakni ketika beliau
menjenguk seorang Yahudi yang sedang sakit, meski tetangga Rasulullah adaah
seekor kambing, beliau menyuruh supaya diberikan sedikit daging itu kepada
tetangga yahudinya.
pondasi: ibadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan rasa takut
atau masyarakat, dimulai dari tetangga dan berakhir pada ibnu sabil. Kemudian
dermawan dalam berinfak dan bersedekah untuk perkara ma’ruf, melawan sifat
kikir dan riya sebab ia adalah sebuah kehinaan dan mengotori kepribadian dan
tersebut.
رىَبAْ Aهللا َو َالتُرْش ِ ُكوا ِب ِه َشيْئًا َواِب لْ َوادِل َ ْي ِن ْح َسااًن َو ِب ِذي الْ ُق ْرىَب َوالْ َي َتا َمى َوالْ َم َسا ِكنيِ َوالْ َج ِار ِذي الْ ُق
َ َوا ْع ُبدُ وا
ِإ
ً هللا َالحُي ِ ُّب َمن اَك َن ُم ْخ َتا ًال فَخ
ُورا َ السبِيلِ َو َما َملَ َك ْت َأيْ َمانُمُك ْ َّن َّ نب َوا ْب ِن ِ الصا ِح ِب اِب لْ َجَّ َوالْ َج ِار الْ ُج ُن ِب َو
ِإ
Artinya:
dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
Asbabun Nuzul:
a. Ulama (cendekiawan) Bani Israil sangat kikir terhadap ilmu pengetahuan
yang dimiliki, tidak mau menyebarkan kepada umat manusia karena khawatir
jatuh
Allah yang lain. (HR. Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Jubair).
c. Kardum bin Zaid –sekutu Ka’ab bin Asyraf, Usamah bin Habib, Nafi bin Abi
Nafi, Bahri bin Amrin, Hayyin bin Akhthab dan Rifa’ah bin Zaid bin Tabut–
takut kalau-kalau kamu jatuh miskin dengan hilangnya harta yang telah kamu
tersebut. Sebab kamu belum mengerti apa yang akan terjadi.” Kata-kata
Maidah yang dengan tegas melarang seseorang berbuat kikir terhadap harta
untuk berbuat kikir itupun dilarang oleh ajaran Islam. Dermawan adalah
perintah Tuhan, yang Dia akan memberi pembalasan yang berlipat ganda.
(HR. Ibnu Jarir dari Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abi Muhammad dari
orang berbuat kikir dan memerintahkan berbuat kikir kepada orang lain.
puncaknya karena adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa
yang kepadanya dia mengabdi, serta sebagai dampak dari keyakinan bahwa
pengabdian diri tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang arti hakikatnya
tidak terjangkau.
Perintah beribadah dalam ayat ini bukan saja ibadah ritual atau yang juga
dikenal dengan ibadah mahdhah, yakni ibadah yang cara, kadar, dan waktunya
ditetapkan oleh Allah atau Rasul, seperti shalat, zakat, shaum dan haji; tetapi
Allah.
Selanjutnya, menurut pakar tersebut, kata ihsan digunakan untuk dua hal,
pertama, memberi nikmat kepada pihak lain; dan kedua, perbuatan baik. Karena
itu, kata ihsan lebih luas dari sekadar memberi nikmat atau nafkah maknanya,
bahkan lebih tinggi dan dalam dari kandungan makna adil, karena adil adalah
adalah mengambil semua hak orang lain, sedangkan ihsan adalah “memberi lebih
banyak daripada yang harus Anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari yang
seharusnya Anda ambil.” Karena itu pula, Rasulullah berpesan kepada seseorang,
Dalam ayat di atas disebutkan tentang berbuat baik kepada tetangga yang
tentang istilah tetangga dekat dan tetangga jauh ini. Menurut Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi, yang disebut tetangga adalah satu
yang belum dikenal atau lebih dari itu, tetangga adalah orang yang berlainan
agama dengan kita. Maka, semua tetangga itu harus mendapatkan kebaikan dari
kita karena hal tersebut adalah hak mereka yang menjadi kewajiban kita sebagai
seorang muslim.
