Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian


Kerugian penurunan nilai aset (asset impairment) terjadi ketika nilai
tercatat (carrying amount) suatu aset melebihi nilai terpulihkannya (recoverable
amount). Nilai terpulihkan diperoleh dari pengukuran nilai mana yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dibandingkan dengan nilai
pakainya. Kerugian penurunan nilai aset menjadi elemen beban yang diakui pada
laporan laba rugi perusahaan. Pada tahun 2011, Telkom membukukan beban
kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba rugi sebesar Rp563 miliar,
Rp247 miliar pada tahun 2012, bahkan meningkat Rp596 miliar pada tahun
2013. Kasus lain terjadi pada salah satu emiten bidang pertambangan yaitu PT.
Medco Energi Internasional. Pada 16 Oktober 2013, Medco memutuskan untuk
menutup operasi pabrik ethanolnya. Pabrik yang telah beroperasi sejak 2009 ini
tutup karena masalah pasokan yang tidak cukup dan berkelanjutan. Penutupan
ini berakibat pada total kerugian sebesar US$20 juta untuk penurunan nilai aset.
Kerugian penurunan nilai aset juga dialami oleh PT. Garuda Indonesia. Pada
tahun 2013, Garuda Indonesia membukukan penurunan nilai aset sebesar Rp135
miliar, naik dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp124 miliar.
Terdapat indikasi bahwa tambahan beban akibat terjadinya kerugian
penurunan nilai akan menggerus porsi laba yang seharusnya dapat dicapai oleh
perusahaan sehingga akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan
tersebut. Indikasi berikutnya adalah terpengaruhnya tingkat struktur modal
perusahaan ketika aset tetap yang sebagian besar diperoleh perusahaan dengan
menggunakan utang jangka panjang mengalami kerugian penurunan nilai aset.
Perusahaan akan dihadapkan pada tingkat utang pada jumlah yang relatif tetap
dibandingkan dengan aset yang justru mengalami penurunan nilai. Indikasi lain
adalah penilaian investor terhadap perusahaan yang mengalami kerugian
penurunan nilai akan bervariasi sehingga mempengaruhi nilai pasar perusahaan
tersebut. Untuk itu diperlukan pengujian dan analisis terkait pengaruh antara
kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai

1
pasar. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987), serta Ragothaman
dan Bublitz (1996) dalam Yang (2014) tentang pengaruh pengumuman kerugian
penurunan nilai aset menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas
mengumumkan mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan
keuangannya. Semakin besar jumlah kerugian penurunan nilai aset yang
diumumkan, semakin besar penurunan harga saham entitas tersebut di hari
publikasi laporan keuangannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Zucca dan
Campbell (1992) dalam Yang (2014) justru menyatakan entitas yang
mengumumkan penurunan nilai aset tidak mengakibatkan reaksi negatif di pasar
karena pasar beranggapan bahwa entitas melaporkan penurunan nilai aset
sebagai manajemen laba, dan tidak begitu berpengaruh pada nilai aset
perusahaan secara nyata.
Penelitian ini menganalisa dampak kerugian penurunan nilai aset
terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar. Objek penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, yang mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam
periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Analisis keseluruhan sektor industri
dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kerugian penurunan nilai aset
terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar.

1.2 Latar Belakang Penelitian


Aset didefinisikan dalam Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) 6 paragraf 25 sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti,
yang diperoleh, dikuasai, ataupun dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu. Conceptual Framework of International
Accouting Standards Boards (IASB) menekankan terdapat tiga hal penting yang
perlu diperhatikan dalam mendifinisikan aset, yaitu terdapatnya kendali atas
sumber daya (resources) oleh entitas, berasal dari transaksi masa lalu, terdapat
manfaat ekonomi di masa mendatang yang diharapkan mengalir ke entitas
pemilik (future benefit). Aset menunjukkan kekuatan operasional perusahaan
karena aset memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial
(commercial value), maupun nilai tukar (exchange value). Aset digunakan oleh
suatu entitas untuk mendukung kegiatan operasional, pembiayaan, maupun

2
untuk investasi. Aset juga sangat berhubungan erat dengan kewajiban dan
ekuitas perusahaan karena cara memperolehnya tidak dapat dipisahkan. Aset,
kewajiban, maupun ekuitas berada dalam elemen neraca dalam sebuah entitas
Pengelolaan dan manajemen aset yang baik dilakukan oleh entitas agar
setiap aset yang dimilikinya mampu memberikan kontribusi pada peningkatan
nilai entitas tersebut. Menurut Sugiama (2013:15) berdasarkan pada pengelolaan
aset fisik, secara definitif manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu
pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset,
mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai,
mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga
mengalihkan aset secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen aset adalah agar
biaya yang timbul selama kepemilikan aset dapat diminimalkan, terciptanya laba
yang optimal, serta penggunaan dan pemanfaatan aset mencapai titik yang
optimum. Siklus kehidupan manajemen aset terdiri dari empat unsur kunci, yaitu
pemeliharaan yang bersifat pencegahan, penurunan penundaan pemeliharaan,
pembaharuan, dan fungsi peningkatan. Untuk pencapaian tujuan dalam
manajemen aset diperlukan penggunaan perencanaan manajemen strategis
berupa rencana panjang bagi organisasi dengan mengakomodasikan visi, misi,
dan penciptaan nilai organisasi, kebijakan bisnis, persyaratan yang ditetapkan
oleh para pemangku kepentingan, tujuan organisasi, serta manajemen risiko.
Permasalahan mulai timbul ketika aset yang diharapkan mampu
memberikan manfaat ekonomik di masa mendatang justru mengalami penurunan
nilai sehingga menyebabkan kerugian bagi entitas pemilik aset. Kerugian
penurunan nilai aset terjadi ketika nilai aset yang entitas catat dalam laporan
keuangan lebih tinggi daripada nilai pemulihan aset tersebut. Terdapat berbagai
hal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset, baik
disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor-faktor eksternal yang
dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset adalah terjadinya
perubahan signifikan nilai pasar, perubahan signifikan teknologi, ekonomi, dan
lingkup hukum. Sedangkan faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan
terjadinya kerugian penurunan nilai adalah terjadinya keusangan atau kerusakan
fisik aset, perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat

3
aset, serta terdapatnya bukti internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih buruk dari yang diharapkan. Aset yang mengalami
penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut akan diakui
sebagai kerugian dalam laporan laba rugi.
Martani (2012:2) menyatakan, “Penurunan nilai didasarkan pada prinsip
konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak boleh dicatat overstated, dari nilai
dapat diperoleh kembali”. Sesuai definisi aset adalah manfaat ekonomi yang di
masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus
disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan
diperoleh di masa depan. Saat nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih
rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus diturunkan.
Kontrol entitas terhadap penurunan nilai aset akan membuat nilai aset
entitas mampu mencerminkan manfaat ekonomi yang sebenarnya di masa
mendatang. Entitas perlu memperhatikan konsep konservatif, kehati-hatian,
relevansi informasi terkait penurunan nilai aset, serta menganalisa berbagai efek
internal maupun eksternal yang ditimbulkan akibat terjadinya penurunan nilai
aset tersebut.
Penyajian aset secara jujur (representational faithfulness) dalam laporan
keuangan menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan oleh para
pihak pengguna dalam mendefinisikan laporan keuangan, khususnya ketika
terjadi penurunan nilai aset yang material bagi perusahaan. Kesalahan penyajian
aset menyebabkan banyak elemen laporan keuangan lain yang ikut terpengaruh
karena terjadinya kesalahan tersebut, baik pada elemen neraca maupun laporan
laba rugi, sehingga analisis fundamental perusahaan akan menjadi kurang tepat.
Beban yang timbul sebagai akibat terjadinya penurunan nilai aset dicatat pada
laporan laba rugi entitas sehingga mengurangi tingkat profitabilitas entitas
tersebut. Apabila entitas memilih untuk tidak melakukan pencatatan kerugian
penurunan nilai aset, maka nilai aset yang tercatat tidak mencerminkan kondisi
sebenarnya serta terdapat kemungkinan entitas justru harus mengalami kerugian
penurunan nilai yang lebih besar pada periode berikutnya.
Perkembangan teknologi dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan nilai aset. Perusahaan yang telah

4
menginvestasikan dananya pada aset tertentu, dapat mengalami kerugian
penurunan nilai aset apabila ditemukan teknologi baru yang menyebabkan nilai
aset lama tersebut menjadi turun, atau bahkan tidak bernilai lagi. Hal ini banyak
dialami oleh perusahaan yang berada di sektor teknologi informasi, di mana aset
menjadi infrastruktur utama sebagai penggerak roda bisnisnya dengan dana
investasi yang cukup besar. Apabila kemudian ditemukan teknologi yang baru
dapat menyebabkan aset lama menjadi tidak bermanfaat lagi, entitas harus
mencatat kerugian penurunan nilai aset lama akibat hal tersebut.
Konsep penurunan nilai aset telah mulai mendapat perhatian dari Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dengan ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 48 tentang Penurunan Nilai Aset yang disahkan pada
tanggal 15 Juli 1998 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2000. Pada
perkembangannya PSAK 48 ini mengalami beberapa kali penyesuaian untuk
mengadopsi perlakuan International Accounting Standar (IAS) Nomor 36
tentang Impairment of Assets. PSAK 48 terakhir direvisi pada tanggal 29 April
2014 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2015. Tujuan utama
ditetapkannya PSAK 48 adalah untuk menetapkan prosedur yang diterapkan
entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset
dikatakan melebihi jumlah terpulihkan jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah
yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus
demikian, aset mengalami penurunan nilai dan disyaratkan entitas untuk
mengakui rugi penurunan nilai. PSAK 48 juga bertujuan menentukan kapan
entitas dapat membalik rugi penurunan nilai dan menetapkan pengungkapan
terkait rugi penurunan nilai tersebut.
Martani (2012:2) menyatakan, “Setiap entitas pada akhir periode
pelaporan harus melakukan review apakah aset yang dimilikinya mengalami
penurunan nilai”. Sebelum penurunan nilai dilakukan, entitas menguji ada
tidaknya indikasi penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka pencatatan
kerugian penurunan nilai aset tidak perlu dilakukan. Sebaliknya jika terdapat
indikasi, entitas diwajibkan menghitung nilai terpulihkan dengan
membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya
penjualan dan nilai pakai. Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat

5
dengan nilai terpulihkan. Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari
melakukan penurunan nilai karena dampak penurunan nilai akan mengurangi
laba dan memperkecil nilai aset entitas. Entitas juga sulit untuk menentukan nilai
terpulihkan. Dalam menentukan nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi
dan asumsi yang dipengaruhi oleh subyektivitas manajemen.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai,
PSAK 48 paragraf 12 menyebutkan bahwa entitas wajib mempertimbangkan
informasi dari sumber-sumber eksternal, misalnya apakah terdapat indikasi
yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan selama
periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya
waktu atau pemakaian normal; perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar,
ekonomi, atau lingkup hukum tempat aset dikaryakan, yang berdampak
merugikan entitas; telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam
waktu dekat; suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi
telah meningkat selama periode tersebut; jumlah tercatat aset neto entitas
melebihi kapitalisasi pasarnya. Selain faktor eksternal, entitas juga wajib
mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber internal, misalnya apakah
terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset; telah terjadi atau
akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak
merugikan; serta terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan
bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk dari yang
diperkirakan. Entitas yang mengalami penurunan nilai aset, akan mengakui
penurunan nilai tersebut sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset
tersebut kemudian akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai.
Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Entitas wajib mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam
catatan atas laporan keuangan.
Sooriyakumaran (2014:2) menyatakan, “The effect of impairment of
assets on firms capital structure is being introduced theoretically and tested
empirically”. Kerugian penurunan nilai aset menyebabkan entitas harus
mencatat beban kerugian penurunan nilai aset sehingga mempengaruhi laporan
laba rugi dan neraca entitas, menurunkan laba dan nilai aset, dan pada akhirnya

6
berpengaruh pula terhadap kemampuan entitas untuk mendapatkan pinjaman
dana. Dari sisi eksternal, para investor juga akan menaruh perhatian besar dalam
melakukan analisis investasi terhadap entitas yang mengalami kerugian
penurunan nilai aset. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987) dalam
Yang (2014:3) tentang pengaruh pengumuman kerugian penurunan nilai aset
menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas mengumumkan
mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan keuangannya. Bartov
(1998) dalam Yang (2014:2) melakukan penelitian dampak jangka panjang dan
jangka pendek nilai pasar terhadap perusahaan yang melaporkan kerugian
penurunan nilai aset. Penelitian ini menunjukkan pasar nilai pasar lebih negatif
pada tahun di mana kerugian penurunan nilai diumumkan ke pasar. Penelitian ini
juga menyimpulkan arti penting perusahaan melaporkan penurunan nilai aset
karena akan menunjukkan nilai aset yang sebenarnya.
Penulis mencoba mengamati beberapa perusahaan di Indonesia terkait
fenomena kerugian penurunan nilai menggunakan variabel penelitian yang
digunakan oleh Sooriyakumaran (2014), tentang bagaimana pengaruh kerugian
penurunan nilai terhadap profitabilitas dan struktur modal. Dari pengamatan
terhadap tiga perusahaan yaitu PT. Telkom, Medco Energy, dan Garuda
Indonesia menggunakan analisis rasio model penelitian Sooriyakumaran (2014),
menunjukkan rasio profitabilitas yang menurun ketika perusahaan mengalami
kerugian penurunan nilai, sedangkan rasio long term debt per total equity dan
long term debt per total asset cenderung meningkat.

7
Tabel 1.1 Impairment Loss PT. Telkom
PT. Telkom 2011 2012 2013 2014
Impairment Rp 563 M Rp 247 Rp 596 Rp 805
OPR 29.27 31.41 32.72 31.38
NPM 21.73 23.84 24.59 23.94
ROE 25.39 27.45 26.35 24.93
ROA 18.93 22.05 21.50 20.04
LTD/TE 32.61 30.28 28.53 26.69
LTE/TA 19.29 18.21 17.26 16.31
Sumber : Pengolahan data laporan keuangan
Tabel 1.2 Impairment Loss PT. Medco Energy
Medco 2011 2012 2013 2014
Impairment $ 4.712.923 $ 9.128.182 $ 27.175.300 $ 16.428.117
OPR 26.13 21.81 21.67 14.12
NPM 11.75 2.08 1.80 1.18
ROE 11.07 2.24 1.78 1.00
ROA 7.42 1.25 0.93 0.46
LTD/TE 105.87 163.71 136.59 148.00
LTD/TA 35.36 51.98 48.38 49.21
Sumber : Pengolahan data laporan keuangan
Tabel 1.3 Impairment Loss PT. Garuda Indonesia

Garuda 2011 2012 2013 2014

Impairment $ 13.855.546 $ 10.371.034 $ 10.649.525 $ 68.064.606


OPR 3.1 4.4 0.36 -11.6
NPM 2.1 3.2 0.36 -9.4
ROE 6.6 9.9 1.21 -41.9
ROA 4.7 5.9 0.63 -16.0
LTD/TE 53.2 58.2 77.09 115.3
LTD/TA 24.2 25.8 29.00 32.6
Sumber : Pengolahan data laporan keuangan

8
Harahap (2008:126-129) menyatakan, beberapa karakteristik laporan
keuangan berdasarkan PSAK adalah :
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Materialitas
4. Keandalan
5. Penyajian jujur
6. Substansi mengungguli bentuk
7. Netralitas
8. Pertimbangan sehat
9. Kelengkapan
Realibility and Relevance adalah dua kunci utama karakteristik kualitatif
dari pelaporan keuangan. Untuk itu, pelaporan keuangan harus mampu
menyajikan informasi nyata tentang posisi keuangan, laba atau rugi dari kegiatan
operasional, perubahan modal, serta arus kas sebuah entitas. Berbagai peristiwa
dapat terjadi selama satu periode pelaporan keuangan, misalnya nilai pasar aset
yang turun secara signifikan, kerusakan fisik aset sehingga tidak dapat
digunakan secara maksimal, terjadinya keusangan aset, atau berbagai hal yang
dapat menyebabkan penurunan nilai aset suatu entitas. Beban yang timbul akibat
kerugian penurunan nilai aset perlu disajikan dalam laporan keuangan sehingga
nilai aset akan tersaji pada nilai yang sebenarnya meskipun akan mempengaruhi
tingkat profitabilitas dan struktur modal entitas tersebut. PSAK 48 paragraf 9
menyatakan bahwa pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah
terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut,
maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa setiap elemen dalam laporan keuangan harus disajikan
secara wajar, sehingga perlu dilakukan identifikasi pada setiap akhir periode
pelaporan apakah terdapat indikasi penurunan nilai atas aset yang dimiliki
perusahaan.
Situasi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah semakin banyaknya
entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset khususnya sebagai
dampak terjadinya krisis ekonomi global dan pesatnya perkembangan teknologi

9
baru yang menyebabkan nilai aset menjadi cepat usang. Dampak terjadinya
kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai
pasar perusahaan yang mengalami kerugian penurunan nilai aset merupakan hal
yang layak untuk dianalisis.

1.3 Perumusan Masalah


Kerugian penurunan nilai aset dapat dialami oleh setiap entitas ketika
nilai yang tercatat dalam laporan keuangan melebihi nilai yang dapat dipulihkan.
PSAK 48 tentang Kerugian Penurunan Nilai Aset menjelaskan bahwa aset yang
mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut
harus diakui sebagai beban kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba
rugi. Semua aset yang dimiliki oleh entitas memiliki potensi untuk mengalami
penurunan nilai. Untuk itu terkadang entitas membentuk provisi atau penyisihan
kerugian penurunan nilai meskipun akan mempengaruhi profitabilitas dan
struktur modal entitas tersebut. Investor juga akan menaruh perhatian kepada
kondisi entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Menurut Zucca
dan Campbell (1992) dalam Yang (2014:2), sebagian investor berpendapat
bahwa perusahaan yang mencatat kerugian penurunan nilai asetnya dalam
periode tertentu justru akan terhindar dari potensi kerugian penurunan nilai aset
yang lebih besar di masa mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas, struktur modal,
dan nilai pasar perusahaan go public di Indonesia telah mendapat perhatian besar
di kalangan akademisi maupun praktisi yang ditunjukkan dengan beberapa studi
terdahulu yang membahas hal ini. Dari hasil pencarian literatur di Indonesia,
belum ditemukan penelitian terpublikasi di Indonesia mengenai analisis kerugian
penurunan nilai aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan
nilai pasar.
Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas
yang diukur dengan rasio Operating Profit Margin, Net Profit Margin,
Return On Asset, dan Return On Equity perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?

10
2. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal
yang diukur dengan rasio Long Term Debt per Total Equity dan Long Term
Debt per Total Asset perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerugian penurunan nilai
aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga dapat digunakan
untuk pengembangan keilmuan tentang faktor yang dapat berdampak terhadap
profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yaitu dalam hal ini
kerugian penurunan nilai aset.
Analisis dilakukan untuk keseluruhan sektor industri berdasarkan
pengelompokan sektor industri perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia oleh Jakarta Stock Exchange Industrial Classification (JASICA)
sehingga diharapkan mampu mengindentifikasi secara detail bagaimana dampak
kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai
pasar untuk setiap sektor industri. Analisis pengamatan menggunakan data
emiten seluruh sektor yang mengalami kerugian penurunan nilai aset sepanjang
periode 2011 sampai dengan 2014. Dari analisis tersebut diharapkan akan dapat
dilihat apakah semua sektor mengalami kerugian penurunan nilai dan berdampak
terhadap profitabilitas, struktur modal dan nilai pasar.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

11
1.5 Kegunaan Penelitian
Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan untuk:
a) Mengidentifikasi potensi dan pengaruh yang terjadi akibat
terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas,
struktur modal, dan nilai pasar yang terjadi.
b) Perusahaan kemudian dapat melakukan pemetaan strategi apabila
terjadi indikasi penurunan nilai aset sehingga perusahaan menjadi
lebih siap dalam menghadapi berbagai issue seputar penurunan
nilai aset yang disebabkan baik dari faktor internal maupun
eksternal.
c) Perusahaan akan dituntut lebih jeli dalam melakukan investasi
pada asetnya untuk dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
sekaligus melakukan mitigasi, misalnya dengan membentuk
provisi penurunan nilai aset sebagai upaya mengurangi resiko
terjadinya penurunan nilai aset yang menyebabkan timbulnya
beban atas penurunan nilai aset tersebut.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk :
a) Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas,
struktur modal, dan nilai pasar yang selama ini kurang mendapat
perhatian untuk diteliti, dalam hal ini adalah terjadinya penurunan
nilai aset.
b) Penelitian tentang efek dan pengaruh yang ditimbulkan akibat
terjadinya kerugian penurunan nilai aset masih sangat jarang di
Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan dapat memunculkan
berbagai inovasi dan langkah pencegahan atas terjadinya
penurunan nilai aset.

12
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan thesis ini meliputi :
Bab I Pendahulan
Bagian ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar
belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bagian ini menguraikan hasil kajian kepustakaan dari berbagai literatur
yang berkaitan dengan penelitian. Dasar-dasar teori yang menunjang
penelitian bersumber dari buku referensi, jurnal penelitian, thesis, dan
disertasi yang dapat dipercaya.
Bab III Metode Penelitian
Bagian ini berisikan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab dan
menjelaskan permasalahan penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini menguraikan proses data dan analisis hasil pengolahan
tersebut dengan metoda yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan
merumuskan rekomendasi sesuai hasil penelitian.

13

Anda mungkin juga menyukai