Anda di halaman 1dari 10

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRAREMAJA

SERTA TINGKAH LAKUNYA DALAM PERAWATAN GIGI

Amirah Najla Auliana

180600111

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU, Medan 20155
Email : amirahnajla14@gmail.com

PENDAHULUAN
Masa praremaja atau masa sekolah adalah masa yang berumur kisaran 6-12 tahun . Pada
usia praremaja mereka semakin sadar diri dan semakin fokus pada diri sendiri. Bagi mereka,
image diri sangat penting. Mereka bisa mendeskripsikan dirinya melalui penampilan, barang
miliknya, atau kegiatan yang disukainya. Mereka menyadari bahwa kesetiaan, kejujuran, bisa
dipercaya, dan menjadi pendengar adalah syarat untuk menjadi teman yang baik. Mereka
mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibanding dengan keluarga.
Selain itu, anak usia 6–12 tahun menjadi lebih kritis terhadap hal–hal di sekitarnya,
menunjukkan minat terhadap budaya, bahasa, atau adat istiadat lain.Selain itu di usia ini juga
disebut usia sekolah, usia sekolah adalah masa ketika anak sedang membentuk pertemanan
kelompok . Itulah mengapa, usia sekolah disebut juga dengan usia berkelompok. Tak heran
bila diusia ini sudah banyak terbentuk geng dan setiap anak ingin menjadi bagian dari geng
yang dianggapnya cocok.
Selain pertumbuhan dan perkembangan praremaja ,dalam masa praremaja perawatan gigi
juga sangat diperlukan. Prinsip dan tujuan utama kedokteran gigi anak adalah pencegahan
dan pengobatan penyakit gigi dan mulut serta manajemen perilaku agar anak mampu dan
bersedia menerima layanan kesehatan gigi dan mulut. Kunci keberhasilan perawatan gigi
anak selain ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan dokter gigi, juga dari kesanggupan
anak untuk berperilaku kooperatif selama perawatan gigi. Perilaku anak selama menjalani
perawatan gigi lebih dipengaruhi oleh perkembangan mentalnya dibandingkan dengan usia
kronologis anak, namun beberapa karakteristik berdasarkan usia kronologis tetap digunakan

1
sebagai panduan manajemen perilaku anak. Terdapat korelasi antara usia kronologis dengan
prevalensi kecemasan dental pada anak (Klingberg G, dkk, 2009). Kecemasan anak selama
menjalani perawatan gigi dapat mempengaruhi perilaku kooperatif dan kesuksesan perawatan
gigi pada pasien anak. Anak dengan usia yang lebih muda memiliki keterbatasan dalam
mengontrol emosinya selama menjalani perawatan gigi.
Tujuan penulisan ini sebagai media sosialisasi dan informasi tentang.bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan anak usia praremaja serta untuk mengetahui bagaimana
tingkah laku anak usia praremaja dalam perawatan gigi.

DEFINISI PETUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a. Pengertian Pertumbuhan
• Pengertian Secara Etimologis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti
tambah besar atau sempurna.
• Pengertian Secara Termitologis
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu.
b. Pengertian Perkembangan
• Pengertian Secara Etimologis
Perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kembang
berarti maju, menjadi lebih baik.
• Pengertian Secara Termitologis
Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan
psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup1.

DEFINISI ANAK USIA PRAREMAJA (USIA SEKOLAH)


Anak usia 6-12 tahun merupakan anak usia sekolah, dan usia ini merupakan masa laten.
Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi, dan apa yang telah
terjadi dan dipupuk pada masamasa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa
selanjutnya dan sebagai masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang di luar
keluarganya.Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah
akan lebih terlihat pada anak usia ini2.

2
TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRAREMAJA (USIA SEKOLAH)
Tumbuh kembang anak usia sekolah 6-12 tahun atau biasa disebut akhir masa kanak-
kanak. Pada rentang usia ini, anak sudah mulai bisa membedakan mana yang baik dan buruk
berdasarkan daya nalarnya sendiri.

Berikut beberapa tumbuh kembang anak di usia sekolah 6-12 tahun yang perlu diketahui3:

a.Perkembangan Aspek Kognitif

Tumbuh kembang anak usia sekolah 6-12 tahun sedang berada dalam tahap Operasional
Konkret. Dalam artian, anak memiliki kecapakan berpikir login, namun hanya pada benda-
benda bersifat konkret. Di rentang usia ini, perkembangan anak pun ditandai dengan tiga
kemampuan baru. Mulai dari kemampuan mengklasifikasikan atau mengelompokkan,
menyusun, dan mengasosiasikan atau menghubungkan angka dan bilangan. Kemampuan
anak dalam hal yang berkaitan dengan angka, seperti pertambahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, sudah meningkat.Begitupun dengan kemampuan anak untuk memecahkan suatu
permasalahan sederhana, sudah semakin meningkat.

