Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HEMATOLOGI I

LEUKOPOIESIS

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Lillah Mauliddiana P27834118034
Devan Andhika Putra Pratama P27834118035
Safira Febrianisa P27834118036
Frisca Chairunnisa Maulidya P27834118037
Jihan Azzahra Arsyi P27834118038
Prita Supriono Putri P27834118039
Alissa Qotrunnada P27834118040
Prisma Anjarlena P27834118041

Dosen Pembimbing :
Anita Dwi Anggraini, S.ST, M.Si.

DIPLOMA 4 ANALIS KESEHATAN SEMESTER III


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Hematologi I dengan judul “Leukopoiesis” , meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami juga berterimah kasih kepada Ibu Anita Dwi Anggraini, S.ST, M.Si. selaku Dosen mata
kuliah Kimia Klinik I yang telah memberikan tugas makalah kepada kami. Kami sangat
bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas makalah yang jauh dari kata sempurna ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
mengharap kritik dan saran agar kedepanya dapat diperbaiki. Karena makalah yang kami buat
ini masih banyak kekurangannya.

Surabaya, 9 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Lembar Judul............................................................................................ i
Kata Pengantar......................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................... 4
BAB II : Pembahasan
2.2 Leukopoiesis........................................................................... 6
2.3 Mekanisme Leukopoiesis....................................................... 8
2.4 Fungsi Masing - masing Leukosit........................................... 10
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Leukosit.............. 16
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan............................................................................ 17
Daftar Pustaka………………………………………………...……….. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel darah putih merupakan komponen selular penting dalam darah yang berperan
dalam sistem kekebalan. Sel darah putih atau Leukosit ini umumnya berperan dalam
mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu dipandang
mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan individu.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum
tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka
akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit,
ditemukan pada jaringan yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan
limfonoduli. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan
pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang
menjadi leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam
sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam
jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan,
tergantung pada jenis leukositnya (Sacher, 2004).Pembentukan leukosit berbeda dengan
pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai
dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada seri granulosit (granulopoiesis) dimulai
dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit
dan limfosit. Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast,
sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang Dimaksud dengan Leukosit?
1.2.2 Apa yang Dimaksud dengan Leukopoiesis?
1.2.3 Bagaimana Mekanisme Leukopoiesis?
1.2.4 Apa Saja Fungsi Macam – macam Leukosit?
1.2.5 Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Leukosit?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Leukosit.
1.3.2 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Leukopoiesis.
1.3.3 Mengetahui Proses Mekanisme Leukopoiesis.
1.3.4 Mengetahui Fungsi Macam – macam Leukosit.
1.3.5 Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Leukosit.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leukosit
Di darah perifer, sel ini mudah dibedakan dari eritrosit oleh adanya inti (Sacher,
2004). Leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Sel ini menahan masuknya
benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan,
yaitu fagositosis dan mengaktifkan respon imun tubuh. Leukosit juga berfungsi
menyerang mikroorganisme atau benda asing yang telah dikenal atau bersifat spesifik
(seperti virus HIV, sel-sel kanker, dan kuman TBC), dan memusnahkan serta menyapu
bersih kotoran-kotoran yang berasal dari sel-sel tubuh yang rusak atau mati (Hendrik,
2006).
Sel darah putih atau dalam istilah medis disebut dengan leukosit merupakan suatu
komponen pembentuk darah selain dari sel darah merah dan keping darah. Sel darah
putih memiliki inti, namun tidak mempunyai bentuk sel yang pasti atau tetap serta tidak
mempunyai warna.
Jumlah sel darah putih pada setiap millimeter darah manusia adalah sekitar 6000-
8000 sel. Sel darah putih berperan sebagai agen yang memerangi agen infeksi yang
masuk ke tubuh. Tempat pembentukan sel darah putih ialah di sumsum tulang, limpa, dan
kelenjar getah bening. Semua sel darah putih tersebut memiliki rentang masa waktu untuk
hidup yaitu 6-8 hari.
Di dalam tubuh, sel darah putih tidak berkumpul atau berasosiasi dengan organ
atau sel lain, akan tetapi, mereka bekerja secara independen layaknya organisme sel
tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas untuk menangkap
mikroorganismeserpihan selular, dan partikel asing yang menyusup ke dalam tubuh untuk
menyebabkan penyakit. Sel darah putih juga tidak dapat bereproduksi dengan cara
mereka sendiri, melainkan sel ini adalah produk hasil dari sel punca hematopoetic
pluripotent (sel awal untuk pembentukan sel darah putih).