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan surat An-Nisa ayat 36,
mengandung arti bahwa tetangga dekat menurut mayoritas ahli tafsir ialah
tetangga yang seagama, sedangkan tetangga jauh ialah tetangga yang berlainan
Imam Hafiz Imaduddin Abul Fida Ismail bin Katsir, dalam Tafsirul
Quranil ‘Azim, menjelaskan bahwa Ali bin Thalhah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, yang dimaksud dengan ( القرىب )اجلار ذيialah tetangga yang antara kamu
dan dia ada hubungan kerabat, sedangkan ( اجلنب )اجلارialah tetangga yang antara
kamu dan dia tidak ada hubungan kerabat.
bin Aslam, Muqati ibnu Hayyan dan Qatadah (dalam Al-Hafizh, 1974: 122-123)
(رىبAA الق )اجلار ذي yang artinya berbuat baiklah kepada tetangga yang dekat
Syaukani mengatakan bahwa secara umum tetangga dekat adalah tetangga yang
rumahnya dekat dengan kita, dan tetangga jauh adalah tetangga yang rumahnya
adalah yang dekat dalam bertetangga atau dalam hal pertalian darah. Sedangkan
tetangga jauh adalah teman sejawat, teman seperjalanan atau satu profesi.
Selain QS. Al-Maidah: 36, Allah juga berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 60-61
هAA فيAكA مث ال جياورونA هبمA و املرجفون يف املدينة لنغرينكA مل ينته املنافقون و اذلين يف قلوهبم مرضAلنئ
Artinya:
dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari
kemudian mereka tidak lagi menjadi tetanggamu (di Madinah) kecuali sebentar,
dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka akan ditangkap
Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (1999: 122-123) pangkal ayat ini
ini. Meskipun mereka telah mengikat janji akan hidup berdampingan secara
damai dengan kaum Muslimin ketika masa awal Nabi hijrah ke Madinah, namun
satu demi satu perkauman Yahudi itu memungkiri janjinya dan menyatakan
sikap dengkinya yang tergambar dalam perangai mereka yang buruk. Perangai
buruk kaum Yahudi memiliki tiga corak, yaitu munafik, berpenyakit hati dan
selalu mengacau. Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari Abi Ruzain, bahwa
beliau mengatakan: "Ketiganya itu adalah satu. Artinya ialah bahwa mereka
Kata al-murjifuun diambil dari kata rajafa yang pada mulanya berarti
Ini bisa dilakukan oleh beberapa tokoh munafik atau kafir, kemudian orang yang
lemah imann dan munafik lainnya ikut menyebarkannya, baik sengaja maupun
Ibnu Abbas menjelaskan arti irjaaf sebagai pokok kata dari murjifuun yang
tukang provokasi.
Orang yang lemah jiwanya, atau orang banyak yang tidak sempat berpikir,
bisa cepat terpengaruh oleh berita-berita bohong semacam ini. Maka Tuhan
mengancam bahwa jika ketiga perangai itu masih ada dan bukti-bukti telah
Tegasnya, jika perangai-perangai buruk itu tidak juga diubah, Allah akan
Ali bin Abi Thalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna
munafik dan yang lemah itu benar-benar takut terhadap ancaman ayat ini,
sehingga tidak tercatat dalam sejarah Nabi adanya seorang munafik yang
terbunuh.
kecuali sebentar (ujung ayat 60), maksudnya ialah mereka hanya sebentar lagi
mereka, yakni masa tinggal mereka di Madinah sebentar lagi karena dalam
waktu yang dekat mereka akan diusir darinya dalam keadaan terlaknat, yaitu
waktu yang singkat itu mereka senantiasa pula jauh dan rahmat Allah dan ke
mana saja mereka pergi, mereka menghadapi kehinaan bahkan di mana saja
dimana saja mereka dijumpai, mereka akan ditangkap dan dibunuh tanpa ampun
Dalam Al-Quran, ayat yang membahas mengenai tetangga hanyalah tiga ayat
yang telah disebut sebelumnya yang terdapat dalam dua surat, yakni surat Al-
Maidah dan surat Al-Ahzab. Meskipun hanya dua surat, maknanya sangat dalam,
kedua ayat itu menunjukkan bahwa keimanan dan keislaman seseorang tidak
cukup hanya menunaikan lima rukun Islam saja, namun menjalin hubungan baik
Dalam tiga ayat tadi dijelaskan mengenai berbuat baik kepada tetangga secara
ُ ر َريِض َ اهَّللAَ Aَ ِه َع ْن ا ْب ِن مُعAر ْب ُن ُم َح َّم ٍد َع ْن َأبِيAُ Aَ دَّ ثَنَا مُعAAَح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ِمهْن َالٍ َحدَّ ثَنَا يَ ِزيدُ ْب ُن ُز َريْع ٍ َح
ار َحىَّت َظنَن ْ ُت َأن َّ ُهA ِ ُل يAُ Aا َزا َل جِ رْب ِ يAAمَّل َ َمAىَّل اهَّلل ُ عَلَيْ ِه َو َسAول اهَّلل ِ َص
ِ Aييِن اِب لْ َجAوص ُ Aا َل َر ُسAAََعهْن ُ َما قَا َل ق
kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Umar bin
Muhammad dari Ayahnya dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma dia berkata;
Tetangga memiliki kedudukan yang penting dan hak-hak yang harus diperhatikan
setiap muslim. Sehingga dengan demikian konsep Islam sebagai rahmat untuk
Riyadhish Shalihin (3/177), bukan berarti dalam hadits ini Jibril mensyariatkan
bagian harta waris untuk tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal ini.
Namun maknanya adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun wahyu yang
ا َلAَا َل قAَا ِل ٍح َع ْن َأيِب ه َُر َيْر َة قAنيٍ َع ْن َأيِب َصAَحدَّ ثَنَا قُتَ ْي َب ُة ْب ُن َس ِعي ٍد َحدَّ ثَنَا َأبُو اَأْلحْ َو ِص َع ْن َأيِب َح ِص
ؤ ِم ُنAْ ُار ُه َو َم ْن اَك َن يAَ Aؤ ِذ َجAْ Aُو ِم اآْلخِ ِر فَاَل يAْ Aؤ ِم ُن اِب هَّلل ِ َوالْ َيAْ Aُول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك َن ي
ُ َر ُس
اِب هَّلل ِ َوالْ َي ْو ِم اآْل ِخ ِر فَلْ ُي ْك ِر ْم ضَ ْي َف ُه َو َم ْن اَك َن يُ ْؤ ِم ُن اِب هَّلل ِ َوالْ َي ْو ِم اآْل ِخ ِر فَلْ َي ُق ْل َخرْي ً ا َأ ْو ِل َي ْص ُم ْت
kepada kami Abu Al Ahwash dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu
Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik, lebih
banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara
tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas
dibicarakan. Bahkan, dinyatakan oleh Rasulullah yang dikutip oleh Imam Al-
Ghazali:
َم ْن َوىَق رَش َّ قَ ْب َق ِب ِه َو َذبْ َذب ِه َولَ ْقلَ ِق ِه فَ َقدْ َوىَق الرَش َّ لُك ُّ ُه
Artinya:
Barangsiapa yang menjaga perut, farji, dan lisannya, maka dia telah menjaga
seluruh kejelekan.
banyak mengakibatkan orang celaka yang salah satu diantaranya adalah banyak
bicara. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa sikap diam itu selamanya baik,
menganjurkan untuk memilih diam jika ucapan yang benar sudah tidak mampu
telah berbuat dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang
sahabat berkata:
يه، ال خري فهيا: قال. ويف لساهنا يشء تؤذي جرياهنا،اي رسول هللا إن فالنة تصيل الليل وتصوم الهنار
يف النار
Artinya:
Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat di malam hari dan puasa di siang hari.
َ مَّلAىَّل اهَّلل ُ عَلَيْ ِه َو َسA ِعي ٍد َع ْن َأيِب رُش َ يْ ٍح َأ َّن النَّيِب َّ َصAدَّ ثَنَا ا ْب ُن َأيِب ِذئْ ٍب َع ْن َسAَح َّدثَنَا عَامِص ُ ْب ُن عَيِل ٍ ّ َح
ار ُهAُ Aْأ َم ُن َجAَ ا َل اذَّل ِ ي اَل يAAَو َل اهَّلل ِ قA َل َو َم ْن اَي َر ُسAؤ ِم ُن ِقيAْ Aُؤ ِم ُن َواهَّلل ِ اَل يAْ Aُقَا َل َواهَّلل ِ اَل يُ ْؤ ِم ُن َواهَّلل ِ اَل ي
َو ُش َع ْي ُب ْب ُن حْس ََاق َع ْن ا ْب ِن َأيِب ِذئْ ٍب َع ْن الْ َم ْقرُب ِ ِ ّي َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة
ِإ
Telah menceritakan kepada kami Ashim bin Ali telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dzi'ib dari Sa'id dari Abu Syuraih bahwasanya Nabi
Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Ditanyakan kepada beliau;
"Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Yaitu
ini dikuatkan pula oleh Syababah dan Asad bin Musa. Dan berkata Humaid
bin Al Aswad, Utsman bin Umar, Abu Bakr bin 'Ayyasy dan Syu'aib bin
Ishaq dari Ibnu Abu Dzi'b dari Al Maqburi dari Abu Hurairah."
Rasulullah sampai mengulang 3 kali sabdanya tentang orang yang tidak beriman
tentang iman seseorang. Diantara tanda seseorang memiliki iman yaitu bagusnya
tanda bahwa orang tersebut imannya lemah. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari
cara bergaul dengan tetangga dapat diukur tingkat keimanan seseorang. Dapat
hidup bertetangga.
Hal tersebut sedikit banyak dapat kita lihat dari kesenjangan antara penduduk
bahwa bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang
tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin. Hadits
ini juga merupakan dalil larangan berbuat jahat kepada tetangga, baik dengan
Dalam Syarh Ibnu Baththal (17/9), Ibnu Baththal mengatakan bahwa makna
tidak beriman dalam hadits ini adalah tidak sempurna imannya dan seseorang
tidak akan mencapai derajat iman yang tinggi jika mempunyai sifat seperti ini.
َ Aَأ ْكرِث ْ َمAََع ْن َأيِب َذ ّ ٍر قَا َل ِإ َّن َخ ِلييِل َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َأ ْو َصايِن ِإ َذا َط َبخْ َت َم َرقًا ف
ْظ ْر َأهْ َلAُ اء ُه مُث َّ انA
Dari Abu Darda RA, dia berkata, "Kekasih saya, Rasulullah SAW, pernah
ا َل اَك َنAAَوس َف َحدَّ ثَنَا الل َّ ْي ُث َحدَّ ثَنَا َس ِعي ٌد ه َُو الْ َم ْقرُب ِ ُّي َع ْن َأبِي ِه َع ْن َأيِب ه َُر َيْر َة ق
ُ َُح َّدثَنَا َع ْبدُ اهَّلل ِ ْب ُن ي
kepada kami Al Laits telah menceritakan kepada kami Sa'id yaitu Al Maqburi
dari Ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi
tetangga yang satu dengan yang lainnya saling meremehkan walaupun hanya
hadits ini terdapat dalil yang jelas tentang haramnya bagi tetangga yang kaya
juga terdapat isyarat bahwa dalam harta ada hak untuk dikeluarkan selain zakat,
lepas hanya dengan mengeluarkan zakat harta tahunan namun wajib atasnya
tertentu.
وAAُ َّدثَنَا َأبA ْع َب ُة َحAدَّ ثَنَا ُشAAدَّ ثَنَا َش َباب َ ُة َحAAدَّ ثَيِن عَيِل ُّ ْب ُن َعبْ ِد اهَّلل ِ َحAA ْع َب ُة ح و َحAَحدَّ ثَنَا َح َّج ٌاج َحدَّ ثَنَا ُش
و َل اهَّلل ِ َّن يِلA ا قُلْ ُت اَي َر ُسAAَ َة َريِض َ اهَّلل ُ َعهْنA َة ْب َن عَبْ ِد اهَّلل ِ َع ْن عَائِ َشA ا َل مَس ِ ْع ُت َطلْ َحAAَمِع َْر َان ق
ِإ
َج َار ْي ِن فَ ىَل َأهِّي ِ َما ُأ ْه ِدي قَا َل ىَل َأ ْق َرهِب ِ َما ِمنْ ِك اَب اًب
ِإ ِإ
Syu'bah dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada saya 'Ali bin
kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Abu 'Imran berkata;
Aku mendengar Tholhah bin 'Abdullah dari 'Aisyah radliallahu 'anha ' Aku
bertanya: "Wahai Rasulullah, aku punya dua tetangga, kepada siapa dari
keduanya yang paling berhak untuk aku beri hadiah?" Beliau bersabda:
و َل اهَّلل ِ َّن يِلAالَ ْت قُلْ ُت اَي َر ُسAAَا قAAَ َة َريِض َ اهَّلل ُ َعهْنAر َة َع ْن عَائِ َشAَّ Aل ِم ْن بَيِن تَمْي ِ ْب ِن ُمA
ٍ Aعَبْ ِد اهَّلل ِ َر ُج
ِإ
َج َار ْي ِن فَ ىَل َأهِّي ِ َما ُأ ْه ِدي قَا َل ىَل َأ ْق َرهِب ِ َما ِمنْ ِك اَب اًب
ِإ ِإ
kami Syu'bah dari Abu 'Imran AlJawniy dari Thalhah bin 'Abdullah,
seorang dari suku Bani Tamim bin Murrah dari 'Aisyah radliallahu 'anha
diantara keduanya".
bahwa tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah
perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan
dan perbuatan.
