Anda di halaman 1dari 14

Izumi, Volume 8 No 1, 2019

e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

STRATEGI DAGANG DAN PERMASALAHAN TOKO JEPANG


DI HINDIA BELANDA SEBELUM PERANG DUNIA II

Stedi Wardoyo
Universitas Gadjah Mada

stedi.wardoyo@ugm.ac.id

Abstrak

Awal abad ke-20 menjadi titik balik pergeseran aktivitas ekonomi orang Jepang di Hindia
Belanda seiring semakin meningkatnya populasi orang Jepang di Hindia Belanda, khususnya
Jawa. Pada masa ini aktivitas dagang orang Jepang yang sebelumnya didominasi oleh
pedagang keliling yang menjajakan barang-barang Jepang seperti tekstil, obat-obatan, sabun,
dan barang-barang kebutuhan sehari-hari lainnya hingga ke pelosok pedesaan di Jawa,
bergeser menjadi aktivitas dagang secara permanen dalam bentuk toko kecil yang populer di
kalangan masyarakat pada masa itu sebagai toko Jepang.
Menjelang akhir 1910 hingga awal tahun 1940-an aktivitas toko Jepang semakin
berkembang dan meningkat pesat hingga menjadi salah satu ikon dalam sejarah hubungan
ekonomi antara Jepang dengan Hindia Belanda. Selama kurun waktu tersebut terjadi pasang
surut aktivitas dagang toko Jepang, namun pada masa krisis ekonomi dunia tahun 1920-an
toko Jepang tetap mampu bertahan, bahkan pada masa itu produk-produk Jepang yang dijual
toko Jepang mampu menggeser kedudukan produk-produk Cina dan Eropa (Belanda). Toko
Jepang yang populer di kalangan masyarakat pribumi dikenal karena pelayanannya baik,
harganya murah, dan produknya baik.
Penelitian ini mencoba melihat kembali bagaimana toko Jepang membangun jaringan
dan faktor-faktor yang mendukung ataupun menghambat perkembangan toko Jepang pada
masa tersebut. Dalam penelitian ini, selain catatan harian orang Jepang di Hindia Belanda
seperti Jagatara Kanwa dan Nanyou no Seikatsu Kiroku, artikel surat kabar berbahasa
Jepang yang terbit di Jawa yaitu Touindo Nippou juga digunakan sebagai data primer.
Metode analisis isi digunakan untuk mengetahui muatan yang terkandung dalam tulisan-
tulisan tersebut sesuai dengan tema penelitian. Kesimpulan penelitian ini adalah strategi
dagang yang bertumpu pada jaringan dagang yang kuat menjadi kunci keberhasilan toko
Jepang, selain faktor-faktor lain seperti keberhasilan mengobservasi kebutuhan pasar dan
strategi pemasaran produknya.

Kata kunci: toko Jepang; jaringan dagang; strategi pemasaran

Abstract

(Title: Strategy Of Commerce And Issues Of Japan Shop In The Netherlands Indies Before
World War II) The early of 20th century was a turning point of Japanese economic activities
in Dutch East Indies, along with increasing number of Japanese population, especially in
Java. In that era, Japanese trading activities that dominated by Japanese goods pitchman like
textiles, drugs, soap and the other daily necessary untill suburb of Java, changed into
permanent economic activities in the form of a small shop that popular among Javanese
society in that era as Toko Jepang or Japanese Store.
In the end of 1910 untill early 1940s, Japanese store’s activities were growing and
increasing to become an icon in the economic relation between Japan and Dutch East Indies.

38 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

During that period, there was increase and decrease in Japanese store’s activities, but at the
world economic crisis in 1920s, Japanese Market was able to survive, even Japanese
products from Japanese Store was better than Chinese and European products. Japanese
store, that popular among indigenous was known for it’s good service, cheap price and good
quality products.
This research is trying to find how Japanese store can build it’s connection and the
factors that supporting and obstacling Japanese store’s growth in that era. In this research,
besides the diaries of Japanese immigrants such as Jagatara Kanwa and Nanyou no Seikatsu
Kiroku, Japanese newspaper of Touindo Nippou was used as main sources. Content analysis
was applied as a method to determine the contents in those sources which were relevant to the
topic of this research. It can be concluded that the success keys of Japanese store was
marketing strategies that supported by a strong trade connection, beside another factors like
the success of observing people’s needs and product marketing strategy.

Keywords : Japanese store; marketing strategies; success

PENDAHULUAN Belanda, meskipun pada masa yang sama


Awal abad ke-20 menjadi titik terjadi krisis ekonomi dunia yang berimbas
balik pergeseran aktivitas ekonomi orang pada penurunan aktivitas perdagangan di
Jepang di Hindia Belanda seiring semakin negara-negara di seluruh dunia. Pada kurun
meningkatnya populasi orang Jepang di waktu tahun 1930 – 1940 toko Jepang
Hindia Belanda, khususnya Jawa. Pada tetap populer dan mampu bertahan, bahkan
masa ini aktivitas dagang orang Jepang pada masa itu produk-produk Jepang yang
yang sebelumnya didominasi oleh dijual toko Jepang mampu menggeser
pedagang keliling yang menjajakan kedudukan produk-produk dari Cina dan
barang-barang Jepang seperti tekstil, obat- Eropa, khususnya Belanda.
obatan, sabun, dan barang-barang Kepopuleran toko Jepang, terutama
kebutuhan sehari-hari lainnya hingga ke di kalangan masyarakat pribumi tidak
pelosok pedesaan di Jawa, bergeser terlepas dari strategi dagang yang mereka
menjadi aktivitas dagang secara permanen lakukan. Salah satu strategi tersebut adalah
dalam bentuk toko kecil yang populer di pelayanan yang baik dan sopan, harga
kalangan masyarakat pada masa itu murah, dan produk yang dikenal
sebagai toko Jepang. berkualitas baik, selain strategi lain yang
Keberadaan toko Jepang berkaitan dengan sistem manajemen
diperkirakan muncul pada tahun 1901 internalnya. Furnivall mengemukakan
ketika berdiri toko Choya di Surabaya 1 . bahwa kesuksesan toko Jepang merupakan
Menjelang akhir 1910 hingga awal tahun perpaduan strategis bisnis antara produk
1940-an aktivitas toko Jepang semakin bermutu dan murah, harga tetap, dan
berkembang dan meningkat pesat hingga kontrol terhadap jaringan impor dan
menjadi ikon dalam sejarah hubungan distribusi (keiretsu)2.
ekonomi antara Jepang dengan Hindia Setelah melalui masa berdagang
Belanda. Selama kurun waktu tersebut keliling (gyosho), beberapa pedagang
terjadi pasang surut aktivitas dagang toko keliling orang Jepang memutuskan untuk
Jepang dan tahun 1920-1930 menjadi titik membuka toko secara permanen dengan
puncak kejayaan toko Jepang di Hindia menjual produk-produk buatan Jepang

1 2
Meta Sekar Puji Astuti, Apakah Mereka Mata- J.S Furnivall, Netherlands India: A study of Plural
mata?: Orang-orang Jepang di Indonesia (1868- Economy, Cambridge: Cambridge University Press,
1942), Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008, hal. 8. 1939, hal.431-432

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 39


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti keberhasilan mengobservasi kebutuhan


sabun, keramik, obat-obatan, mainan anak, pasar dan strategi pemasaran produknya.
dan tekstil. Beberapa toko Jepang yang Pada masa itu mereka membentuk jaringan
muncul pada tahun 1910-an adalah toko dagang tidak terbatas pada sesama orang
Nanyou (Nanyou Shoukai) milik Jepang yang terhimpun dalam Nihonjinkai
Tsutsumibayashi Kazue di Semarang (Perkumpulan Orang Jepang) dan Nanyou
(1909), toko Ogawa milik Ogawa Shoukai (Perkumpulan Dagang
Rihachirou di Semarang, toko Fuji di Nanyou/Wilayah Selatan), namun juga
Yogyakarta milik Sawabe Masao, dan lain- kerja sama dengan kelompok pedagang
lain. 3 Selama periode 1910-1920 dari etnis lain seperti Cina, Arab, dan
keberadaan toko Jepang semakin pedagang pribumi. Namun demikian, tidak
berkembang dan menyebar tidak terbatas sedikit kendala yang mereka hadapi dalam
di perkotaan, namun hingga pelosok upaya mengembangkan bisnis mereka di
pedesaan di Jawa. Pada masa ini aktivitas Hindia Belanda. Penurunan daya beli
perdagangan keliling masih berlangsung masyarakat akibat resesi ekonomi dunia,
meskipun jumlahnya semakin berkurang. semakin memburuknya hubungan politik
Berdasarkan survei Konsulat Jepang-Hindia Belanda, hingga persaingan
Jepang di Batavia pada tahun 1914 dagang dengan produk impor lain terutama
terdapat 74 orang pemilik toko dengan dari Cina mewarnai perjalanan toko Jepang
pekerja sebanyak 144 orang di Jawa, dan hingga akhir masa kejayaannya seiring
56 pedagang keliling yang 38 di antaranya kebijakan invasi Jepang ke Asia tahun
menjual obat-obatan 4 . Pertumbuhan 1942 hingga pecah Perang Dunia II tahun
aktivitas dagang orang Jepang pada masa 1945.
ini terkonsentrasi di tiga kota pelabuhan Dalam artikel ini akan dibahas
utama di Jawa yakni Surabaya, Batavia, tentang perkembangan dan strategi dagang
dan Semarang. Namun demikian, toko Jepang dalam upayanya menguasai
keberadaan toko Jepang yang semakin pasar Hindia Belanda, khususnya Jawa di
berkembang pesat menjadikan kota-kota tengah persaingan dengan pedagang Cina
kecil di Jawa juga sebagai pasar potensial dan Eropa, khususnya Belanda. Selain itu
bagi mereka. Toko Nanyou yang didirikan permasalahan yang mereka hadapi dalam
oleh Tsutsumibayashi Kazue menjadi salah menjalankan roda bisnis hingga akhirnya
satu contoh. Hingga tahun 1927 toko keberadaan toko Jepang hilang dari bumi
Nanyou yang berpusat di Semarang Nusantara seiring dengan masuknya
berhasil memiliki 21 toko cabang dengan tentara Jepang ke Hindia Belanda pada
jumlah pekerja 127 orang Jepang yang tahun 1942 juga dicoba untuk diulas.
tersebar di Batavia, Bandung, Padang, Pemaparan tentang perkembangan toko
Cilacap, Purworejo, Blitar, dan kota-kota Jepang ini diharapkan dapat memberikan
kecil lainnya5. gambaran dan penjelasan yang ilmiah atas
Salah satu kunci keberhasilan toko fakta sejarah yang terjadi di masa lampau,
Jepang ini adalah strategi dagang yang khususnya sejarah Indonesia pada masa
bertumpu pada jaringan dagang yang kuat, kolonial. Selain itu diharapkan bisa
selain faktor-faktor lain seperti menjadi ajang refleksi mengingat
fenomena aktivitas ekonomi pada masa
3
Indonesia kolonial ini memiliki relevansi
Meta Sekar, op.cit. hal 114 dengan kehidupan nyata saat ini,
4
Murayama, Yoshitada, “Pola Penetrasi Ekonomi khususnya sebagai salah satu wahana
Jepang ke Hindia Belanda sebelum Perang”, dalam refleksi kondisi ekonomi dan perdagangan
Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi (ed), Orang
Indonesia dengan negara lain, terutama
Jepang di Koloni Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan
Jepang. Hal ini mengingat hingga saat ini
Obor Indonesia. 1998, hal 160.
5 dominasi produk-produk Jepang di
Meta Sekar, op.cit. hal 98

40 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Indonesia masih sangat kuat meskipun memainkan peranan yang cukup besar bagi
sedikit demi sedikit mendapat tantangan pasang surut perkembangan perdagangan
dari produk asing lain, misalnya produk di Indonesia. Namun demikian tidak
Cina. dijelaskan secara konkret tentang
Penelitian tentang sejarah aktivitas komunitas bisnis dan jaringan distribusi
ekonomi orang Jepang di Hindia Belanda yang bagaimana yang digunakan oleh
selama ini banyak dilakukan oleh Jepang dalam mempertahankan pasar
sejarawan Jepang. Namun setelah tahun produk-produknya.
2000, beberapa peneliti sejarah dari Berdasarkan kedua referensi
Indonesia mulai bermunculan. Salah tersebut terungkap tentang kegiatan
satunya adalah Meta Sekar Puji Astuti ekonomi yang membawa kemakmuran
yang meneliti tentang sejarah pada kelompok-kelompok tertentu seiring
perkembangan aktivitas dagang orang perubahan ekonomi, yakni imigran Jepang
Jepang pada tahun 1868-1942 dikaitkan di Hindia Belanda pada masa sebelum
dengan pasang surut kebijakan politik luar Perang Dunia II. Namun demikian ulasan
negeri Jepang yang mengarah fasisme. khusus terkait perkembangan toko Jepang
Dalam bukunya ‘Apakah Mereka Mata- dan permasalahan yang terjadi pada masa
mata?: Orang-orang Jepang di Indonesia itu belum diungkap secara mendalam dan
(1868-1942), Astuti (2008) mencoba komprehensif. Selain itu gambaran tentang
mengulas mengenai latar belakang migrasi strategi bisnis, khususnya berkaitan dengan
orang Jepang ke Hindia Belanda dan pemasaran produk Jepang juga belum
perkembangan aktivitas ekonomi mereka diulas secara mendalam. Untuk itu, artikel
hingga menjelang Perang Dunia II. Dalam ini bertujuan untuk melengkapi gambaran
Bab IV diuraikan secara lengkap tentang tentang toko Jepang di Hindia Belanda,
toko Jepang, namun secara khusus tidak terutama Jawa pada masa sebelum Perang
dikaji tentang strategi dagang yang Dunia II.
menjadi kunci kesuksesan toko Jepang.
Penelitian lain tentang sejarah METODE
perdagangan Hindia Belanda dengan Dalam penelitian ini, metode
Jepang dilakukan oleh Nawiyanto. Dalam sejarah digunakan untuk menjawab
bukunya “Matahari Terbit dan Tirai pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setelah
Bambu: Persaingan Dagang Jepang-Cina, proses pengumpulan sumber-sumber
Nawiyanto berusaha membandingkan sejarah primer maupun sekunder berupa
persaingan dagang antara Jepang – Cina buku-buku, artikel, foto-foto yang
dalam situasi krisis ekonomi dunia tahun berkaitan dengan kehidupan orang Jepang
1930-an dan 1990-an. Dalam penelitiannya, di Hindia Belanda pada masa sebelum
Nawiyanto berusaha menunjukkan bahwa Perang Dunia II, diperoleh beberapa
selama krisis 1930-an dan 1990-an, sumber primer berupa catatan harian
Indonesia (khususnya Jawa) menjadi pasar orang-orang Jepang yang menjalankan
potensial yang diperebutkan antara aktivitas ekonomi di Hindia Belanda yakni
kepentingan perdagangan produk Jepang Jagatara Kanwa (Obrolan tentang Jakarta),
dan Cina, meskipun faktanya produk Cina Catatan Harian Okano Shigezo terkait
belum mampu menggoyahkan dominasi kehidupannya di Hindia Belanda, Nanyou
Jepang, namun tetap menjadi ancaman Seikatsu Kiroku (Catatan Kehidupan di
serius bagi Jepang. Dalam kesimpulannya, Nanyou6), dan sumber-sumber lain berupa
Nawiyanto menyatakan bahwa komunitas
bisnis dan jaringan distribusi menjadi 6
Nanyou atau Lautan Selatan merupakan
kunci utama bagi kemenangan produk
penyebutan bagi wilayah atau negara-negara tropis
Jepang, meskipun faktor politis juga turut
yang berada di sebelah selatan Jepang yakni Asia

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 41


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

surat kabar yang terbit masa itu yakni Cikal bakal toko Jepang dimulai
Jawa Shinbun dan Touindo Nippou, serta pada awal tahun 1900-an saat beberapa
dokumen-dokumen lainnya. Dari sumber- pedagang keliling orang Jepang yang
sumber tersebut, melalui metode analisa isi sebelumnya berjualan barang-barang
diperoleh fakta-fakta sejarah terkait kebutuhan sehari-hari seperti bedak, sabun,
aktivitas dan perkembangan toko Jepang kosmetik, dan sebagainya untuk wanita-
pada masa tersebut. Fakta-fakta tersebut wanita Jepang yang berprofesi sebagai
untuk selanjutnya diverifikasi, pelacur atau karayukisan. Mereka yang
diinterpretasi, dan dirangkum menjadi sebelumnya hanya berjualan di kalangan
suatu tulisan sejarah terkait kunci sukses terbatas wanita Jepang semakin lama
toko Jepang dan permasalahannya pada dikenal juga di kalangan masyarakat
masa tersebut. Dengan mengetahui lainnya yakni pribumi dan Eropa.
gambaran strategi bisnis orang Jepang Beberapa pedagang Jepang kemudian
pada masa lalu, diharapkan dapat menjadi berjualan secara keliling hingga ke pelosok
referensi maupun informasi terkait model pedesaan di Jawa. Beberapa tokoh orang
bisnis Jepang, mengingat saat ini dan masa Jepang yang sukses berdagang keliling ini
mendatang, investasi bisnis Jepang di antara lain Ogawa Rihachirou di Tegal,
Indonesia menunjukkan tren semakin Tsutsumibayashi Kazue di Semarang,
meningkat. Satou Shigeru di Bandung, dan Sawabe
Masao di Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Memasuki tahun 1910 terjadi
Perkembangan Toko Jepang dan perubahan aktivitas ekonomi orang Jepang
Strategi Dagangnya. di Hindia Belanda, khususnya Jawa dari
Dalam aktivitas ekonomi, aktivitas berdagang keliling kemudian
khususnya terkait dengan jual beli suatu menetap di suatu tempat dan membuka
produk, pemasaran menjadi kunci utama toko kecil yang pada akhirnya berkembang
dalam proses ini. Menurut Kotler dan sebagai toko Jepang. Kepemilikan toko
Keller, pemasaran adalah suatu proses menjadi kegiatan ekonomi orang Jepang
sosial yang di dalamnya individu dan pada masa-masa ini. Tahun 1914 terdapat
kelompok mendapatkan apa yang mereka 74 pemilik toko dan 144 pekerja toko di
butuhkan dan inginkan dengan Jawa, serta 56 pedagang keliling yang 38
menciptakan, menawarkan, secara bebas di antaranya menjual obat-obatan. 8
mempertukarkan produk yang bernilai Kegiatan mereka terpusat di tiga kota
dengan pihak lain 7 . Terdapat 4 unsur pelabuhan utama di Jawa, yakni Batavia,
utama dalam pemasaran yaitu produk, Semarang, dan Surabaya. 9 Kebanyakan
harga, tempat, dan promosi. Dalam dari pedagang keliling ini adalah anak-
konteks toko Jepang, keempat faktor ini anak muda yang datang pada awal abad
yang diasumsikan menjadi kunci utama ke-20 dengan tujuan mengadu nasib di
kesuksesan toko Jepang dalam Hindia Belanda atas informasi kolega atau
memenangkan persaingan di pasar Hindia rekan sesamanya yang terlebih dulu
Belanda. menjalankan aktivitas perdagangan di
Hindia Belanda. Beberapa tokoh perintis
toko Jepang ini di antaranya
Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Penyebutan ini
umum dilakukan hingga Perang Dunia II
8
(https://kotobank.jp/word/590820) Yoshitada Murayama, “Pola Penetrasi Ekonomi
Jepang ke Hindia Belanda sebelum Perang” dalam
7
Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran, Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi (eds), Orang
Jakarta: Erlangga, 2009, hlm 6. Jepang di Koloni Asia Tenggara, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1998), hlm. 160.
9
ibid

42 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Tsutsumibayashi Kazue pemilik toko demi sedikit memperoleh


Nanyou dan Ogawa Rihachiro pemilik kepercayaan dari pelanggan dan
toko Ogawa yang keduanya perpusat di pemasok barang dagangannyapun
Semarang. Gambaran tentang masa-masa tidak hanya importir Jepang,
awal toko Jepang disampaikan oleh Ishii namun juga pedagang Cina dan
Tarou, pemilik toko Jepang di Batavia perusahaan dagang Belanda, hingga
sebagai berikut: akhirnya semakin besar dan
Setelah melalui masa berdagang berkembang11.
keliling, dengan bermodal toko Dalam upaya menarik pembeli,
kecil sewaan dengan barang toko-toko Jepang ini menggantungkan
dagangan sedikit yang hanya satu sebagian barang dagangannya di depan
baris dan rak dagangan satu unit, toko sehingga terlihat oleh orang-orang
anak-anak muda yang memiliki yang lalu lalang di depan toko dan
pengalaman berdagang keliling mengundang mereka untuk datang
hingga ke pelosok, memilih satu melihatnya. Selain itu pada malam hari
lokasi yang tepat dan memulai mereka menyalakan lampu petromaks yang
membuka toko yang pada akhirnya sangat terang sehingga mendorong orang,
nanti mewarnai daerah-daerah di dari orang Belanda, Cina, dan penduduk
Hindia Belanda sebagai toko pribumi untuk datang dan berkumpul di
Jepang10. sekitar toko. Dari interaksi dengan orang
Dalam perkembangannya, Jepang pemiliki toko, keberadaan toko
keberadaan toko Jepang semakin dikenal Jepang berikut barang dagangannya
dan mendapat kepercayaan dari semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hal
masyarakat, terutama pribumi. Kesuksesan ini diceritakan oleh Ishii sebagai berikut:
toko Jepang ini tidak terlepas dari upaya Keberadaan toko Jepang di kota di
keras pemiliknya dalam upaya daerah, saat malam hari akan terang
menjalankan usaha yang strategi benderang oleh lampu petromaks
pemasarannya benar-benar berbeda dari sehingga barang dagangan seperti
saat mereka berdagang keliling. Mereka mainan, tekstil, dan barang
buka dari pagi hari hingga larut malam dan kebutuhan sehari-hari yang
dijaga sendiri oleh pemiliknya tanpa libur dipajang dengan baik terlihat
atau istirahat. Produk yang mereka jual berkilauan di bawah sinar lampu,
juga semakin beragam, tidak terbatas pada dan penduduk kota atau desa itu
produk buatan Jepang, namun juga produk yang melintas, dari orang
Cina dan Belanda sebagaimana diceritakan terpandang hingga buruh
oleh Ishii Tarou sebagai berikut: berkumpul di sana. Orang Belanda,
Mereka menjalankan usahanya orang Cina, orang Indonesia dan
pada masa itu tanpa mengenal pemilik toko yang orang Jepang
waktu, menjaga sendiri dan juga saling berinteraksi dengan
melayani pelanggan dari pagi damai sehingga tempat itu serasa
sebelum fajar hingga larut malam. menjadi lokasi pengenalan produk
Orang-orang ini melalui kerja keras Jepang secara damai dan alamiah.12
dan jatuh bangun dalam Salah satu hal yang menarik adalah
menjalankan tokonya dibandingkan kenyataan bahwa pada masa-masa awal
saat berdagang keliling, sedikit berdirinya, toko Jepang juga banyak

10
Ishii Tarou, “Jawa Kusawake Monogatari” dalam 11
ibid
Jagatara Kanwa: Ran’in Jidai Houjin no Ashiato,
12
(Tokyo: Jagatara Tomo no Kai 1978), hlm. 32. Ibid

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 43


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

mengandalkan pebisnis Cina, bahkan di Nanyou Shoukai bergerak dalam bisnis


Surabaya dan Batavia terbentuk kemitraan toko kelontong dan obat-obatan dengan
bisnis Jepang-Cina dengan tujuan utama nilai penjualan mencapat 164 ribu yen 16.
meningkatkan hubungan dagang bagi Tsutsumibayashi Kazue lahir di
keuntungan kedua komunitas bisnis.13 kota Shinjo, Yamagata pada tanggal 26
Hingga tahun 1920 toko Jepang Desember 1973, satu-satu anak lelaki dari
mengalami pertumbuhan pesat tidak 5 bersaudara. Ayahnya sebenarnya
terbatas pada jumlah, namun juga jenis termasuk bekas samurai yang jatuh miskin
produk yang diperdagangkan. Jika pada akibat kebijakan pemerintah Meiji
masa perdagangan keliling produk obat- menghapus golongan samurai dan
obatan mendominasi penjualan, setelah melarang aktivitas mereka. Dua tahun
tahun 1914 bergeser menjadi barang setelah putus Sekolah Dasar akibat
kebutuhan sehari-hari/kelontong. Hal ini ketidakmampuan biaya, Tsutsumibayashi
tidak terlepas dari peningkatan pesat impor bekerja berturut-turut sebagai guru tidak
barang-barang Jepang ke Hindia Belanda tetap di desa Shimizu selama dua tahun
selama Perang Dunia I akibat terhentinya lalu menjadi sipir penjara di Yamagata.
pasokan barang dari Eropa sebagai dampak Ketika berusia 23 tahun, Tsutsumibayashi
dari perang tersebut. Kondisi ini juga pergi ke Taiwan yang saat itu menjadi
mendorong beberapa pemilik toko Jepang koloni Jepang setelah menang dalam
seperti Kazue Tsutsubayashi beralih perang Jepang-Cina. Kemampuannya
menjadi pengimpor. 14 Kondisi ini juga berbahasa Cina dialek Fukien membawa
mendorong toko-toko Jepang untuk dia memperoleh kepercayaan seorang
memperluas pasar dengan mendirikan pedagang yang bisnisnya menyebar hingga
cabang-cabangnya di kota-kota lain hingga ke Singapura, Hongkong, dan Jawa
kota-kota kecil di daerah sehingga bernama Kakushun sebagai kepala
terbentuk jaringan distribusi produk Jepang konsultan hukum perusahaan Kakushun.
di Hindia Belanda. Tahun 1902 Tsutsumibayashi memisahkan
Salah satu contoh jaringan toko diri dari perusahaan Kakushun dan
Jepang adalah Nanyou Shoukai milik mendirikan toko kelontong dan pakaian di
Tsutsumibayashi Kazue yang berpusat di Taipei.
Semarang. Nanyou Shoukai merupakan Tahun 1907 Tsutsumibayashi
salah satu contoh gambaran perubahan kembali ke Jepang untuk mendalami hal-
aktivitas dagang orang Jepang di Hindia hal yang bersifat religi hingga akhirnya
Belanda dan salah satu yang dianggap tahun 1908 dia memutuskan untuk
sukses melebarkan sayapnya. Hingga memeluk agama Kristen Protestan. Hal ini
tahun 1918 Nanyou Shoukai memiliki 24 mengakibatkan perubahan pemikiran
cabang yang tersebar di Solo, Yogyakarta, terkait kehidupannya yakni berbuat sesuatu
Batavia, Surabaya hingga kota-kota kecil untuk bangsanya, khususnya membantu
di Jawa, terutama wilayah Jawa Tengah15. para pemuda dalam mengembangkan jiwa
dan semangat mereka 17 . Hal ini juga
13
Peter Post, “Karakteristik Kewirausahaan Jepang dilatarabelakangi adanya keprihatinan
dalam Ekonomi Indonesia sebelum Perang” dalam Tsutsumibayashi terhadap banyaknya
J. Thomas Lindblad (ed.), Fondasi Historis pemuda yang kebingungan dan
Ekonomi Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, mengurungkan niatnya untuk merantau ke
2002), hlm. 356 luar negeri akibat maraknya aksi
14
Yano Toru, Nanshin no Keifu, (Tokyo: penolakan terhadap imigran Jepang di
Chuuookooronsha, 1975), hlm. 97 Amerika. Tsutsumibayashi ingin mengajak
15
Aoki Sumio, Indonesia di Mata Masyarakat
Jepang di Hindia Belanda 100 Tahun yang Lalu
dalam Kartu Pos Bergambar Foto, (Jakarta: Bina 16
ibid
Komunika Asiatama, 2017), hlm 189 17
Yano Toru, hlm 92

44 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

para pemuda tersebut untuk merantau ke 8. Meditasi bersama untuk memperbaiki


wilayah Nanyou dan menjalankan aktivitas psikis dan meningkatkan keimanan.
perdagangan di sana. Bekerja sama dengan 9. Dengan alasan apapun tidak seorangpun
pendeta Uemura Masahisa, diizinkan keluar/meninggalkan wilayah
Tsutsumibayashi memilih 15 orang Nanyou
pemuda dari sekitar 200 pemuda yang selain untuk kembali ke Tokyo19.
mendaftar untuk dilatih teknik-teknik
berdagang keliling dan bertahan hidup di Dengan aturan-aturan yang ketat dan
wilayah Nanyou18. dilandasi ajaran Kristen yang kuat,
Pada bulan April 1909 Tsutsumibayashi menjalankan Nanyou
Tsutsumibayashi dan kelimabelas pemuda Shoukai secara idealis meskipun dalam
tersebut mengawali perjalanan menuju perjalanannya menemui beberapa kendala
Semarang di Pulau Jawa dari pelabuhan seperti penolakan atau ketidaksanggupan
Yokohama. Mereka tiba di Semarang pada beberapa pemuda yang bekerja
30 Mei 1909 dan mengawali aktivitas bersamanya. Namun demikian dengan
dengan membuka toko kelontong di strategi tersebut, Nanyou Shoukai semakin
sebuah rumah sederhana yang disewa dan berkembang dan sukses dengan sembilan
berdagang keliling. Toko ini diberikan kantor cabang pada awal 1912.
nama Nanyou Shoukai (toko Nanyou) yang Salah satu kunci kesuksesan
menjual barang kebutuhan sehari-hari, Nanyou Shoukai terkait dengan produk
khususnya obat-obatan dan tekstil. Dalam yang dipasarkannya adalah
menjalankan usahanya, Tsutsumibayashi kemampuannya membangun jaringan, baik
bertindak sebagai manajer yang mengatur dalam pasokan maupun distribusinya.
aktivitas dagang kelima belas pemuda Beberapa produk yang dipasarkan seperti
tersebut. Mereka hidup sangat sederhana permen menthol dan obat oles untuk sakit
dan mengikuti aturan-aturan secara ketat di kepala sangat diminat masyarakat dan
antaranya: mendominasi penjualan. Produk-produk
1. Bangun tidur pukul 06.00 dan beribadah tersebut merupakan produk buatan
setelah makan malam pukul 19.00 Prefektur Yamagata yang diimpor secara
2. Buka toko pukul 07.00 dan tutup pukul langsung dan seakan dimonopoli oleh
21.00 dengan waktu istirahat siang pukul Nanyou Shoukai 20 . Dalam catatan
13.30 hariannya, Kushindan, Tsutsumibayashi
3. Aktivitas dagang keliling dimulai pukul menyusun langkah-langkah dan tahapan-
08.30 hingga 18.00 tahapan pengembangan Nanyou Shoukai
4. Dalam urusan pekerjaan, perintah yang terdiri atas:
atasan/senior harus dihormati dan diikuti. 1. Masa berdagang keliling sebagai awal
5. Dalam urusan di luar pekerjaan, berdiri dan mencari pengalaman.
hubungan persaudaraan dilandasi tanpa 2. Masa berdagang eceran menggunakan
melihat senioritas. kemampuan diri dan finansial secara
6. Kepercayaan terhadap rekan dan saudara bersama-sama.
seiman dalam satu gereja adalah hal yang 3. Perdagangan ekspor impor sebagai
terbaik. penerapan pengetahuan dan kemampuan
7. Sekali dalam setiap bulan diadakan finansial.
pertemuan rutin untuk bertukar pikiran dan 4. Kemandirian masing-masing unit usaha
membahas berbasis manajemen yang kuat dan usaha
tentang perkembangan usaha. lahan

19
Ibid. hlm 94-95
20
18
ibid Ibid. hlm 95

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 45


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

perkebunan. Setelah berakhir Perang Dunia I


5. Bisnis yang berlandaskan idealisme21 tahun 1918, hubungan dagang antara
Melalui tahapan-tahapan tersebut, awal Jepang dan Hindia Belanda mengalami
tahun 1912 hingga 1919 Nanyou Shoukai peningkatan pesat. Di dalam negeri Jepang
semakin berkembang dan berhasil pada saat yang sama telah dilakukan
membangun jaringan yang terdiri atas 38 reformasi industri tahap kedua yang
unit toko Nanyou yang tersebar di Hindia berhasil meningkatkan kapasitas produksi
Belanda. Selain itu didirikan juga unit sehingga mendorong ekspor ke luar negeri.
usaha yang bergerak dalam bidang ekspor Tujuan utama ekspor Jepang yang
impor antara Jepang dan Hindia Belanda. sebelumnya lebih terfokus kepada negara-
Pada tahun 1914 diselenggarakan negara Eropa, akibat melemahnya
pameran dagang di Semarang yang diikuti perekonomian negara-negara Eropa dan
273 pedagang Jepang. Dalam kesempatan terganggunya transportasi dari dan ke
tersebut Tsutsumibayashi memperoleh Eropa akibat perang, membuat Jepang
penghargaan emas untuk produk unggulan mengalihkan tujuan ekspornya ke negara-
yang dipamerkan yakni produk mint dan negara Asia seperti Hindia Belanda yang
minyak mint. Pada tahun 1918 dalam memiliki pasar potensial dan sangat besar.
peringatan 10 tahun berdirinya Nanyou Porsi Jepang dalam perdagangan luar
Shoukai, Tsutsumibayashi membagikan negeri Hindia Belanda mengalami
buku saku yang berisi kisah perjalanan dan peningkatan pesat dari 1,6 persen pada
suka duka selama membangun Nanyou tahun 1913 menjadi 10,9 persen pada
Shoukai serta medali peringatan kepada tahun 1929 dan di tahun 1934 meningkat
seluruh relasinya 22 . Hal ini menunjukkan tajam menjadi 31,8 persen 23 . Dalam
bahwa keberadaan Nanyou Shoukai tidak perdagangan produk tekstil, impor dari
dapat dipandang sebelah mata dan Jepang ke Hindia Belanda menempati
perusahaan ini memainkan peranan yang posisi pertama dengan porsi sebesar 79
cukup penting dalam aktivitas persen pada tahun 192624. Faktor lain yang
perekonomian di Hindia Belanda. mendukung peningkatan jumlah produk
Jepang ke Hindia Belanda adalah
Permasalahan Toko Jepang kemudahan transportasi setelah dibukanya
Keberadaan toko Jepang yang jalur pelayaran langsung yang
semakin marak di seluruh Nusantara menghubungkan kota-kota pelabuhan di
membawa dampak postif bagi konsumen, Jepang seperti Osaka, Kobe dan
khususnya masyarakat pribumi karena Yokohama dengan Jawa. Selain
mereka mempunyai alternatif dalam peningkatan volume perdagangan, efisiensi
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti pengangkutan barang menyebabkan harga
obat-obatan, sabun, hingga pakaian. produk Jepang juga mengalami penurunan.
Pecahnya Perang Dunia I tahun 1914 Setelah Perang Dunia I berakhir,
membawa dampak pada peningkatan terjadi krisis ekonomi dunia tahun 1929
impor barang-barang Jepang ke Hindia yang juga berimbas pada perekonomian
Belanda akibat terhentinya pasokan barang Hindia Belanda. Kondisi ini juga berimbas
dari Eropa. Kondisi ini juga mendorong pada toko Jepang di Hindia Belanda.
pergeseran aktivitas beberapa toko Jepang Selain pulihnya pasokan barang dari Eropa,
yang sebelumnya melayani penjualan retail kebijakan devaluasi yang dilakukan
menjadi importir umum sebagaimana pemerintah Jepang tahun 1927
terjadi pada Nanyou Shoukai.
23
J.S Furnivall. “Netherlands India, A Study of
Plural Economy” (Cambridge: Cambridge AT
21
Ibid. hlm. 96 University Press, 1939), hlm 431
22 24
Aoki Sumio, hlm. 191 ibid

46 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

menyebabkan harga produk Jepang Natal benar-benar kualitasnya tidak


semakin mengalami penurunan. Di sisi lain sebagaimana yang dijual sebelum Perang
hal ini menguntungkan konsumen, namun Dunia I 28 . Masalah lain terkait produk
mengakibatkan penurunan keuntungan adalah surat jaminan untuk sebuah produk
yang diperoleh Toko Jepang. Salah satu parfum dan kosmetik yang diimpor dari
toko Jepang, Kawai Shoten yang memiliki Osaka yang dinilai palsu. Hal ini dianggap
dua cabang dan berpusat di Mojokerto salah satu penipuan konsumen mengingat
melaporkan bahwa penjualan mereka tidak ada jaminan bahwa produk yang
mengalami kenaikan 20 persen, namun dijual tersebut adalah benar-benar produk
keuntungan yang diperoleh menurun resmi atau asli29 .
hingga 40 persen 25 . Dalam menghadapi Demikianlah beberapa
situasi ini, beberapa jaringan toko Jepang permasalahan yang menyertai tingginya
seperti Fuji Yoko milik Masao Sawabe angka penjualan produk Jepang di Hindia
yang berpusat Yogyakarta mengambil Belanda pada masa tersebut. Selain faktor
langkah strategis dengan mengalihkan internal yang berkaitan dengan mutu
penjualan produk yang sebelumnya banyak produk, pemasaran, dsb, memasuki tahun
ditujukan kepada konsumen kelas atas 1930-an toko Jepang juga dihadapkan pada
warga Belanda dan asing lainnya, kepada permasalahan eksternal, khususnya
konsumen kelas bawah yakni warga perubahan situasi politik internasional
pribumi dalam jumlah besar meskipun yang membawa dampak sangat signifikan
keuntungannya rendah. Selain itu mereka terhadap perkembangan toko Jepang di
membangun rute distribusi yang Hindia Belanda.
berjangkauan luas untuk membanjiri pasar
Hindia Belanda yang terpukul akibat krisis
dengan produk Jepang 26. Pada tahun 1932, Masalah Perdagangan dan Dampaknya
sebagai akibat penurunan nilai mata uang bagi Masyarakat Jepang
yen, varian produk Jepang yang Memasuki tahun 1930 merupakan
membanjiri pasar Hindia Belanda juga awal masa-masa sulit bagi toko Jepang.
semakin banyak tidak terbatas pada produk Khususnya bagi pedagang Cina yang telah
tekstil, kosmetik, dan obat-obatan, namun lama mapan, keberadaan toko Jepang
juga semen, kaca, sepeda hingga ban mobil. merupakan saingan yang berat
Dapat dikatakan bahwa tidak ada produk dibandingkan dengan pedagang Eropa
Amerika dan Eropa yang tidak dapat ataupun pribumi30. Menghadapi persaingan
disaingi oleh produk Jepang 27. ini, para pedagang Cina menyikapinya
Permasalahan lain yang terjadi secara beragam, namun sebagian besar
yang menjadi sorotan dan kritikan keras pedagang memperlihatkan sikap
masyarakat Hindia Belanda terkait produk permusuhan dan menyerukan gerakan
Jepang adalah penurunan kualitas produk boikot produk Jepang31. Invasi Jepang ke
yang dijual toko Jepang akibat besarnya Manchuria tahun 1931 mengakibatkan
permintaan sehingga proses produksi dan gerakan anti-produk Jepang di kalangan
impor dilakukan tanpa memperhatikan orang Cina semakin berkembang ke arah
kualitas. Dalam salah satu artikel Jawa radikalisme. Aksi teror, perusakan toko
Nippou tanggal 1 Januari 1922 dituliskan
tentang kasus produk mainan untuk acara 28
Jawa Nippou, 1 Januari 1922
29
Jawa Nippou, 5 Juni 1923
25 30
Murayama, “Pola Penetrasi Ekonomi Jepang ke Nawiyanto, “Matahari Terbit dan Tirai Bambu:
Hindia Belanda sebelum Perang”, hlm 162 Persaingan Dagang Jepang-Cina”, Yogyakarta:
26
Ibid. hlm 164 Ombak, 2010, hlm 61
27 31
J.S Furnivall, hlm 432 Ibid. hlm 63

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 47


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Jepang, hingga seruan untuk menutup dan Hindia Belanda. Pada tahun 1936
paksa toko-toko kecil yang menjual produk Jepang menyatakan keluar dari
Jepang berkembang di seluruh wilayah kesepakatan London dan Washington yang
Jawa32. Menghadapi masalah pemboikotan berisi tentang Perjanjian Pengurangan
ini, masyarakat Jepang sendiri menerapkan Persenjataan Angkatan Laut, disusul
langkah-langkah defensif dengan dengan pernyataan Jepang terkait
mengandalkan kebijakan pemerintah kebijakan ekspansi ke Selatan sebagai
Hindia Belanda33. Di sisi lain, pemerintah Haluan Kebijakan Negara. Hal ini
Hindia Belanda mengambil tindakan menyebabkan pemerintah Hindia Belanda
dengan menekan aksi anti-Jepang tersebut semakin mewaspadai langkah-langkah
dengan pertimbangan bahwa gerakan Jepang dan meningkatkan pengawasan
tersebut dikhawatirkan dapat mengacaukan terhadap orang-orang Jepang di Hindia
pranata sosial dan politik di Hindia Belanda. Kondisi ini diperburuk setelah
Belanda, selain pertimbangan ekonomi pecahnya perang Jepang-Tiongkok tahun
bahwa suplai barang Jepang dengan harga 1937 yang memunculkan gerakan-gerakan
murah dipandang mampu menstabilkan yang mengarah pada anti Jepang yang
perekonomian Hindia Belanda34. dilakukan oleh masyarakat Belanda
Hingga pertengahan dekade 1930- maupun Cina. Di beberapa kota, seperti
an, pemerintah Hindia Belanda pada Bandung terjadi aksi pengeroyokan
dasarnya masih bersikap bersahabat terhadap beberapa pemilik toko Jepang
terhadap masyarakat Jepang di Hindia oleh sekelompok pemuda Belanda 36 .
Belanda, meskipun timbul kecurigaan Selain itu terjadi insiden-insiden kecil
terhadap derasnya arus masuk barang dan seperti pelemparan batu kepada anak-anak
manusia dari Jepang ke Hindia Belanda Jepang yang berangkat ke sekolah,
sejak krisis ekonomi dunia. Selain itu, penghalangan terhadap pembeli toko
perubahan kebijakan politik luar negeri Jepang, hingga pelemparan toko Jepang
Jepang yang diwarnai dengan gerakan dengan cat dan kotoran manusia37. Untuk
militer dan invasi ke wilayah selatan, serta pertama kali, situasi seperti ini membawa
keluarnya Jepang dari Liga Bangsa-Bangsa dampak besar terhadap aktivitas orang-
menyebabkan mereka semakin orang Jepang di Hindia Belanda. Orang-
mewaspadai aktivitas orang Jepang di orang Jepang di Hindia Belanda yang
Hindia Belanda. Namun hingga tahun 1936, sebelumnya secara politis tidak pernah
sebagaimana dinyatakan dalam buku terikat dengan negaranya, untuk pertama
Laporan Pemerintah Hindia Belanda kali harus menanggung tekanan akibat
bahwa masyarakat Jepang di Hindia kebijakan negaranya. Menghadapi situasi
Belanda terdiri atas imigran yang rajin dan yang tidak menguntungkan ini, satu-
tidak banyak tingkah sehingga kepolisian satunya tindakan mereka adalah bertindak
tidak pernah dibuat pusing oleh mereka defensif dan berharap pada keberhasilan
karena mereka tidak pernah berhubungan perundingan perdagangan antara Jepang
dengan aktivitas-aktivitas subversi atau dan Hindia Belanda. Di sisi lain, situasi ini
spionase35. juga mendorong kesadaran nasionalisme
Memasuki akhir 1936, terjadi sebagai orang Jepang, khususnya di
perubahan besar dalam hubungan Jepang kalangan pemuda.
Memasuki tahun 1940, situasi
32
politik di Eropa semakin memanas sejak
Ibid. hlm 64
33
Gotou Ken’ichi, “Jepang dan Pergerakan
36
Kebangsaan Indonesia”, Jakarta: Yayasan Obor Ibid. hlm 219
37
Indonesia, 1998, hlm 189 Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi, “ Orang
34
ibid Jepang di Koloni Asia Tenggara”, Jakarta: Yayasan
35
Ibid. hlm 192 Obor Indonesia, 1998, hlm 28.

48 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

serangan Jerman ke Polandia yang eksodus warga Jepang keluar dari Hindia
menyulut peperangan dalam skala lebih Belanda untuk kembali ke tanah airnya.
besar. Tanggal 10 Mei 1940, pemerintah Mereka menjual dengan harga murah atau
Belanda terpaksa mengungsi ke London, meninggalkan begitu saja aset yang telah
Inggris akibat invasi Jerman. Keadaan ini dibangunnya dengan penuh perjuangan
menyebabkan pemerintah Hindia Belanda selama beberapa dasawarsa. Hal ini
semakin waspada akibat Jepang memiliki sekaligus menandai masa berakhirnya toko
aliansi dengan Jerman. Suasana anti Jepang di Hindia Belanda.
Jepang semakin meningkat sehingga posisi
orang Jepang yang tinggal di Hindia SIMPULAN
Belanda juga semakin rentan dan terpojok. Perjalanan panjang toko Jepang di
Dalam situasi yang demikian, Perundingan Hindia Belanda diwarnai dengan beragam
Perdagangan II menjadi harapan satu- cerita, baik suka maupun duka bagi
satunya untuk menyelamatkan kehidupan pemiliknya. Pasang surut perjalanan toko
mereka. Hal ini termuat dalam salah satu Jepang tidak dapat dilepaskan dari faktor
artikel Touindo Nippou tanggal 20 internal maupun eksternal yang
Agustus 1940 sebagai berikut: menyertainya. Pada masa-masa awal
Perasaan kita saat ini dapat perintisannya tahun 1900 hingga 1920,
dikatakan hanya dengan satu kata sebagian besar toko Jepang dibangun oleh
yakni harapan. Semoga saudara pemiliknya yang telah teruji melalui
kita bangsa Belanda bersama-sama pengalaman mereka menjalani
dengan kita menaruh harapan pada perdagangan keliling. Perpaduan antara
hasil perundingan antara kedua keuletan, pelayanan, dan kemampuan
negara Jepang dan Belanda38. mengenali kebutuhan konsumen menjadi
salah satu kunci perkembangan toko
Namun harapan tersebut berakhir Jepang. Selain itu, strategi manajemen
sia-sia. Saat dibuka pada bulan September melalui sistem jejaring atau keiretsu dan
1940 perundingan berjalan alot akibat pemasaran melalui penetapan harga pas
sikap anti-Jepang dari pemerintah Belanda, dan potongan harga (obral) juga
selain tuntutan pihak Jepang yang memainkan peranan penting dalam proses
dianggap melampaui batas yakni pengembangan toko Jepang. Hal ini yang
permintaan suplai minyak dan besi baja membuat toko Jepang berbeda dengan
dari Hindia Belanda ke Jepang. Akibat toko-toko lain, khususnya toko Cina di
kegagalan perundingan perdagangan ini, Hindia Belanda pada masa itu.
hubungan diplomatik antara Jepang dan Pada kurun waktu 1920 hingga
Hindia Belanda semakin memburuk. Pada 1936 dapat dikatakan sebagai masa
tanggal 15 Februari 1941 pemerintah keemasan toko Jepang. Selain keberhasilan
Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan membangun sistem jejaring internal sendiri,
mencabut perlakuan bebas visa bagi orang perkembangan pesat sistem transportasi
Jepang yang diikuti kebijakan pembatasan pelayaran dari Jepang ke Hindia Belanda
barang dan orang dari Jepang ke Indonesia dan sebaliknya, serta berkembangnya jalur
serta pembekuan aset orang Jepang di pengangkutan di Jawa menyebabkan
Hindia Belanda pada tanggal 28 Juli 1941 kemudahan bagi proses distribusi barang
menjadi pukulan akhir bagi masyarakat dagangan. Hal ini berdampak pada
Jepang di Hindia Belanda 39 . Tahun 1941 efisiensi biaya pengangkutan sehingga
hingga pecah Perang Dunia II terjadi harga jual produk dapat ditekan. Faktor
lain yang mendukung masa kejayaan ini
38 adalah terhentinya pasokan barang dari
Ibid. hlm 218
39 Eropa sebagai akibat perang, sehingga
Ibid. hlm 223

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 49


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

beberapa toko Jepang seperti Nanyou Kotler dan Keller. (2009). Manajemen
Shoukai juga bertindak sebagai importir Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13.
produk Jepang. Besarnya pangsa pasar Jakarta: Erlangga,
Hindia Belanda dan beragamnya
kebutuhan masyarakatnya mendorong Murayama, Yoshitada. (1998). Pola
peningkatan nilai impor produk Jepang Penetrasi Ekonomi Jepang ke Hindia
meskipun pada saat yang sama terjadi Belanda sebelum Perang dalam
krisis ekonomi dunia. Shiraishi Saya dan Shiraishi Takashi.
Namun setelah tahun 1936, Orang Jepang di Koloni Asia
perkembangan toko Jepang menunjukkan Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor
penurunan seiring perubahan politik dalam Indonesia.
negeri Jepang. Implementasi paham invasi
ke Selatan (Nanshinron) yang mulanya Nakamura, Takashi. (1979). Batabia-jou
diserukan Angkatan Laut Jepang dengan Nisshi I-III. Tokyo: Touyou Bunkou.
tujuan mencari sumber alam, khususnya
minyak bumi yang sangat dibutuhkan Nawiyanto. (2010). Matahari Terbit dan
Jepang menjadi pangkal permasalahan Tirai Bambu: Persaingan Dagang
yang berimbas pada memburuknya Jepang-Cina. Yogyakarta: Penerbit
hubungan diplomatik Jepang dan Hindia Ombak.
Belanda. Hal ini menjadi pukulan telak
yang mengakibatkan runtuhnya kejayaan Okano, Shigezo. (1942). Nanyou no
toko Jepang di Hindia Belanda, sekaligus Seikatsu Kiroku. Tokyo: Nishikijou.
menjadi penanda masa akhir pendudukan
Belanda dan dimulainya babak baru Post, Peter. (2002). Karakteristik
pendudukan Jepang di Indonesia. Kewirausahaan Jepang dalam
Ekonomi Indonesia sebelum Perang
dalam J. Thomas Lindblad. Fondasi
DAFTAR PUSTAKA Historis Ekonomi Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Artikel, Buku, Makalah, dan Laporan
Aoki, Sumio. (2017). Indonesia di Mata Post, Peter dan Touwen-Bouwsma, Elly.
Masyarakat Jepang di Hindia Belanda (1997). Japan, Indonesia and The
100 Tahun yang Lalu dalam Kartu Pos War: Myths and Realities. Leiden:
Bergambar Foto. Jakarta: The Daily KITLV Press.
Jakarta Shinbun.
Ricklefs, M.C. (2001). A History of
Astuti, Meta Sekar Puji. (2008). Apakah Modern Indonesia since c.1200.
Mereka Mata-mata?: Orang-orang California: Stanford University Press.
Jepang di Indonesia (1968-1942).
Yogyakarta: Penerbit Ombak. Shiraishi, Saya dan Shiraishi, Takashi.
(1998). Orang Jepang di Koloni Asia
Furnivall, J.S. (2017). Netherlands India: Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor
A Study of Plural Economy. Indonesia.
Cambridge: Cambridge University
Press. 1939 Shouwaki Nihon to Indoneshia. (1986).
Tokyo: Keisoshobo.
Gotou, Ken’ichi. (1998). Jepang dan
Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Takeda, Shigesaburou (ed). (1978).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Jagatara Kanwa: Ran In Jidai Houjin
no Ashiato. tanpa penerbit.

50 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Yano, Toru. (1975). Nanshin no Keifu.


Tokutei Kenkyuu “Bunka Masatsu”. Tokyo: Chuuookooronsha.
(1978).Kondo Sadaaki shi Intabyuu
Kiroku.
Surat Kabar
Van Zanden, Jan Luiten dan Daan Marks. Touindo Nippou, 1 Januari 1922
(2014). Ekonomi Indonesia 1800- Touindo Nippou, 5 Juni 1923
2010: Antara Drama dan
Keajaiban Pertumbuhan. Jakarta:
Penerbit Kompas.

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 51

Anda mungkin juga menyukai