Anda di halaman 1dari 16

HIPOTIROIDISME

PENDAHULUAN

Hipotiroidisme di akibatkan oleh kekurangan produksi hormon tiroid atau defek pada
reseptornya. Kelainan tersebut dapat nampak sejak lahir. Bila gejala-gejala muncul setelah
periode fungsi tiroid yang tampaknya normal, kelainan ini dapat merupakan kelainan “didapat”
yang sebenarnya atau hanya tampak demikian sebagai akibat dari salah satu varietas defek
congenital karena manifestasi defisiensinya terlambat. Istilah kretinisme sering digunakan
sebagai sinonim hipotiroidisme congenital tetapi harus dihindari.1

Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-
makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-
hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah thyroxine (T4) dan
triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid.
Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh)
sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar
dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.2

DEFINISI

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
abnormal rendahnya atau suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat
dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon
tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.4

Hipotiroid bawaan atau kongenital merupakan penyakit pada bayi sejak lahir yang
disebabkan kekurangan hormon tiroid yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak-anak. Kekurangan hormon tiroid pada bayi jika tidak cepat didiagnosi dan
diobati dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan kretinisme (terhambatnya pertumbuhan
fisik dan mental).5

1
EPIDEMIOLOGI

Sejak pembentukan program berskala nasional skrining neonatus untuk hipotiroidisme


kongenital, berjuta-juta neonatus telah di skrining. Prevalensi hipotiroidisme Kongenital telah
ditemukan adalah 1 dalam 4.000 bayi diseluruh dunia, lebih rendah dari Negro Amerika ( 1
dalam 20.000 ) dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol (hispanik) dan Amerika asli (1 dalam
2.000). Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi
hipotiroidisme. Pada sekitar sepertiga bahkan sken radionulkid sensitif tidak dapat menemukan
sisa jaringan tiroid (aplasia). Pada duapertiga bayi yang lain, jaringan tiroid tidak sempurna
ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai posisi normal dileher. Kadar
T4 serum yang ini dan secara bersamaan kadar hormon perangsang tiroid (TSH) meningkat,
memungkinkan skrining dan mendeteksi kebanyakan neonatus hipotiroid.1

Sedikit yang diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi normal dan
perkembangan kelenjar tiroid. Disgenesis tiroid terjadi secara sporadis, tetapi kasus keluarga
kadang-kadang di laporkan. Wanita yang terkena dua kali lebih sering dari pada laki-laki.
penemuan disgenesis tiroid yang sering terbatas hanya pada salah satu pasang kembar monozigot
menyarankan bekerjanya faktor yang merugikan selama kehidupan intrauterin. 1

KLASIFIKASI

Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat dari
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid,
ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid. Menurut onsetnya, hipotiroid pada
anak dibedakan menjadi 2 :4

1. Hipotiroid kongenital (kretinisme)

2. Hipotiroid dapatan

ETIOLOGI

Kekurangan hormon tiroid dapat berupa bawaan atau didapat. Hipotiroid dapat
diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sekunder, dan tersier. Hipotiroid primer terjadi akibat
kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder adalah akibat dari

2
defisiensi hormon TSH yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid tersier disebabkan oleh
defisiensi TRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak hipotiroid adalah akibat
kegagalan produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroid primer).Ada banyak alasan mengapa
sel-sel di dalam kelenjar tiroid tidak dapat membuat hormon tiroid yang cukup.6

