Rumah Sakit Siloam Hospitals Balikpapan
Rumah Sakit Siloam Hospitals Balikpapan
Disusun Oleh :
AKADEMI FARMASI
SAMARINDA SAMARINDA
2013
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
ini hingga selesai, Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini disusun sebagai
persyaratan untuk menyusun tugas dan bukti pelaksanaan Mata Kulaih di
Akademik Diploma III Jurusan Ilmu Farmasi di Akademi Farmasi Samarinda.
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ditulis berdasarkan informasi yang
di kumpulkan dari berbagai pihak selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada tanggal 24 Februari 2013 s/d 26 Maret 2013 di Rumah Sakit
Internasional Siloams Hospitals Balikpapan.
Laporan ini dapat disusun dengan baik karena banyak masukan dan
dukungan dari berbagai pihak yang berupa informasi, arahan dan bimbingan oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dedi Setiawan, S.Farm., Apt. Selaku Direktur Akademi
Farmasi Samarinda.
2. Ibu Drg. Wiana R Maengkom., MARS, selaku CEO Rumah Sakit
Internasional Siloams Hospitals Balikpapan.
3. Bapak Sapri S.Si selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL)
dari Akademi Farmasi Samarinda.
4. Ibu Norma Yoga Hastuti S. Farm., Apt. Selaku Pembimbing Lahan
Praktik Kerja Lapangan dari Rumah Sakit Siloams Hospitals
Balikpapan.
5. Seluruh Staf dan Karyawan Rumah Sakit Siloams Hospitals
Balikpapan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada
kami.
6. Teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan bantuan dan
motivasi.
7. Teman-teman dari kampus lain yang secara tidak sengaja bertemu
dalam lahan PKL.
iii
8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Laporan
PKL ini.
Penuli smenyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang
dimiliki penulis baik itu sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi
pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Akhir kata penulis ucapkan
banyak terimakasih.
Samarinda, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 3
C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan 3
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT INTERNASIONAL SILOAM
HOSPITALS BALIKPAPAN DAN INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT
A. Rumah Sakit 4
1. Definisi umum 4
2. Sejarah Umum Rumah Sakit Siloam Hospitals 4
B. Sejarah Singkat Siloam Hospitals 5
1. Tugas 6
2. Fungsi Rumah Sakit 7
3. Struktur Organisasi Rumah Sakit 7
4. Klasifikasi 8
5. Panitia Farmasi Dan Terapi 9
C. Instalasi Farmasi 14
1. Definisi 14
2. Tugas Instalasi Farmasi 14
3. Tujuan IFRS 14
4. Kegiatan IFRS 15
5. Struktur Organisasi IFRS 22
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit 24
1. Penampilan IFRS 25
2. Kemudahan pelayanan 26
3. Ketarsediaan Obat 27
4. Kecepatan Petugas Dalam Pelayanan 27
5. Kompetensi Petugas 28
6. Pemberian Informasi Obat 28
7. Keramahan Petugas 29
8. Kualitas Pelayanan Kesehatan 29
9. Sikap dan Perilaku 31
B. Pelayanan Farmasi dan Instalasi Farmasi 34
C. Pelayanan Farmasi Di instalasi Rawat Darurat (IRD) 36
D. Pelayanan Farmasi di Instalasi Rawat Inap 37
E. Pelayanan Farmasi di Gudang Farmasi 38
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 46
B. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan suatu Organisasi Sosial – Ekonomi Non Profit
terintegrasi yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap bagi
masyarakat.
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit lebih menekankan pada pelayanan yang
bersifat Kuratif dan Rehabilitatif dimana obat-obatan dan alat kesehatan merupakan
salah satu faktor terpenting sebagai penunjang dalam penyembuhan penderita
sehingga dibutuhkan pelayanan yang baik. Upaya dalam bidang pelayanan kesehatan
antara lain dengan peningkatan mutu pelayanan melalui peningkatan ketepatan,
rasionalisasi, dan efisiensi dalam penggunaan obat. Untuk memenuhi tugas dan
tujuan dari pelayanan kefarmasian maka disusun suatu organisasi yaitu Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Seorang farmasis yang bekerja sebagai tenaga professional di Rumah Sakit,
bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perbekalan farmasi
yaitu mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
penyaluran, pemberian informasi yang baik terhadap sesama petugas kesehatan
maupan pasien dalam pemantauan dan penggunaan obat, serta pemantauan dari segi
sosial ekonomi.
Farmasis merupakan profesi di bidang kesehatan, dimana ciri-ciri profesi
adalah keahlian didasarkan atas pengetahuan teoritis, dimana seorang farmasis di
didik dan menerima pengetahuan yang khas dan pengetahuan ini tidak diperoleh di
bidang lain.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit merupakan kegiatan
penjabaran disiplin ilmu pengetahuan dan teori yang didapat selama pendidikan
dengan kenyataan yang ada dilapangan. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
1
Kefarmasian meliputi pengelolaan Perbekalan Farmasi dan kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan kefarmasian.
Akademi Farmasi Samarinda merupakan institusi pendidikan kesehatan yang
bergerak dalam bidang kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata
kuliah berkehidupan bermasyarakat di Akademi Farmasi Samarinda yang bertujuan
untuk menghasilkan Tenaga Farmasi yang terampil, terlatih, dan mampu
mengembangkan diri dengan baik sebagai Tenaga Kesehatan ysng professional.
Setelah menjalani PKL yang dilaksanakan di Rumah Sakit Siloam Balikpapan
diharapkan mahasiswa /i mampu untuk melakukan kegiatan kefarmasian khususnya
di rumah sakit.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan Rumah Sakit adalah :
1. Menerapkan dan mengembangkan antara teori yang didapat selama pendidikan
dengan kenyataan yang ada dilapangan.
2. Mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasin dan Sistem Manajemen
pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Siloam Balikpapan.
A. Rumah Sakit
1. Definisi Umum
Rumah Sakit didefinisikan sebagai unit organisasi di lingkungan Departemen
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sakit dan
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan (Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
539/Menkes/SK/IV/1994, 1994).
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
Tahun 2009, 2009).
4. Klasifikasi
Rumah Sakit umum diklasifikasikan menjadi (Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 340/Menkes/Per/III/2010, 2010) :
d. Kewajiban PFT
1) Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
2) Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, Formularium rumah
Sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lainnya.
3) Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait.
4) Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.
Tugas Apoteker Dalam PFT
1) Menjadi salah seorang dari panitia (wakil ketua/ sekretaris).
2) Menetapkan jadwal pertemuan.
3) Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
4) Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan.
5) Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
seluruh pihak yang terkait.
6) Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait.
7) Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
8) Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain.
9) Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT.
10) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
11) Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.
12) Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.
1. Definisi
Instalasi farmasi adalah bagian dari rumah sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah
Sakit (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, 2009).
3. Tujuan IFRS
a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan dan
kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan
memenuhi syarat.
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah
sakit yang memenuhi syarat.
c. Menjamin praktik profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan
pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan, pencapaian dan melalui
peningkatan kesejahteraan ekonomi.
d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam ilmu
farmasetik pada umumnya.
e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi
antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi spesialis serumpun.
f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk secara
efektif mengelola pelayanan farmasi yang terorganisasi; mengembangkan dan
memberikan pelayanan klinik, melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian
klinik dan farmasi dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan, penderita,
mahasiswa dan masyarakat.
g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit
kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional
kesehatan lainnya.
h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS.
i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi farmasi.
4. Kegiatan IFRS
a. Manajemen Farmasi (Siregar, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.1197/Menkes/SK/X/2004, 2004).
1) Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan standar
obat merupakan peran dari apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan
efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
2) Perencanaan Perbekalan Farmasi
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Adapun perencanaan kebutuhan dapat dilakukan
melalui metode konsumsi, metode morbiditas atau kombinasi konsumsi dan
morbiditas.
Kelebihan sistem ini adalah semua resep dikaji langsung oleh apoteker
sebelum obat disiapkan, untuk mencegah kesalahan pengobatan dan menentukan
dosis yang tepat; memberikan kesempatan terjadinya interaksi profesional yang
dekat antara dokter, perawat dan apoteker; memungkinkan pengendalian
persediaan obat lebih sedikit; mempermudah penagihan biaya penderita.
Keuntungan sistem ini adalah obat yang diperlukan segera tersedia bagi
penderita, peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS,
berkurangnya penyalinan kembali resep obat dan pengurangan jumlah personel
IFRS yang diperlukan.
Kelemahan sistem ini adalah kesalahan obat sangat meningkat karna resep
obat tidak dikaji oleh apoteker, persediaan obat di ruang rawat meningkat dengan
fasilitas ruangan yang sangat terbatas, pencurian obat meningkat, meningkatnya
bahaya karena kerusakan obat, penambahan modal investasi, untuk menyediakan
fasilitas penyimpanan obat yang sesuai di setiap daerah perawatan penderita,
diperlukan waktu tambahan bagi perawatan untuk menangani obat dan
meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.
Kelebihan sistem ini adalah semua resep individu di kaji langsung oleh
apoteker; obat segera tersedia karena obat yang tersedia di ruangan hanya obat-
obat yang digunakan sehari-hari oleh penderita; terjadi interaksi yang dekat
antara apoteker; perawat dan dokter; persediaan obat di ruang tidak memerlukan
tempat yang terlalu besar jika di bandingkan dengan sistem persediaan lengkap di
ruangan.
Keuntungan sistem ini adalah penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam dan
penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi saja; semua dosis obat yang
diperlukan pada unit perawat telah disipkan oleh IFRS. Jadi, perawat mempunyai
waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita; adanya sistem
pemerikssaan ganda dapat mengurangi kesalahan obat; menghemat ruangan di
unit perawat; meniadakan pencurian dan pemborosan obat; memperluas cakupan
dan pengendalian IFRS secara keseluruhan sejak dokter menulis resep sampai ke
penderita menerima dosis unit; kemasan dosis unit secara sendiri-sendiri di
berikan etiket dan kemasan tetap utuh sampai obat sisap dikonsumsi pada
penderita; apoteker dapat datang ke unit perawat atau ruang penderita, untuk
melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan pada tim sebagai
upaya untuk perawatan penderita yang lebih baik. Kelemahan sistem ini adalah
diperlukannya tenaga farmasi yang lebih banyak dan meningkatnya biaya
operasional.
Sistem distribusi dapat dioperasikan dengan salah satu dari dua metode di
bawah ini, antara lain:
(a) Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat instalasi farmasi. Seluruh kebutuhan perbekalan
farmasi setiap unit pemakai, baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan
barang daras ruangan, disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
(2) Dispensing
Kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Dispensing dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu dispensing sediaan farmasi
parenteral nutrisi, dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, dan
dispensing sediaan farmasi berbahaya.
(5) Konseling
Suatu proses yang sistematik untung mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan pasien rawat ianp.
1. Penampilan IFRS
Penampilan IFRS adalah keadaan secara fisik dari penampilan IFRS
menyangkut penataan ruang tunggu dan desain interior (etalaseobat), kebersihan dan
kenyamanan ruang tunggu serta fasilitas penunjang lainnya seperti adanya TV, AC,
koran, ATM, toilet, telpon, café dll, selanjutnya penampilan petugas serta informasi
secara umum berupa poster maupun papan pemberitahuan tentang prosedur
pelayanan.
Lingkungan fisik Instalasi Farmasi, harus tersedia ruangan, peralatan dan
fasilitas lain yang mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik
pelayanan farmasi sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, professional dan etis. Pasien akan lebih memperhatikan instalasi farmasi
yang belum pernah dikunjungi dari pada yang sudah sering dikunjungi.
Menurut Engel,J., (1993), kenyamanan dalam menunggu merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi minat pasien dalam membeli obat di apotek
rumah sakit, dan hal yang memberi kenyamanan pada pelanggan adalah penampilan
fisik yang menarik dan tersedianya sarana penunjang.
Menurut Engel,J., (1993), penampilan karyawan yang rapi dan khas
merupakan hal yang perlu diperhatikan juga, tentu akan memberikan karakteristik
tersendiri sebagai pemberi image (citra) tentang suatu produk jasa pelayanan yang
akan diberikan serta dijual kepada konsumen.
2. Kemudahan pelayanan
Kemudahan pelayanan adalah kemampuan pihak provider untuk
memberikan pelayanan yang cepat dan praktis, sehingga pasien dapat mengakses
pelayanan dalam waktu yang cukup singkat dan praktis, dimanapun dan kapanpun.
Kemudahan mendapatkan pelayanan meliputi tersedianya sarana penunjang,
papan petunjuk keberadaan apotek, waktu tunggu yang tidak lama, baik itu dalam
bentuk pelayanan teknis kefarmasiannya, fasilitas delivery obat kerumah pasien, dan
cara proses pembayarannya. Proses pembelian obat bebas yang dapat dibeli lewat
telpon dengan pelayanan 24 jam, proses delivery obat racikan ke rumah pasien,
sehingga pasien dengan kondisi tertentu atau dengan domisili yang jauh dari rumah
sakit tidak perlu menunggu resep obat racikannya terlalu lama. Termasuk
kemudahan proses pembayaran dengan menggunakan credit card, baik dari segi
pelayanan medis maupun pelayanan obatnya. Kemudahan pelayanan dengan
menyediakan apotek 24 jam untuk konsumen termasuk pelayanan informasik
efarmasian 24 jam.
3. Ketersediaan Obat
Lengkap dan akuratnya pelayanan farmasi menjadi faktor utama dalam
menghadapi persaingan dengan apotek sekitar. Obat yang tersedia di apotek sentral
Rumah Sakit Siloams Hospitals ± 6000 item obat paten dan 235 item obat generik
(Februari 2013). Supplier obat adalah PBF di Balikpapan sehingga untuk pemesanan
tidak membutuhkan waktu lama, jarang terjadi kekosongan obat. Pengendalian
persediaan akan baik apabila jumlah pesanan tidak menyebabkan persediaan
berlebih (overstock) atau kekosongan obat (stockout).
7. Keramahan petugas
Sistem pelayanan kepada pelanggan di Rumah Sakit Siloams terkenal ramah,
cepat, tepat, serta dengan informasi yang jelas. Keramahan pada pelanggan
sangat penting agar mereka merasa diharga isehingga bias menja dipelanggan yang
fanatik. Petugas melakukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pelanggan.
Hal tersebut dapat dicapai apabila jumlah petugas cukup sehingga beban
pekerjaan tidak terlalu berat, dengan demikian akan memberi kesempatan kepada
petugas untuk bersikap ramah. Proses pelayanan yang baik akan mempengaruhi
kualitas pelayanan, dan kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan
pada konsumen.
Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan
kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif,
memberikan perhatian,dan ini mempunyai andil besar dalam konseling yang efektif.
Pasien yang diperlakukan kurang baik cenderung untuk mengabaikan saran dan
nasehat petugas kesehatan, atau tidak mau berobat ke tempat tersebut. Perhatian,
harapan pasien tentang petugas memperhatikan pasien sesuai dengan kebutuhannya,
petuga sselalumem berikan informasi dengan bahasa yang bias dimengerti pasien.
1. Unsur masukan.
Meliputi tenaga, dana dan sarana. Apabila tenaga dan sarana
(kuantitasdan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard ofpersonnels and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak
sesuai dengan kebutuhan maka sulit diharapkan pelayanan kesehatan yang
bermutu.
2. Unsurlingkungan.
Meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen. Apabila kebijakan,
organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan (standardof organizationand management)dan atau tidak bersifat
mendukung maka sulit diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Unsurproses.
Meliputi tindakan medis dan non medis. Apabila keduatindakan
tersebut tidak sesuai dengan standar (standard ofconduct) maka sulit
diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
1) Komunikasi dari mulut kemulut, yaitu informasi yang didengar dari pasien
lain.
2) Kebutuhan perorangan, meliputi karakteristik individu dan
lingkungan.
3) Pengalaman masalalu.
4) Komunikasi eksternal, yaitu informasi yang berasal dari penyedia pelayanan
kesehatan.
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara
langsung, sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Sikap
merupakan kontrak multidimensional yang terdiri dari respon skognitif (respon
perceptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), responafektif (respon
syarafsimpatik), respons perilaku atau konatif (berapa tindakan dan pernyataan
mengena iperilaku). Dengan melihat salah satu diantara ketiga bentuk respons
tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui, tetapi deskripsi lengkap mengenai
sikap harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respons secara lengkap.
Beberapa dimensi pengukuran sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan
spontanitasnya.
Menurut Kelman dalam Walgito (2001) ada tiga proses social yang
berperanan dalam proses perubahan sikap yaitu:
1. Compliance (Kepatuhan)
Individu mau menerima pengaruh dari orang lain karena dia berharap
memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain.
2. Identification (Identifikasi)
Individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau kelompok lain
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai
bentuk hubungan yang menyenangkan antara diadengan pihaklain.
3. Internalization (Internalisasi)
Terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia menurutinya karena
sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai dengan system nilai yang
dianutnya.
Menurut Teori Tindakan Beralasan Ajzen & Fishbein dalam Kotler. P (2000),
penyebab perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri didasarkan pada asumsi-
asumsi:
Gambar 3.1 Teori Tindakan Beralasan Ajzen & Fishbein. Sumber : Kotler. P (2000).
Perilaku konsumen dipengaruhi empat factor yaitu budaya, sosial (kelompok
acuan, keluarga, status), pribadi (usia, tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, gaya
hidup, kepribadian, konsepdiri) dan psikologis ( motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan sikap).
1. Gambaran Umum
Mahasiswa PKL menerima resep dari pasien rawat jalan baik umum, pasien pribadi,
ASKES, JPK Olahraga, In Health dan JAMKESDA (Jaminan Kesehatan Daerah).
a. Pasien Umum
1) Pasien langsung mendatangi loket untuk registrasi. Untuk pasien lama hanya
menunjukkan kartu berobat dan mendapat nomor antrian untuk ke poli.
Sedangkan, untuk pasien baru harus menunjukkan kartu identitas untuk
dibuatkan kartu berobat. Selanjutnya sama seperti pasien lama.
2) Setelah itu pasien ke poli yang dituju untuk mendapatkan pemeriksaan dari
dokter yang bersangkutan.
3) Kemudian pasien diberikan resep untuk diberikan ke Instalasi Farmasi.
4) Pasien langsung mendatangi Instalasi Farmasi untuk menebus obat. Kemudian
resep dikaji terlebih dahulu untuk mengecek keabsahan resep agar obat dapat
segera dipersiapkan.
5) Kemudian, pasien diminta untuk membayar administrasi ke loket
pembayaran. Setelah mendapatkan bukti pembayaran, maka obat dapat
diserahkan sesuai resep kepada pasien. Bila obat tidak tersedia di Instalasi
Farmasi, maka pasien diberi copy resep untuk menebus obat diapotek luar.
b. Pasien Pribadi
a. Pasien langsung mendatangi loket untuk registrasi.
b. Setelah itu pasien ke poli yang dituju untuk mendapatkan pemeriksaan dari
dokter yang bersangkutan untuk pasien pribadi.
c. Pasien ASKES
a. Pasien ASKES langsung mendatangi loket registrasi untuk mendaftar dengan
membawa surat rujukan dari dokter atau rumah sakit lain.
b. Kemudian pasien mendatangi poli yang dituju untuk mendapatkan
pemeriksaan dari dokter yang bersangkutan.
c. Kemudian resep yang diperoleh dari poli dibawa kembali ke ASKES Center
untuk diperikasa apakah obat yang diminta termasuk dalam tanggungan
ASKES dan diliahat jumlah yang dapat diambil sesuai dengan Formularium.
d. Bila sesuai, pasien langsung mendatangi Instalasi Farmasi untuk mengambil
obat sesuai dengan resep. Apabila didalam resep terdapat obat yang tidak
termasuk dalam tanggungan ASKES pasien dapat mengambil obat dengan
membayar sesuai Formularium.Jika pasien tidak menginginkan untuk
menebus obat, pasien dapat menebus obat di apotek lain dengan membawa
copy resep dari Siloam`s Hospital.
d. Pasien JPKO, lahraga dan JAMKESDA
a. Pasien langsung mendatangi loket registrasi untuk mendaftar dengan
membawa surat rujukan dari dokter atau rumah sakit lain.
b. Kemudian pasien mendatangi poli yang dituju untuk mendapatkan
pemeriksaan dari dokter yang bersangkutan.
c. Kemudian resep yang diperoleh dari poli akan diperikasa apakah obat yang
diminta termasuk dalam tanggungan dan diliahat jumlah yang dapat diambil
sesuai dengan Formularium.
d. Bila sesuai, pasien langsung mendatangi Instalasi Farmasi untuk mengambil
obat sesuai dengan resep. Apabila didalam resep terdapat obat yang tidak
termasuk dalam tanggungan asuransi maka, pasien dapat mengambil obat
dengan membayar sesuai Formularium. Jika pasien tidak menginginkan untuk
menebus obat, pasien dapat menebus obat di apotek lain dengan membawa
copy resep dari Siloam`s Hospitals.
2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan praktek kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa/i mampu
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari mata kuliah yang diberikan sehingga
mahasiswa/i diharapkan terampil dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian. Dan
dapat membedakan pasien dari statusnya menurut Formularium Rumah Sakit (FRS).
3. Kegiatan Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Instalasi Rawat
Jalan meliputi :
a. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan resep(sudah di Acc apoteker),
serta melakukan pengecekan Perbekalan Farmasi yang telah disiapkan (Cek
terakhir oleh Apoteker).
b. Mencatat jumlah obat maupun alat kesehatan yang telah diambil pada kartu
stock.
c. Menempatkan obat/alat kesehatan di rak secara alfabetis.
d. Memberi etiket pada obat sesuai sediaan dan diberi aturan pakai sesuai resep
dokter.
e. Memberikan informasi tentang penggunaan Perbekalan Farmasi kepada
pasien.
f. Memasukkan (Input) data untuk pasien rawat jalan.
g. Melakukan Stock Of Name (SO) setiap akhir bulan dan untuk perbekalan
farmasi yang akan datang.
1. Gambaran Umum
o Definisi gudang farmasi
Instalasi Farmasi dan Alat Kesehatan ( INFALKES ) Rumah Sakit Siloams
Hospitals Balikpapan terletak di lantai 1. Adalah tempat penerimaan penyimpanan
pendistribusian dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat dan alkes
perbekalan kesehatan lainnya, yang tujuannya agar digunakan untuk melaksanakan
program kesehatan di Rumah Sakit Siloams Hospitals.
Letak gudang yang kurang baik karena terlalu jauh dari Apotek membuat
tenaga teknis kefarmasiaan harus lebih ekstra tenaga jika terjadi kekurangan obat dan
alat kesehatan yang pasien butuhkan, menigngat letak Apotek rumah sakit terletak di
lantai 2. Namun dengan usia Rumah Sakit yang terbilang dini hal ini diharap
maklum, dan lagi pula pembangunan gudang yang tepat di samping Apotek akan
segera terrealisasikan. Di kemudian hari kendala ini akan tidak menjadi
permasalahan.
Keadaan dalam gudang yang tertata rapi sesuai dengan Farmakologi dan jenis
sediaannya, dengan situasi tertata rapi membuat penampilan gudang terasa nyaman.
Suhu dalam gudang terkontrol rapi dan dilengkapi lemari khusus psikotropik dan
narkotik serata dilengkapi 2 lemari pendingin yang digunakan khusus untuk sediaan
farmasi yang harus disimpan pada suhu khusus, misalnya vaksin.
PENGADMINISTRASIAN
PENGEMUDI
Tugas dan wewenang dan tanggung jawab pelaksana Farmasi Sub Unit
Penyimpanan dan Penyaluran Obat adalah :
Tugas dan wewenang dan tanggung jawab Pelaksana Farmasi Sub Unit
Pencatatn Dan Evaluasi adalah :
1. Mempersiapkan jadwal distribusi obat.
2. Menghitung dan menentukan stock optimum serta mengkomplikasi
pemakaian masing – masing jenis obat untuk tiap unit pelanyanan
kesehatan.
3. Melakukan analisa perbandingan antara stock optimum dengan pemakaian
masing – masing jenis obat.
4. Melakukan analisa tingkat kecukupan untuk menjamin ketersediaan obat
yang menyeluruh dan merata.
5. Melakukan pemantauan atas realisasi pengadaan obat oleh masing –
masing sumber anggaran
6. Melaksanakan perencanaan kebutuhan obat bersama tim perencanaan obat
terpadu.
7. Mengelola dan mencatat segala penerimaan dan pengeluaran barang
8. Menyiapkan laporan mutasi barang secara berkala
9. Menyiapkan laporan pencacahan barang pada akhir tahun.
o Penerimaan
Dalam hal penerimaan barang hal-hal yang harus di perhatikan adalah:
Sumber barang ( Dari Distributor – distributor terpercaya )
Kondisi barang
Tanggal kadaluarsa ( Expired date )
Jumlah barang
Pencocokan pada faktur pembelian
o Penyimpanan
Setelah sediaan farmasi diterima oleh Infalkes maka, sediaan farmasi akan di
simpan di dalam gudang. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu obat /
alkes, memudahkan dalam pengawasan.
Tata cara penyimpanan obat di Gudang farmasi:
1. Berdasarkan Farmakologi, jenis sediaan yang bersifat Alphabetis,
stabilitas obat dan sifat-sifat obat.
2. Menerapkan sistem FIFO (First In first Out ) yakni barang yang masuk
pertama dikelurkan terlebih dahulu) dan FEFO ( first Expired date First
Out ) yakni obat yang waktu kadaluarsanya mendekati dikeluarkan lebih
dahulu.
3. Untuk sediaan narkotik dan psikotropik dan obat penting lainnya
disimpan pada tempat khusus.
4. Cairan diletakkan di rak bagian bawah, obat tidak boleh terkena sinar
matahari langsung terutama antibiotik dan injeksi.
5. Alat kesehatan di letakkan di lemari khusus.
o Distribusi
Tujuan dari distribusi Infalkes adalah memenuhi kebutuhan obat yang di
butuhkan oleh rumah sakit. Pada rumah sakit siloams pendistribusian dilakukan jika
terjadi kehabisan stok atau stok yang tersedia sudah mulai menipis, maka staf dari
Apotek akan mendata obat – obat apa saja yang akan di ambil, dengan prosedur
mencatat setiap pengambilan obat atau alkes pada kartu stok dan pula setelah itu
mencatat pada buku mutasi pengambilan yang telah disediakan oleh petugas gudang
yang sedang bertugas, tujuannga agar petugas gudang nantinya akan mengetahui obat
atau alkes yang mana saja yang akan didatangkan kembali.
o Pemusnahan
Pemusnahaan akan dilakukan jika ada sediaan farmasi yang rusak atau sudah
kadaluarsa. Dengan cara memisahkan sediaan yang rusak dengan sediaan yang masih
baik, kemudian mengeluarkan obat / alkes dari kemasannya setelah itu obat dapat
dihancurkan kemudian di timbun dalam tanah dengan membuat berita acara dan pada
waktu pemusnahan sedikitnya di hadiri oleh 2 orang saksi.
2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan praktek kerja lapangan di gudang adalah sebagai berikut :
a. Mampu mengetahui sitem pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat dan alkes di gudang.
b. Sebagai Asisten Apoteker, dibawah pimpinan Apoteker mampu menjalankan
pekerjaan kefarmasian digudang dari disusunnya pengadaan suatu obat dan
alkes sampai pada pendistribusiannya.
c. Memahami sistem keluar dan masuknya obat dan alkes dalam setiap periode
perputaran obat dan alkes.
d. Memahami teknik perhitungan penggunaan dan taksiran penggunaan obat dan
alkes dalam setiap bulannya yang telah digunakan oleh rumah sakit dan pula
penentuan buffer stock obat dan alkes sehingga tidak akan terjadi kekosongan.
A. KESIMPULAN
Dengan terlaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit
Internasional Balikpapan dapat di simpulkan bahwa sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Internasional Siloams hospitals merupakan rumah sakit Swasta
selain digunakan sebagai tempat pelayanan dan perbekalankesehatan juga
digunakan untuk pendidikan.
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Siloams Hospitals merupakan salah satu
instalasi berada dibawah Direktorat Medik dan Keperawatan yang dipimpin
oleh Apoteker. Digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan dan
perbekalan kesehatan, khususnya obat. Kegiatan tersebut dibagi menjadi dua
yaitu kegiatan farmasi non klinik dan farmasi klinik. Kegiatan farmasi non
klinik meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
penditribusian, produksi, dan pelaporan. Kegiatan farmasi klinik meliputi
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Edukasi obat, Konseling Obat, Monitoring
Efek Samping Obat (MESO), Ronde/Visite pasien, dan terlibat dalam Tim
Farmasi dan Terapi untuk menyusun sistem formularium
3. Peran Asisten Apoteker dibawah pimpinan Apoteker sangat berpengaruh
sekali karena dalam penyelesaian dan berjalannya sistem instalasi farmasi di
suatu rumah sakit.
B. SARAN
1. Sebaiknya Penataan atau penyusunan sediaan di Infalkes perlu di perhatikan
kebersihan dan kerapihannya.
2. Disetiap pergantian shif seharusnya pencatatan suhu lemari es dan ruangan
harus dicatat.
3. Pentingya kekompakan dalam melakukan kegiatan kefarmasian sehingga
tercipta suasana kerja yang nyaman, tidak hanya sebagian saja yang bekerja.
4. Kerapian dan sopan santun dalam bertindak harus selalu di jaga terutama pada
saat melayani pasien yang datang.
DAFTAR PUSTAKA
63
Lampiran 2. Denah Bangunan ( Lay out ) Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 3. Contoh Etiket Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 4. Contoh Surat Pesanan Obat Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan Psikotropik RS Siloam Hospitals
Lampiran 6. Contoh Surat Pesanan Narkotik RS Siloam Hospitals
Lampiran 7. Contoh Apograph Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 8. Contoh Resep Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 9. Contoh Kartu Stok Obat Rumah Sakit Siloam Hospitals
Lampiran 10. Contoh Laporan penggunaan Psikotropik Rumah Sakit Siloam Hospitals
GAMAR – GAMBAR
GAMBAR - GAMBAR
GAMBAR - GAMBAR
GAMBAR – GAMBAR
GAMBAR - GAMBAR
GAMBAR - GAMBAR
GAMBAR – GAMBAR
GAMBAR – GAMBAR