وا َواَلAيث َواَل حَت َ َّس ُس َ َّن َّالظ َّن َأAَالظ َّن ف
ِ ِدAكْذ ُب الْ َح َّ ا َل اَّي مُك ْ َوAAَمَّل َ قAَأ َّن َر ُسو َل اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس
ِإ ِإ
جَت َ َّس ُسوا َواَل تَنَا َجشُ وا َواَل حَت َ َاسدُ وا َواَل تَ َباغَضُ وا َواَل تَدَ ابَ ُروا َو ُكون ُوا ِع َبا َد اهَّلل ِ خ َْوااًن
ِإ
kepada kami Malik dari Abu Az Zinnad dari Al A'raj dari Abu Hurairah
saling menipu dalam jual beli, saling mendengki, saling memusuhi dan
a) Seseorang berharap nikmat yang ada pada orang lain hilang dan berpindah
kepadanya.
b) Seseorang berharap nikmat yang ada pada orang lain hilang, meskipun ia
serupa, atau ia memang tidak menyukainya. Orang ini lebih jahat daripada
c) Seseorang berharap nikmat yang ada pada orang lain hilang. Akan tetapi ia
tetangga dilakukan dengan tidak menyakiti, interaksi yang baik, bertukar hadiah
Rasulullah juga bersabda:
ِ َ َو َخرْي ُ الْـجِ رْي َ ِان ِع ْند، هللا َخرْي ُ مُه ْ ِل َصا ِح ِب ِه
هللا َخرْي ُ مُه ْ ِلـ َج ِار ِه ِ َخرْي ُ ْاَألحْص
ِ ََاب ِع ْند
Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap
sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik
sikapnya terhadap tetangganya” (HR. At-Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai
Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang sangat mulia
dan sangat ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertetangga adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak. Sebab
sosial. Satu sama lain harus bermitra dalam mencapai kebaikan. Islam
orang yang paling dekat (rumahnya) dengan kita, yang secara otomatis, mereka
jugalah yang pertama kali akan merasakan kebahagiaan dan gangguan kita.
Kedudukan tetangga dalam Islam sangatlah mulia karena tetangga menjadi tolak
ukur keimanan seseorang, bahkan orang yang menyakiti hati tetangganya diancam
Secara khusus, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir adalah orang
cara akhlak bertetangga yang baik. Akhlak tersebut yaitu merupakan cerminan
dari keimanan yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan begitu dapat diketahui
berbuat baik kepada tetangga. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga itu meliputi
1. Tidak menggangu atau menyakiti tetangga, hal ini baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
meringankan bebannya.
diciptakan sebagai makhluk sosial yang sangat bergantung satu sama lainnya.
Berbuat baik kepada tetangga bisa dilakukan dengan banyak cara, yang
tetangga. Yang paling utama dan sederhana, berbuat baik kepada tetangga
Karya Tulis ini tidak dilaksanakan diakhir tahun seperti tahun ini. Karena
seperti kita tahu, santri kelas XII harus mempersiapkan banyak hal untuk
3. Kepada penyusun lain, terutama kepada para calon penyusun yakni adik-adik
meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan dalam karya tulis ini, penyusun
menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata sempurna karena
para calon penyusun untuk memperbaiki dan melengkapi karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim.
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. 2009. Shahih Bukhari. Kairo:
Al-Tsaqafa Al-Dinaya.
Boy, Pradana. 2008. Fikih Jalan Tengah. Bandung: PT. Karya Kita.
Khalifah, Al-A’jami Damahuri. 2005. Hadits Penuntun Akhlak dan Etika. Jakarta:
Republika.
Nasir, Bachtiar. 2012. Anda Bertanya Kami Menjawab. Depok: Gema Insani.
Sauri, Sofyan. 2011. Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Rizqi Press.
Zakaria, Aceng. 2006. Etika Hidup Seorang Muslim. Garut: Ibn Azka Press.
Data Pribadi
Golongan Darah :O
Kab. Bandung
E-mail : aliifahsyifa@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi