Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN HIV/AIDS

Di susun Oleh :

YURNALIS
NIM : 131912025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIV/AIDS

I. IDENTIFIKASI MASALAH

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemic
paling menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS
sampai 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI menunjukkan
jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan29.879 AIDS dengan 5.430 kematian.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin
lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak
yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480
kasus. Jumlah ini merupakan 1,5% dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di
Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV
terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi didunia adalah di Afrika.

II. PENGANTAR

Program Studi : Ilmu Keperawatan

(S1) Topik : Asuhan Keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS


Sub Topik : Mengenal pasien HIV/AIDS dan penatalaksanaannya
Sasaran : Mahasiswa S1 Program B
Hari/Tanggal :
Jam :

Waktu : 30 menit

Tempat :
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan Pembelajaran asuhan keperawatan pada anak dengan
HIV/AIDS selama 30 menit, diharapkan Mahasiswa mengerti dan memahami tentang
askep pada anak dengan HIV/AIDS
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan Pembelajaran tentang askep pada anak dengan HIV/AIDS selama
30 menit, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS pada anak
3. Gejala HIV/AIDS pada anak
4. Cara penularan HIV/AIDS
5. Pencegahan penularan HIV/AIDS

V. MATERI
 Terlampir

VI. MEDIA
1. Video
2. Power Point

VII. METODE
1. Penyuluhan/ Ceramah

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :

1. Memberi salam
 Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi/
 Memperhatikan
pokok bahasan yang akan
disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi penyuluhan  Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
• Pengertian askep pada anak
dengan HIV/AIDS
• Penyebab HIV/AIDS pada anak
• Gejala HIV/AIDS pada anak
• Cara penularan
• Cara pencegahan

3. 5 menit Evaluasi :
a. Menyimpulkan inti penyuluhan  Menyimak dan
b. Menyampaikan secara singkat mendengarkan
materi penyuluhan

4. 5 menit Penutup :
a. Menyimpulkan materi penyuluhan  Menjawab salam
yang telah disampaikan
b. Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan
c. Mengucapkan salam
IX. Evaluasi
1. Menjelaskan Pengertian HIV/AIDS
2. Menyebutkan Penyebab HIV/AIDS pada anak
3. Menyebutkan Gejala HIV/AIDS
4. Menyebutkan Cara penularan HIV/AIDS pada anak
5. Menyebutkan Cara mencegah HIV/AIDS

X. LAMPIRAN MATERI
A. Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
putih. Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa).
Kasus HIV pada anak biasanya paling sering ditemukan akibat transmisi dari ibu
yang sudah memiliki HIV ke anaknya. Kemungkinan besar perpindahan virus ini terjadi
selama proses kehamilan dan juga persalinan.

B. Anatomi Fisiologi
1. Sistem imun

Sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan
bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells)
2. Imunitas atu respon imun

Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya

Ada 2 macam RI, yaitu :


1. RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
2. RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme

Sel-sel yang berperan dalam respon Imun


1. Sel B

Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen


tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang
ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang,
jaringan limfe usus, dan limpa. Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer
seperti limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel.

Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan


membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T,
sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu : 1. Sel plasma adalah: Sel ini
mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
2. Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap
merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan
respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.
2. Sel T

Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada
antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi. Sel T mengenali dan berinteraksi
dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat
membran dan analog dengan antibodi. Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis
yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B
merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun.
Respons sel T adalah :Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam
sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel
prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi
dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri.
Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ
limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang
mengandung organisme intraselular.
3. Sel T efektor
a. Sel T sitotoksik (sel T pembunuh)

Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada


permukaannya
b. Sel T pembantu

Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag
antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk
pngenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi
proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel
T pembantu dpt memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi
(hipersensitivitas).
4. Sel T supresor

Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan sel T.
5. Makrofag

Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna


sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang 10 mengandung determinan
antigenic. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya
sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu

C. Klasifikasi

Klasifikasi dari HAIV AIDS, yaitu :


1. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat di pastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty)
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
akut.
2. Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :


a. Angiomatosis Beksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (persistent, frekuen/responsnya jelek
terhadap terapi
c. Displasia Serviks (sedang/ berat karsinoma serviks in situ)
d. Gejala konstitusional seperti panas (38,5) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang berbeda/ terjadi pada lebih dari
satu dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Vari.
3. Ketegori Klinis C

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis C mencakup :


a. Kandidiasis bronkus, trakea/ paru-paru, esophagus
b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner/ diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kristosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus (bukan hati atau kelenjar limfe)
g. Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)
h. Enselophaty berhubungan dengan Human Immunodeficiency virus (HIV)

D. Etiologi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) diesbabkan oleh Human


immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah dan
penularan masa perinatal.

Faktor resiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual.
b. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti.
c. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena.
d. Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang.
e. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi

E. Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi
HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti , meskipun kemungkinan
mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral,yang
dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme
imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius
pada timus dan kelenjar getah bening.

HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit yaitu monosit. Monosit yang
treinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan
dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan menetap di otak.percobaan hibridasi
memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular
dan tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten
adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun
sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus
lokal atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun ‘priode
inkubasi’ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat
pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan
regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara
anak-anak yang terinfeksi HIV daripada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan. Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik.

Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi denan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang
untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan sistem saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.

Cara pnularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui :


a. Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi secara vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui
plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b. Selama persalinan (intrapartum)

Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang mengandung
HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.
c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi

Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21% cairan aspirasi
lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat
dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus
serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah
dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan
vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu. Ketuban pecah
lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum
sampai dua kali lipat dibanding jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum
persalinan.
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI

Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu). ASI
diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1 per 10 4 sel,
partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi resiko transmisi HIV melalui ASI antara lain
mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun
bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan
paska persalinan dan meningkatkan resiko transmisi dua kali lipat.

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anak, antara lain :

Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena
sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. 50%
kasus AIDS anak berumur <1 tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada
juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada
umur 10 tahun.

Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang
ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi
nonspesifik berupa :
a. Gagal tumbuh
b. Berat badan menurun
c. Anemia
d. Panas berulang
e. Limfadenopati, dan
f. Hepatosplenomegali

Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozzoa yang lazimnya
tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,
terutama imunitas seluler, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme
tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut
antar lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena
mikobakterium atipik. Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis ,penyakitnya akan
berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga mnederita diare
berulang.

Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
inferstisialis limfositik, yaitru kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV
pada jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa :
a. Hipoksia
b. Sesak napas
c. Jari tabuh
d. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang
dengan adenopati di hilus dan mediastinum.

G. Komplikasi
1) Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis,
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-
bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral
akan berlanjut mengeni esophagusdan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai
mencakup keluhan menelan yang sulit danrasa sakit di balik sternum (nyeri
retrosternal).
2) Neurologik
a) ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementiacomplex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit
kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. stadiumlanjut mencakup gangguan kognitif global,
kelambatan dalam respon verbal, gangguanefektif seperti pandangan yang
kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,tremor,
inkontinensia, dan kematian.
b) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kakukuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosis ditegakkandengan analisis cairan serebospinal.
3) Gastroinfestinal

Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui


untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari
BB awal, diareyang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
demam yangkambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat
menjelaskan gejala ini.
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcomaKaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengananoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibatinfeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare.
4) Respirasi

Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-
batuk,nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi
oportunis, sepertiyang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
5) Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis,reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksisekunder dan sepsis. moluskumkontangiosum merupakan infeksi
virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertaideformitas. dermatitis
sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yangmengenai kulit
kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitismenyeluruh
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitisatopik
seperti ekzema dan psoriasis
6) Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efeknyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksiobat.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes
inimeliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan
latexagglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan
cara mengujiantigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR.
Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan
pada bayi lahir denganibu HIV.
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b) Western blot (positif)
c) P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d) Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reversetranscriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2) Tes untuk deteksi gangguan imun
a) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
c) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d) Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit)
e) Kadar immunoglobulin (meningkat)

I. Penatalaksanaan Medik

Perawatan pada anak yang terinfeksi HIV, antara lain :


1) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi.
2) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.
3) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid,
yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke
DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV.
4) Mengatasi dampak psikososial
5) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis.
6) Dalam menangani pasien HIV AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit HIV AIDS merupakan tantangan yang
besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasran infeksi
ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah
emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara
individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien (Brunner dan suddarth, 2013).
Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi:
A. Pengkajian

1) Identitas Klien
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar
usia 9 –17 tahun.

2) Keluhan Utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama
sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang
maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih
dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida
Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

3) Riwayat kesehatan sekarang


Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien
akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi
respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual,
dan diare serta penurunan berat badan drastis.

4) Riwayat kesehatan keluarga


a. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
b. Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
c. Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
d. Adanya penularan pada proses melahirkan
e. Terjadinya kontak darah dan bayi.
f. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
g. Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )

5) Pola Aktivitas sehari-hari


a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada
personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK
dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan
tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.

b. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang
cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).

c. Pola Eliminasi

Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.

d. Pola Istirahat dan tidur


Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan
karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang
berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien
terhadap penyakitnya.

e. Pola aktivitas dan latihan

Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada
beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini
disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi
tubuh yang lemah.

f. Pola reproduksi seksual

Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab
utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.

6) Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.

c. Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal

Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat

Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat Suhu :Biasanya


ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.

d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB : Biasanya


tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)

e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika


f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil
isokor, reflek pupil terganggu,

g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.


h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih
seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.

i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur


Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,

j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan


k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada
pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas
(dipsnea).

l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif


m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi
(lesi sarkoma kaposi).

n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis, ansietas,
nyeri, keletihan
b. Diare berhubungan dengan infeksi
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan ekstrem, faktor yang
mempengaruhi kebutuhan status cairan: hipermetabolik,
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme
e. Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi, kerusakan integritas
kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, Rizky. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan HIV/AIDS.

https://www.academia.edu/34884395/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN_

HIV_AIDS
Windawati, Valerina. Asuhan Keperawatan HIV.

https://www.academia.edu/10981494/askep_HIV.academia.edu/36355563/Asuhan_Kepera

watan_HIV_AIDS

Intansari, Revi., dkk. 2016. Asuhan Keperawatan HIV AIDS.

https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS

Anda mungkin juga menyukai