Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGGUNAAN SUPLEMEN,

MINUMAN ENERGI DALAM OLAHRAGA

Disusun Oleh:

NAMA : RIKI FERNANDO

NIM : 15086145

DOSEN PEMBIMBING:
RIKA SEPRIANI, M.Farm.,Apt

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


TAHUN AJARAN
2019-2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Minuman berenergi dalam hal ini energy drink merupakan pelengkap dari
berbagai masyarakat untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Minuman
berenergi biasa diminum dan menjadi suatu kebiasaan masyarakat untuk
mengembalikan stamina setelah melakukan pekerjaan berat atau menambah
tenaga jika ingin melakukan suatu aktifitas tertentu (Simanjuntak dan Siagin,
2003). Akan tetapi sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang
mengonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan.

Masyarakat hanya menilai bahwa minuman berenergi sebagai minuman yang


dapat mengembalikan stamina tubuh lebih cepat, masyarakat lebih mementingkan
mengkonsumsi minuman berenergi agar tubuh menjadi segar dan mengatasi
kelelahan, terutama bagi masyarakat modern yang cenderung untuk memilih
mengkonsumsi minuman berenergi yang mudah didapat dan murah harganya.

Padahal dari segi keamanan dan manfaat terhadap kesehatan, masih banyak
konsumen yang belum sepenuhnya paham akan cara penggunaan yang tepat,
selain juga bahaya serta resiko yang ditimbulkannya (Komlim, 2012). Beberapa
produk minuman berenergi yang beredar dikalangan masyarakat banyak zat
kandungan yang dapat menimbulkan dampak kesehatan terhadap tubuh.

Menurut hasil berbagai survey pada tahun 2005 di Italia minuman suplemen
berenergi dikonsumsi oleh remaja sekitar 30-50% remaja dan dewasa muda. Di
Amerika survey pada tahun 2007 dilaporkan sekitar 5448 orang mengalami
overdosis kafein, 46% diantaranya pada usia dibawah 19 tahun.Di Indonesia
bisnis dan pemasaran produk suplemen, terutama didaerah perkotaan cenderung
meningkat pesat. Rata-rata produksi suplemen 93,2 juta liter per tahun yang terdiri
dari dua produsen susu dengan kapasitas 24,2 juta liter per tahun, 14 produsen
minuman berenergi dengan kapasitas produksi 10,4 juta liter per tahun, dan tujuh
produsen minuman isotonic dengan kapasitas produksi 10,4 juta liter per tahun.
Selain itu data registrasi dibadan POM menunjukkan bahwa total suplemen sejak
tahun 1997 hingga tahun 2000 adalah 3.232, di mana 74,28% (2.399 produk)
adalah produk impor dan 25,86% (837 produk) adalah produk lokal (Marlinda,
2011). Menurut data yang di peroleh Business Monitor Internasional (BMI), di
Indonesia pada tahun 2009 produksi minuman berenergi dalam bentuk cair
sebanyak 1,2 triliun liter dan menjadi 1,38 triliun liter pada tahun berikutnya.
Adapun total penjualan minuman berenergi pada tahun 2009 sebanyak Rp 16,9
triliun dan bernilai Rp 20.54 triliun pada tahun berikutnya. Berdasarkan data
tersebut terlihat jelas peningkatan produksi minuman berenergi diikuti dengan
peningkatan minat konsumsi minuman energi pada masyarakat (BMI, 2012 dalam
Widyarini 2013).

Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) pemanis buatan yang terkadang menjadi
salah satu bahan minuman berenergi yaitu natrium benzoat bersifat karsinogenik
jika dikonsumsi secara berlebihan. Kandungan yang terdapat pada minuman
berenergi seperti vitamin, mineral, serta stimulasi seperti guarana, taurin, variasi
bentuk gingseng, maltodextrin, carnitine, ginkgo biloba dan kafein yang tinggi
atau bahkan jumlahnya tidak diketahui, minuman ini dilaporkan oleh berbagai
asosiasi kesehatan dunia mempunyai dampak kesehatan yang serius khususnya
pada anak remaja, dan dewasa muda dengan gejala diabetes, kelainan jantung,
gangguan emosi dan gangguan perilaku, dehidrasi, peningkatan denyut jantung
serta kesehatan lainnya (Widodo, 2011). Selain itu minuman berenergi juga
mengandung kandungan yang berkarbonat dan tidak berkarbonat yang dapat
merusak organ ginjal.

Melihat kompleknya permasalahan pada dampak mengonsumsi minuman


berenergi bagi kesehatan bisa disimpulkan karena kurangnya pengetahuan atau
kurangnya informasi dikalangan masyarakat. Maka dari itu untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat peran tenaga kesehatan sebagai educator di harapkan
dapat membantu memberikan informasi dengan cara penyuluhan tentang dampak
mengonsumsi minuman berenergi, kandungan yang berbahaya terhadap tubuh dan
anjuran mengonsumsi minuman berenergi yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut, “Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang
mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan ?”

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang mengkonsumsi minuman
berenergi bagi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Suplemen
Suplemen bukanlah obat. Obat adalah zat kimia yang digunakan untuk
menyembuhkan suatu penyakit dan meringankan rasa sakit yang diderita.
Obat merupakan zat yang cukup keras bekerja bagi tubuh dan seringkali
memiliki efek samping. Sedangkan suplemen sebagian besar bekerja
sebagai tambahan gizi selain makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Suplemen juga merupakan zat yang membantu mengoptimalkan hormone
dan fungsi tubuh. Suplemen tidak bekerja seperti obat. Bahan didalam
suplemen tidak ada yang mengandung adiktif atau zat yang dapat
membuat seseorang ketagihan. Selain dari suplemen makanan yang kita
kenal seperti suplemen gizi dan non gizi yang berbentuk kapsul, tablet,
bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap untuk menjaga
vitalitas tubuh, ada juga yang disebut suplemen olahraga. Suplemen
olahraga berfungsi untuk menunjang kegiatan olahraga dengan efek yang
berbeda-beda pada setiap jenis suplemen. Beberapa efek yang ditimbulkan
adalah untuk menambah energy, membentuk tubuh, dan mengencangkan
otot. Beberapa contoh jenis suplemen olahraga yang banyak dijual
dipasaran adalah minuman isotonic, minuman berenergi, suplemen
creatine, dan suplemen hormone.

Suplemen olahraga dapat berfungsi sebagai alat bantu farmakologi,


alat bantu fisiologi dan alat bantu gizi. Alat bantu gisiologis secara teoritis
dimaksudkan mempengaruhi secara langsung proses-proses fisiologi
tertentu yang penting bagi olahraga. Salah satu alat bantu fisiologi yang
paling berhasil adalah doping darah, yaitu menambah darah atau dalam
istilah teknis dikenal dengan induksi arythrocythemia. Beberapa prosedur
dapat digunakan, tetapi yang paling aman adalah teknik autologus
transfusion. Suplemen besi, yang sering dipertimbangkan sebagai alat
bantu ergogenik gizi, diklasifikasikan sebagai alat bantu fisiologi (Riyadi
dkk. 2007).
B. Minuman Energi
Konsumsi Energy Drink di dunia pada umumnya meningkat
dengan sangat pesat. Dimana target konsumennya kini bukan hanya para
olahragawan lagi melainkan mulai dari anak muda hingga orang dewasa
usia 18 hingga 34 tahun. Energy Drink mengklaim bahwa dirinya bisa
meningkatkan kualitas energy, meledakkan power, dan meningkatkan
daya tahan tubuh. Hal inilah yang coba ditawarkan oleh Energy Drink
sebagai salah satu jenis “minuman fungsional” . Minuman fungsional,
dalam hal ini tidak hanya menawarkan kebutuhan nilai gizi makro seperti
karbohidrat, protein, lemak dan rasa yang enak melainkan juga harus
mampu memberikan efek fungsional seperti regulasi bioritme, sistem
saraf, sistem imunitas, dan pertahanan tubuh. Namun, seiring dengan
berjalannya waktu. Komposisi dari minuman bernenergi mulai
dipertanyakan nilai fungsionalnya. Hal ini merujuk kepada beberapa
komposisi minuman berenergi yang dapat menyebabkan efek samping
pada tubuh. Caffein misalnya, apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada hormone insulin, efek dehidrasi pada
olahragawan serta mempengaruhi kualitas tidur.

Komposisi Energy Drink


Energy Drink merupakan jenis minuman yang dapat memberikan sensasi
segar setelah dikonsumsi, umumnya banyak mengandung kafein dan gula dengan
bahan tambahan vitamin B kompleks dan asam amino (taurin misalnya). Biasanya
berupa minuman kaleng, botol atau berupa serbuk larut air. 4 Komposisi Energy
Drink, antara lain terdiri dari: Gula, Gingko Biloba, L-Carnitine, Anti Oxydant,
Caffeine, Guarana, Taurine, Ginseng, Yerba Mate, Vitamin B, Glucoronolactone,
Creatine. Gula Komponen ini biasa terdapat dalam Energy Drink sekitar 25 gr
pada tiap 150 ml botol. Dalam Energy Drink gula berfungsi sebagai sumber
energy. Caffeine Kafein dalam minuman bernenergi berfungsi untuk menstimulasi
system saraf pusat sehingga member efek “alert”, meningkatkan denyut jantung,
dan tekanan darah. Efek dari konsumsi kafein secara teratur dapat mengurangi
resiko menderita penyakit Parkinson sebanyak 80%. Kafein juga berkontribusi
dalam mengatasi nyeri kepala, merangsang mood, mencegah lubang pada gigi,
serta membantu mengurangi derita penyakit asma. Dalam satu botol (150 ml)
Energy Drink terdapat + 50 mg kafein. Taurine Taurine dapat meregulasi denyut
jantung tubuh, kontraksi otot, dan tingkat energy. Namun, Taurine juga
merupakan inhibitor neurotransmitter ringan. Taurine biasa terdapat dalam ikan
dan daging. Bahan ini juga telah diperkirakan memiliki Daily Human Intake
sekitar 40 hingga 400 mg. Energy Drink yang muncul pada tahun-tahun antara
2004 hingga 2008 diketahui telah mengandung taurine. Pada 2004, sekitar 27%
Energy Drink telah mengandung Taurine, sedangkan pada 2008, presentase
keberadaan Taurine menurun menjadi 21%. Dalam 150 ml botol Energy Drink
terkandung taurine sebanyak 1000 mg. Vitamin B Vitamin B dalam jumlah
tertentu berperan dalam membantu konversi makanan menjadi energy. Dalam
kaleng ukuran 250 ml, mungkin terdapat 5 sekitar 360% RDA vitamin B6, 120%
vitamin B12, 120% vitamin B3. Vitamin B3 berperan penting sebagai co-enzim
metabolism energi, sintesis lemak, dan pemecahan lemak. Vitamin B6 berperan
penting dalam membantu pemanfaatan karbohidrat, lemak dan protein agar lebih
maksimal. Vitamin B12 penting sebagai pembantu dalam metabolism asam folat
dan kinerja fungsi syaraf. Ginseng Ginseng merupakan tanaman rempah-rempah
yang telah digunakan sejak 2000 tahun yang lalu oleh masyarakat Asia Timur
seperti Cina, Jepang dan Korea.
Ginseng dalam 18-400 ml per 16 ons bermanfaat dalam meningkatkan
energy, mempunyai komponen anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan
ingatan menstimulasi hypothalamus dan kelenjar pituitary untuk mengekskresikan
adreno corticotropic. Dalam 4 g sachet minuman berenergi terkandung ginseng
sebesar 20 mg.

Nilai Fungsional Energy Drink


Efek fungsional yang ditimbulkan Energy Drink adalah meningkatkan
energy. Efek meningkatkan energy ini bisa timbul akibat berbagai sebab. Yang
pertama tentu saja asupan gula sebagai sumber energy. Kedua, vitamin B yang
membantu konversi gula ke energy. Ketiga, kafein yang menstimulasi system
metabolic dan syaraf pusat. Keempat, Taurine yang dapat meregulasi denyut
jantung tubuh, kontraksi otot, dan tingkat energy. Kandungan komposisi
pelengkap lainnya seperti ginseng dan gingko biloba digunakan untuk
memperkuat stamina dan daya tahan tubuh. Sebuah penelitian yang mengkaji
manfaat minuman berenergi dalam memberi peningkatan energi seperti yang
diiklankan. Hasil penelitian yang dijalankan menunjukkan bahwa minuman energi
6 dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada kelompok
subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30
hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini dipertahankan selama sekurang-
kurangnya 90 menit. Kafein diketemui penyebab utama efek ini. Walaupun tidak
terdapat kebutuhan tubuh manusia untuk kafein, melalui hasil penelitian dosis
kafein yang rendah (12,5-100 mg) dapat mempertingkatkan prestasi kognitif dan
mood.

