NOVEMBER 2019
A. Perkembangan Fisik Siswa Kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben Blitar
Peserta didik pada bangku SMA pasti telah mengalami perkembangan fisik.
Sama halnya dengan SMAN 1 Kesamben Blitar, khususnya pada kelas 12 IPS yang
akan dijabarkan pada pembahasan kali ini. Pada kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben
terdapat perkembangan fisik yang terlihat antara lain:
a. Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun,
rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perkembangan tinggi badan anak
laki-laki terlihat lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, ketika sudah
mencapai batas maksimal, tinggi badan anak perempuan akan kalah dengan anak laki-
laki. Hal ini sudah bisa dilihat mulai dari kelas 10 SMA atau sekitar umur 16 tahun.
b. Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan,
perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang
hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak
idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka
bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat
badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
gemuk pendek. Pada kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben ini terlihat beraneka ragamnya
berat badan yang dapat ditinjau dari bentuk tubuh yang terlihat. Namun, cenderung
lebih banyak ke bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi dan seimbang antara tinggi dan
berat badannya.
c. Proposi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik.
Proporsi tubuh ini diikuti dengan asupan makanan yang memang disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh anak 12 IPS ini. Sehingga, terjadinya perbandingan
tumbuh antara anggota tubuh yang proposional.
d. Seks
Pada usia anak SMA terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Tidak hanya pada
anggota tubuh tertentu tetapi juga proporsi tubuh yang semakin besar. Pada
perkembangan seksualitas anak SMA ditandai dua ciri yaitu seks primer dan seks
sekunder.
1. Seks primer
Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan semakin besarnya ukuran testis, pembuluh
mani dan kelenjar prostat semakin besar sehingga organ seks semakin matang (lebih
matang dari anak SMP). Pada siswi SMA tumbuhnya rahim, vagina , dan ovarium
yang semakin matang, hormon-hormon yang diperlukan dalam proses kehamilan dan
menstruasi semakin banyak. Seks primer ini adalah seks yang tidak kasat mata. Dan
perkembangan ini memang sudah menjadi sebagian proses yang harus dijalani untuk
menghasilkan pertumbuhan yang normal dan baik.
2. Seks sekunder
Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan tumbuhnya kumis, bulu disekitar kemaluan
dan ketiak serta perubahan suara, semakin besarnya jakun, dan dada terlihat lebih
bidang. Lalu pada siswa perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik atau
bulu disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya buah dada, bertambah
besarnya pinggul, dan makin melengkingnya suara perempuan.
Untuk perihal UKS ini, saya telah mewawancarai Bu Sinta Nerita Rosyid
selaku pengelola UKS di SMAN 1 Kesamben ini. Dalam pengelolaan UKS SMAN 1
Kesamben ini juga dibantu oleh Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) yang
dimana PMR ini digunakan untuk mengembangkan dan menampung bakat siswa
terutama di bidang kesehatan. PMR juga bertindak sebagai relawan ketika ada
kegiatan siswa yang memerlukan pengawasan lebih banyak mengenai fisik siswa.
UKS disini selain untuk menghadapi perkembangan fisik, juga berguna untuk
mengantisipasi apapun yang dapat terjadi utamanya masalah kesehatan yang sedang
mengganggu ketika proses belajar mengajar di SMA.
Pada bagian UKS, banyak sekali kasus yang dihadapi. Dan kasus yang sering
terjadi ketika menghadapi usia 17-18 tepatnya pada bangku kelas 12 IPS ini adalah
penyakit ringan yang sering mengganggu pembelajaran serta perkembangan fisik
siswa. Penyakit tersebut antara lain pusing, sesak nafas, mual, muntah, pingsan dan
lain-lain. Penyakit ringan tersebut sering terjadi karena para siswa sering tidak sarapan
dan juga bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Dapat dipresentasekan,
bahwa banyak yang tidak sarapan dibandingkan yang sarapan. Penyakit tersebut
sangat berpengaruh bagi siswa. Maka dari itu, pihak UKS selalu menyiapkan obat
yang dimana obat tersebut termasuk obat ringan dan terkesan cepat memberi
pemulihan bagi penyakit siswa. Obat yang diberikan seperti demacolin dan juga
paracetamol yang digunakan untuk obat flu dan juga mual. Ada juga penyakit sesak
nafas yang biasanya terjadi ketika siswa baru saja melakukan olahraga dan upacara
sekolah. Sesak nafas yang terjadi ketika upacara sekolah terjadi ketika upacara
sekolah terkesan lama dikarenakan dibarengi dengan peringatan hari-hari penting.
Pada fase sakit ringan seperti ini biasanya oleh siswa dijadikan bahan untuk
membolos pelajaran. Hal ini sekaligus berkaitan erat dengan perkembangan perilaku
siswa yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
Terdapat beberapa penyakit juga terkadang tidak dapat ditangani oleh UKS.
Dan penanganan dari pihak UKS sendiri adalah merujuk siswa dari sekolah menuju
puskesmas tepatnya Puskesmas Kesamben sebagai puskesmas terdekat. Dan ketika
pihak sekolah dan puskesmas tidak dapat menangani, akan dikembalikan ke orang tua
dengan syarat orang tua sendiri yang menjemput dan tidak boleh diwakilkan.
Terkait program yang dilakukan oleh UKS SMAN 1 Kesamben ini adalah
program yang dicanangkan dari Dinas Kesehatan. Program tersebut antara lain :
Beberapa program diatas rutin dilakukan. Terdapat juga program lainnya yaitu
melakukan penyuluhan terhadap siswa. Utamanya dilakukan pada saat MOS (Masa
Orientasi Siswa). Penyuluhan tersebut berisikan materi yang meliputi bahaya
merokok, narkoba, dan juga kesehatan organ reproduksi.
Pada usia anak SMA terjadi perkembangan perilaku yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Anak usia SMA memahami orang lain sebagai individu yang
unik baik menyangkut sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahaman
ini mendorong mereka untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan
orang lain (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun
percintaan.
Dalam hubungan persahabatan anak usia SMA memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis dan perilaku yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut
sikap, nilai, dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap kecenderungan
untuk mengikutu opini, kebiasaan, dan keinginan orang lain (teman sebaya).
Perkembangan perilaku ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
dirinya.
Anak usia SMA mencapai perkembangan perilaku yang matang, dalam arti
memiliki penyesuaiaan sosial yang tepat. Penyesuaiaan sosial yang tepat ini dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi, dan relasi.
Karakteristik penyesuaian anak usia SMA di tiga lingkungan adalah sebagai berikut:
Lingkungan Keluarga
a. Menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga
b. Menerima otoritas orang tua
c. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasaan keluarga
d. Berusaha untuk membantu keluarga sebagai individu ataupun kelompok dalam
mencapai tujuan
Lingkungan Sekolah
Lingkungan Masyarakat
Pada tingkat kelas 10, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi yang kurang baik terhadap perubahan kumpulan pertemanan yang
berubah dari tingkat SMP menuju SMA
b. Adaptasi terhadap guru mata pelajaran baru
c. Adanya perilaku membolos pada jam pelajaran dikarenakan tidak nyamannya
keadaan siswa ketika gagal beradaptasi dengan teman sekelas atau guru yang
tidak cocok atau tidak disukai
Pada tingkat kelas 11, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Sering adanya perilaku bolos kelas disebabkan oleh adanya perasaan tidak
suka terhadap guru tertentu dan sudah mulai berani terhadap guru
b. Tidak masuk tanpa adanya keterangan
c. Munculnya permasalahan tidak bisa mengimbangkan waktu antara kegiatan
belajar mengajar dan dispensasi kelas diakibatkan oleh aktif di ekstrakurikuler
disini memiliki nilai negatif dan positif terhadap perilaku. Siswa dapat
kehilangan pelajaran dan dinilai tidak konsisten terhadap kegiatan belajar
mengajar, namun disisi lain siswa dapat mengembangkan bakat serta
menambah pengalaman untuk menjadikan perilaku lebih berkembang dan
lebih dewasa. Selain itu, pada posisi seperti ini siswa lebih bisa memilih mana
yang harus dipertahankan dan mana yang harus ditinggalkan demi kemajuan
pribadi masing-masing.
Pada tingkat kelas 12, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Tetap adanya perilaku bolos pelajaran
b. Bingungnya memilih kelanjutan studi yang bisa menyebabkan perilaku
lumayan berbeda dibanding pada tingkat sebelumnya seperti stres, mudah
marah, dan emosi tidak stabil
c. Adanya perilaku terlambat untuk masuk kelas yang menunjukan perilaku
kurang disiplin
a. Siswa tidak tinggal bersama orang tua, sehingga siswa tidak mendapatkan
pengawasan khusus karena hanya tinggal bersama saudara atau dengan nenek
kakeknya
b. Siswa berada pada kondisi keluarga yang broken home, dimana kondisi ini
mengharuskan siswa berperilaku yang secara otomatis berbeda dengan siswa
lainnya. Siswa pada kondisi keluarga yang broken home memiliki emosi dan
pemikiran yang sedikit kacau
a. Tahap konseling 1, tahap ini merupakan tahap pertama yang dilakukan. Tahap
ini dilakukan akibat kesalahan atau permasalahan siswa yang masih ringan.
b. Tahap konseling 2, tahap ini merupakan tahap kedua yang dilakukan. Ketika
tahap pertama dirasa gagal dan tahap ini dilakukan ketika permasalahan belum
selesai
c. Tahap konseling 3,tahap ini merupakan tahap ketiga yang dilakukan. Ketika
Tahap kedua dirasa gagal dan tahap ini dilakukan ketika permasalahan belum
selesai
d. Panggilan orang tua, tahap ini merupakan tahap yang dilakukan pihak
Bimbingan Konseling untuk menghadapi berbagai masalah tersebut dengan
Mendatangkan orang tua siswa untuk diberi informasi mengenai
perkembangan siswa di sekolah yang sedang bermasalah
e. Home visit, tahap ini dilakukan ketika tidak ada perubahan perilaku dari siswa
setelah datangnya orang tua ke sekolah. Pihak sekolah akan mengunjungi
rumah siswa dan menelaah latar belakang apa yanng bisa menyebabkan siswa
melakukan penyelewengan perilaku
f. Konferensi kasus, tahap ini dilakukan ketika adanya masalah lebih lanjut
mengenai permasalahan yang semula belum selesai. Konferensi kasus ini
melibatkan kepala sekolah, waka kesiswaan, waka kurikulum, guru bimbingan
konseling, dan orang tua siswa