2.2 Leukopoiesis
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya
colony stimulating (factor perangsang koloni). Colony stimulating ini dihasilkan oleh
leukosit dewasa.

6
Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam
sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat
maka akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit,
ditemukan pada jaringan yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan
limfonoduli. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan
dan pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang
menjadi leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam
sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam
jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan,
tergantung pada jenis leukositnya (Sacher, 2004).
Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2
jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel
pada seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri
agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit
(limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis)
diawali oleh fase monoblast.
Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya
menjadi sel yang paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil. Proses ini
memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan mielosit semuanya
mampu membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau mitotik. Setelah
tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel mengalami pematangan melalui beberapa
fase yaitu: metamielosit, neutrofil batang dan neutrofil segmen. Di dalam sumsum tulang
sel ini mungkin ada dalam jumlah berlebihan yang siap dibebaskan apabila diperlukan.
Sel-sel ini dapat menetap di sumsum tulang sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan
apabila diperlukan.
Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20% dari
sumsum tulang normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah
pematangan, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah, beredar dengan interval waktu
yang berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di kelenjar limfatik
(Sacher, 2004).
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel induk
dengan potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit yang
bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau menjadi monoblas.

7
Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang sebagiannya berpoliferasi
menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang lain merupakan cadangan sel yang
sangat lambat berkembang. Waktu yang dibutuhkan sel induk sampai menjadi monosit
adalah sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia dalam sumsum dalam jumlah besar, namun
bermigrasi ke dalam sinus setelah dibentuk. Monosit bertahan dalam pembuluh darah
kurang dari 36 jam sebelum akhirnya masuk ke dalam jaringan (Fawcett, 2002).

2.3 Mekanisme Leukopoiesis

Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam


sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat
maka akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit,
ditemukan pada jaringan yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan
limfonoduli. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan
pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang
menjadi leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam

8
sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam
jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan,
tergantung pada jenis leukositnya (Sacher, 2004).
Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2
jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel
pada seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada
seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit
(limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis)
diawali oleh fase monoblast.

1. Granulosit (Granulopoesis)
Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya
menjadi sel yang paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil. Proses
ini memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan mielosit
semuanya mampu membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau
mitotik. Setelah tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel mengalami
pematangan melalui beberapa fase yaitu: metamielosit, neutrofil batang dan neutrofil
segmen. Di dalam sumsum tulang sel ini mungkin ada dalam jumlah berlebihan yang
siap dibebaskan apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat menetap di sumsum tulang
sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila diperlukan.

2. Agranulosit
a. Limfopoiesis
Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20%
dari sumsum tulang normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah
pematangan, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah, beredar dengan interval
waktu yang berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di
kelenjar limfatik (Sacher, 2004).
b. Monopoiesis
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel
induk dengan potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni
granulosit yang bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau
menjadi monoblas. Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang
sebagiannya berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang lain

9
merupakan cadangan sel yang sangat lambat berkembang. Waktu yang dibutuhkan
sel induk sampai menjadi monosit adalah sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia
dalam sumsum dalam jumlah besar, namun bermigrasi ke dalam sinus setelah
dibentuk. Monosit bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36 jam sebelum
akhirnya masuk ke dalam jaringan (Fawcett, 2002)

