Anda di halaman 1dari 3

Tugas Agama

“Catur Asrama : Wanaprastha Asrama”

Oleh:

Made Galang Pradnyadipa

X IPS 3

25
Wanaprastha Asrama

Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar
dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri
ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi.

Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan
mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/ moksa
dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Masa mulai menempuh hidup Wanaprastha

Masa yang baik untuk mulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah setelah
berusia kurang lebih 60 tahun ke atas. Karena pada usia seperti itu, anak-anaknya sudah dapat
hidup mandiri. Bagi seorang pegawai negeri ia sudah pension sehingga ia sudah lepas dan bebas
dari tugas dinasnya.

Wanaprastha tidaklah diartikan sebagai meninggalkan rumah lalu pergi menyepi kehutan untuk
bertapa, tetapi Wanaprastha dimaknai sebagai hidup yang hening dan suci, sedikit demi sedikit
melepaskan diri dari ikatan keduniawian, dan menguatkan pengendalian diri berdasarkan ajaran
Agama Hindu. Ajaran agama yang diperoleh pada masa brahmacari kini dilaksanakan pada
kehidupan sehari-hari secara lebih mantap, dimana lebih dipusatkan pada bidang spiritual.

Orang yang melaksanakan Wanaprastha disebut ‘Vanaprasthin’, hendaknya selalu menjaga


kesucian dan kesehatan jasmani/rohani, banyak melakukan pekerjaan mulia, bijaksana,
bersahabat, berbicara manis dan menyenangkan, melakukan sadhana, melaksanakan latihan-
latihan kerohanian (yoga), melakukan berbagai "vrata" atau pengekangan diri, suka belajar dan
bergaul pada orang-orang suci (Sulinggih), sering me-dharma yatra dan lain-lain.

Wanaprastha adalah batu loncatan untuk mencapai sebuah jenjang Sanyasin karena lewat
Wanaprasta jiwa secara perlahan terlatih tidak lagi bergantung kepada hal-hal yang bersifat
kenikmatan indria dengan demikian pikiran tidak lagi focus ke indria apapun bentuknya
melainkan hanya pada Tuhan.

“ Tat-buddhayas tad-atmanas

tan-nisthas tat-parayanah

gacchanty apunar-avrtti

jnana-nirdhuta-kalmasah”.

( Bhagavadgita V-17)

Artinya:

“Mereka yang memikirkan-Nya, menyerahkan seluruh jiwa kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan


utama, memuja hanya pada-Nya, akan pcrgi tidak kcmbali, dan dosa mereka dihapus oleh
pengetahuan itu”.

Dari sloka ini dijelaskan bahwa pikiran adalah faktor terpenting dalam keberhasilan seorang
dalam melaknakan Sanyasin asrama, untuk itu pikiran harus dilatih secara perlahan-lahan pada
masa wanaprasta hingga nanti saat memasuki jenjang sannyasi asrama pikiran benar-benar telah
mantap pada Tuhan. Hingga tidak ada lagi goncangan-goncangan mental saat menjalani masa
Sannyasin.

Sumber Informasi

http://www.mantrahindu.com/konsep-jenjang-kehidupan-dalam-hindu-catur-asrama/

http://materiajaragamahindu.blogspot.com/2017/03/catur-asrama.html

Anda mungkin juga menyukai