 Hipotiroidisme Kongenital6
1. Disgenesis tiroid
Beberapa bentuk disgenesis tiroid ( aplasia, hipoplasia, ektopik ) merupakan penyebab
paling umum dari hipotiroidisme kongenital, sekitar 80 – 85% kasus. Penyebab
disgenesis tiroid tidak diketahui secara pasti. Disgenesis tiroid terjadi secara sporadis,
namun kadang – kadang ditemukan kasus disgenesis tiroid dalam 1 keluarga. Ditemukan
penyimpangan perkembangan tiroid, seperti kista saluran tiroglosus dan hemiagenesis
pada 8 – 10% dari kerabat terdekat dengan disgenesis tiroid yang didukung kompenen
genetik yang mendasari.
Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme kongenital pada saat lahir tidak bergejala
walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap berasal dari perpindahan
transplasenta dari ibu yang memberikan 25-50% kadar tiroksin (T4) pada saat lahir.
2. Kegagalan sintesis Hormon tiroid ( Dyshormogenesis )
Berbagai kegagalan dalam biosintesis hormon tiroid dapat menyebabkan hipotiroidisme
kongenital, dimana ditemukan pada 15% kasus pada program skrining neonatal
( 1/30.000 – 1/50.000 ). Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan
caraautosom resesif. Gejala klinis yang sering muncul adalah adanya goiter.
3. Thyrotropin Receptor-Blocking Antibody ( TRBAb )
TRBAb dahulu disebut penghambat immunoglobulin pengikat tiroid ( TBII ).
Hipotiroidisme kongenital terjadi akibat antibody ibu yang diberikan secara transplasenta
menghambat pengikatan TSH pada reseptornya.Hal ini terjadi pada 1/50.000-1/100.000
bayi.
4. Radioyodium
Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium secara tidak sengaja
selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau hipertiroidisme. Pemberian
yodium radioaktif pada wanita yang sedang menyusui juga terkontraindikasi karena
dengan mudah dieksresikan dalam susu.

3
5. Defisiensi Tirotropin
Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan apapun yang terkait
dengan defek perkembangan kelenjar pituitary atau hipotalamus. Keadaan yang paling
sering terjadi adalah defisiensi TSH akibat defisiensi pelepas tirotropin (TRH). Mayoritas
bayi yang terkena memiliki defisiensi kelenjar pituitary multiple dan datang dengan
hipoglikemi, ikterus persisten, dan mikropenis.

 Hipotiroidism Didapat6
1. Tiroiditis Limfositik kronik
Tiroiditis limfositik kronik merupakan penyebab paling sering pada terjadinya
hipotiroidisme didapat. Meskipun secara khas ditemukan pada remaja, namun keadaan ini
terjadi pada awal usia 2 tahun. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang
ditandai secara histologis terdapat infiltrasi tiroid oleh limfosit.
2. Operasi pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Beberapa orang dengan nodul tiroid, kanker tiroid, biasanya sebagian atau seluruh tiroid
mereka akan diangkat. Jika seluruh tiroid diangkat, orang tersebut pasti akan menjadi
hipotiroid. Jika bagian dari kalenjer yang tersisa, mungkin dapat membuat hormon tiroid
tidak cukup untuk menjaga darah pada tingkat normal.

3. Pengobatan radiasi.

Beberapa orang dengan penyakit Graves, gondok nodular atau kanker tiroid diberikan
yodium radioaktif(I-131) dengan tujuan untuk menghancurkan kelenjar tiroid tersebut

4. Obat-obatan

Obat-obatan seperti amiodarone, lithium, interferonalfa, daninterleukin-2 adalah obat


yang paling mungkin untuk memicu terjadinya hipotiroid pada pasien yang memiliki
kecenderungan genetik penyakit tiroid autoimun.

4
PATOFISIOLOGI
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
 Hipotalamus membuat “Thirotropin Releasing Hormone (TRH)” yang merangsang
hipofisis anterior
 Hipofisis anterior mesintesis thyrotropin ( Thyroid Stimulating hormone = TSH ) yang
merangsang kelenjar tiroid
 Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid ( triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin =
T4 = thyroxin ) yang merangsang metabolism jaringan yang meliputi : konsusmsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi saraf, metabolism protein, karbohidrat, lemak dan
vitamin, serta kerja daripada hormon – hormon lain.
Kelenjar tiroid memproduki hormone tiroid dan kalsitonin, diproduksii dari dua tipe sel yaitu, sel
folikel tiroid dan para folikuler. Meskipun gangguan hipotalamus atau hipofisis dapat

Gambar 1. Sumbu Hipotalamus-hipofisis-tiroid.Kadar hormon tiroidyang beredar diatur oleh sistem umpan balik
yang kompleks yang melibatkan hipotalamus dan kelenjar hipofisis.

mempengaruhi fungsi tiroid, penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan penurunan
produksi hormon tiroid adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme. Dalam keadaan

5
normal, tiroid melepaskan 100-125nmol T4 setiap hari dan hanya sebagian kecil T3. Waktu
paruh dari T4 adalah sekitar 7-10 hari.2,5
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi terjadi untuk mempertahankan
tingkat T3. Penurunan produksi T4 menyebabkan peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar
hipofisis. TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan aktivitas 5'-deiodinase,
sehingga meningkatkan produksi T3. Kekurangan hormon tiroid memiliki berbagai efek. Efeksi
stemik adalah hasil dari salah satu terjadinya penurunan proses metabolisme atau efek langsung
oleh infiltrasi miksedematous (yaitu akumulasi glukosaminoglikan dalam jaringan). Perubahan
hipotiroid di hasil jantung membuat kontraktilitas menurun, pembesaran jantung, efusi
perikardial, penurunan denyut nadi, dan penurunan curah jantung. Pubertas tertunda, anovulasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang umum. Skrining TSH harus menjadi bagian
rutin dari penyelidikan atas ketidakteraturan menstruasi atau infertilitas. Penurunan efek hormon
tiroid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low density lipoprotein(LDL)
kolesterol dan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol karena terjadi
perubahan metabolik. Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin.7

GEJALA KLINIS

a. Hipotiroid Kongenital

Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :2,4

 Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka


 Suhu rectal <35,50C dalam 0 – 45 jam pasca lahir
 Berat badan lahir >3500 gram, masa kehamilan >40 minggu
 Icterus prolongatum
 Hernia umbilicalis
 Miksedema
 Makroglosi
 Riwayat BAB pertama >20 jam setelah lahir dan sembelit
 Kulit kering, dingin, dan “motling” (berbercak-bercak, terutama tungkai)
 Letargi

6
 Gangguan minum dan menghisap
 Bradikardia ( <100/menit )
 Hipotonia
 Tidur yang berlebihan, sedikit menangis, tidak selera makan, biasanya lamban
 Hipertelorism

Gejala pada anak :

 Dengan goiter maupun tanpa goiter


 Gangguan pertumbuhan (kerdil)
 Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas

7
 Gangguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum umur 3
tahun
 Aktivitas berkurang, lambat
 Kulit kering
 Miksedema
 Tekanan darah rendah, metabolism rendah
 Intoleransi terhadap dingin

b. Hipotiroidisme Didapat
 Perlambatan pertumbuhan
 Miksedema
 Konstipasi
 Intoleransi dingin
 Mudah lelah
 Selalu mengantuk
 Maturasi tulang terlambat
 Punertas prekoks
 Nyeri kepala
 Galaktorea
 Terjadi pembesaran hiperplastik kelenjar pituitary

DIAGNOSIS

1.    Anamnesis

2.     Gejala klinis

3. Laboratorium

o       Darah, urine, feces, kolesterol serum.

8
o       T3, T4, TSH.

Nilai normal hormon tiroid T4 sebesar 18,0 ug/dl. Nilai FTI sebesar 21,4 ug/dl; kadar
normal, 3,9-14,0 ug/dl. Sedangkan T3 sebesar 567 ng/dl; normal 80-220 ng/dl nilai
TSH hanya 0,03 uIU/ml; kadar normal, 0,50-4,00 uIU/ml.5

-         Radiologis : Tiroid scintigrafi, umur tulang (bone age)

Diagnosis hipotiroid dapat dilakukan :

-         In utero : Pemeriksaan USG (ada tidaknya goiter).

-         Post natal : Uji tapis tiroid pada bayi baru lahir (setelah hari ketiga) :

Pelaksanaan bisa dilakukan dengan 3 cara:

1.  Pemeriksaan primer TSH.

2.  Pemeriksaan T4 ditambah dengan pemeriksaan TSH dari sampel darah


yang sama, bila hasil T4 rendah.

3.  Pemeriksaan TSH dan T4 sekaligus pada satu sampel darah6,7

SCREENING

Kebanyakan program skrining bayi lahir di Amerika utara mengukur kadar T 4 ditambah dengan
pengukuran TSH bila T4 rendah. Pendekatan ini mengenali bayi dengan hipotiroidisme primer,
penderita dengan globulin pengikat tiroksin (thyroxine- binding globulin [TBG]) yang rendah
dan beberapa dengan hipotiroidisme hipotalamus atau pituitaria, dan bayi yang
hipertiroksinemia. Program skrining neonatus di jepang dan eropa didasarkan pada pengukuran
TSH primer; pendekatan ini gagal mengenai bayi dengan hipertiroksinemia, TBG rendah, dan
hipotiroidisme hipotalamus atau pituitaria tetapi dapat mendeteksi bayi-bayi dengan
hipotiroidisme terkompensasi (T4 normal, TSH meningkat). Dengan salah satu dari pemeriksaan
ini, perawatan khusus perlu diberikan dengan kisaran nilai normal menurut usia penderita,
terutama pada umur minggu-minggu pertama. Tanpa melihat pendekatan yang digunakan pada

9
skrining, beberapa bayi lolos dari deteksi karena kesalahan teknis; klinis harus tetap waspada
pada manifestasi klinis hipotiroidisme.

Kadar T4 serum rendah; kadar T3 serum dapat normal dan tidak bermanfaat pada
diagnosis. Jika defeknya terutama pada tiroid , kadar TSH meningkat, sering diatas 100µU/ml.
Kadar prolaktin serum meningkat berkolerasi dengan kadar TSH serum. Kadar T4 serum
biasanya rendah pada bayi dengan disgenesis tiroid atau defek sintesis atau sekresi Tg. Kadar Tg
yang tidak dapat di deteksi biasanya menunjukkan aplasia tiroid. Perhatian yang khusus harus
diberikan pada kembar monoamnion, karena setidaknya pada 4 kasus skrining neonatus gagal
mendeteksi kembar yang tidak serasi (discordant) dengan hipotiroidisme, dan diagnosisnya
tideutiak dilakukan sampai bayi berusia 4-5 bulan. Nampaknya, transfuse darah eutiroid dari
bayi kembar yang tidak terkena, kadar T4 dan TSH serum bayi kembar yang terkena
dinormalisasi pada skrining awal.

Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukkan dengan rontgenografi pada saat lahir
pada sekitar 60% hipotiroid dengan congenital dan menunjukkan beberapa kehilangan hormone
tiroid selama kehidupan intrauterine. Misalnya, epifisis femoris distal, yang normalnya ada pada
saat lahir, seringkali tidak ada. Pada penderita yang tidak diobati, ketidaksesuaian antara usia
kronologis dan perkembangan tulang bertambah. Epifisis sering memiliki banyak fokus
penulangan (disgenesis epifisis); deformitas (retak) vertebrae torakalis 12 atau lumbalis 1 atau 2
adalah biasa. Rontgenogram tengkorak menunjukkan fontanella besar dan sutura lebar; tulang
antara sutura biasanya ada. Sella tursika sering membesar dan bulat ; pada keadaan yang jarang
mungkin ada erosi dan penipisan. Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi dapat terjadi.
Pembesaran jantung atau efusi perikardium dapat ada.

Skintigrafi dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi dengan
hipotiroidisme congenital, tetapi pengobatan tidak boleh terlalu lambat karena penelitian ini.

Elektrokardiogram dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan


amplitudo kompleks QRS yang menurun dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan adanya
efusi pericardium. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase yang rendah. Pada anak
diatas usia umur 2 tahun , kadar kolesterol serum biasanya meningkat.8

10
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya gejala
atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Score

Hernia umbilicalis 2
Kromosom Y tidak ada (wanita) 1
Pucat, dingin, hipotermi 1
Tipe wajah khas edematus 2
Makroglosi 1
Hipotoni 1
Ikterus lebih dari 3 hari 1
Kulit kasar, kering 1
Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1
Konstipasi 1
Berat badan lahir > 3,5 kg 1
Kehamilan > 40 minggu 1
Total 15

DIAGNOSIS BANDING

Mongolisme / Syndroma down

Syndrome Down adalah

11
Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal tiroid secara
rutin. Tanda dan gejala: epikantus (+),  makroglosi (+) , retardasi motorik dan mental, trisomi
21.

PENATALAKSANAAN

Hormon tiroid

Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.

Dosis levotiroksin :Dosislevotiroksin bervariasi sesuai dengan umur dan berat badan. Anakkecil
membutuhkan dosis yang cukup mengejutkan dibanding orang dewasa. Padaorang dewasa, rata-
rata dosis penggantian T4 kira-kira 1,7mikrogram /kg/hari atau 0,8 mikrogram/pon/hari.
Pengobatan pada anak usia 1-5 tahun dengan dosis 100 mikrogram/m2 atau 4-6
mikrogram/kgBB. Pada usia 6-10 tahun dengan dosis 3-4 mikrogram/kgBB, pada usia 11 tahun
atau lebih dengan dosis 2-3 mikrogram/kgBB. Pada pasien goiter dapat diberikan dosis tinggi
untuk menekan TSH agar tetap dalam rentang normal rendah (0,3-1 Mu/liter) sehingga
meminimalkan goitergenik.setelah anak mendapatkan dosis yang dianjurkan selama paling
sedikit 6-8 minggu, pemeriksaan kadar TSH dan T4 harus diulang. Apabila telah dicapai keadaan
eutiroid, pasien harus selalu dipantau setiap 6-12 bulan.2,6

12
PEMANTAUAN

Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang berlebihan dapat


mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan tidur, dan gejala tirotoksikosis yang
lain. Pemberian tiroksin berlebihan jangka lama mengakibatkan terjadinya kraniosinostosis.
Pemeriksaan fungsi tiroid.

o     2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan dosis.

o     Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama kehidupan, selanjutnya
tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.

Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3 bulan sampai 6
bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat badan, perkembangan motorik dan
bahasa serta kemampuan akademis untuk yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap
tahun.5,8

KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi bila hipotiroid ini tak ditangani segera :

1. Terjadinya penurunan perkembangan pada anak


Apabila anak yang menderita hipotiroid tidak ditangani segera akan mengakibatkan terjadinya
penurunan fungsi otak. Otak memiliki masa golden period sampai umur 3 tahun. Jika anak
melewati masa golden period, anak akan mengalami penurunan kecerdasan otak atau IQ, dan
fungsi kognitifnya pun akan terlambat.
2. Terjadinya penurunan pertumbuhan pada anak
Anak dengan hipotiroid pertumbuhan tulangnya terlambat mengakibatkan tubuh anak cenderung
pendek.

Adapula komplikasi lain yang akan ditemukan apabila hipotiroid tidak segera ditangani, seperti :

3. Koma miksedema :Koma miksedema adalah stadium akhir darihipotiroidisme yang


tidak diobati. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor,hipotermia, hipoventilasi, hipoglikemia,