2.4 Fungsi Macam – macam Leukosit


Adapun peranan sel darah putih atau yang disebut dengan leukosit tersebut sangatlah
vital dan penting dalam tubuh kita. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah fungsi
leukosit pada tubuh manusia.
 Fungsi yang pertama adalah untuk menjaga kekebalan tubuh (sistem imun) agar
terhindar dari berbagai penyakit yang akan menyerang tubuh anda. peranan virus bagi
kehidupan manusia kali ini merugikan, karena berupaya untuk meruntuhkan sistem
kekebalan tubuh.
 Melindungi darah dari pengaruh darah yang sedang terkena kuman atau infeksi.
 Mengepung atau menghentikan reaksi darah yang terkena infeksi pada darah yang
akan dikontaminasikan oleh virus atau kuman yang ada di dalamnya.
 Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih granulosti
dan juga monosit.
 Memenangkan dan juga menghancurkan organisme hidup yang ada dalam darah.
 Menghilangkan atau menyingkirkan benda – benda lain atau bahan lain seperti
kotoran, serpihan – serpihan dan yang lainnya.

10
 Mempunyai enzim yang dapat memecah metabolisme protein yang merugikan tubuh
dengan menghancurkan dan membuangnya.
 Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap penyakit yang akan
menyerang tubuh manusia.
 Sebagai sarana yang mempunyai fungsi untuk mengangkut zat lemak yang berasal
dari dinding usus, melalui limpa lalu menuju ke pembuluh darah.
 Sebagai sarana yang mempunyai fungsi untuk melakukan pembentukan antibodi di
dalam tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih kuat dari pada sebelumnya.

Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah
dibakukan adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan
monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma
serta granula didalamnya (Mansyur, 2015).
1. Neutrofil
Neutrofil Segmen Neutrofil Stab

Neutrofil adalah jenis sel darah putih yang memiliki komposisi paling
banyak, yakni 50 persen dari total jumlah sel darah putih. Fungsi sel darah putih
neutrofil ini adalah untuk merespons bakteri, virus, maupun parasit yang datang
menyerang dengan cara menyerangnya balik.
Sebagai gerbang utama, neutrofil juga bertugas untuk mengirimkan
informasi kepada sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh lainnya untuk bereaksi
terhadap ‘serangan’ agen penyakit tersebut. Saat Anda mengeluarkan nanah, maka
disitulah neutrofil ini berada.
Neutrofil memiliki daya tahan sekitar 8 jam setelah diproduksi di sumsum tulang
belakang. Dalam sehari, normalnya tubuh akan memproduksi sekitar 100 miliar sel
neutrofil.

11
2. Eosinofil

Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan oleh parasit.
Sementara itu, eosinofil adalah komponen sel darah putih yang tugasnya lebih
kepada melawan infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan parasit (cacing). Fungsi
sel darah putih eosinofil juga berkaitan dengan respons tubuh atas alergi. Eosinofil
hanya berkontribusi sekitar 1 persen dari total jumlah sel darah putih

3. Basofil

Jenis sel darah ini adalah basofil. Fungsi sel darah putih basofil adalah untuk
meningkatkan respons imun non-spesifik terhadap patogen. Basofil hanya mengisi 1
persen dari keseluruhan jumlah sel darah putih.

4. Monosit

12
Fungsi sel darah putih yang satu ini adalah berpindah-pindah dari satu jaringan ke
jaringan lainnya di dalam tubuh untuk membersihkan dan mengangkut sel-sel mati.
Monosit memegang 5 persen dari total komponen sel darah putih.
Makrofag dalah sel pada jaringan yang berasal dari sel darah putih yang disebut
monosit. Monosit dan makrofag merupakan fagosit, berfungsi terutama pada
pertahanan tidak spesifik. Peran makrofag adalah untuk memfagositosis seluler dan
patogen serta untuk menstimulasikan limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon
patogen.
Makrofag berasal dari monosit yang terdapat pada sirkulasi darah, yang menjadi
dewasa dan terdiferensiasi kemudian bermigrasi ke jaringan. Makrofag dapat
ditemukan dalam jumlah besar terutama pada jaringan penghubung, seperti yang
terhubung dengan saluran pencernaan, di dalam paru-paru (di dalam cairan tubuh
maupun alveoli), dan sepanjang pembuluh darah tertentu di dalam hati seperti sel
Kupffer, dan pada keseluruhan limpa tempat sel darah yang rusak didaur keluar tubuh.
Sel Kupffer, sel Browicz-Kupffer adalah sejenis makrofaga yang hanya
bermukim pada hati, tepatnya pada dinding sinusoid sistem retikuendotelial.
Seperti makrofaga pada umumnya, sel Kupffer berasal dari promonosit di
sumsum tulang, kemudian menjadi monoblas, lalu monosit, beredar di dalam darah
dan terdiferensiasi menjadi sel Kupffer.
Sel Kupffer bertugas untuk membersihkan sel hampir mati dan debris dari
sirkulasi darah dengan proses fagositosis dan hasil eksositosis kemudian disekresi ke
dalam empedu.

