Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN OBSERVASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KELAS 12 IPS SMAN 1 KESAMBEN DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


AKHIR MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PEMBIMBING : Drs. DIMYATI, S.Pd, M.Pd

OLEH : INTANIA MEGA SUTANTO (190711637244)

HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2019
A. Perkembangan Fisik Siswa Kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben Blitar

Peserta didik pada bangku SMA pasti telah mengalami perkembangan fisik.
Sama halnya dengan SMAN 1 Kesamben Blitar, khususnya pada kelas 12 IPS yang
akan dijabarkan pada pembahasan kali ini. Pada kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben
terdapat perkembangan fisik yang terlihat antara lain:

a. Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun,
rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perkembangan tinggi badan anak
laki-laki terlihat lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, ketika sudah
mencapai batas maksimal, tinggi badan anak perempuan akan kalah dengan anak laki-
laki. Hal ini sudah bisa dilihat mulai dari kelas 10 SMA atau sekitar umur 16 tahun.

b. Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan,
perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang
hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak
idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka
bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat
badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
gemuk pendek. Pada kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben ini terlihat beraneka ragamnya
berat badan yang dapat ditinjau dari bentuk tubuh yang terlihat. Namun, cenderung
lebih banyak ke bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi dan seimbang antara tinggi dan
berat badannya.
c. Proposi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik.
Proporsi tubuh ini diikuti dengan asupan makanan yang memang disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh anak 12 IPS ini. Sehingga, terjadinya perbandingan
tumbuh antara anggota tubuh yang proposional.
d. Seks
Pada usia anak SMA terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Tidak hanya pada
anggota tubuh tertentu tetapi juga proporsi tubuh yang semakin besar. Pada
perkembangan seksualitas anak SMA ditandai  dua ciri yaitu seks primer dan seks
sekunder.

1. Seks primer

Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan semakin besarnya ukuran testis, pembuluh
mani dan kelenjar prostat semakin besar sehingga organ seks semakin matang (lebih
matang dari anak SMP). Pada siswi SMA tumbuhnya rahim, vagina , dan ovarium
yang semakin matang, hormon-hormon yang diperlukan dalam proses kehamilan dan
menstruasi semakin banyak. Seks primer ini adalah seks yang tidak kasat mata. Dan
perkembangan ini memang sudah menjadi sebagian proses yang harus dijalani untuk
menghasilkan pertumbuhan yang normal dan baik.
2. Seks sekunder

Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan tumbuhnya kumis, bulu disekitar kemaluan
dan ketiak serta perubahan suara, semakin besarnya jakun, dan dada terlihat lebih
bidang. Lalu pada siswa perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik atau
bulu disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya buah dada, bertambah
besarnya pinggul, dan makin melengkingnya suara perempuan.

Dari beberapa perkembangan yang terjadi tersebut pihak sekolah tentu


memiliki badan yang tepat untuk menangani masalah perkembangan fisik pada usia
SMA. Badan tersebut adalah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Dimana UKS adalah
tempat yang selalu digunakan untuk menangani, merawat, serta merujuk para siswa
untuk menghadapi perkembangan fisik tersebut.

Untuk perihal UKS ini, saya telah mewawancarai Bu Sinta Nerita Rosyid
selaku pengelola UKS di SMAN 1 Kesamben ini. Dalam pengelolaan UKS SMAN 1
Kesamben ini juga dibantu oleh Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) yang
dimana PMR ini digunakan untuk mengembangkan dan menampung bakat siswa
terutama di bidang kesehatan. PMR juga bertindak sebagai relawan ketika ada
kegiatan siswa yang memerlukan pengawasan lebih banyak mengenai fisik siswa.
UKS disini selain untuk menghadapi perkembangan fisik, juga berguna untuk
mengantisipasi apapun yang dapat terjadi utamanya masalah kesehatan yang sedang
mengganggu ketika proses belajar mengajar di SMA.

Pada bagian UKS, banyak sekali kasus yang dihadapi. Dan kasus yang sering
terjadi ketika menghadapi usia 17-18 tepatnya pada bangku kelas 12 IPS ini adalah
penyakit ringan yang sering mengganggu pembelajaran serta perkembangan fisik
siswa. Penyakit tersebut antara lain pusing, sesak nafas, mual, muntah, pingsan dan
lain-lain. Penyakit ringan tersebut sering terjadi karena para siswa sering tidak sarapan
dan juga bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Dapat dipresentasekan,
bahwa banyak yang tidak sarapan dibandingkan yang sarapan. Penyakit tersebut
sangat berpengaruh bagi siswa. Maka dari itu, pihak UKS selalu menyiapkan obat
yang dimana obat tersebut termasuk obat ringan dan terkesan cepat memberi
pemulihan bagi penyakit siswa. Obat yang diberikan seperti demacolin dan juga
paracetamol yang digunakan untuk obat flu dan juga mual. Ada juga penyakit sesak
nafas yang biasanya terjadi ketika siswa baru saja melakukan olahraga dan upacara
sekolah. Sesak nafas yang terjadi ketika upacara sekolah terjadi ketika upacara
sekolah terkesan lama dikarenakan dibarengi dengan peringatan hari-hari penting.
Pada fase sakit ringan seperti ini biasanya oleh siswa dijadikan bahan untuk
membolos pelajaran. Hal ini sekaligus berkaitan erat dengan perkembangan perilaku
siswa yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

Penyakit yang terjadi di siswa SMA khususnya di kelas 12 ini dapat


dibedakan. Apalagi penyakit yang terjadi di siswa laki-laki. Siswa laki-laki terkadang
memiliki penyakit tambahan yang ditangani di UKS. Penyakit tersebut antara lain
keseleo, memar tangan dan kaki yang biasanya terjadi selesai melakukan olahraga
ataupun turnamen futsal antar kelas. Penyakit tersebut juga ditangani oleh UKS
seperti merawat dengan obat merah, obat nyeri, dan sekaligus melilit perban jika
diperlukan. Penyakit tambahan juga dapat terjadi ketika terdapat kegiatan menginap di
sekolah seperti Pendidikan Latihan dan Latihan Dasar Kepemimpinan. Penyakit yang
sering muncul adalah masuk angin dan demam mendadak dikarenakan kedinginan.

Terdapat beberapa penyakit juga terkadang tidak dapat ditangani oleh UKS.
Dan penanganan dari pihak UKS sendiri adalah merujuk siswa dari sekolah menuju
puskesmas tepatnya Puskesmas Kesamben sebagai puskesmas terdekat. Dan ketika
pihak sekolah dan puskesmas tidak dapat menangani, akan dikembalikan ke orang tua
dengan syarat orang tua sendiri yang menjemput dan tidak boleh diwakilkan.

Terkait program yang dilakukan oleh UKS SMAN 1 Kesamben ini adalah
program yang dicanangkan dari Dinas Kesehatan. Program tersebut antara lain :

1. Donor darah 3 bulan sekali


2. Penyuntikan terkait imununisasi difteri yang dilakukan 3 tahap dengan kurun
waktu 3 bulan sekali
3. Pemberian obat penambah darah 2 minggu sekali yang ditujukan kepada siswa
perempuan khususnya ketika mengalami menstruasi
4. Scanning kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. Meliputi pemeriksaan mata,
telinga, dan lain-lain.

Beberapa program diatas rutin dilakukan. Terdapat juga program lainnya yaitu
melakukan penyuluhan terhadap siswa. Utamanya dilakukan pada saat MOS (Masa
Orientasi Siswa). Penyuluhan tersebut berisikan materi yang meliputi bahaya
merokok, narkoba, dan juga kesehatan organ reproduksi.

B. Perkembangan Perilaku Siswa Kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben Blitar

Pada usia anak  SMA terjadi perkembangan perilaku yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Anak usia SMA memahami orang lain sebagai individu yang
unik baik menyangkut sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahaman
ini mendorong mereka untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan
orang lain (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun
percintaan.
Dalam hubungan persahabatan anak usia SMA memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis dan perilaku yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut
sikap, nilai, dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap kecenderungan
untuk mengikutu opini, kebiasaan, dan keinginan orang lain (teman sebaya).
Perkembangan perilaku ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
dirinya.
Anak usia SMA mencapai perkembangan perilaku yang matang, dalam arti
memiliki penyesuaiaan sosial yang tepat. Penyesuaiaan sosial yang tepat ini dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi, dan relasi.
Karakteristik penyesuaian anak usia SMA di tiga lingkungan adalah sebagai berikut:

Lingkungan Keluarga
a. Menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga
b. Menerima otoritas orang tua
c. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasaan keluarga
d. Berusaha untuk membantu keluarga sebagai individu ataupun kelompok dalam
mencapai tujuan

Lingkungan Sekolah

a. Bersikap respek dan mau menerima peratuaran sekolah


b. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah
c. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah
d. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf  lainnya
e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya

Lingkungan Masyarakat

a. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain


b. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain
c. Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain
d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan
masyarakat

Beberapa karakteristik penyesuaian anak usia SMA tersebut dapat berjalan


dengan baik maupun tidak. Seiring perjalanan penyesuaian tersebut selalu
menghadapi beberapa tantangan yang memunculkan sebuah permasalahan. Dan
masalah dalam setiap usia atau tingkat di SMA tentunya berbeda. Pada bagian ini saya
telah mewawancarai Guru Bimbingan Konseling yaitu Bu Fitriana Mudyowati
sekaligus sebagai guru pengelola Bimbingan Konseling SMAN 1 Kesamben.

Pada bahasan kali ini, telah dijelaskan bahwa permasalahan terhadap


perkembangan perilaku siswa tingkat SMA berbeda dari tingkatannya. Yaitu kelas
10,11,dan 12.

Pada tingkat kelas 10, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi yang kurang baik terhadap perubahan kumpulan pertemanan yang
berubah dari tingkat SMP menuju SMA
b. Adaptasi terhadap guru mata pelajaran baru
c. Adanya perilaku membolos pada jam pelajaran dikarenakan tidak nyamannya
keadaan siswa ketika gagal beradaptasi dengan teman sekelas atau guru yang
tidak cocok atau tidak disukai

Pada tingkat kelas 11, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Sering adanya perilaku bolos kelas disebabkan oleh adanya perasaan tidak
suka terhadap guru tertentu dan sudah mulai berani terhadap guru
b. Tidak masuk tanpa adanya keterangan
c. Munculnya permasalahan tidak bisa mengimbangkan waktu antara kegiatan
belajar mengajar dan dispensasi kelas diakibatkan oleh aktif di ekstrakurikuler
disini memiliki nilai negatif dan positif terhadap perilaku. Siswa dapat
kehilangan pelajaran dan dinilai tidak konsisten terhadap kegiatan belajar
mengajar, namun disisi lain siswa dapat mengembangkan bakat serta
menambah pengalaman untuk menjadikan perilaku lebih berkembang dan
lebih dewasa. Selain itu, pada posisi seperti ini siswa lebih bisa memilih mana
yang harus dipertahankan dan mana yang harus ditinggalkan demi kemajuan
pribadi masing-masing.

Pada tingkat kelas 12, permasalahan yang sering terjadi terkait perkembangan
perilaku adalah sebagai berikut :
a. Tetap adanya perilaku bolos pelajaran
b. Bingungnya memilih kelanjutan studi yang bisa menyebabkan perilaku
lumayan berbeda dibanding pada tingkat sebelumnya seperti stres, mudah
marah, dan emosi tidak stabil
c. Adanya perilaku terlambat untuk masuk kelas yang menunjukan perilaku
kurang disiplin

Berbagai permasalahan tersebut muncul dikarenakan adanya beberapa


penyebutama yang mendorong siswa melakukan penyelewengan perilaku.
Beberapa penyebab tersebut antara lain :

a. Siswa tidak tinggal bersama orang tua, sehingga siswa tidak mendapatkan
pengawasan khusus karena hanya tinggal bersama saudara atau dengan nenek
kakeknya
b. Siswa berada pada kondisi keluarga yang broken home, dimana kondisi ini
mengharuskan siswa berperilaku yang secara otomatis berbeda dengan siswa
lainnya. Siswa pada kondisi keluarga yang broken home memiliki emosi dan
pemikiran yang sedikit kacau

Dari permasalahan diatas, guru Bimbingan Konseling di SMAN 1 Kesamben


akan memberikan solusi yang sesuai dengan permasalahan tersebut.
Permasalahan tersebut memang normal terjadi. Guru Bimbingan Konseling
biasanya mengatasi dengan memanggil siswa ke ruang Bimbingan Konseling dan
mengadakan wawancara terhadap siswa tersebut. Terdapat beberapa tahap yang
dilakukan sebagai solusi pemecahan masalah tersebut. Tahapan tersebut antara
lain :

a. Tahap konseling 1, tahap ini merupakan tahap pertama yang dilakukan. Tahap
ini dilakukan akibat kesalahan atau permasalahan siswa yang masih ringan.
b. Tahap konseling 2, tahap ini merupakan tahap kedua yang dilakukan. Ketika
tahap pertama dirasa gagal dan tahap ini dilakukan ketika permasalahan belum
selesai
c. Tahap konseling 3,tahap ini merupakan tahap ketiga yang dilakukan. Ketika
Tahap kedua dirasa gagal dan tahap ini dilakukan ketika permasalahan belum
selesai
d. Panggilan orang tua, tahap ini merupakan tahap yang dilakukan pihak
Bimbingan Konseling untuk menghadapi berbagai masalah tersebut dengan
Mendatangkan orang tua siswa untuk diberi informasi mengenai
perkembangan siswa di sekolah yang sedang bermasalah
e. Home visit, tahap ini dilakukan ketika tidak ada perubahan perilaku dari siswa
setelah datangnya orang tua ke sekolah. Pihak sekolah akan mengunjungi
rumah siswa dan menelaah latar belakang apa yanng bisa menyebabkan siswa
melakukan penyelewengan perilaku
f. Konferensi kasus, tahap ini dilakukan ketika adanya masalah lebih lanjut
mengenai permasalahan yang semula belum selesai. Konferensi kasus ini
melibatkan kepala sekolah, waka kesiswaan, waka kurikulum, guru bimbingan
konseling, dan orang tua siswa

Pada setiap tahap tersebut, Bu Fitri Mudyowati mengatakan bahwa


kebanyakan permasalahan selesai pada tahap ke 2. Namun, dalam kelas 12 IPS
SMAN 1 Kesamben ini, pernah terdapat permasalahan atau kasus yang merupakan
penyelewengan perilaku. Kasus tersebut adalah adanya salah satu siswa yang
melakukan bolos sekolah disebabkan adanya masalah dengan keluarga. Siswa
tersebut sampai mendapat alfa sebanyak 32 kali. Dan ternyata siswa tersebut juga
tergabung dalam geng sekolah yang terkadang juga melakukan perlawanan terhadap
kebijakan sekolah. Lalu, penyelesaian masalah ini adalah sampai tahap ke konferensi
kasus serta memanggil orang tua. Penyelesaian kasus tersebut berakhir pada
pengembalian siswa kepada orang tua karena dirasa sekolah sudah tidak dapat
menghadapi perilaku siswa tersebut.
Adanya beberapa kasus lain yaitu, terdapat tiga siswa yang dimana menjelang
UN (Ujian Nasional) ini mereka sering bolos sekolah dikarenakan broken home.
Tiga kasus ini terjadi pada laki-laki, sehingga sangat melankolis sekali ketika tiga
siswa tersebut menceritakan kondisi keluarganya. Dan ketika ditanya mengenai
bagaimana emosi dari ketiga siswa tersebut, Bu Fitri menjelaskan bahwa emosi
terdapat dua kategori. Emosi dalam artian yang keras dan emosi yang terlalu lemah.
Dan yang terjadi disini adalah adanya suasana melankolis dan siswa sering
mengharu biru terhadap kondisi keluarganya yang broken home. Ada dari tiga siswa
tersebut yaitu dari kelas 12 IPS 3, terdapat kasus broken home dan menimbulkan
emosi yang tergolong keras dan disini yang menjadi sasaran emosinya adalah
selingkuhan dari ibunya. Dan benang merahnya adalah perilaku. Pada permasalahan
ini bisa dinilai bahwa broken home sangat memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan perilaku siswa. Bisa dilihat dari tiga siswa diatas adalah laki-laki,
padahal anak laki-laki merupakan seseorang yang lebih kuat dari perempuan. Entah
itu dalam emosi, mental, maupun pengendalian diri terhadap masalah yang dihadapi.
Untuk penyelesaian kasus ini, guru bimbingan konseling bersama dengan wali kelas
bertukar peran menjadi orang tua sementara terhadap tiga siswa tersebut. Tiga siswa
tersebut direngkuh oleh kedua guru tersebut sampai lulus agar emosi siswa tersebut
bisa membaik karena adanya kasih sayang yang tercurah terhadap pribadinya.
Bu Fitriana Mudyowati juga menjelaskan mengenai kesulitan yang dihadapi
pihak Bimbingan Konseling ketika menghadapi permasalahan siswa. Kesulitan
tersebut antara lain :
a. Kendala rumah siswa yang jauh sehingga ketika adanya panggilan orang
tua, orang tua tidak bisa segera datang dan terkadang datang tidak sesuai
dengan hari yang ditentukan
b. Minimnya pendidikan orang tua yang memunculkan sikap kurang
komunikatif sehingga pihak bimbingan konseling tidak bisa melakukan
komunikasi yang baik. Padahal untuk merawat seorang siswa/anak sangat
diperlukan komunikasi baik yang dapat terjalin antara guru dan orang tua
dari siswa tersebut
c. Adanya harapan yang besar dari orang tua kepada sekolah. Pada hal ini
orang tua sudah merasa memberikan tanggung jawab penuh terhadap
sekolah. Orang tua merasa sudah membayar dan sudah dititipkan ke guru
dan orang tua menjadi acuh terhadap perkembangan siswa terutama terkait
perilaku. Orang tua sangat yakin menyerahkan anaknya terhadap sekolah
tanpa melakukan pengawasan lagi ketika dirumah.

C. Perkembangan Pengetahuan Siswa Kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben Blitar

Kurikulum pertama yang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum tahun


1964 yang dikenal sebagai Rentjana Pendidikan. Pokok-pokok pikiran kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang berikutnya. Kurikulum ini berfokus pada
program Pancawardhana (daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral).  Dan kurikulum
yang terakhir dan yang terbaru adalah kurikulum 2013 yang menggantikan KTSP.
Pelaksanaan kurikulum 2013 tidak semulus yang dibayangkan karena terkesan sangat
terburu-buru dan banyak yang tidak dipersiapkan. Secara teori, kurikulum ini dapat
dikatakan cukup baik karena mengharuskan siswa untuk aktif dan mengkonstruk
pengetahuannya sendiri. Hanya saja, tenaga pendidik tidak dipersiapkan dengan baik
sehingga tenaga pendidik, dalam hal ini guru, kesulitan untuk mengimplementasikan
kurikulum ini. Pada akhirnya kurikulum ini harus ditarik kembali dan dikaji ulang.
Bagi sekolah yang sekiranya sudah siap dengan kurikulum ini, dianjurkan untuk
meneruskannya. Bagi sekolah yang sekiranya belum siap, dianjurkan untuk kembali
ke KTSP.
Untuk di SMAN 1 Kesamben ini sendiri, sekarang telah memakai kurikulum
2013. Peralihan kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) ke kurikulum 2013 telah memberi dampak yang signifikan bagi
perkembangan pengetahuan siswa. Pernyataan kali ini berdasarkan wawancara yang
saya lakukan dengan Waka Kurikulum SMAN 1 Kesamben yaitu bapak Imron
Rosyadi dan juga perwakilan wali kelas dari kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben yaitu
bapak Wisono. Memang secara umum, tantangan perubahan kurikulum 2006 ke 2013
adalah sama. Yaitu menginginkan sikap siswa yang aktif dan mumpuni dalam segala
aspek pelajaran. Namun, dalam pelakasanaanya tetap saja belum bisa dikatakan
normal atau terkesan belum berhasil. Kurikulum ini mengharuskan guru memberikan
sistem soal HOTS (High Order Thinking Skill) yang dimana soal tersebut membuat
pemikiran siswa lebih berkembang dan lebih mandiri. Karena siswa diharuskan untuk
berpikir sekreatif dan sekritis mungkin terhadap masalah apa yang sedang
dihadapinya. Entah ketika mengerjakan soal ujian atau menghadapi permasalahan di
realita sosial. Sistem HOTS ini sendiri menggunakan pendekatan STEM yaitu
Sains,Technology, Engineering, Art, dan Mathematics. Pendekatan dari keempat
aspek ini merupakan pasangan yang serasi antara masalah yang terjadi di dunia nyata
dan juga pembelajaran berbasis masalah. Pendekatan ini mampu menciptakan sebuah
sistem pembelajaran secara kohesif dan pembelajaran aktif karena keempat aspek
dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah. Solusi yang diberikan
menunjukkan bahwa peserta didik mampu untuk menyatukan konsep abstrak dari
setiap aspek.  Tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan STEM cocok untuk
diterapkan pada pembelajaran sekolah menengah yang subjek dalam pembelajarannya
membutuhkan pengetahuan yang komplek. Dengan adanya pendekatan STEM ini,
pembelajaran akan semakin menarik.
Di SMAN 1 Kesamben ini terdapat beberapa aspek penilaian yaitu dari segi
keterampilan, spiritual, dan pengetahuan. Dari berbagai aspek tersebut guru dapat
memonitor siswa terkait perkembangan per individu. Untuk menilai dari berbagai
aspek tersebut, guru membiasakan siswa untuk berlaku aktif terkait aspek
keterampilan, siswa untuk berlaku religius di aspek spiritual, dan memahami setiap
pelajaran dalam aspek pengetahuan. Aspek keterampilan ini biasa dilakukan dengan
menghadapkan siswa dengan kerja kelompok dan berdiskusi untuk mengeluarkan
pendapat serta pemecahan masalah terhadap apa yang sedang dihadapi. Dalam aspek
keterampilan ini juga, siswa SMAN 1 Kesamben diajari mengenai bagaimana
mengembangkan usaha seperti membuat tas, kursi dari tempat cat, dan lain-lain.
