Kelompok 5 Hiv Aids Askep Arv
Kelompok 5 Hiv Aids Askep Arv
1
dideokxycytidine
Stavudine Zerit d4t
Lamivudine Epivir 3TC
Zidovudine/lamivudine Combivir Kombinasi AZT dan
3TC
Abacavir Ziagen ABC
Zidovu dine/lamivudine/abacavir Trizivir Kombinasi AZT, 3TC
dan abacavir
tenofavir viread Bis-poc PMPA
2
4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARV
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
alamat, no regestrasi dan diagnosa medis.
2) Status Kesehatan
a) Alasan MRS
b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur,
diare dll.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Aukultasi
3
4) Aktivitas / istirahat
Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu).
5) Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
6) Psikososial
Takut menghadapi kematian karena penyakitnya.
4
membrane mukosa tubuh selama periode Timbang berat badan
kering 24 jam setiap hari dan pantau
Kematokrit kecenderungannya
meningkat Pertaruhkan
Suhu tubuh keakuratan catatan
meningkat asupan dan haluaran
Peningkatan
frekuensi nadi,
penurunan TD,
penurunan volume
dan tekanan nadi
Konsentrasi urin
meningkat
Penurunan berat
badan yang tiba-
tiba
Kelemahan
5
dan rangka tubuh mempersiapkan dan Manajemen
Kehilangan mengingesti nutrisi:
berat baan dengan makanan dan cairan Ketahui makanan
asupan makanan secara mandiri kesukaan pasien
yang adekuat dengan atau tanpa Tentukan
Melaporkan alat bantu kemampuan pasien
kurangnya makanan Berat badan: masa untuk memenuhi
Diare atau steatore tubuh; tingkat kebutuhan nutrisi
kesesuaian berat Pantau
badan, otot, dan kandungan nutrisi dan
lemak dengan kalori pada catatan
tinggi badan, asupan
rangka tubuh, jenis Timbang pasien
kelamin dan usia. pada interval yang
tepat
6
berfungsi dalam batas Ciptakan lingkungan
Ketidakpuasan tidur normal 6-8 yang nyaman
Menyatakan sering jam/hari Kolaborasikan
terjaga Pola tidur, pemberian obat tidur
Meyatakan tidak kualitas dalam Diskusikan dengan
mengalami kesulitan batas normal pasien dan keluarga
tidur Perasaan segar tentang teknik tidur
Menyatakan tidak sesudah tidur pasien
merasa cukup atau istirahat Instruksikan untuk
istirahat Mampu memonitor tidur pasien
Faktor Yang mengidentifikasi Monitor waktu makan
Berhubungan : kan hal-hal yang dan minum dengan
Kelembaban meningkatkan waktu tidur
lingkungan sekitar tidur Monitor/catat
Suhu lingkungan kebutuhan tidur pasien
sekitar setiap hari dan jam
Tanggung jawab
memberi asuhan
Perubahan
pejanan terhadap
cahaya gelap
Gangguan(mis.,u
ntuk tujuan
terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
Kurang kontrol
tidur
Kurang privasi,
Pencahayaan
7
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
8
pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya
karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih
meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus
selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan
terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.
Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan
terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai
tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh
terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.
Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum
obat.
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku
pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya.
Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau
tidak. Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan ART, karena:
a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan
memungkinkan berkembangnya resistensi.
b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.
c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam
mempertahankan supresi virus.
9
untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan meminum obat
secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk minum obat dengan benar serta
di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
c. Kiat penting untuk mengingat minum obat.
1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.
2) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada,
misalnya dikantor, di rumah, dan lain-lain.
3) Bawa obat kemanapun pergi.
4) Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat.
10
penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus
diminum.
d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien-
tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi:
kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf
klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan,
komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan
keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka,
kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat
layanan dengan kebutuhanpasien
Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program
terapi ARV beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi,
konseling dan dukungan kepatuhan harus dilakukan oleh petugas
(konselor dan/atau pendukung sebaya/ODHA). Tiga langkah yang
harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antaralain:
Langkah 1: Memberikan informasi
Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana
terapi, kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi
ketidakpatuhan. Perlu diberikan informasi yang mengutamakan aspek
positif dari pengobatan sehingga dapat membangkitkan komitmen
kepatuhan berobat
11
menentukan siapa yang perlu mengetahui statusnya.
Langkah 3: Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat
rencana terapi.
Setelah memahami keadaan dan masalah klien, perlu dilanjutkan
dengan diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara
bersama dan membuat perencanaan praktis. Hal-hal praktis yang perlu
didiskusikan antara lain:
1) Di mana obat ARV akandisimpan?
2) Pada jam berapa akandiminum?
3) Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk minumobat?
4) Apa yang akan diperbuat bila terjadi penyimpangan kebiasaan
sehari-hari?
Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien
berkunjung dan mengambil obat secara teratur sesuai dengan kondisi
pasien.
Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan
petugas kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi
kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas
yang mendukung dan peduli, tidak mengadili dan menyalahkan pasien,
akan mendorong klien untuk bersikap jujur tentang kepatuhan makan
obatnya.
2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV
Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien
untuk memulai terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien
takut minum obat dengan semua kemunginan efek samping dan
kegagalan pengobatan.
b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung keklinik
c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidakterlewatkan
d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengansempurna.
e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumurhidupnya.
f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu
12
kalau dikatakan dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12jam.
g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan
kondisi pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya
jika perlu disertai dengan banyak minum wajib menanyakan sumber
air, dll).
h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa
membuat pasien takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua
obatmempunyai efek samping untuk menetralkan ketakutan terhadap
ARV.
i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap
menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau
menggunakan alat suntik steril bagi parapenasun.
k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan
obat ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk
komunikasi dengan dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obat-
obat yang boleh terus dikonsumsi dantidak.
l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat
memenuhi janji/jadwalberkunjung.
m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak
patuhan tanpa menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa
minumobat.
n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan
aspek lain diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk
evaluasi ketidak patuhanpasien.
3. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat
a. Membina hubungan saling percaya denganpasien
b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat
postif dariARV
c. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu
menemukan seseorang sebagai pendukungberobat
d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai
dengan gaya hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat
13
digunakan sebagai pengingat minumobat
e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah
pil yang harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau
dua kali sehari), dan meminimalkan efek sampingobat.
f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah
tergantung dari faktorpenyebabnya.
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan
menghitung sisa obat yang ada dan laporan dari keluarga atau
pendamping yang membantu pengobatan. Konseling kepatuhan
dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus menerus
dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa
bosan.
4. Monitoring
Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART,
doperlukan juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang
berwenag (perawat, konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan
dnegan ODHA lainnya. Upaya monitoring terdiri atas :
a. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1) Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada
setiap kunjungan.
2) Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan
langsung, pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.
3) Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor
klinis, misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan
viral load.
b. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan
riwayat penyakit yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang
teratur. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap kali
dilakukannya pemeriksaan klinis.
1) Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika
terjadi efek samping.
2) Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan.
14
3) Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang
berhubungan dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup.
4) Pemeriksaan, berat badan, dan suhu.
c. Pemeriksaan laboratorium dasar
1) Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total
limfosit count tiap 3 bulan dan pada awlah pemakaian ARV).
2) SGOT dan SGPT.
3) Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.
d. Monitoring efektivitas
ARV dinilai efektif bila :
1) Menurunnya/menghilangnya gejala.
2) Meningkatkan berat badan.
3) Menurunnya lesi kaposi.
4) Meningkatkan TLC.
5) Meningkatnya hitungan CD4.
6) Supresi VL yang bertahan lama.
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17