b.Aspek Fisik atau Motorik

Jika di masa bayi dan balita perkembangan fisik jelas terlihat dan sangat cepat. Maka di
rentang usia tumbuh kembang anak usia sekolah 6-12 tahun ini, perkembangan atau
perubahan fisiknya lebih berjalan lambat. Misalnya pada periode awal (usia 6 tahun), fisik
anak masih terlihat seperti anak kecil. Namun saat menginjak usia 12 tahun, fisiknya sudah
mulai berubah seperti orang dewasa.Keterampilan motoriknya pun sudah siap dalam
menerima pelajaran seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, dan kegiatan atletik
lainnya.

c.Aspek Bahasa

Tumbuh kembang anak usia sekolah 6-12 tahun kemampuan berbahasanya tentu sudah
lebih baik. Mereka sudah menguasai sekitar 2.500 kata pada usia 6 tahun, dan 50.000 kata
saat usianya menginjak 12 tahun. Anak juga akan mulai aktif bertanya tentang perkembangan
fisik jelas terlihat dan sangat cepat. Maka di rentang usia tumbuh kembang anak usia sekolah
6-12 tahun ini, perkembangan atau perubahan fisiknya lebih berjalan lambat. Misalnya pada
periode awal (usia 6 tahun), fisik anak masih terlihat seperti anak kecil. Namun saat
menginjak usia 12 tahun, fisiknya sudah mulai berubah seperti orang dewasa.

3
d.Aspek Sosio-Emosional

Tumbuh kembang anak usia sekolah 6-12 tahun bisa dikatakan sebagai penentu apakah ia
bisa berkembang lebih percaya diri atau malah rendah diri. Ketika masuk ke sekolah, maka ia
akan masuk ke lingkungan sosial baru dan tentunya lebih luas. Dia tidak lagi berhadapan
dengan orangtua, saudara atau keluarganya, tetapi anak-anak lain dengan beragam
kepribadian.
Jika anak tidak dapat bersosialisasi dengan baik karena ia merasa tidak mampu, maka anak
akan mengembangkan sikap rendah diri. Anak yang rendah diri ini tidak akan pernah
menyukai belajar atau melakukan tugas-tugas bersifat intelektual.

ASPEK DARI PERTUMBUHAN FISIK


Menurut Hurlock ( 1980 : 149 ) perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar sebagai
berikut (Hurlock 1980):
1) Tinggi
Pada anak perempuan,percepatan tumbuh tinggi biasanya mulai segera setelah
thelarche (mulainya pertumbuhan payudara) dan mencapai puncaknya kira kira
satu tahun kemudian,pada umumnya dicapai pada usia rata rata 12 tahun4.
Kenaikan tinggi pertahun adalah 5-8 cm. Rata-rata anak perempuan 11 tahun
mempunyai tinggi badan 147 cm dan anak laki-laki 146 cm.
2) Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar antara 1-2,26
kg pertahun. Rata-rata ank perempuan usia 11 tahun memeliki berat badan 40,14
kg dan anak laki-laki 38, 78 kg
3) Perbandingan Tubuh
Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh
lainnya, beberapa perbandingan bagian wajah yang kurang menari menghilang
dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan rata, bibir semain
berisi, hidung menjadi lebih besar dan membentuk. Badan memanjang menjadi
lebih langsing, leher menjadi lebih panjang,dada melebar, perut tidak buncit,
lengan dan tungkai memnjnag, dan tangan dan kai denagn lambat tumbuh
membesar.
4) Perbandingan Otot-Lemak
Selama usia SD, jaringan lemak berkmbang lebih cepat dari pada jaringan otot
yang berlembangnya mulai lmelejit pada awal pubertas.

5) Gigi

4
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang umumnya seorang anak sudah
mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir disebut dengan gigi
kebijaksanaan.

PERAWATAN GIGI ANAK

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan
mulut. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar
tidak menyebabkan gangguan fungsi, aktivitas dan penurunan produktivitas kerja yang akan
mempengaruhi kualitas hidup. Gosok gigi merupakan salah satu cara dari perawatan gigi dan
mulut.
Pada masa anak usia sekolah , perawatan gigi sangat menentukan kesehatan gigi mereka .
Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila perawatan tidak dilakukan dengan
baik. Diantaranya caries (lubang pada permukaan gigi). Gingivitis (peradangan gusi) dan
sariawan. Mencegah kerusakan gigi lebih penting daripada terpaksa berobat ke dokter gigi
setelah rusak atau berlubang. Tindakan pencegahan merupakan hal yang terbaik, selain tidak
merasakan sakit. Seseorangpun tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk
mengobati sakit gigi.

TINGKAH LAKU ANAK USIA PRAREMAJA DALAM PERAWATAN GIGI

a.Kecemasan
Salah satu tingkah laku anak usia sekolah atau praremaja dalam perawatan gigi adalah
kecemasan. Kecemasan perawatan gigi berawal dari masa anak-anak (51%) dan remaja
(22%). Salah satu aspek terpenting dalam perawatan gigi ialah mengontrol rasa cemas anak.
Kesehatan gigi dan mulut anak merupakan hal yang sangat penting dalam masa pertumbuhan
anak. Kebutuhan perawatan gigi anak seperti tindakan preventif, aplikasi fluor, pit dan fissure
sealant perlu diperkenalkan dan dilakukan pada pasien anak sebelum gigi mengalami
kerusakan.Kunjungan ke dokter gigi sering membuat anak merasa cemas. Kecemasan anak
yang dihubungkan dengan perawatan gigi disebut dental anxiety. Kecemasan dental menurut
Klingberg dan Broberg adalah suatu keadaan tentang keprihatinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan terjadi sehubungan dengan perawatan gigi atau aspek tertentu dari
perawatan gigi.Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perawatan gigi yang paling
menakutkan pada anak ialah penyuntikan, pencabutan, dan pengeboran. Penelitian yang

5
dilakukan oleh Alaki et al.di India, terhadap 518 anak-anak yang diteliti tingkat
kecemasannya terhadap pencabutan gigi mendapatkan sebesar 43,5% anak lakilaki dan
64,6% anak perempuan menyatakan kecemasan terhadap prosedur pencabutan gigi karena
anak-anak merasa bahwa alat-alat kedokteran gigi yang berada di dalam tempat praktek
sangat menakutkan dan mengakibatkan rasa nyeri. Kecemasan yang timbul mulai dari masa
anak-anak merupakan hambatan terbesar bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan yang
optimal2.

b.Rasa takut
Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit
pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun di
puskesmas. Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir yang
merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi diri dari gabungan faktor-faktor lain
yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi aktifitas susunan saraf otonom5.
Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing
seperti dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit, dan rasa takut ini merupakan suatu hal yang
normal. Sebagaimana diketahui bahwa peralatan yang digunakan ataupun tindakan yang
dilakukan tenaga kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang
mengilukan merupakan factor penyebab timbulnya rasa takut. Rasa takut biasanya lebih
banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang takut lebih besar
kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak menyenangkan
dibandingkan dengan anak yang kurang takut. Orang tua tidak boleh menggunakan perawatan
gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus
diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti.
Penyebab Rasa Takut Rasa takut terhadap perawatan gigi hingga saat ini masih
merupakan masalah yang penting dan merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam usaha
peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal tersebut dapat memberi pengaruh buruk
terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. Rasa takut akan mempengaruhi tingkah laku
anak dan menentukan keberhasilan kunjungan ke dokter gigi.
Faktor-faktor yang menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi dan mulut yaitu rasa
takut dari diri sendiri, rasa takut dari orang tua atau keluarga, dan dokter gigi.
 Rasa Takut dari Diri Sendiri

6
Rasa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya timbul dari dalam diri anak itu
sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya rasa takut dalam diri anak adalah
usia, pengalaman buruk, mempunyai masalah kesehatan, dan rasa sakit.
 Rasa Takut dari Orangtua atau Keluarga
Peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anaknya, sangat besar. Sikap orang
tua akan berpengaruh terhadap perilaku anak selama menjalani perawatan. Pada umumnya
seorang ibu dengan tingkat kecemasan yang tinggi, ketika anaknya dirawat akan
menunjukkan sikap yang tidak menguntungkan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perawatan. Orang tua yang takut terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika
dilakukan perawatan gigi.
 Dokter Gigi
Rasa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolaan yang kurang tepat oleh dokter gigi.
Sikap dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukkan kehangatan dan
perhatian dapat menyebabkan anak bersikap negatif. Dokter gigi harus bersikap lembut ketika
merawat pasien anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan perawatan yang akan
dilakukan dengan cara yang tidak membuat anak merasa takut. Selain itu, ruangan praktek
yang dianggap asing oleh anak dapat dibuat menjadi lebih aman. Misalnya ruang tunggu yang
dilengkapi beberapa mainan, gambar maupun buku yang berhubungan dengan anak6.

PEMBAHASAN
Mengutip dari web kemendikbud dituliskan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-101
sebagai negara yang memberi kesempatan bagi tumbuh kembang anak versi lembaga Save
The Children dalam laporan Childhood Index 2017.
Peringkat tersebut menyimpulkan bahwa tidak sedikit anak di Indonesia kehilangan masa
anak-anaknya. Di kawasan ASEAN, Indonesia berada di belakang Singapura (peringkat 33),
Malaysia (peringkat 65) dan Thailand (peringkat 84) namun masih lebih baik daripada
Myanmar (112) , Kamboja (117) dan Laos (130) .
Beberapa tumbuh kembang anak di usia sekolah 6-12 tahun (praremaja) yang perlu
diketahui salah satu contohnya seperti aspek sosio-emosional bisa terpengaruh karena masih
adanya anak yang tidak melanjutkan pendidikan , padahal di aspek sosio-emosional ini
sebagai penentu apakah ia bisa berkembang lebih percaya diri atau malah rendah diri. Ketika
masuk ke sekolah, maka ia akan masuk ke lingkungan sosial baru dan tentunya lebih luas.Jika

7
sang anak tidak sekolah , maka hal itu bisa membuat anak menjadi tidak berkembang aspek
sosio-emosionalnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015 menyatakan bahwa angka
partisipasi sekolah di Indonesia untuk tingkat SD sebanyak 96,7 persen, SMP sebanyak
77,82 persen dan SMA sebanyak 59,71 persen.
Selain aspek sosio-emosional , tumbuh kembang anak usia praremaja seperti aspek fisik-
motorik juga bisa terpengaruh karena adanya faktor kemiskinan di indonesia.Kemiskinan
membuat anak kekurangan gizi dan nutrisi sehingga tumbuh kembang anak dari aspek fisik-
motorik nya menjadi terganggu.Di Indonesia, pada 2016 sebanyak 44,3 anak masih hidup di
bawah garis kemiskinan, anak-anak ini lebih cenderung mengalami berbagai bentuk
kemiskinan, terekslusi dari fasilitas layanan dasar dan karena itu lebih cenderung tertinggal di
belakang.
Selain tumbuh kembang anak adapun tingkah laku anak usia praremaja dalam perawatan
gigi salah satu contohnya yaitu kecemasan . Prevalensi kecemasan dental di semua negara
begitu tinggi mencapai 6-15% dari seluruh populasi.Kecemasan merupakan faktor psikologis
afektif yang memengaruhi persepsi rasa nyeri. Kenyataannya, kecemasan mengakibatkan
persepsi yang seharusnya tidak nyeri menjadi nyeri, bahkan pada kondisi yang berbeda
seorang pasien dapat menunjukkan reaksi yang berbeda meskipun rangsangan sama.
Kecemasan dental pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya: faktor personal
(usia, tempramen, dan jenis kelamin); faktor eksternal (parental anxiety, vicarious learning,
dan situasi social); faktor dental (rasa sakit dan lingkungan dental. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rafdi tentang gambaran kecemasan anak usia 7-14 tahun terhadap perawatan
gigi di SD Inpres Tamalanrea II Makassar mendapatkan frekuensi kecemasan tertinggi
berdasarkan jenis kelamin pada responden perempuan sebesar 101 sampel (51,3%), dan pada
responden lakilaki sebesar 96 sampel (48,7%).
Selain kecemasan ada juga tingkah laku lain pada anak usia praremaja dalam perawatan
gigi yaitu rasa takut. Berdasarkan survei oleh Al Sarheed, 5-6% populasi dan 16% dari anak
usia sekolah memiliki perasaan takut ke dokter gigi.
Berikut ini merupakan data hasil penelitian yang dilakukan Chinda B.
Bunga’Allo,Benecditus S. Lampus , Paulina N. Gunawan terhadap rasa takut anak usia
praremaja dalam perawatan gigi.

8
Menurut studi yang dilakukan oleh Kartono dan Sartono pada tahun 1992 di Sutadi,
terdapat 3 faktor yang memengaruhi kecemasan yaitu: suara dari bur 81,46%, duduk di dental
chair 50,72%, jarum 39,13%, dental instrument 39,13% dan cerita pengalaman negatif
tentang perawatan gigi dari orang lain 33,33 %5.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikalor A. Pertumbuhan dan perkembangan. Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan
2013;7 (1):1.
2. Sanger SE,Pangemanan DHC,Leman MA. Gambaran Kecemasan Anak Usia 6-12
Tahun terhadap Perawatan Gigi di SD Kristen Eben Haezar 2 Manado. Jurnal e-GiGi
(eG) 2017;5(2):191.
3. Muliatari W. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun): Penentuan Rasa
Percaya Diri Anak. 4 juli 2017. https://happyclub.id/tumbuh-kembang-anak-usia-
sekolah-6-12-tahun-penentuan-rasa-percaya-diri-anak/. 3 desember 2018.
4. Narendra M,Sularyo T,Soetjiningsih dkk. Tumbuh kembang anak dan remaja .
Jakarta: Sagung seto,2008:152.
5. Bunga’Allo CB, Lampus BS, Gunawan PN. Hubungan perasaan takut anak terhadap
perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado. Jurnal e-
GiGi (eG) 2016;4(2):
6. Andlaw RJ,Rock WP. Perawatan gigi anak. Jakarta: Widya Medika,1997.

10

Anda mungkin juga menyukai