Dampak Energy Drink


Pengaruh negative dari konsumsi Energy Drink secara umum berasal dari
komposisi kafeinnya. Telah diketahui bersama bahwa kafein memiliki pengaruh
buruk seperti diuresis (penambahan volume urin yang diproduksi dan jumlah
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air) dan natriuresis. Konsumsi kafein yang
berlebih juga dapat menurunkan sensitivitas insulin dan meningkatkan rata-rata
tekanan darah arteri. Dalam penelitian lebih lanjut, juga telah ditemukan fakta
bahwa konsumsi kafein memiliki hubungan dengan nyeri kepala kronik, terutama
pada wanita muda berusia kurang dari 40 tahun . Pada tingkat konsumsi kronis
ditemukan pula gejala system saraf pusat, kardiovaskular, gastrointestinal dan
disfungsi renal. Kafein yang mempunyai waktu paruh selama 6 jam juga dapat
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Pada saat berolahraga, Energy Drink juga
mungkin menyebabkan dehidrasi tubuh akibat efek diuretic yang ditimbulkan oleh
kafein. Untuk mengatasi segala pengaruh buruk kafein dalam Energy Drink, FDA
secara khusus telah mengatur pengkodean mengenai komposisi kafein dalam
Energy Drink. Dimana, dalam satu kaleng minuman berenergi hanya boleh
mengandung kafein sekitar 10 mg/oz. 7 Secara terpisah, di Australia dan Selandia
Baru juga terdapat regulasi mengenai kafein dalam minum-minuman ringan.
Dimana, dalam minuman ringan hanya boleh terdapat antara 145 hingga 320
mg/L kafein. Sedangkan di Uni Eropa, regulasi mengenai kafein dalam minuman
yang dijelaskan dalam (European Union Commission Directive 2002/67/EC) tidak
lebih dari 150 mg/L. Komposisi Taurin dalam Energy Drink juga berpotensi
menimbulkan pengaruh negative bagi tubuh. Secara alami asam-asam amino
seperti taurin yang banyak terdapat pada empedu sapi. Namun demikian secara
komersial, asam amnino tersebut saat ini jarang yang diekstrak dari organ hewan.
Di samping harganya yang lebih mahal, proses ekstraksi ini juga tidak praktis,
serta kontinyuitas bahan baku yang susah dipertahankan. Para produsen asam
amino saat ini lebih melirik pada proses fermentasi dan reaksi kimiawi dari bahan-
bahan sintetis.
Kalaupun harus diperoleh dari ekstraksi, biasanya diambil dari bahan-
bahan yang tidak sulit didapatkan, seperti bulu unggas, rambut manusia dan juga
biji jagung. Dari segi kehalalan, asam amino yang dihasilkan dari reaksi kimia
sintetis sebenarnya lebih aman, karena tidak melibatkan bahan yang kritis. Namun
reaksi asam kuat dan bahan-bahan kimia tersebut diduga memiliki pengaruh yang
kurang baik bagi kesehatan, terutama jika digunakan dalam dosis yang berlebihan.
Sedangkan proses fermentasi untuk menghasilkan asam amino tersebut memiliki
kekritisan dalam penggunaan media fermentasi.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa sebagian besar atlet sering mengonsumsi suplemen dan memiliki tingkat
kecukupan energi normal. Tingkat kebugaran jasmani atlet sebagian besar
memiliki kategori excellent. Tidak ada hubungan konsumsi suplemen dengan
tingkat kebugaran jasmani atlet Tidak ada hubungan asupan energi dengan tingkat
kebugaran jasmani atlet.

Anda mungkin juga menyukai