Anda di halaman 1dari 46

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menjadi
masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar
saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya vertigo yang kambuh lagi setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun. Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan
oleh stress, mata lelah, dan makan atau minum tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat
fungsional dan tidak ada hubunganya dengan perubahan - perubahan organ di dalam
otak. Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya vertigo tidak
disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau
tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di dalam kepala dapat
menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika seorang yang mengidap vertigo tidak
berada pada tempat yang aman ketika gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan
terjadinya cedera (Junaidi, 2013).

Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit
penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak, penderita merasakan atau
melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau penderita
merasakan dirinya bergerak, padahal tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat
merupakan suatu kondisi anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat
menganggu kehidupan seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto,
2009).

Pada pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika Serikat sekitar
64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV
diperkirakan sering terjadi pada rata-rata usia 51-57 tahun dan jarang pada usia di
bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala. Sedangkan pada tahun 2008 di Indonesia
angka kejadian vertigo sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun.
Hal ini juga merupakan keluhan nomer tiga paling sering dikemukakan oleh penderita
yang datang ke praktek kesehatan. Pada umumnya vertigo ditemukan 4-7 persen dari
keseluruhan populasi dan hanya 15 persen yang diperiksakan ke dokter (Dewanto,

1
2

2009). Pada studi pendahuluan yang dilakukan secara sederhana oleh peneliti, dari
jumlah penduduk kota Malang pada tahun 2013 sekitar 835.082 jiwa, dan tercatat pada
tahun 2012-2013 sebanyak 1643 orang menderita vertigo (19%). Data tersebut
didapatkan pada rekap data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan kota Malang yang
diperoleh dari rekap medis seluruh Puskesmas diwilayah kota Malang.

Vertigo salah satunya diakibatkan oleh terganggunya sistem vestibular yang


terbagi menjadi vertigo perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular) dan vertigo
sentral (akibat gangguan pada saraf vestibular atau hubungan sentral menuju batang
otak atau cerebellum). Gangguan keseimbangan tersebut beragam bentuknya dan
penyebabnya pun bermacam-macam, pada saat tertentu kondisi gangguan
keseimbangan ini dapat mengancam jiwa. Banyak sistem atau organ pada tubuh yang
ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Diantara
sistem ini yang banyak perannya ialah system vestibular, sistem visual, dan sistem
somatosensorik (Lumbantobing, 2004)

Pada saat di dalam otak memproses data-data dan menggunakan informasi untuk
melakukan penilaian dengan cepat terhadap kondisi pada kepala, badan, sendi dan mata.
Akan melibatkan tiga sistem sensoris dan otak, bila berfungsi dengan baik hasil
akhirnya adalah sistem keseimbangan yang sehat. Ketika sistem keseimbangan tidak
berfungsi, kita dapat menyusuri masalah kembali pada suatu gangguan dari salah satu
dari ketiga sistem sensoris atau pemroses data (otak). Masalah-masalah dari tiap-tiap
area tersebut berhubungan dengan sistem-sistem sensoris ini atau otak. Fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal atau dalam
kondisi tidak fisiologis, bisa juga karena ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala
vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri atau berjalan dan gejala lainnya (Yatim, 2004) Untuk mengatasi
keluhan ini banyak dari pasien melakukan tindakan pencegahan agar gangguan pada
vertigo tidak timbul. Namun hanya sebagian kecil dari mereka, dan orang – orang
disekitarnya yang mengetahui penagganan yang tepat. Kondisi ini sering dianggap tidak
3

begitu berarti tetapi pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi yang dapat
mengancam jiwa (Sumarliya, Sukadino, dan Sofiyah, 2007). Ada beberapa cara untuk
menggurangi gejalanya baik secara farmakologis atau non farmakologis. Seperti
pemberian obat-obatan gangguan keseimbangan seperti antihistamin yakni meclizine,
dymenhydrinat atau promethazine, dan terkadang menggunakan obat-obat penenang
seperti diazepam. Selain menggunakan beberapa obat tersebut penderita juga disarankan
perbanyak istirahat terutama tidur (Yatim, 2004). Sangat sering sekali penderita yang
mendatangi klinik kesehatan dengan mengunakan kata yang tidak sesuai dengan arti
yang lazim difahami oleh seorang tenaga medis. Kata yang sering digunakan oleh
penderita untuk mendeskripsikan kondisinya misalnya: puyeng, sempoyongan, mumet,
pening, pusing tujuh keliling, rasa mengambang, kepala rasa enteng, rasa melayang.
Oleh karenanya tenaga medis harus meminta agar penderita mengemukakan keluhannya
secara rinci dan jelas. Hal ini penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Misalnya
apa yang dimaksud penderita bila ia mengeluhkan rasa mumet, rasa sempoyongan, dan
merasa puyeng. (Lumbantobing, 2004). Berdasarkan dari data penelitian yang terkait
dengan proses diagnostik, pengunaan metode kualitatif dengan pendekatan case study.
Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari individu atau peristiwa kajadian
tertentu, atau juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami secara holistik
suatu kasus. Dengan menggunakan case study dapat memberikan kemudahan untuk
membantu melakukan pengkajian yang tepat dan metode yang digunakan akan lebih
fleksibel untuk mendapatkan kondisi yang sebenarnya dari penderita vertigo ketika
didalam praktek klinis dan penelitian epidemiologinya (Bayer, Warninghoff, dan
Straube, 2010). Pendekatan ini sangat berharga untuk penelitian ilmu kesehatan dalam
mengembangkan teori mengevaluasi program, dan mengembangkan intervensi karena
fleksibilitasnya.

Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan


studi kasus berdasarkan beberapa pertimbangan : (1) Dengan pendekatan studi kasus,
memberikan peneliti kesempatan untuk mengeksplorasi atau menggambarkan fenomena
didalam konteks dengan menggunakan berbagai sumber data, (2) Vertigo merupakan
pengalaman yang unik, masing-masing individu dapat berbeda dalam menghadapi dan
4

dampak yang dirasakan, sehingga sumber data mungkin tidak hanya terbatas pada:
dokumentasi, catatan arsip, wawancara, respon fisik, pengamatan langsung, dan peserta-
observasi. Namun semuanya saling menggisi agar mampu menggali keunikan
pengalaman dari masing-masing partisipan.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Vertigo
2.1.1 Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur
oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system
somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Padavertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2014) 
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga
bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan
atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat
hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan
saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti
vestibular atau aktivitasvestibulocerebellar.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak
naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan
Nurbaiti, 2011)

2.1.2 Anatomi Fisiologi


5
6

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:


1) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
a) Reseptor mekanis divestibulum
b) Resptor cahaya diretina
c) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
2) Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
a) Saraf vestibularis
b) Saraf optikus
c) Saraf spinovestibulosrebelaris.
3) Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis

2.1.3 Etiologi
1) Otologi 24-61% kasus
a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)      Meniere Desease
7

c)      Parese N VIII Uni/bilateral


d)     Otitis Media
2) Neurologik  23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
3) Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)       <  glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4) Psikiatrik > 50% kasus
a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatis
5) Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
1) Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
8

suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita


sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan,
tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b) Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi
sepintas arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak
(Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah :
Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
d) Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin
Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
e) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,labirintitis
kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
f) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,
kelainanendokrin.
g) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
2) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi :
a) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitisakuta,
perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditivainterna/arteria
vestibulokoklearis.
b) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteriavestibularis
anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosismultipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
9

kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pasien Vertigo
akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu
yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya
berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya
dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir
sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan
berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal. Uji posisi dapat membantu
mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike :
penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala
dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan
nistagmus posisi dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
10

8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar


9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

2.1.6 Komplikasi
1) Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan
diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2) Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

2.1.7 Patofisiologi/Patway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga
disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan
serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu,
vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi
telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan
tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di
telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia,
ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang.
Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
11

dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
1) Anti kolinergik
a) Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
b) Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2) Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
       Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
a) Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
b) Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.                  
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk
terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri
dari :  
12

a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a)      Pemeriksaan mata
b)      Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c)      Pemeriksaan neurologik
d)     Pemeriksaan otologik
e)       Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a)      ENG
b)       Audiometri dan BAEP
c)      Psikiatrik
3.      Pemeriksaan tambahan
a)      Radiologik dan Imaging
b)      EEG, EMG

2.2 Manajemen Keperawatan

2.2.1 Pengkajian 

a) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
13

c) Riwayat kesehatan yang lalu


Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
e) Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak 
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f) Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
g) Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
h) Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.
i) Neurosensoris
14

 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)


 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir 
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
j) Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k) Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
l) Interaksi social
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
m) Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
n) Pemeriksaan Fisik
15

Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
3) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
4) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
5) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
6) Sistem integument
7) Sistem Reproduksi
8) Sistem Perkemihan
o) Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
2) Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
3) Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah
4) Pola eliminasi
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
7) Persepsi diri atau konsep diri
16

8) Pola toleransi dan koping stress


9) Pola sexual reproduksi
10) Pola hubungan dan peran
11) Pola nilai dan kenyakin

2.2.2 Dianogsa Keperawatan 


1.Resiko jatuh berhubungan dengan d kerusakan keseimbangan (N. VIII
2.Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
3.Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
4.Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi.
5.Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat
17

2.2.3 Intervensi Keperawatan  


DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.    Environmental Management: Safety: awasi dan
dengan pusing ketika keperawatan selama … x 24 jam gunakan lingkungan fisik untuk meningkatkan
menggerakkan kepala pasien diharapakan tidak jatuh keamanan
NOC: 2. Falls Prevention:
         Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang
a. Safeti status: Falls Occurrence
mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh
b. Falls prevention: know ledge
         Kaji tingkat gait, keseimbangan dan
personal safety
kelelahan dengan ambulasi
c. Safety beheviour: Falls
         Instruksikan pasien agar memanggil asisten
prevention
ketika melakukan pergerakan
Dengan kreteria:
3. Teaching: disease proles
         jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari
a. pasien mampu berdiri, d  uduk,
penyakit yang diderita
berjalan tanpa pusing
         Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut
b. Klien mampu menjelaskan jika
         Jelaskan pada pasien tentang terapi
terjadi serangan dan cara
rehabilitatif pada pasien vertigo
mengantisipasinya
18

2. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindak keperawatan 1.    Patient / family teaching
dengan stimulasi visual selama…x24 jam, nausea berkurang / -Anjurkan pasien agar pelen-pelan nafas dalam dan
yang tidak mengenakkan, hilang menelan untuk menurunkan rasa mual dan muntah.
meniere, labirintitis N.O.C: -Ajarkan pasien untuk tidak minum 1 jam sebelum,1
a.    Comfort level jam setelah dan sewaktu makan.
b.    Hidration 2.NUTRITIONAL MONITORING
-Monitor tipe kehilangan berat badan dan
c. Nutritional status food finid
pertumbuhan
intake
-Monitor kelembaban,turgor kulit dan depigmentasi.
Dengan kreteria:
-Monitor tingkat energi,malaise,fatigue dan
b.    Terdapat tanda-tanda fisik dan
kelemahan pasien.
psikologik membaik
-Monitor asupan kalori dan nutrisi.
c.    Turgor kulit, mukosa mulut baik
-Kolaborasi;
d.    Tidak panas dan tidak terdapat
kelola pemberian anticmetic  sebelum makan atau
edeme perifer
sesuai jadwal
Intake makanan dan minuman baik
3. Fluid managmen:

 Awasi secara akurat intake dan output


19

 Monitor vital sign


 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor status hydrasi misal kelembaban
membranmukosa, tekanan nadi dan orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV

3 Kurang perawatan diri: Setelah dilakukan tindakan   NIC:Membantu perawatn diri pasien mandi dan
makan, mandi, berpakaian, keperawatan selama ... x 24 jam toileting
toileting b.d kerusakan diharapkan kebutuhan mandiri klien Aktifitas:
neurovaskuler terpenuhi,  NOC;PERAWATAN DIRI 1.Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah
(Mandi,makan,toileting,berpakaian) dikenali dan mudah dijangkau klien
Batasan Karakteristik : Dengan kriteria : 2.Libatkan klien dan danpingi
  Kelumpuhan wajah  Klien dapat makan de-ngan 3.Berikan bantuan selama klien tidak mampu
atau anggota badan bantuan orang lain / mandiri mengerjakan sendiri
sehingga menyebab-kan :  Klien dapat mandi de-ngan bantuan NIC : ADL berpakaian
  Ketidakmampuan orang lain Aktifitas :
dalam menyuap,  Klien dapat memakai pakaian
1. Informasikan pada klien dalam memilih
memegang alat makan dengan bantuan orang lain / mandiri
pakaian selama perawatan
  Ketidakmampuan  Klien dapat toileting de-ngan
2. Sediakan pakaian ditempat yang mudah
dalam membasuh badan, bantuan alat
dijangkau
20

mongering-kan, keluar 3. Bantu berpakaian yang sesuai


masuk kamar mandi 4. Jaga privasi klien
  Ketidakmampuan pergi 5. Berikan pakaian pribadi yang digemari dan
ke kamar mandi, sesuai
mengguna-kan pispot NIC : ADL Makan
Aktifitas :

1. Anjurkan klien duduk dan berdoa bersama


teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri
contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
4. Defisit pengetahuan ten- Setelah dilakukan penjelasan Teaching individual (5606)
tang penyakit, pengobatan selama ...x pertemuan, pe-ngetahuan 1.    Tentukan kebutuhan pembelajaran klien
dan perawatan klien b.d klien tentang pe-nyakit, pengobatan 2.    Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman klien
keterbatasan kognitif, ku- dan pe-rawatan klien meningkat tentang vertigo
rang paparan atau mudah 3.    Kaji tingkat pendidikan
lupa NOC : 4.    Kaji kesiapan klien dalam mempelajari informasi
-          Knowledge : Disease process spesifik
(1803) 5.    Atur agar realita tujuan  pembelajaran dengan
21

-          Knowladge : Illness care klien saling menguntungkan


(1824) 6.    Pilih metode / strategi mengajar yang sesuai
7.    Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
Dengan kriteria : pembelajaran
-          Klien dan keluarga mam-pu 8.    Koreksi adanya kesalahan informasi
menjelaskan penger-tian, proses 9.    Sediakan waktu untuk bertanya pada klien
penyakit, penyebab, tanda dan gejala, 10.  
efek penyakit, tindakan pencegahan, Teaching : disease process (5602)
pe-ngobatan dan perawatan vertigo 1.    Nilai tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya
2.    Jelaskan patofisiologi vertigo
3.    Jelaskan tanda dan gejala vertigo
4.    Jelaskan kemungkinan penyebabnya
5.    Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
dapat mencegah komplikasi dimasa yang akan datang
6.    Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-ngobatan
dan perawatan
7.    Jelaskan alasan rasional dari terapi pengobatan
yang direkomendasikan
8.    Kaji sumber-sumber pendukung yang
22

memungkinkan
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis (2620)
efektif (spesifik: cerebral) keperawatan selama ..... x 24 jam 1.    Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk 
b.d aliran darah arteri diharapkan pupil
terhambat  Nyeri kepala / vertigo berkurang 2.    Monitor tingkat kesadaran klien
sampai de-ngan hilang 3.    Monitir tanda-tanda vital
Batasan Karakteristik :  Tanda-tanda vital stabil 4.    Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
  Nyeri kepala / vertigo 5.    Monitor respon klien terhadap pengobatan
  Perubahan status 6.    Hindari aktivitas jika TIK meningkat
mental 7.    Observasi kondisi fisik klien
  perubahan respon Terapi oksigen (3320)
motorik  Bersihkan jalan nafas dari sekret
  dis-artria  Pertahankan jalan nafas tetap efektif
  Kelumpuhan wa-jah  Berikan oksigen sesuai intruksi
 Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
humidifier
 Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
 Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
 Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
23

selama aktifitas dan tidur

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
1) Biodata
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Sunda, Indonesia
24

Alamat : Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 - Cimahi


Tanggal Masuk : 05 Desember 2005 – Pkl. 09.15
Tanggal Dikaji : 6 Desember 2005 – Pkl. 10.00
No. Register : 051125 – 0003
Diagnosa Medis : Susp. Stroke + Vertigo
2) Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 - Cimahi
Hubungan dengan klien : Suami
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan Masuk Rumah sakit


3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri kepala dan pusing berdenyut, keluhan tidak disertai mual dan muntah,
24
keluhan disertai telinga berdenging dan klien merasakan tubuhnya lemah sebelah kanan, kemudian keluarga langsung membawa
25

klien ke poly neurologi RS. Dustira setelah diperiksa dokter akhirnya klien disarankan untuk dirawat di Ruang Perawatan VIII
RS. Dustira.
b) Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing
c) Keluhan Saat Didata
Klien Pada saat didata klien mengeluh pusing dan sakit kepala, keluhan dirasakan seperti berputar-putar, rasa pusing datang
hilang timbul. Dan klien mengatakan susah tidur pada malam hari karena pusing, keluhan pusing bertambah apabila klien
melakukan aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi, keluhan pusing berkurang apabila klien beristirahat seperti tidur terlentang.
Pusing dan nyeri kepala menyebar ke daerah pundak/leher. Jika diukur dengan skala nyeri 1-10 pusing dan nyeri kepala klien
dikategorikan ke dalam skala 5 (nyeri sedang)
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang dideritanya seperti sekarang ini. Klien juga tidak mempunyai riwayat
penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan kurang darah.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit seperti klien dan tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes melitus serta penyakit menular seperti TBC.
4) Struktur Keluarga
Klien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara klien memiliki 2 orang anak dan tinggal bersama 2 orang anaknya dan suami klien
Genogram :
26

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah
27

Data Biologis
NO POLA AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1 2 3 4
1 Pola Nutrisi
a. Makanan
 Frekuensi 3x 1 sehari 3x 1 sehari
 Jenis Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk,
buah
 Porsi/jumlah 1 porsi habis 1/2 porsi habis
 Pantangan Tidak ada Tinggi garam, pedas,
merangsang
b. Minum
 Jumlah 1400-1600 cc 1200-1400 cc
28

 Jenis Air putih, air the manis Air putih


 Pantangan Tidak ada Kopi, soda
 Keluhan Tidak ada Klien sering merasa mual

2 Pola Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1-2 x/hari Baru 1x selama dirawat
 Kosistensi Lembek berbentuk Lembek
 Warna Kuning tengguli Kuning tengguli

b. BAK
 Frekuensi 3-4x/hari + 3x/hari
 Warna Khas kuning jernih Kuning jernih
 Keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola Istirahat Tidur


a. Siang Kadang-kadang + 1 jam/hari
b. Malam + 6-7 jam/hari + 5-6 jam/hari
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada

4 Personal Hygiene
29

a. Mandi 2x/hari Belum pernah selama


dirawat
b. Gosok gigi 2x/hari 1x sehari

c. Keramas 2x/seminggu Belum pernah keramas

d. Gunting kuku 1x/minggu Belum pernah selama


dirawat
5 Aktivitas Klien dapat beraktivitas secara Aktifitas berat klien
mandiri setiap harinya. selama di RS dibantu oleh
keluarga dan perawat
klien tampak hati-hati saat
melakukan aktivitas

c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital : Antropometri :
TD : 120/100 mmHg BB : kg
N : 78x/menit TB : cm
R : 20x/menit
30

S : 36,50 C
2) Sistem Panca Indera

a) Penglihatan
Kedua mata simetris, kedua sudut mata sejajar dengan pinna, konjungtiva sedikit anemis, sklera an ikterik, terdapat arcus senilis
di daerah limbus. Tidak ada nyeri tekan disekitar bola mata. Klien dapat membaca papan nama perawat pada jarak + 25 cm.
Pergerakan bola mata klien dapat mengikuti ke 8 arah tahapan mata. Lapang pandang klien baik terbukti dengan klien dapat
melihat jari pemeriksa dengan pandangan perifer dengan sudut 900C klien dapat mengangkat alis kiri dan kanan secara simetris
untuk membaca Al-Quran klien menggunakan kaca mata berlensa positif reflek pupil terhadap cahaya isokor.
b) Pendengaran
Bentuk Telinga kanan dan kiri simetris, telinga tampak bersih, tidak ada nyeri tekan pada tragus. Pinna elastis, gendang telinga
tampak mengkilat saat terkena cahaya. Tidak ada nodul, oedem dan tumor. Klien dapat mendengar gesekan rambut. Fungsi
pendengaran baik, dibuktikan dengan tes garpu tala yaitu tes rinne : hantaran udara klien lebih panjang dari pada hantaran tulang.
Tes webber : tidak ada lateralisasi bunyi pada telinga kiri dan kanan (kedua telinga mendengar bunyi garpu tala dengan
seimbang) tes swabach : hantaran tulang dan hantaran udara klien dengan perawat sama.
3) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung dan kedua hgidung simetris, tidak terdapat septum deviasi, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, mucosa
hidung lembab dan berwarna merah muda. Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung sinus frontalis dan sinus maxilaris, fungsi
penciuman baik dibuktikan dengan klien bisa membedakan bau minyak kayu putih dengan bau kopi. Tidak ada penggunaan otot
31

bantu pernafasan. Trakea berada ditengah. Bentuk dada simetris tidak ada nyeri tekan pada setiap interkostalis pada perkusi
interkotalis terdengar resonan di paru-paru, dulnes di daerah jantung. Saat auskultasi, di trakea terdengar suara bronkial, di
bronkus terdengar bronkovesikuler dan alveolus/paru-paru terdengar vesikuler. Frekuensi pernapasan 20x/menit vokal premitus
meningkat pada jalan nafas utama dan menurun/melemah diperifer. Ekspansi dada sama pada paru-paru kanan dan kiri.
4) Sistem Pencernaan
Bibir klien simetris, agak pucat. Klien dapat tersenyum dan memperlihatkan gigi, gigi klien bersih, terdapat caries gigi pada gigi
geraham sebelah kanan. Gigi klien tidak lengkap (ada yang tanggal) berjumlah 29 buah, gusi berwarna merah muda, mukosa
mulut lembab dan berwarna merah muda. Lidah berwarna merah muda, dapat digerakan ke kiri-kanan, atas dan bawah. Ketika
lidah ditekan dengan tounge spatel terdapat tahanan pada lidah dengan mendorong tounge spatel ke atas. Uvula berada di tengah
dan bergerak ke atas saat mengatakan “ah” palatum berwarna merah muda, tidak terdapat pembesaran tonsil palatina. Klien dapat
membedakan rasa kopi dan gula, klien dapat menelan dengan baik. Bentuk abdomen datar, bising usus terdengar di 4 kuadran
abdomen dengan frekuensi 10xx/menit. Tidak ada distensi abdomen perkusi pada hepar terdengar dulness, pada lambung
timpani. Tidak ada nyeri tekan pada setiap kuadran, tidak teraba pembesaran hepar. Anus tidak dilakukan pemeriksaan namun
menurut klien tidak ada kelainan dan keluhan saat BAB.
5) Sistem Cardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugolaris, conjungtiva sedikit anemis, akral hangat, tidak ada pembesaran jantung, bunyi jantung S1
dan S2 reguler, tidak terdengar suara jantung tambahan. Tekanan darah 100/20 mmHg capilary revil lime kembali setelah 1
detik, denyut nadi 78x/menit.
6) Sistem Perkemihan dan Genetalia
32

Tidak teraba distansi kandung kemih, tidak teraba pembesaran ginjal dan nyeri tekan pada ginjal kiri dan kanan, klien
mengatakan tidak ada keluhan saat BAK.
7) Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
8) Sistem Integumen
Kulit klien berwarna sawo matang, teraba hangat, tekstur kulit halus, kuku jari tangan dan kiki tidak sianosis, sitribusi rambut
merata dan terdapat uban. Turgor kulit baik, terbukti dengan dapat kembalinya lipatan kulit, setelah ditekan dalam waktu kurang
dari 2 detik. Terdapat hematom di daerah mediara kubiti akibat suntikan, terdapat luka memar ringan di daerah lutut akibat klien
terjatuh di kamar mandi sebelum masuk RS. tercium bau badan klien karena belum mandi selama di rawat di RS , kulit kepala
klien kotor.
9) Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas atas
Bentuk tangan kanan dan kiri simetris, klien dapat melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi secara
mandiri, reflek biceps positif, reflek triceps positif, reflek brachioradialis positif.
Kekuatan otot klien : + 5 +5
b) Ektremitas bawah
Bentuk kedua kaki simetris, klien dapat melakukan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi secara mandiri, reflek patella positif
(ekstensi), reflek achiles positif (ekstensi), refleks babinski negatif, reflek chadok negatif, kekuatan otot
10) Sistem Persyarafan
a) Fungsi cerebral/kortikal +4 +5
33

 Tingkat kesadaran menurut GCS


E : 4  Klien dapat spontan membuka mata
M : 6  Klien dapat bergerak menurut perintah
V : 5  Klien dapat berbicara dengan baik, tidak ada disorientasi tempat, waktu dan orang.
GCS : 15
Kesadaran penuh/compos mentis
 Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
Klien merespon ketika dipanggil namanya, klien bisa menyebutkan nama masing-masing anaknya. Klien mengetahui
bahwa ia sedang dirawat di RS. Dustira di Ruang Perawatan XIII, klien mengetahui kapan dia dibawa ke RS. Dustira
untuk berobat oleh keluarganya.
 Daya ingat/memori
- Klien dapat mengingat tadi pagi pukul 08.50 WIB klien dibawa ke UGD untuk diperiksa.
- Klien dapat mengingat sebelum dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat klien dibantu keluarga berjalan ke
WC untuk buang air kecil.
 Bicara
Klien dapat berbicara dengan baik dan berkomunikasi dengan perawat dan keluarganya dengan bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda. Klien dapat mengulang kata-kata yang diucapkan perawat dan mengerti apa yang diucapkan perawat.
b) Sistem saraf Kranial
 N.I : Klien mampu membedakan bau tidak enak dari kopi dan kayu putih.
34

 N. II : Klien dapat membaca papan nama perawat dengan benar pada jarak + 25 cm, lapang pandang klien
baik, klien dapat melihat jari tangan perawat dengan pandangan perifer pada sudut 900C.
 N. III : Reaksi pupil terhadap cahaya miosis, bola mata dapat digerakan ke dalam dan ke atas, klien dapat
mengangkat alis dengan simetris.
 N. IV : Bola mata dapat bergerak ke bawah dan ke luar
 N. V : Otot messeter dapat diraba saat mengunyah, terasa pergerakan tangan pada kulit kepala, klien dapat
merasakan rangsangan halus dari tissue pada kulit wajah.
 N. VI : Bola mata klien dapat digerakan ke arah lateral
 N. VII : Klien dapat merasakan rasa kopi dan gula, klien bisa tersenyum dan mengerutkan dahi.
 N.VIII : Klien mampu mendengarkan gesekan rambut, dari hasil tes rinne, webber dan swabach tidak ada
kelainan.
 N. IX : Klien dapat menelan dengan baik
 N. X : Klien dapat berbicara dengan baik, uvula terangkat ke atas saat klien mengatan “ah”.
 N. XI : Pergerakan rotasi kepala klien baik dapat menahan tekanan pada kepala, klien dapat menahan tekanan
pada bahu dan dapat mengangkat bahu ke atas dengan baik.
 N. XII : Klien dapat menggerakan lidah ke kiri, kanan, atas dan bawah.
c) Sistem sensorik
Klien dapat merasakan gerakan dari pemeriksa di kakinya, dan dapat mengatakan dengan benar apa yang pemeriksa tulis
dikulit kakinya.
d) Fungsi Refleks
35

Reflek Fisiologis :
Replek Biceps : (+) Fleksi
Replek Triceps : (+) Ekstensi
Replek Brachioradialis : (+) Fleksi
Replek Patela : (+) Ekstensi
Replek Achiles : (+) Ekstensi
Reflek Patologis :
Replek Hoffman-tromner : (-) Tidak ada gerakan
Reflek Jaw : (-) Mulut tidak tertutup
Replek Babynsky : (-) Dorsofleksi ibu jari dan adduksi jari-jari lainnya.
e) Tes Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk : Klien tidak merasa nyeri saat fleksi leher
- Tes kerdig : Tidak terasa tahanan dan nyeri saat kaki diekstensikan 1350C
- Tes bruddzinksi I : Tidak terjadi fleksi pada kausa lutut saat leher difleksikan.
- Tes brudzinski II : Tidak ada fleksi lutut yang diekstensikan saat leher difleksikan.
f) Pola Psikologis
Status Emosi : Saat berinteraksi dengan perawat, emosi klien stabil, wajah klien ramah saat ditanya perawat.
Konsep diri :
 Body image
36

Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya, klien juga tahu bahwa sakit yang dialaminya sekarang dapat menyebabkan
kelemahan pada tubuhnya.
 Harga diri
Klien tidak merasa malu dengan keadaan sakitnya sekarang
 Ideal diri
Klien berharap dirinya lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarganya di rumah.
 Peran
Sejak dirawat di RS, klien tidak dapat melakukan peran dan kegatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga.
 Idenititas diri
Klien mempunyai suami dan 2 orang anak
Gaya Komunikasi : Klien menggunakan komunikasi verbal saat berhubungan dengan perawat, klien fasih berbahasa Indonesia
walaupun sehari-harinya klien menggunakan bahasa Sunda.
37

Analisa Data
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
No. Reg : 051125-0003

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1
DS : - Klien mengeluh Manifestasi dari vertigo akibat Perubahan pola
pusing dan lemas. kurang darah aktivitas
- Klien mengeluh 
seperti berputar-putar ketika Menurunnya aliran darah ke

berjalan. cerebrum dan cerebellum



Penurunan suplai O2 dan nutrisi
DO : - Klien tampak
ke neuron di otak
dibantu keluarga saat

melakukan aktivitas
Merangsang pusat reseptor
- Klien tampak hati-hati saat
keseimbangan dan koordinasi
melakukan aktivitas
gerak di cerebellum
38

- Kekuatan otot 
+5 +5 Sensasi pusing berkunang-

-4 +5 kunang

Ketidakseimbangan dalam
- TD : 120/100
pergerakan

Ketidakmampuan beraktifitas
secara mandiri

2 DS : - Klien mengeluh Manifestasi dari vertigo akibat Gangguan rasa


pusing dan nyeri kepala kurang darah nyaman : Nyeri
DO : - Klien tampak lemah  kepala
- Nyeri yang dirasakan Penurunan suplai O2 dan nutrisi

klien seperti berputar dengan ke otak



skala 3 (nyeri sedang)
Proses metabolisme di otak
- TD : 100/80 mmHg
terganggu

Merangsang reseptor nyeri
disusunan saraf pusat
39


Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Daftar Diagnosa Keperawatan


Daftar Diagnosa Keperawatan
40

Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
No. Reg : 051125-0003

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TGL PARAF


O DITEMUKAN DIATASI

1 Perubahan pola aktivitas 05 -12 - 2005 06 -12 - 2005


sehubungan dengan
ketidakseimbangan pergerakan
akibat vertigo

2 Gangguan rasa nyaman : Nyeri 05 -12 - 2005 06 -12 - 2005


sehubungan dengan penurunan
suplai darah ke otak

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Perubahan pola aktifitas sehubungan dengan ketidakseimbangan pergerakan akibat vertigo.
41

2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan penurunan suplai darah ke otak.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
No. Reg : 051125-0003
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL PARAF
O KEPERAWATAN

1 Gangguan rasa nyaman : Nyeri Rasa nyaman terpenuhi  Kaji tingkat  Mengetahui
sehubungan dengan penurunan dengan kriteria : nyeri klien sejauh mana nyeri
suplai darah ke otak ditandai  Jangka Pendek  Anjurkan mengganggu
dengan : 2x24 jam nyeri berkurang untuk istirahat aktivitas klien.
DS : - Klien mengeluh pusing dari skala 3 ke 2. adequat.  Memberi
dan nyeri kepala  Jangka Panjang  Ajarkan teknik perasaan nyaman
DO : - Klien tampak lemah 5x24 jam Nyeri hilang, relaksasi : nafas pada klien
- Nyeri yang dirasakan klien segar, klien tampak dalam.  Menenangkan
klien seperti berputar dengan bersemangat  Kolaborasi pasien, salah satu
skala 3 (nyeri sedang) pemberian obat, teknik mengurangi
- TD : 100/80 mmHg penurunan pusing dan rasa nyeri.
analgetik.  Obat analgetik
42

dapat mengurangi
nyeri yang
diharapkan
mempercepat
penyembuhan klien.
2 Perubahan pola aktivitas Pola aktifitas klien  Kaji kebutuhan  Mengidentifikas
sehubungan dengan kembali ke semula dan aktivitas klien i sejauh mana klien
ketidakseimbangan pergerakan dengan kriteria: bisa melakukan
akibat vertigo ditandai dengan :  Jangka Pendek aktivitas secara
DS : - Klien mengeluh pusing 2x24 jam pusing mandiri.
dan nyeri kepala berkurang, klien tidak  Mengurangi
DO : - Klien tampak lemah lemas.  Anjurkan resiko cidera
- Nyeri yang dirasakan keluarga membantu
klien seperti berputar dengan  Jangka Panjang aktivitas klien  Mengurangi rasa
skala 3 (nyeri sedang) 1 minggu  Anjurkan klien pusing yang
- TD : 100/80 mmHg pusing hilang untuk tidak langsung mengakibatkan
- turun dari tempat tidur ketidakseimbangan
melainkan secara dalam pergerakan
perlahan yaitu duduk
dulu baru berdiri
43

4. Implementasi dan Evaluasi

Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
No. Reg : 051125-0003

DX WAKTU TINDAKAN EVALUASI PARAF


1 2 3 4 5
1 Jam 05.15  mengukur tanda- S : - Klien mengatakan lebih
tanda vital segar dan nyaman
 Melakukan dan O : - Kulit kepala klien bersih
membantu klien - Klien tampak lebih segar
memenuhi kebutuhan T : 100/80 mmHg
personal hygiene N : 78x/menit
keramas. R : 20x/menit
 Menganjurkan S : 36.80C
untuk istirahat yang A : Masalah teratasi sebagian
adekuat P : Intervensi dilanjutkan

2 Jam 10.00  Mengkaji tingkat S : - Klien mengatakan nyeri


44

nyeri klien sudah berkurang


 Mengajarkan O : - Klien melakukan teknik
teknik napas dalam nafas dalam
 Menganjurkan - Posisi tidur klien sesuai
keluarga membantu dengan yang diajarkan.
aktivitas klien - Klien tampak lebih
 Mengajarkan tenang
posisi yang sesuai untuk - Nyeri berkurang dari
menurunkan rasa skala 3 ke skala 2
nyeri/pusing. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3 Jam 12.00  Menyajikan S : - Klien mengatakan porsi
makan dalam keadaan makannya dudah bertambah
hangat dan tertutup. O : - Porsi makan klien
 Menganjurkan bertambah dari ½ porsi habis
kepada klien agar makan menjadi ¾ porsi habis.
dalam porsi sedikit tapi A : Masalah teratasi sebagian
sering, menyelingi P : Intervensi dilanjutkan
makan dengan minum.

4 Jam 12.30  Memberikan obat


45

kepada klien per oral :


Aspirin 3x1 sehari
Piracetam 3x1 sehari
Befasere 1x1 sehari
ISDN 2x1 sehari
Captopril 2x1 sehari
Vergilon 2x1 sehari
46

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta :
Gaya Baru 

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi

Anda mungkin juga menyukai