Dimana keterampilan ini diharapkan dapat berguna bagi fasilitas sekolah dan juga
memiliki nilai jual. Dalam aspek spiritual, guru di SMAN 1 Kesamben ini bisa
memonitor dengan melihat siswanya melakukan sholat di sekolah. Entah sholat
dhuha,dhuhur, atau ashar. Dari kegiatan sholat tersebut guru dengan mudah menilai
terkait aspek spiritual siswa. Untuk siswa beragama lain, setiap hari Jum’at diadakan
ibadah bersama yang dipimpin oleh guru agama masing-masing. Terkait aspek
selanjutnya yaitu pengetahuan. Perkembangan pengetahuan disini didukung dengan
kurikulum yang telah dijelaskan diatas. Guru memonitor siswa disini dengan memberi
nilai yang sesuai dengan hasil ujian seperti ulangan harian, ulangan tengah semester,
dan ujian akhir semester. Dari macam bentuk ulangan tersebut dapat dijadikan tolok
ukur perkembangan pengetahuan siswa.
Perkembangan pengetahuan siswa di SMAN 1 Kesamben ini khususnya pada
kelas 12 IPS, perwakilan wali kelas 12 IPS yaitu bapak Wisono menjelaskan bahwa
pada setiap tingkatan ujian pasti mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa
semakin bisa menguasai materi yang diberikan. Meskipun tidak terjadi secara merata
di seluruh siswa IPS, namun sebagian besar menunjukkan nilai yang dihasilkan bisa
meningkat.
Dalam melakukan usaha perkembangan pengetahuan yang dilakukan melalui
kurikulum dan sistem kegiatan belajar mengajar ini, tentunya memunculkan kendala
tersendiri. Dimana kendala ini berhubungan dengan sikap atau perkembangan
perilaku yang dialami oleh siswa. Bapak Wisono sendiri mengatakan bahwa kendala
yang sering dialami adalah sikap siswa yang sering mengantuk. Apalagi, di SMAN 1
Kesamben ini menerapkan sistem full day school, jadi siswa semakin menjadi-jadi
terkait rasa kantuk yang dideritanya. Kendala lainnya adalah tingkat kepahaman siswa
yang berbeda setiap individunya. Tingkat kepahaman disini sangat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan siswa. Tingkat kepahaman disini berawal dari perilaku
siswa dan sekaligus kebiasaan siswa dalam melakukan belajar. Belajar siswa pada
zaman sekarang terkesan sangat santai dan hanya belajar jika ada tugas atau jika
hanya mau melakukan ujian saja. Padahal, belajar siswa setiap harinyalah yang bisa
merubah perkembangan pengetahuan siswa dapat meningkat lebih cepat. Tingkat
kepahaman disini berbeda bukan disebabkan karena perbedaan gender yaitu
perempuan dan laki-laki, namun terletak pada karakter masing-masing. Siswa
sebenarnya tidak mungkin tidak paham sama sekali dengan materi yang disampaikan
oleh guru, hanya saja siswa kurang melakukan trik khusus dalam belajar. Siswa pada
zaman sekarang lebih mementingkan memberikan waktu berharga mereka untuk
sekedar bermain gawai dan bersosial media.
Dengan memahami kebiasaan siswa, terkadang guru juga memanfaatkan
teknologi dan sosial media untuk melakukan pembelajaran atau pemberian tugas.
Guru juga memanfaatkan gawai yang diperbolehkan dibawa ke sekolah untuk
melakukan ulangan atau ujian. Lewat aplikasi yang sekarang tersedia sangat
memudahkan siswa untuk menambah pengetahuan melalui gawai yang dimilikinya.
Dari uraian diatas, perkembangan pengetahuan siswa pada kelas 12 khususnya
kelas 12 IPS SMAN 1 Kesamben ini dapat diketahui dengan melihat pengetahuan
siswa yang semakin hari semakin meningkat dan dari perkembangan pengetahuan
tersebut siswa SMAN 1 Kesamben khususnya kelas 12 IPS ini dapat
mengimplementasikan aspek-aspek penilaian yang telah dijalani selama kegiatan
belajar mengajar di sekolah untuk terjun realita sosial.
Lampiran 1 (Surat Tugas Observasi)
Lampiran 2 (Buku Kunjungan UKS dan Buku Kegiatan Harian)
Lampiran 4 (Dokumentasi Wawancara di SMAN 1 Kesamben)

Anda mungkin juga menyukai