5. Limfosit

Menjaga sistem kekebalan tubuh adalah fungsi sel darah putih limfosit. Limfosit
terbagi menjadi 2, yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bertugas untuk
membasmi virus dan bakteri, sementara limfosit B bertugas membuat zat antibodi
yang akan digunakan untuk melawan agen penyakit. Limfosit terdiri atas limfosit
B dan limfosit T. Seperti telah diketahui perkembangan limfosit terjadi dalam

13
sumsum tulang. Limfosit yang meneruskan pematangannya dalam sumsum tulang
berkembang menjadi limfosit B. Adapun limfosit yang bermigrasi ke timus dan
meneruskan pematangannya di sana berkembang menjadi limfosit T.
a. Limfosit B
Limfosit B jumlahnya mencapai 30% dari keseluruhan limfosit di dalam
tubuh. limfosit B dibentuk dan mengalami pematangan dalam sumsum tulang
(bone marrow). Huruf "B" pada limfosit B berasal dari kata :bursa fabrisius:, yaitu
organ pada unggas tempat pematangan limfosit B. Pada organ bursa
fabrisius inilah limfosit B  pertama kali ditemukan. Akan tetapi, beberapa ahli juga
menyebutkan bahwa huruf "B" pada limfosit B berasal dari "bone marrow"
(sumsum tulang).
Limfosit B yang berkembang dalam sumsum tulang mengalami pembelahan
atau diferensiasi menjadi sel plasma dan sel limfosit B memori. Sel plasma yang
terbentuk bertugas menyekresikan antibodi ke dalam cairan tubuh. Adapun sel
limfosit B memori berfungsi menyimpan informasi antigen.
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler.
Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem imun adaptif.

Reseptor antigen pada sel B, biasa disebut reseptor sel B, merupakan


imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi. Antibodi yang diproduksi
berupa imunoglobulin dengan tipe :
 IgG yang mengikat mikroba dengan sangat efisien
 IgM yang mengikat bakteri
 IgA yang terdapat pada interstitium, saliva, lapisan mukosa dan saluran
pencernaan untuk mencegah infeksi oleh antigen.
 IgE yang mengikat parasit dan merupakan penyebab utama terjadinya gejala
alergi
 IgD yang selalu terikat pada sel B dan memainkan peran untuk menginisiasi
respon awal sel B

14
Sel B terbagi menjadi dua jenis :
 Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang
peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berproliferasi.
 Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang
yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki
kemampuan untuk berproliferasi.
Sel B berasal dari sel puncak yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam
sumsum tulang.
b. Limfosit T
Seperti halnya limfosit B, limfosit T dibentuk di sumsum tulang. Akan tetapi,
proses pematangan limfosit terjadi di kelenjar timus, sehingga disebut limfosit T
("T" berasal dari kata timus). Untuk lebih jelasnya mengenai proses pembentukan
dan pematangan limfosit T dan limfoit B, perhatikanlah gambar dibawa ini
Pada saat perkembangannya di kelenjar timus, limfosit T berdiferensiasi
menjadi beberapa jenis limfosit. Jenis-jenis limfosit tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Limfosit T sitotoksit (T CD8), berfungsi dalam menghancurkan sel yang
telah terinfeksi.
2) Limfosit T penolong (T CD4), berfungsi mengaktifkan limfosit T dan
limfosit B (yang berperan dalam proses pematangan sel B menjadi sel plasma dan
aktivasi makrofag).
3) Limfosit T supresor, berfungsi penghambat kinerja Sel T penolong dan Sel
T sitotoksik sehingga produksi antibodi berhenti (ibaratnya sebagai rem pada
sepeda motor).
4) Limfosit T memori, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke
dalam tubuh. Dengan adanya limfosit T memori ini, antigen yang pernah masuk
akan mudah dikenali dan lebih cepat dihancurkan.
Setelah mengalami pematangan, limfosit T dan limfosit B akan masuk ke
dalam sistem perdaran limfatik. Oleh karena itu, sel-sel limfosit akan banyak
ditemui pada peredaran darah limfatik, sumsum tulang, kelenjar timus, kelenjar
limpa, amandel, darah, dan sistem pencernaan. Untuk lebih jelasnya mengenai
sistem peredaran limfatik atau peredaran getah bening.

15
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Leukosit
Pada proses infeksi, sel-sel endotel, fibroblast, adiposit, matriks ekstraselular,
monosit, makrofag, dan sel-sel endotel dapat memproduksi zat yang menjadi faktor yang
dapat menstimulasi pertumbuhan sel-sel induk, sel-sel bakal, dan sel-sel darah yang lain.
Zat-zat seperti ini disebut faktor perangsang koloni (colony stimulating factor-CSF) dan
faktor pertumbuhan hemopoetik (hemopoetic growth factor-HGF). Seperti pada skema 1,
tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1 (IL-1), granulocyte monocyte-colony
stimulating factor (GM-CSF), granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF), dan
monocyte-colony stimulating factor (M-CSF) merupakan faktor-faktor yang dibentuk
oleh sel makrofag yang teraktivasi di jaringan yang terinfeksi dan sebagian kecil
dibentuk oleh sel-sel jaringan yang meradang.
Peningkatan produksi leukosit oleh sumsum tulang disebabkan oleh tiga faktor
perangsang koloni, yakni GM-CSF, G-CSF, dan M-CSF. Ketiga faktor ini merangsang
pembentukan granulosit dan monosit terus menerus selama ketiga faktor ini masih
diproduksi oleh makrofag secara masif. Dengan diproduksinya kedua sel ini, sel-sel
darah putih dalam jumlah besar ini diharapkan dapat menghilangkan agen-agen
penyebab infeksi. Ketika agen-agen penyebab infeksi lama-kelamaan melemah, terdapat
mekanisme umpan balik, di mana faktor-faktor perangsang koloni tadi tidak lagi
diproduksi secara masif.
Mekanisme umpan balik ini juga melibatkan TNF dan IL-1, di mana saat
peradangan mereda, kedua faktor ini menurun produksinya, sehingga faktor perangsang
koloni juga menurun produksinya. Dan setelah agen-agen penyebab infeksi sudah
dihilangkan dan peradangan sudah berhasil diatasi, faktor-faktor perangsang koloni tidak
diproduksi lagi oleh makrofag dan pembentukan leukosit dalam jumlah besar berhenti
dan kembali seperti semula.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya
colony stimulating (factor perangsang koloni). Colony stimulating ini dihasilkan oleh
leukosit dewasa.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam
sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi.
Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis,
sehingga pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada
seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fasemieloblast, sedangkan pada seri
agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit
(limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis)
diawali oleh fase monoblast.
Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah
dibakukan adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan
monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma
serta granula didalamnya (Mansyur, 2015).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan leukosit Pada proses infeksi, sel-sel endotel,
fibroblast, adiposit, matriks ekstraselular, monosit, makrofag, dan sel-sel endotel dapat
memproduksi zat yang menjadi faktor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sel-sel
induk, sel-sel bakal, dan sel-sel darah yang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3-babii.pdf
https://www.academia.edu/11298430/LEUKOSITOSIS_DALAM_PROSES_INFEKSI
http://bibiologi /2011/05/granulopoiesis.html
https://www.academia.edu/7198317/Hema_1
https://www.academia.edu/11298430/LEUKOSITOSIS_DALAM_PROSES_INFEKSI

18

Anda mungkin juga menyukai