13
hiponatremia, intoksikasi air, syok danmeninggal.Walaupun jarang, ini dapat terjadi lebih sering
dalam masamendatang, dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin untukterapi
penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen.Karena inipaling sering pada pasien-
pasien tua dengan adanya penyakit dasar pada paru danpembuluh darah, mortalitasnya sangat
tinggi.
4. Miksedema dan Penyakit Jantung :Dahulu, terapi pasien denganmiksedema dan
penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian
levotiroksin seringkali dihubungkan dengan eksaserbasiangina, gagal jantung, infark miokard.
Namun karena sudah ada angioplasty koronaria dan bypassarteri koronaria, pasien dengan
miksedema dan penyakitarteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan terapi penggantian
tiroksin yanglebih cepat dapat ditolerir.
5. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik :Hipotiroidisme sering disertai
depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi, pasien dapatmengalami kebingungan,
paranoid, atau bahkan maniak.Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4 dan TSH adalah cara
efisien untukmenemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali memberikan responsterhadap
terapi tunggal levotiroksin atau dikombinasi dengan obat-obatpsikofarmakologik. Efektivitas
terapi pada pasien hipotiroid yang terganggumeningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3atau
T4 pada regimenpsikoterapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien
tanpamemperlihatkan penyakit tiroid.6,8

PROGNOSIS

Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, makin baik prognosisnya. Prognosis jelek
pada kasus yang terlambat diobati, terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang diobati dengan
hormon tiroid sebelum umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ yang mendekati
normal. Oleh karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit ditegakkan secara
klinis karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun memperlihatkan gejala
sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya tampak jelas pada saat bayi
berumur beberapa bulan.5,

KESIMPULAN

14
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
abnormal rendahnya atau suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat
dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon
tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.4.5

Hipotiroid bawaan atau kongenital merupakan penyakit pada bayi sejak lahir yang
disebabkan kekurangan hormon tiroid yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak-anak. Kekurangan hormon tiroid pada bayi jika tidak cepat didiagnosis dan
diobati dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan kretinisme (terhambatnya pertumbuhan
fisik dan mental).6

Pengobatan hipotiroid adalah dengan memberikan penggantian hormon tiroid yang


kurang dengan tablet hormon tiroid sintetik, disebut levotiroksin atau L-tiroksin(L-T4) setiap
hari. hormon sintetik ini khasiatnya sama seperti hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Komplikasi hipotiroid apabila terlambat ditangani adalah gangguan pertumbuhan dan


perkembangan pada anak dan miksedem.

Prognosis hipotiroid tergantung penyebabnya, waktu dimulainya terapi dan adekuatnya


terapi tersebut. Semakin dini hipotiroid diketahui dan ditangani, semakin baik pula prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul L, Napitupulu P.M, Pudjiadi A, Ghazali M.V, Putra S.T, Hasan R, Alata s H.
2005. Hipotiroid dalam Endokrinologi, Buku kuliah 1 Ed. FKUI, Jakarta. p.266-268,
(FKUI, Jakarta)
2. Agung Ngakan. Mengenal hipotiroid kongenital pada Anak. [serial online] 28 oktober
2002 [cited 2010 maret 5). Available from:
http://ngakanagung.multiply.com/journal/item/4
3. Muhammad Faizi. Hipotiroid. [serial online] 6 juli 2008. [cited 2010 maret 5]. Available
from: http://www.pediatrik.com/isi03.php?

15
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
buoi228.html
4. Haryudi Aji Cahyono. Hipotiroid. [serial online] 2007. [cited 2010 maret 10]. Available
from: http://www.slideshare.net/haryudi/hipotiroid-presentation
5. Ogilvy-Stuart AL. Neonatal Thyroid Disorders. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2008
6. Neoease. Tiroid. [serial online] 2009. [cited 2010 februari 28]. Available from:
http://www.bedahugm.net/tag/tiroid/
7. John Cargill MA, MBA, MS and Susan Thorpe Vargas MS, Ph.D. Hypothyroid. [serial
online] 6 februari 2010. [cited 2010 maret 21]. Available from: http://www.mirage-
samoyeds.com/thyroid3.htm
8. Mary A. Murray. Newborn Screening & Congenital Hypothyroidism.2009.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai