Anda di halaman 1dari 28

1/2/2019

BRIX, POL, & HK


Oleh : Rifa’i Rahman Saputro, S.Si., M.Sc.

087 738 563 444 D05B9892 rifai.rahman@yahoo.com rifai.lppky@gmail.com

SEKILAS MENGENAI KARAKTERISTIK NIRA DAN GULA

1
1/2/2019

A. Brix (Refractometric Dry Solids/RDS)


o Brix adalah zat kering terlarut total di dalam larutan gula dan nira (Rein, 2007 : 27)

o Brix sering disebut juga dengan istilah Refractometric Dry Solids (RDS). Untuk larutan yang
hanya mengandung gula dan air, brix adalah persen massa gula dalam larutan tersebut.
(Rein, 2007 : 27)

o Dengan demikian ada korelasi antara brix dengan kekentalan larutan atau b.j. (berat jenis)
larutan.

o Air Bebas Brix : air yang membentuk bagian dari struktur selulosa batang tebu, tidak dapat
dipisahkan dalam proses pemerahan, sehingga tidak terikut bersama nira perahan. Air
bebas brix tidak dapat dipisahkan dari sabut alami tebu dengan perlakuan mekanis, namun
dapat dipaksa keluar dengan menaikkan temperatur lingkungan. (Rein, 2007 : 27)

o Brix dapat diukur dengan cara :


1. PIKNOMETRIS
2. REFRAKTOMETRIS
3. HIDROMETRIS

2
1/2/2019

1. Piknometris
Prinsip
 mengukur berat (G g) dari V mL larutan pada t oC
 menghitung berat jenis (BJ) pada t oC
V mL
 mengkonversi BJ pada t oC dengan brix
 menetapkan koreksi brix pada t oC
 menghitung brix terkoreksi

t oC Gg

V mL

Brix, % = Brix pd t oC + kor brix

2. Refraktometris
temp
Prinsip
• mengukur indeks bias suatu larutan pada t oC
• indeks bias kepekatan brix suatu larutan
• menetapkan koreksi brix pada t oC
• menghitung brix terkoreksi
-
-
15
-
-
-
- 16
-
-
NPP t oC
-
-
-
-
- 17

Brix, % = Brix pd t oC + kor brix

3
1/2/2019

3. Hidrometris

Prinsip
Gg  mengukur berat jenis (BJ) atau brix pada t oC
 ada hidrometer bentuk BJ
o
 mengkonversi BJ pada t C dengan brix

 ada hidrometer bentuk brix


 menetapkan koreksi brix pada t oC
V mL  menghitung brix terkoreksi

-14
NPP -
-15
-
-16

Brix, % = Brix pd t oC + kor brix


Hidro-
meter

ALAT PENENTUAN BRIX

2 Standard Operational Procedure

1. Larutan dimasukan kedalam silinder winter


sampai penuh,buih dan gelembung udara
tidak ada,cairan keadaan tenang
2. Masukan Alat Penimbang Brix, amati skala
pembacaan secara teliti, posisi mata lurus
dengan level cairan.
Nilai yang diperoleh merupakan brix belum
terkoreksi
3. Mengamati suhu larutan, untuk
3 1 menentukan koreksi brix pada suhu T dari
tabel III Buletin 11

% brix = brix belum terkoreksi + koreksi brix

4
1/2/2019

5
1/2/2019

B. Pol (Polarization)
o Pol atau Polarization adalah kadar sukrosa nyata yang ditunjukkan dengan persen massa
dengan pengukuran berdasarkan rotasi optis cahaya terpolarisasi yang melewati larutan
gula. Pol hanya akurat terukur pada larutan sukrosa murni. (Rein, 2007 : 29)

o Pol adalah kadar gula (karbohidrat), utamanya sukrosa, dalam nira tebu yang mampu
memutar bidang polarisasi ke kanan dalam polarisasi tunggal. Pol tidak mencerminkan
secara tepat kadar sukrosa dalam nira tebu, karena ada karbohidrat lain dalam nira tebu
yang juga dapat memutar bidang polarisasi ke kanan, misalnya dekstran.

Prinsip Cahaya Terpolarisasi

6
1/2/2019

Prinsip Cahaya Terpolarisasi

Prinsip Cahaya Terpolarisasi

7
1/2/2019

Prinsip Cahaya Terpolarisasi


• Sukrosa memutar bidang polarisasi ke kanan, dan jenis perputaran ini
disebut dextrorotatory.
• Glukosa, amilum dan dektran juga memutar bidang polarisasi ke
kanan, sedangkan fruktosa memutar bidang polarisasi ke kiri.
Perputaran bidang polarisasi ke kiri disebut levorotatory
• Sifat inilah yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan besarnya
pol suatu sampel larutan

Prinsip pengukuran polarisasi

S P A M
(a)

S P A
M
(b)

S P A M
(c)

8
1/2/2019

Kekuatan Rotasi Spesifik


• Kekuatan rotasi bidang polarisasi setiap jenis gula berbeda.
• Kekuatan rotasi spesifik disimbolkan dengan [α], dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
α = besaran rotasi (derajat perputaran)
α α C = konsentrasi gula (g/100 ml larutan)
[α] = + B = Brix larutan (g gula/g larutan)
D = densitas larutan (g larutan/ml larutan)
L = panjang sel (dm)
t = suhu
λ = panjang gelombang

9
1/2/2019

Kekuatan Rotasi Spesifik Beberapa Jenis Gula

• Glukosa [α]20D + 52,7


• Fruktosa [α]20D - 92,4
• Sukrosa [α]20D + 66,53
• Pati [α]20D + 200
• Dektran [α]20D + 199

+ akuades
Prosedur analisa Pol

kocok
DP 10%, 3 tts
Pb Ast, 5 mL
Nira, 100 mL

(1) (2) (3)


Ukur nira & penjernih Kocok Saring

(4) (5)
Filtrat diisi ke Pol dibaca dg
tabung pol polarimeter

10
1/2/2019

Prosedur analisa Pol


kocok
Form B, 5 mL
Form A, 5 mL
Nira, 100 mL

(1) (2) (3)


Ukur nira & penjernih Kocok Saring

(4) (5)
Filtrat diisi ke Pol dibaca dg
tabung pol polarimeter

POLARIMETER

Standard Operational Procedure


1. Nyalakan alat
2. Masukkan filtrat sampel pada tube sampel
3 (pembuluh pol), pastikan tidak ada gelembung
udara
4 3. Letakkan tube sampel pada wadah tube pada
polarimeter
4. Amati pada bagian lensa pengamatan, pastikan
1 perubahan pengamatan seperti gambar di
bawah;
2

a b c

putar skala hingga mencapai pengamatan (c),


SELALU LAKUKAN PEMBACAAN UNTUK BLANKO
posisi warna bidang pengamatan bagian atas
SEBELUM PEMBACAAN DENGAN SAMPEL (UNTUK
sama dengan bagian bawah
K O R E K S I N I L A I )
Nilai skala merupakan derajat polarisasi sampel.

11
1/2/2019

12
1/2/2019

Syarat utama pengukuran pol dengan


polarimeter

Larutan filtrat yang diukur harus jernih


dan tidak berwarna gelap

Bahan penjernih yang lazim dipakai adalah


Timbal Asetat
1. Kualitas penjernih lebih unggul
daripada bahan penjernih dari garam-garam lainnya
(Browne & Zerban, 1941)

2. Bersifat Neurotoxic dan Carcinogen

Dampak penggunaan TA untuk bahan penjernih


terhadap kesehatan mulai dipertanyakan
(ICUMSA, 1990)

13
1/2/2019

Timbal Asetat

Pabrik gula di Indonesia seperti beberapa pabrik gula tebu di negara


lain masih menggunakan TA sebagai bahan penjernih untuk analisis
pol.

Kalau dihitung, untuk analisis pol dalam pengawasan pabrikasi,


untuk pabrik gula yang berkapasitas 4000 TCD diperlukan tidak
kurang dari 100 kg TA per musim giling.

Dapat dibayangkan untuk pabrik gula seluruh Indonesia, khususnya


di Jawa, diperkirakan sekitar 5 ton TA per tahun dibuang sebagai
limbah analisis pol, atau sekitar 500 ton TA tersebar di perut bumi
Pulau Jawa selama seabad ini.

14
1/2/2019

• Sejak 1987, Chou telah berhasil meneliti dan melaporkan metode


alternatif analisis pol dan sakarosa tanpa menggunakan senyawa
kimia yang berbahaya

• Perkembangan selanjutnya, terdapat 2 metode analisis alternatif


ramah lingkungan dan kesehatan yang digunakan secara luas di
Industri Gula dunia, yaitu :
1. Menggunakan senyawa kimia yang lebih aman terhadap lingkungan dak
kesehatan
2. Menggunakan instrumen analisis polarisasi berbasis near infrared (NIR)

1. Polarisasi dengan Senyawa Kimia Tak


Berbahaya
• Salah satu kriteria agensia penjernih, selain bisa digunakan
sendiri atau dikombinasikan dengan senyawa lain, adalah
kemampuannya untuk membentuk inti endapan dalam
larutan gula yang diikuti dengan pertumbuhan inti endapan
tersebut sampai pada ukuran yang dapat disaring.

• Selama proses presipitasi, terjadi proses adsorbsi kelompok


ion/molekul yang ada, yang otomatis juga memisahkan
warna dan turbiditas larutan

15
1/2/2019

• Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai alternatif


penjernih dalam Analisa polarisasi adalah dari kelompok garam
aluminium.

• Dari hasil screening yang dilakukan oleh Chou, didapatkan


bahwa senyawa kimia alternatif yang dapat digunakan untuk
Analisa polarisasi adalah kombinasi dari senyawa kimia
Ca(OH)2 dan AlCl3.

Timbal Asetat sebagai bahan penjernih dalam Analisa Pol di Laboratorium termasuk
Logam Berat dan Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang tidak dianjurkan dan sebagai
alternatif digunakan Poli Aluminium Klorida (PAK).

Aplikasi Bahan Penjernih


Komposisi PAK Selisih
Material Bx PAK Pb. Acetate
Pty
PAK 1 PAK 2 Pol Pty Pol Pty
First Exp. Juice 2,5 gr 1,2 gr 15,80 13,54 85,70 13,58 85,98 0,28
Mixed Juice 2,5 gr 1,2 gr 11,94 10,09 84,51 10,13 84,80 0,30
Clear Juice 2,5 gr 1,2 gr 12,73 10,73 84,25 10,75 84,41 0,16
Syrup 2,5 gr 1,2 gr 50,35 41,72 82,86 41,83 83,07 0,21
A Massecuite 2,5 gr 1,2 gr 90,80 78,19 86,11 78,31 86,24 0,13
A Molasses 2,5 gr 1,2 gr 80,40 59,10 73,51 59,40 73,88 0,37
B Massecuite 2,5 gr 1,2 gr 92,70 70,66 76,23 70,89 76,47 0,24
B Molasses 2,5 gr 1,2 gr 80,20 46,98 58,57 47,31 58,99 0,42
C Wash 2,5 gr 1,2 gr 76,35 43,16 56,53 43,48 56,95 0,43
C Massecuite 2,5 gr 1,2 gr 97,35 59,51 61,13 59,86 61,49 0,36
Final Molasses 2,5 gr 1,2 gr 88,60 28,64 32,33 28,98 32,71 0,38
(Dokumentasi PG GMP)

16
1/2/2019

• Bahan penjernih Polialuminium klorida (PAK) menghasilkan filtrat yang


setara dengan Timbal asetat dan tidak menimbulkan kesulitan dalam
pembacaan pol.

• Sekalipun hasil pembacaan polnya selalu lebih rendah dibanding


Timbal asetat, penjernih Polialuminium klorida (PAK) tetap
memberikan konsistensi pembacaan yang baik sehingga dapat
digunakan dalam analisa pengawasan pabrikasi.

• Karena waktu filtrasinya lebih lama, penggunaan Polialuminium klorida


(PAK) harus didukung oleh perencanaan pekerjaan yang baik dan
ketersediaan peralatan yang cukup dan andal.

• Biaya analisa menggunakan Polialuminium klorida (PAK) lebih murah


dibanding Timbal astat (TA).

(Dokumentasi PG GMP)

2. Instrumen Analisis Polarisasi tanpa


Menggunakan Bahan Kimia Berbahaya
• Prinsip kerja instrument adalah menggunakan near infrared
(NIR)
• Chou melaporkan penggunaan pertama kali instrumen
dengan NIR untuk Analisa polarisasi di tahun 1991.

• Beberapa peralatan yang sekarang umum digunakan antara


lain : rapid liquid analyzer dan infracana

17
1/2/2019

 Sampel yang akan dianalisa hanya perlu disaring, tidak perlu menggunakan larutan
penjernih sehingga menghilangkan penggunaan larutan penjernih yang berbahaya bagi
kesehatan maupun lingkungan
 Dilengkapi dengan sistem database terpusat menggunakan PC, sehingga seluruh hasil
analisa dapat tercatat.
 Jenis analisa untuk setiap sampel dalam satu kali analisa dapat mencapai 20 jenis.
 Pengukuran sudut polarisasi menggunakan Near Infrared (NIR).
 Presisi dan akurasi lebih tinggi dibandingkan dengan polarimeter/saccharimeter biasa.
 Pengoperasian mudah

18
1/2/2019

 Alat analisa yang didesain untuk menganalisa langsung tebu yang masih berbentuk utuh
(batang) atau hasil core sampled.
 Analisa yang dapat dilakukan alat ini antara lain : brix, pol, fiber, moisture, trash,
phosphate, N, K, dan ash.
 Alat ini mudah dioperasikan. Bahkan operator dengan training minimal saja dapat
mengoperasikan alat ini dengan sampel tebu sebanyak 10 kg kurang dari 2 menit.
 Prinsip analisa adalah Near Infrared Reflectance Spectroscopy
 Tidak memerlukan reagen atau bahan kimia tambahan sehingga aman terhadap
lingkungan
 Akurasi dan presisi tinggi

19
1/2/2019

A. InfraCana Silver with direct feed hopper 3550-020


B. InfraCana Golg with standard feed conveyor 3550-030
C. InfraCana Platinum with low level feed conveyor 3550-040

20
1/2/2019

21
1/2/2019

22
1/2/2019

23
1/2/2019

Korelasi MSB dengan pembacaan Pol


maupun Brix

24
1/2/2019

Analisis
Tebu giling

M S B

• Analisis di pos MSB (Manis-Segar-Bersih)


• Kriteria Manis berdasarkan kemasakan tebu (pendekatan pada nilai pol atau CCS/Comercial Cane Sugar)
• Kriteria Segar berdasarkan lama waktu antara tebu ditebang sampai digiling (maks 2 x 24 jam, lebih baik 1 x 24
jam)
• Kriteria Bersih berdasarkan kadar kotoran /trash yang dibawa oleh tebu (maks trash 5 %)

Dokumentasi : PT. GMP, 2008 Dokumentasi : PT. GMP, 2008 Dokumentasi : PT. GMP, 2008

Tebu bersih; trash maksimum 5%. Pada kadar trash di atas 3% pada setiap
kenaikan 1% akan menurunkan rendemen 0,194%.

25
1/2/2019

Pucuk tebu sebaiknya


dibuang karena gulanya
sangat sedikit.

Pucuk dan daun tebu


banyak mengandung
komponen anorganik

Setiap 36,9 kg pucukan yang


ikut tergiling bersama 1 ton
tebu membawa 1 kg gula
ikut ampas dan tetes.

Siwilan, sogolan, bunga dan , tebu roboh dapat menurunkan rendemen karena
sukrosa pecah lagi untuk tenaga pertumbuhan / perkembangbiakan

26
1/2/2019

• Tebu terbakar lebih mudah


rusak bila dibandingkan
tebu tidak terbakar.
Kerusakan akan meningkat
dengan makin lamanya
tenggang waktu tebang
giling.

• Penundaan giling satu hari,


rendemen akan turun
lebih kurang 0,30 – 0,40 %.
Hari kedua 0,5 - 0,8%, hari
ketiga 1 – 2%, hari
keempat 3 – 5 %.

(Rain, 2007)

27
1/2/2019

Apapun angkutannya, tebu harus masih dalam kondisi segar saat digiling
(maks 2 x 24 jam)

Tebu termasuk segar jika tenggang waktu tebang - giling kurang dari 2 x 24 jam, lebih baik 1
x 24 jam. Setiap satu hari tunda giling akan menurunkan rendemen 0,40 – 0,50 %.

28

Anda mungkin juga menyukai