OLEH:
dr. Titis Ummi Nur Jannati
PENDAMPING
dr. Dwi Retno S
PUSKESMAS AMBARAWA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
dr. Titis Ummi Nur Jannati
2015
Pendamping
A. PENDAHULUAN
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah
unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat memengaruhi kesehatan. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan transportasi, penyimpanan,
metabolisme
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
kematangan
seksual.1
Pada
masa
ini
individu
mengalami
3,4
wanita dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria.
Karena tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat
menyusul dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan
pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut
menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Kurangnya gizi seimbang
terutama zat besi juga menyebabkan kurang fokus pada pelajaran, dan
mengantuk. Hal ini mempengaruhi prestasi belajar pada remaja. Pada tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 18 % siswa SMP 1 Atap Pasekan tidak masuk, dari jumlah
tersebut 70 % nya karena ISPA dan 20% karena diare. Pada bulan Februari 2015
ditemukan 8% siswa dengan klinis anemis. Hal ini menunjukkan kurangnya
asupan zat besi pada remaja yang disebabkan kurangnya pengetahuan remaja,
guru dan orangtua tentang gizi seimbang pada remaja. Hal tersebut diatas yang
mendasari penulis melakukan penyuluhan gizi seimbang pada remaja di SMP 1
Atap Pasekan.
B. PERMASALAHAN
1. SISWA
2. SEKOLAH
F. EVALUASI
Dimana siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan kepada siswa
seputar gizi seimbang remaja. Hal ini menunjukan adanya respon dari apa yang
disampaikan oleh pemberi informasi terhadap siswa.
G. KESIMPULAN
Dokumentasi
TINJAUAN PUSTAKA
PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA
3,4
dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria. Karena
tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat menyusul
dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan
pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan
BB wanita 16 gram dan pria 19 gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB
wanita dan pria masing-masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak
pertambahan pesat TB terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun pada
pria5
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi yang
lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja sangat
aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga.
Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk persiapan
reproduksi. 5
Perubahan psikis menyebabkan remaja sangat mudah terpengaruh oleh teman
sebaya. Mereka sangat memperhatikan penampilan fisik untuk tampil menarik di
di
jangka
obesitas
pada
remaja
terutama
di
kota-kota
besar.9
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain
adalah:
1. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan
keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada
usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai
zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001) menemukan
bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini
mengelompokkan remaja pada tiga pola makan. Pertama, yang disebut dengan
pola makan tradisional Korea, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi
Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut. Kedua, yang disebut pola makan barat,
merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger,
pizza, makanan ringan dan sereal, gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut
pola makan modifikasi, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie,
tetapi diselingi dengan kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral
paling tinggi pada pola makan barat (16,8%) dari pada pola makan tradisional
Korea (9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%)10
Lena Hamstrong menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan
sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi oleh
kebiasaan orang tua mereka.
11
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita
remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara
keliru9 .Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari
atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip
pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi
Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004) menemukan
bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan yang besar untuk menjadi
langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%). Demikian pula
dengan studi sebelumnya yang dilakukan di Jepang, perubahan gaya hidup telah
menyebabkan sebagian besar pelajar wanita memiliki keinginan untuk menjadi
langsing, meskipun jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit
pada studi tersebut. Di tahun 2005, mereka menemukan bahwa sebagian besar
responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh
dengan IMT yang tergolong kurus (BMI : 18,4+ 3,4)14
3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan mode
yang tengah marak dikalangan remaja. Ditahun 1960 an misalnya remaja-remaja
di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman
coca cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-remaja diberbagai negara
lain termasuk di Indonesia.
4. Promosi yang berlebihan melalui media massa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan
produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk
makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan
Obesitas
Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan remaja,
bayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh
menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan data dari Riskesdas 2007,
prevalensi obesitas sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09%16
Penelitian yang dilakukan oleh Rollan Cahcera (2000) terhadap remaja pada
beberapa wilayah di Eropa Barat menemukan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi obesitas pada remaja. Rata-rata asupan energi para remaja tersebut
terlihat adekuat, namun konsumsi lemak jenuh menunjukkan peningkatan dan
18
menemukan trend yang berbeda. Dimana dari tahun ke tahun, prevalensi obesitas
pada remaja di Tuscany Italia justru mengalami penurunan. Dan penurunan
tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kelompok umur pada remaja19.
2.
(KEK) pada
umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara
drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional
seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis
1.
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu
dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
3.
Anemia
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia 9.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah
dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 18 gr % dan eritrosit
4,5 -5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 16 gr
% dengan eritrosit 3,5 4,5 jt/mm3.Remaja putri lebih mudah terserang anemia
karena :
a.
b.
c.
Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses.
d.
Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi 1,3
mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar
kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang
paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur,
sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif
paling sedikit dimakan tiap harinya. 19
Secara umum, gizi seimbang dijabarkan ke dalam 4 pilar yaitu15,
1. Makan makanan yang bervariasi
Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan,
kualitas makanan menunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.
Pada susunan makanan mempengaruhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitasnya
maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi yang sebaikbaiknya . Agar dalam komsumsi makanan sehari-hari mempunyai kualitas dan
kuantitas yang baik, maka dalam memilih dan mengkomsumsi makanan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut
a) Adekuat, artinya makanan tersebut memberi zat gizi, fiber, dan energi dalam
jumlah yang cukup.
b) Seimbang, artinya keseimbangan dalam zat gizi lainnya.
c) Kontrol kalori, artinya makanan tersebut tidak memberikan kalori yang
berlebihan.
d) Moderat (tidak berlebihan), artinya makanan tidak berlebihan dalam hal
lemak, garam, gula dan zat lainnya.
e) Bervariasi, artinya makanan yang dikomsumsi berbeda dari hari ke hari
2. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
mental dan kualitas hidup sehat
21.
energi
Makan makanan sumber lemak seperempat dari kebutuhan energi
Konsumsi garam beryodium
Konsumsi makanan sumber zat besi
Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan
Sarapan pagi
Konsumsi air bersih, aman dan cukup jumlahnya
Menghindari minuman beralkohol
Makan makanan yang aman bagi kesehatan
Membaca label pada makanan berkemasan
Aktivitas dan olahraga teratur
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT
Salemba Medik. 2010
2. Mc. Williams, Margareth. Nutrition For The Growing Years, 4th Edition. 1986.
3. Rody Rolfes, Sharon, et all. Life Span Nutrition. 1990
4. I. Ricket, Voughn. Adolescent Nutrition. 1996
5. MB, Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2003
6. Sulaeman, Dadang. Psikologi Remaja. Bandung : Rosdakarya. 1995
7. Proverawati, A. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
PT Muha Medika. 2010
8. Koko. Masalah Gizi pada Remaja. Blog Himpunan Mahasiswa Bontang.
http//www.hmb.blogspot. com. Diakses tanggal 14 Desember 2011
9. Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : Universitas Indonesia. 2004
10. Jeong A. Kim, et all. Dietary Pattern And Metabolic Syndrome In Korean
Adolescent. Korean National Health And Nutritional Survey. Diabetes Care.
Volume 30. Number 7, July 2007. At http//www.nutritionj.com Diakses pada
tanggal 15 November 2011
11. Lena Hallstrom, et all. Breakfast Habits and Factors Influencing Food Choices
at Breakfast in Relation to Socio-demographic and Family Factors Among
European Adolescents. The HELENA Study. Appetite Volume 56, Issue 3, June
2011, Pages 649-657. At http//www.j.appet.com. Diakses tanggal 17 November
2011
12. Cara S. DeJong, Frank J. van Lenthe, Klazine van der Horst,
Anke Oenema. Environmental and Cognitive Correlates of Adolescent
23. Mehmet Akman, et all. Eating Patterns of Turkish Adolescents: a CrossSectional Survey. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses
pada tanggal 15 November 2011
24. Faruk Ahmed, Momtaz Zareen, Moududur Rahman Khan, Cadi Pervin Banu,
Mohammed Nazmul Haq and Alan A Jackson. Dietary Pattern, Nutrient Intake
and Growth of Adolescent School Girls in Urban Bangladesh. Public Health
Nutrition (1998), 1: 83-92. At http//cambridgejournal.com. Diakses pada
tanggal 17 November 2011
25. Nadia Gharib, Parveen Rasheed. Energy and Macronutrient Intake and
Dietary Pattern Among School Children in Bahrain: a Cross-Sectional Study.
Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15
November 2011
26. Dianne Neumark-Sztainer, Peter J Hannan, Mary Story, Jillian Croll,
Cheryl Perry. Family Meal Patterns: Associations with Sociodemographic
Characteristics and Improved Dietary Intake Among Adolescent. Journal of the
American Dietetic Association. Volume 103, Issue 3 , Pages 317-322, March
2003. At http//www.jada.com. Diakses tanggal 17 November 2011
27. Kerri N Boutelle, Jayne A Fulkerson, Dianne Neumark-Sztainer, Mary Story and
Simone A French. Fast food for Family Meals: Relationships With Parent and
Adolescent Food Intake, Home Food Availability and Weight Status. Cambridge
Journal online at http//cambridgejournal.com. Diakses pada tanggal 17
November 2011
28. Chrisa Arcan, Dianne Neumark-Sztainer, Peter Hannan, Patricia van den Berg,
Mary Story and Nicole Larson. Parental Eating Behaviours, Home Food
Environment and Adolescent Intakes of Fruits, Vegetables and Dairy Foods:
Longitudinal Findings from Project EAT. Public Health Nutrition: 10(11), 1257
1265. 2006. At http//www.phnutrition.com diakses pada tanggal 17 November
2011
29. South-Mediterranean Country: Dietary Patterns, Association With Socioeconomic Factors, Overweight and Blood Pressure. A Cross-Sectional Study in
Tunisia. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada
tanggal 15 November 2011
30. Yahia N, Achkar A, Abdallah A, Rizk S. Eating Habits and Obesity Among
Lebanese
University
Students.
Natural
Science
Division.
At
http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011
31. Inger M Oellingrath, Martin V Svendsen and Anne Lise Brantsaeter.
Tracking of Eating Patterns and Overweight - a Follow-up Study of Norwegian