Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM

PENGEMBANGAN BUDAYA ISLAM

Dosen : Akhmad Munir M.A

Disusun Oleh :

Rina Novianti (170810301036)

Virda Ayu Erdina


Erdina Putri (170810301037)

Ratih Ayu Wulandari (170810301039)

Elisa Cahyaningrum (170810301044)

Wiranti Ayuningtiyas (170810301059)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER 

Alamat : Jalan Kalimantan No. 37 Jember 68121

Laman: www.unej.ac.id

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama


Agama Islam
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Dan Fungsi Masjid Kampus Dalam
Pengembangan Peradaban Dunia ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan
Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita mengenai Peran Dan Fungsi Masjid Kampus Dalam
Pengembangan Peradaban Dunia, khususnya bagi kami. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam
fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu, sejak zaman Nabi Muhammad Saw.
masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat dan
itikaf. Masjid Nabawi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan, markas
militer dan bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.

Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keummatan. Baik untuk
kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan pembentukan karakter sahabat maupun aspek-
aspek lainnya termasuk politik, strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan
 budaya. Pendek kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah rilual juga
dijadikan tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan mesjid berasal dari
 bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia sudah sujud). Fi’il madinya sajada
diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan bentuk
sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih kata
Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga
terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam
 bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi
kata-kata asing sudah biasa. Dalam ilmu bahasasudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan atau
kesalahan dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian Setiap muslim
 boleh melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini terkecuali dia atas kuburan, di tempat yang
 bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat.

Rasullullah bersabda : ) ( “Setiap bagian dari


 bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim)

Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :  ) (


“ telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan nya
 bersih.” (HR Muslim)

Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi sebagai
tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatanyang harus dibina, dipelihara dan
dikembangkan secara teratur dan terencana. untuk menyemarakan siar islam, meningkatkan semarak
keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi kepada allah, sehingga
 partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar.
Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan dan dikembangkan dunia
 pikiran dan dunia rasa islam. Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda
 Nabi SAW. Diatas, setiap orang bisa melakukan Shalat dimana saja-di rumah, di kebun, di jalan, di
kendaraan dan di tempat lainnya. Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan
melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silahturrahmi di
kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at.

Dimasa Nabi SAW. Ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan
kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun mencakup, ideology, politik, ekonomi, social,
 peradilan , dan kemiliteran dibahas dan di pecahkan di lembaga Masjid. Masjid juga berfungsi sebagai
 pusat pengembangan kebudayaan Islam terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu belum
didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam
ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum. Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk
upaya memaksimalkan fungsi kebudayaan yang diemban masjid. Kalau saja tidak ada kewajiban
Shalat, tentu tidak ada yang namanya Masjid di dalam Islam. Memang, shalat sudah di syariatkan
 pada awal kelahiran islam sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan
Shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi Hijrah ke Madinah.
Sampai saat itu, ibadah shalat dilakukan dirumah-rumah. Tiadanya usaha mendirikan masjid karena
lemahnya kedudukan umat Islam yang sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makkah
 begitu ganasnya. Penduduk Makkah tampak belum siap menerima ajaran Nabi SAW. Walau telah 13
tahun dakwah dilancarkan.

2.2 Kebudayaan dalam islam

Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan
manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW
yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan
akhirat. Tetapi agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya pemikiran manusia.
Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong, bahkan turut mengatur
 penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah sembahyang, dalam Al-
Qur'an ada perintah Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43) Perintah itu bukan
kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT.

Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah
daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan
lain-lain. Dan dari pemikiran tersebut terwujudlah usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan
sebuah kebudayaan. Seperti keterangan sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa
melahirkan kemajuan, maka jika kita bisa melaksanakan arahan/perintah lain dalam agama Islam ini,
niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Kemajuan yang dicetuskan karena
dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan dalam Islam. Dan suatu budaya yang
dicetuskan suatu bangsa tanpa meniru bangsa lain itulah yang dinamakan kebuadayaan bangsa itu.
Berbeda, jika suatu bangsa meniru kebudayaan bangsa lain, maka bangsa tersebut dikatakan bangsa
yang yang berkebudayaan bangsa lain. Sama halnya jika orang Islam melakukan atau meniru
kebudayaan di luar kebudayaan Islam, maka dia dikatakan orang Islam yang berkebudayaan bangsa
lain. Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat masjid. Contohnya dapat dilihat pada
mesjid Cordova Spanyol yang tempat sembahyangnya dibuat dengan tidak mengikut cara Islam
karena disalut denganemas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan
kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam.

Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan
ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia
didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam. Jika
ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan
kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Semakin banyak umat Islam
mengamalkan hukum Islam, semakin banyak kemajuan dihasilkan dan semakin banyak pula
kebudayaan atau tamadun Islam yang lahir.

2.3 Peran Masjid Kampus Bagi Mahasiswa

Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil dari sebuah
kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa berintegritas sangat
 besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat
kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan
yang berada di bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas.
Dalam perannya membentuk mahasiswa berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya
 bisa memanfaatkan dua hal yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di
dalamnya. Secara spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud. Bersujud dalam arti
melaksanakan penghambaan kepada Allah. Didalamnya orang-orang muslim melaksanakan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang datang ke
masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga integritas terhadap agamanya. Salahsatunya
untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah maupun munfarid). Orang yang senantiasa menjaga
shalatnya berarti ia menjaga integritas terhadap Tuhannya. Shalat adalah tiang agama. Barang siapa
mendirikan shalat berarti mendirikan agamanya, barang siapa meninggalkan shalat berarti
meruntuhkan agamanya. Demikian sabda Sang Nabi Saw. Shalat juga menjadi parameter bagi amal
seseorang. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, dan sebaliknya. Dapat dikatakan
 bahwa peran utama masjid dalam membentuk mahasiswa adalah melalui aktivitas ibadah, terutama
shalat.

2.4 Lembaga Dalam Kepengurusan Masjid Kampus

Masjid kampus memiliki banyak lembaga yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan.
Masjid Kampus UNS misalnya, Masjid Nurul Huda UNS (disingkat:NH) memiliki lembaga dakwah
kampus dan beberapa lembaga sosial seperti lembaga Amil zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS), dan
Perpustakaan Masjid Nurul Huda. Lemabaga-lembaga inilah yang berperan dalam pembentukan
mahasiswa yang berintegritas Lembaga dakwah kampus (LDK) merupakan salah-satu pilar paling
 penting dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas.

Sebagai lembaga dakwah yang berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis
masjid sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian, halaqah-
halaqah, atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas dan spiritualitas mahasiswa.
Model halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah model kajian/diskusi yang cukup popular
dikalangan aktivis islam kampus. Model ini sudah terkenal sejak masa kejayaan Islam. Saat itu
halaqah merupakan model kajian yang begitu trekenal dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania
Islam Peran LDK dalam membentuk mahasiswa berintergritas selanjutnya melalui organasasinya.
Biasanya, sebagian besar mahasiswa yang bergabung dengan LDK bertujuan untuk memperbaiki diri
dan spiritualitas mereka. Maka lingkungan LDK yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten
menjaga spiritualitasnya harus mampu memberikan jawaban dari permasalahanpermasalahan mereka,
dan pada akhirnya mampu mencetak mahasiswamahasiswa yang berintegritas. Lazis juga memiliki
 potensi strategis dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas. Lazis yang merupakan
 penghimpun, pengelola, dan penyalur dana umat Islam memiliki sejumlah program yang berperan
dalam pembentukan mahasiswa berintergritas. Misalnya melalui beasiswa pendidikan yang diberikan
kepada mahasiswa yang membutuhkan.

Dengan program itu Lazis bisa melakukan pengkadearan terhadap mahasiswa-mahasiwa


 penerima dengan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan hardskill, softskill dan integritas mereka.
Demikian pula melalui program beasiswa adik asuh Lazis bisa melakukan pembimbingan-
 pembimbingan terhadap para adik asuh, sehingga ketika mereka tumbuh menjadi dewasa dan menjadi
mahasiswa mereka akan menjadi mahasiswa yang berkepribadian luhur dan berintegritas.

2.5 Masjid sebagai pembinaan

Perpustakaan merupakan salah satu bagian penting dari sebuah masjid kampus. Koleksi-
koleksi seperti buku, majalah, maupun koleksi lainya akan berpengaruh terhadap karakter pembaca.
Ada pepatah yang mengatakan “You are what you read”, kamu adalah apa yang kamu baca. Koleksi-
koleksi keagamaan akan berpengaruh terhadap spiritualitas pembaca. Dengan demikian perlu adanya
 penambahan koleksi-koleksi keagamaan yang relevan dengan mahasiswa. Sosialisasi yang gencar,
 pelayanan yang ramah, dan penataan ruangan yang nyaman juga akan menambah angka kunjungan ke
 perpustakaan, yang pada akhirnya semakin banyak mahasiswa yang bisa memetik manfaat dari
 perpustakaan masjid itu. “Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat” adalah warisan tak ternilai
yang diterima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan semata-mata tempat shalat. Masjid
adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat. Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah. Ajaran-
ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah. Yang satu “mu’amalah dengan Khaliq (hablum min
Allah)”, yang lainnya “mu’amalah dengan makhluk (hablum min an-naas)”. Ini kaji, yang sudah
terang perintah wajibnya.

Masyarakat Islam memikul kewajiban membina masyarakat (jamaah) karena beban langsung
dari agamanya. Masjid warisan Risalah Islam berfungsi sebagai pangkalan Umat tempat membina
 jamaah, menambah pengertian dan wawasan, mempertinggi kecerdasan, menanamkan akhlaq,
memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa, memberikan pegangan hidup bagi para anggota
masyarakat (jamaahnya), guna menghadapi masalah pokok dalam persoalan hidup. Masjid dan
Langgar (surau) yang hidup dan dinamis, berperan sebagai pusat bimbingan untuk menaikkan jiwa
umat (mendinamisirnya) untuk mencapai taraf kemakmuran hidup lebih baik.Masjid yang hidup
sebagai pusat pembinaan umat, akan meng- hidupkan jiwa jamaahnya supaya terpelihara “Izzah”,
kepribadian umat yang sedang berkecimpung dalam masyarakat ramai dari berbagai corak,, ibarat
ikan ditengah air laut yang hidup, tetap dapat memelihara dagingnya tetap segar dan tawar walaupun
terus menerus berendam dalam air asin. Jamaah umat Islam dapat saling berlomba dengan masyarakat
lainnya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama-sama guna menyuburkan
kebajikan untuk masyarakat umum. Begitulah fungsi Masjid secara hakiki. Kewajiban Umat
“Membina Jamaah melalui Masjid” ini tidak boleh dilalaikan (di kucawaikan) dalam keadaan
 bagaimanapun. Hidupkan Masjid kembali. Dari masjid yang hidup akan terpancar jiwa yang
memancarkan cahaya hidup kepada umat disekelilingnya. Inilah program umatisasi.

Masjid adalah sumber kekuatan umat Islam masa lalu, sekarang dan di masa depan.
Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung mengenal dan mempergunakan modal
kekayaan tak ternilai jumlahnya yang dapat dijadikan sumber kekuatannya ini. Kepada Umat
Muhammad SAW, di amanatkan, Masjid yang hidup berfungsi untuk “mencetak” manusia yang hidup
yang tidak kenal gentar selain hanya kepada Allah.. Apakah kita sudah lupa bahwa, hanya yang akan
memakmurkan masjid-masjid Allah : “ orang-orang yang beriman kepada Allah, “ dan kepada hari
kemudian, “ serta menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat, “ dan tidak takut melainkan (hanya)
kepada Allah,“ maka mudah-mudahan, mereka termasuk orang yang terpimpin” (QS..9,atTaubah:18).
Ini tuntutan yang mesti di terima Umat Islam dari Syariat Islam yang tidak dapat disangkal wajib
 berlakunya atas pemeluknya di negeri ini. Kembali ke Masjid.

2.6 Strategi dalam pembinaan generasi muda

Menurut Larry Poston, Nabi tidak pernah bersikeras untuk menentukan satu strategi khusus
dalam melaksanakan dakwahnya. Nabi melakukan berbagai macam strategi dakwah yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi para mad’unya. Ketika dakwah pertama kali diturunkan kepada Nabi,
Beliau melakukan strategi dakwah secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya, pada saat dakwah Nabi
Muhammad mendapatkan tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy, Nabi menerapkan strategi hijrah
ke Madinah. Bahkan, Nabi juga melakukan strategi melalui jalur pernikahan untuk mendapatkan
dukungan dan pengikut. Intinya, strategi dakwah Nabi Muhammad disesuaikan dengan kemampuan,
situasi dan kondisi mad’u.

Dengan tidak ditetapkan satu strategi yang khusus oleh Nabi dalam melakukan dakwah, maka
 pengikutnya dapat berkreasi untuk menciptakan dan menerapkan berbagai strategi yang sesuai dengan
mad’u. Pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan dalam menentukan dan menerapkan strategi
dakwah, yaitu: tujuan dakwah, kemampuan dan keahlian da’i atau pelaksana dakwah, kondisi dan
situasi dakwah dan mad’u, sarana dan prasarana pendukung. Dengan memperhatikan pertimbangan
dasar tersebut tentunya strategi dakwah untuk anak-anak akan berbeda dengan strategi yang
digunakan kepada para pemuda. Begitu juga, strategi yang diterapkan kepada pemuda berbeda dengan
strategi yang diterapkan kepada orang dewasa.

Secara umum ada dua strategi besar yang dapat diterapkan dalam pembinaan kepada
 pemuda yaitu: strategi internal-personal dan strategi external-institutional. 1. Strategi internal-personal
 berorientasi pada upaya peningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang
 bersumber dari dalam diri pemuda itu sendiri. Sedangkan strategi external-institutional diarahkan
 pada penguatan organisasi yang dimiliki oleh pemuda.

Dalam mengaplikasikan strategi internal-personal, pengurus masjid tidak hanya memberikan


tempat dan pendanaan untuk berkembangnya organisasi pemuda masjid. Pengurus masjid hendaknya
memberikan bimbingan, arahan dan kontrol terhadap pelaksanaan ajaran Islam pada generasi muda.
Apakah dalam kegiatankegiatan yang mereka lakukan tidak menyimpang dari ajaran Islam,
 bagaimana shalat berjama’ah mereka, tadarus al-Qur’an mereka dan bagaimana kepeduliaan serta
keterlibatan pemuda dengan persoalan kemasyarakatan. Semua itu tentunya dilakukan dengan cara-
cara yang bijak dan demokratis. Tidak bisa pengurus masjid memaksakan paham, ideologi dan
kepentingan masjid kepada pemuda. Intinya, penerapan strategi ini lebih pada pembinaan kepribadian
 pemuda tersebut atau dalam bahasa sekarang dikenal dengan pembangunan karakter (character
 building) pemuda. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat “Pembinaan
kehidupan beragama tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Karena
kehidupan beragama adalah bahagian dari kehidupan itu sendiri”. Sedangkan aplikasi strategi
external-institutional, pengurus masjid harus memberikan kesempatan kepada pemuda untuk
mengembangkan diri dalam organisasi remaja (pemuda) masjid dan setiap masjid harus
mengupayakan terbentuknya organisasi pemuda masjid.

Dalam praktek di lapangan, kedua strategi besar di atas jangan dipisahkan atau
dipertentangkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan strategi internal- personal saja atau sebaliknya
hanya menerapkan strategi external-institutional saja. Hindari juga anggapan yang menyatakan bahwa
membina mental remaja hanya menjadi tugas dari orang tua saja, sedangkan masyarakat hanya
 berpangku tangan atau sebaliknya. Organisasi dapat melakukan pembinaan mental sekaligus dapat
melatih mereka dalam berorganisasi. Demikian juga, orang tua melatih mental remaja sekaligus
mendukung remaja untuk aktif di organisasi.
BAB III

Kesimpulan

Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwa:

a. Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti umum, masjid
adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan dalam arti khusus masjid adalah tempat
yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.

 b. Masjid mempunyai banyak fungsi diantaranya yaitu sebagai tempat menjalankan ibadah
shalat, sebagai tempat musyawarah, dan sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut
keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Abdur Rahman Ibrahim. 2003. al-Arabiya Baina Yadaik 2. Riyadh: Yayasan Wakaf Islam
Arab Saudi.

Yunus, Mahmud. TT. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus Waddurriyah. H.r.i, Peran
 Masjid dalam Peradaban Islam: http://www.republika.co.id/

Yuliani, Sri. 2015. Arti Penting Integritas: http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id

Zuhairini, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,
2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Beni Ahmad Saebani dan Hendra
Akhdiyat, 2009. Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai