Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No.

1 ISSN 1858-4330

25
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

AKTIVITAS BEBERAPA PROSES FISIOLOGIS TANAMAN KAKAO


MUDA DI LAPANG PADA BERBAGAI NAUNGAN BUATAN

SOME PROCESS PHYSIOLOGICAL ACTIVITY OF JUVENIL COCOA


CROP IN FIELD AT VARIOUS OF SHADING

Nasaruddin1), Yunus Musa1), dan Muh. Askari Kuruseng2)


1) Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian & Kehutanan UNHAS.
2) Dosen Sekolah Tinggi penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh naungan terhadap pertumbuhan


dan aktivitas beberapa proses fisiologis tanaman kakao muda di pertanaman. Penelitian
dilaksanakan di Fakultas pertanian dan Kehutanan Unhas yang berlansung dari Juli sampai
September 2004. Penelitian disusun dalam bentuk percobaan berdasarkan pola Rancangan
Acak Kelompok dengan 5 perlakuan yaitu : Tanaman kakao tanpa naungan. Naungan
net hitam, Naungan plastik putih, Naungan Krey bambu dan Naungan anyaman bambu
(gamacca). Hasil Percobaan memperlihatkan bahwa jenis naungan plastik putih
memperlihatkan aktivitas fisiologi tanaman kakao muda yang lebih baik khususnya pada
fotosintesis, dan mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao
muda di pertanaman.

Kata Kunci: Aktivitas fisiologis, Tanaman kakao, Naungan.

ABSTRACT

Research aim to learn the influence of shading to growth and activity of some
physiological process of juvenil cocoa crop in field. Research executed in Faculty of
Agriculture and Forestry Unhas, from July until September 2004. Research was arranged
to randomized complete design, with 5 treatment, that is: cacao crop without shading,
black net shading, white plastic shading, bamboo krey shading and bamboo matting
(gamacca) shading. Result of experiment revealed that type of white plastic shading
showed the activity of better young cacao crop physiology specially at photosynthesis, and
able to support the growth and young cacao crop growth in field.

Key words: Physiological activity, cocoa, shading.

PENDAHULUAN komoditas yang dapat meningkatkan


pendapatan dan kesejahteraan petani
Kakao (Theobroma cacao L.) Perkembangan tanaman kakao di
merupakan tanaman perkebunan yang Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
dewasa ini mendapat perhatian besar ini berlangsung sangat cepat. Pada tahun
karena termasuk salah satu komoditas 1986 luas perkebunan di Indonesia
penting bagi perekonomian negara serta berjumlah 98.155 hektar, sedangkan pada
tahun 1996 jumlah tersebut meningkat

26
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

menjadi 610.876 hektar. Dengan demikian cahaya matahari, maka diperlukan suatu
terjadi perluasan areal sebesar 522.161 teknik budidaya yang dapat menunjang
hektar selama kurun waktu 10 tahun atau aktivitas fisiologi tanaman sehingga
rata-rata sebesar 52,26% setiap tahun mampu mendukung pertumbuhan
(Dinas Perdagangan Sulawesi Selatan, tanaman kakao muda.
2000). Berdasarkan luas tanaman kakao di Naungan merupakan salah satu
Sulawesi Selatan sebagai daerah aspek budidaya yang mempunyai peranan
penghasilan kakao terbesar di Indonesia penting dalam sistem pengelolaan
saat ini mencapai sekitar 63 % produk tanaman kakao. Naungan pada tanaman
kakao di Indonesia. Luas pertanaman kakao akan mempengaruhi iklim mikro,
kakao di Sulawesi Selatan sampai tahun khususnya dalam hal penerimaan cahaya
2002 mencapai 240.785 Ha dan sebagian matahari, suhu, kelembaban udara, angin,
besar (98%) dalam bentuk perkebunan pertumbuhan gulma, dan sruktur tanah.
rakyat. Produksi kakao Sulawesi Selatan Tanaman kakao membutuhkan tingkat
sampai tahun 2002 mencapai 213.754 ton penyinaran yang optimal, hal ini akan
dengan volume ekspor 204.366 ton berpengaruh terhadap proses fososintesis
(Nasaruddin, 2002). dan aktivitas stomata. Naungan pada
Dalam rangka pencapaian tanaman kakao ada yang bersifat
produktivitas kakao diperlukan suatu sementara dan tetap. Kebanyakan di
teknik budidaya yang tepat. Seringkali kebun-kebun pembibitan mempergunakan
produktivitas yang diperoleh rendah tanaman penaung untuk menaungi
disebabkan oleh terhambatnya tanaman kakao tersebut, hal ini akan
pertumbuhan awal tanaman akibat menyebabkan terjadinya persaingan antar
intensitas cahaya yang diterima di tanaman penaung dengan tanaman kakao
lapangan pada awal pertanaman tidak baik dalam penerimaan cahaya matahari,
optimal untuk kakao muda, hal ini unsur hara, air dan sebagainya. Untuk
menyebabkan laju pertumbuhan dan mengatasi hal tersebut diperlukan suatu
perkembangan tanaman kurang optimal. jenis penaung buatan yang dapat
Faktor lingkungan dan penerapan teknik menaungi tanaman kakao muda dan tidak
budidaya sangat mempengaruhi merugikan kondisi ekologis disekitar
pertumbuhan awal tanaman yang pada pertanaman. Peranan aspek ekologis
gilirannya akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi
pertumbuhan dan produksi. Tanaman tanaman kakao merupakan hal penting
kakao dapat tumbuh dan berproduksi yang harus diperhatikan, mengingat aspek
dengan baik apabila ditanam pada kondisi tersebut sangat mempengaruhi aktivitas
ekologis yang sesuai. Salah satu faktor fisiologi tanaman kakao.
lingkungan yang berperan penting Berdasarkan uraian di atas, maka
terhadap pertumbuhan dan aktivitas dilaksanakan penelitian mengenai
fisiologi tanaman kakao yakni intensitas berbagai jenis naungan terhadap
cahaya matahari yang diterima oleh pertumbuhan dan beberapa aktivitas
tanaman. Kebutuhan cahaya matahari fisiologi tanaman kakao muda yang baru
(intensitas cahaya matahari) pada tanaman dipindahkan ke pertanaman.
kakao tergantung pada umur tanaman. Hipotesis dari penelitian ini adalah
Kebutuhan intensitas cahaya matahari terdapat salah satu jenis naungan yang
berangsur-angsur meningkat sesuai dapat memberikan aktivitas fisiologi
dengan peningkatan umur tanaman terbaik dalam mendukung berlangsungnya
(Nasaruddin, 2002). Dengan adanya pertumbuhan tanaman kakao muda di
perbedaan tingkat kebutuhan intensitas pertanaman.

27
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

Penelitian ini bertujuan untuk cm yang terbuat dari kayu. Lubang


mempelajari pengaruh naungan terhadap tanaman berisi media campuran yang
pertumbuhan dan aktivitas beberapa terdiri dari tanah, pupuk kandang dan
proses fisiologis tanaman kakao muda di pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1 . tanah
pertanaman. yang akan digunakan sebagai media
tanam dicampurkan dengan pupuk
BAHAN DAN METODE kandang dan pasir hingga merata lalu
dimasukkan sebagai ke dalam lubang
Penelitian dilaksanakan dalam tanam, kemudian bibit dimasukkan dan
bentuk percobaan di Fakultas Pertanian kembali ditimbun dengan media campuran
dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, tersebut sampai rata dengan permukaan
Makassar. Berlangsung dari Juli sampai tanah, lalu disiram. penanaman dilakukan
September 2004. pada pagi hari.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Pada penelitian ini akan diamati
bibit tanaman kakao (Jenis Forastero) pertumbuhan dan beberapa proses
berumur ±4 bulan, tanah, pasir, pupuk fisiologi tanaman. Pengamatan
kandang, paranet hitam, plastik putih, pertumbuhan tanaman :
bambu, dan gamacca yang digunakan
sebagai bahan naungan. Untuk mengukur 1. Total luas daun tanaman (cm) yang
aktifitas beberap proses fisiologis tanaman dihitung sekali dalam 1 bulan dengan
digunakan Fortable fotosintesis system rumus (Nasaruddin, 2003) :
(CID 230)
Percobaan dilaksanakan dengan BPD
menggunakan metode Rancangan Acak LD = X LKS
Kelompok (RAK) yang terdiri dari lima BKS
perlakuan yaitu ; Kakao tanpa naungan.
(K0 ), Naungan net hitam.(K1 ), Naungan Dimana:
plastik putih (K2 ), Naungan Krey bambu BPD = berat proyeksi daun
(K3) dan Naungan gamacca (K4 ).Setiap LKS = luas kertas standar
perlakuan terdiri atas 3 ulangan, setiap BKS = berat kertas standar
ulangan 4 unit sehingga terdapat 60 unit 2. Aktivitas fisiologis tanaman yang
pengamatan diamati dengan menggunakan
Sebelum penanaman tanaman terlebih fortable fotosintesis sistem (CID 230)
dahulu dibuat lubang tanam sedalam ± 40 meliputi: Fotesintesis (mmol m -2s-1),
cm berbentuk persegi (30 x 30 cm) Transpirasi (milmol m-2s-1), CO2
dengan jarak tanam 2m x 2m. Setelah Internal (ppm), Konduktan stomata
dibuatkan lubang tanam, setiap lubang (milmol m-2s-1)
dijenuhkan dengan air.Terdapat empat
jenis naungan yang disiapkan yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
naungan dari paranet berwarna hitam,
plastik putih, bambu dan anyaman kulit Hasil
bambu (gamacca), setiap jenis naungan Total Luas Daun (cm2)
dipotong-potong dengan ukuran 1m x 1m,
yang akan menaungi tanaman kakao pada Hasil Uji BNT0.01 pada Tabel 1
bagian atas dan sisi-sisi kiri dan kanan menunjukkan bahwa naungan Plastik
yang kemungkinan terkena cahaya Putih (K2) memberikan total luas daun
matahari langsung. Rangka naungan tanaman yang tertinggi (263.33 cm2) dan
berukuran 80 cm x 80 cm dan tinggi 80 berbeda nyata dengan Kontrol (K0)

28
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

(132.58 cm2) tetapi berbeda tidak nyata Konduktan Stomata


dengan perlakuan lainnya.
Perlakuan berbagai jenis naungan
Tabel 1. Total Luas Daun Tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap
Kakao (cm2) Pada Berbagai konduktan stomata daun. Rata-rata
Jenis Naungan Umur 92 HST. konduktan stomata disajikan pada Gambar
1
Perlakuan Rataan hasil
Kontrol (K0) 132.58b 169.71
180
Paranet Hitam (K1) 234.64ab
Plastik Putih (K2) 263.33a 160
128.26
Bambu (k3) 242.29a 140

KONDUKTAN STOMATA
119.15 121.49
Gamacca (K4) 256.22a 120
123.64

(milmol m s )
Keterangan : Angka-angka yang Diikuti Oleh

-2 -1
100
Huruf yang Sama Berarti Berbeda
Tidak Nyata pada Taraf Uji BNT0.05 80
Nilai pembanding 28.91 60

40
Fotosintesis 20

0
Hasil Uji BNT0.05 pada Tabel 2
Ko K1 K2 K3 K4
menunjukkan bahwa naungan Plastik
PERLAKUAN
Putih (K2) memberikan rata-rata nilai
fotosintesis yang tertinggi (21.76 mmol m-
2 -1
s ) dan berbeda nyata dengan Kontrol Gambar 1. Diagram Batang Rata-rata
(Ko) 12.74 mmol m-2s-1, Paranet hitam Nilai Konduktan Stomata
(K1) 16.4 mmol m-2s-1 dan Krey Bambu (milmol m-2s-1) Pada Berbagai
(K3) 17.27 mmol m-2s-1 tetapi berbeda Jenis naungan Umur 92 HST
tidak nyata dengan perlakuan Gamacca Gambar 1 menunjukkan bahwa
(K4) 18.13 mmol m-2s-1 jenis naungan Gamacca (K4) memberikan
rata-rata nilai konduktan stomata
Tabel 2. Rata-rata Nilai Fotosintesis tertinggi yaitu 169.71 milmol m-2s-1
Tanaman Kakao (mmol m-2s-1) sedangkan kontrol (K0) memberikan rata-
Pada Berbagai Jenis Naungan rata nilai konduktan stomata terendah
Umur 92 HST. yaitu 119.15 milmol m-2s-1
Perlakuan Rataan hasil
Kontrol (K0) 12.74c
Transpirasi
Paranet Hitam (K1) 16.4bc
Plastik Putih (K2) 21.76a
Perlakuan berbagai jenis naungan
Krey Bambu (k3) 17.27b berpengaruh tidak nyata terhadap laju
Gamacca (K4) 18.13ab transpirasi. Gambar 2 menunjukkan
Keterangan : Angka-angka yang Diikuti bahwa Kontrol (K0) memberikan rata-rata
Oleh Huruf yang Sama Berarti nilai transpirasi tertinggi yaitu 4.47
Berbeda Tidak Nyata pada Taraf milmol m-2s-1 sedangkan jenis naungan
Uji BNT0.05 Nilai pembanding bambu (K3) memberikan rata-rata nilai
4.08 terendah yaitu 3.59 milmol m-2s-1

29
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

Pembahasan
5.00
4.47 4.21
4.50
3.92 3.59 3.95 Tanaman kakao merupakan salah
4.00 satu kelompok tanaman C3 yang
3.50 membutuhkan intensitas cahaya yang
TRANSPIRASI
(milmol m-2s-1)

3.00 berbeda selama masa pertumbuhannya.


2.50 Oleh karena itu telah dilakukan upaya
2.00 pengelolaan terhadap tanaman kakao
1.50 muda hingga dewasa agar diperoleh
1.00 pertumbuhan yang optimal, salah satunya
0.50 adalah pemberian naungan dengan tujuan
0.00 untuk mengatur intensitas penyinaran
Ko K1 K2 K3 K4 sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao
PERLAKUAN
muda. Hasil praktik lapang menunjukkan
bahwa tanaman kakao muda dengan
Gambar 2. Diagram Batang Rata-rata pemberian naungan memperlihatkan
Nilai Transpirasi (milmol m- pertumbuhan yang lebih baik
2 -1
s ) Pada Berbagai Jenis dibandingkan pada pertumbuhan tanaman
naungan Umur 92 HST kakao tanpa naungan. Ini menunjukkan
bahwa, tanaman kakao muda tidak tahan
CO2 Internal
terhadap penyinaran penuh dan
membutuhkan tingkat intensitas cahaya
Hasil Uji BNT0.05 pada Tabel 6
menunjukkan bahwa naungan Tanpa matahari tertentu selama masa
Kontrol (K0) memberikan rata-rata nilai pertumbuhannya. Menurut Nasaruddin
CO2 Internal yang tertinggi (375.27 ppm) (2002), tanaman kakao muda dalam
dan berbeda nyata dengan Krey Bambu pertumbuhannya memerlukan intensitas
(K3) 244.56 ppm , Paranet hitam (K1) cahaya rendah, tanaman yang berumur 3-4
300.69 ppm dan Plastik Putih (K2) 252.54 bulan membutuhkan sekitar 35%-40%
ppm tetapi berbeda tidak nyata dengan intensitas cahaya matahari dan berangsur-
perlakuan Gamacca (K4) 365.93 ppm. angsur meningkat sejalan dengan
peningkatan unur tanaman. Makin tua
Tabel 6. Rata-rata Nilai CO2 Internal umur tanaman makin tinggi tingkat
kebutuhan cahaya matahari dan
Tanaman Kakao (ppm) Pada
sebaliknya makin muda tanaman
Berbagai Jenis Naungan Umur
kebutuhan intensitas cahaya semakin
92 HST.
rendah.
Perlakuan Rataan hasil Naungan plastik putih (K2)
Kontrol (K0) 375.27a memperlihatkan aktivitas fisiologi
Paranet (K1) 300.69bc khususnya fotosintesis yang lebih tinggi
Plastik Putih (k2) 252.54bc (21,76 mm m-2s-1) dibanding perlakuan
Krey Bambu (K3) 244.56c lainnya. Tingginya aktivitas fotosintesis
Gamacca (K4) 365.93a pada jenis naungan plastik putih
Keterangan : Angka-angka yang Diikuti Oleh mempengaruhi tingginya pertumbuhan
Huruf yang Sama Berarti tanaman. Hal ini disebabkan karena
Berbeda Tidak Nyata pada naungan plastik putih mampu memfilter
Taraf Uji BNT0.05 Nilai radiasi surya baik terhadap kuantitasnya
pembanding 62.45 maupun terhadap kualitasnya sehingga
penerimaan intensitas cahaya di

30
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

pertanaman mampu mengoptimalkan tergantung pada jenis tanaman dan kondisi


pertumbuhan tanaman kakao muda. lingkungan tempat tumbuhnya. Untuk
Naungan kaca / plastik putih dapat tanaman kakao kisaran suhu optimum
menahan kehilangan kalor dari dalam antara 26oC-32oC. Peningkatan suhu
keluar naungan, pada malam hari radiasi dalam batas tertentu akan merangsang
pantulan dalam bentuk gelombang bukaan stomata untuk menyerap CO2 ke
panjang dari permukaan bumi akan dalam mesofil daun. CO2 merupakan
terhalangi sehingga suhu pada tajuk bahan baku sintesis karbohidrat,
tanaman kakao di bawah naungan lebih kekurangan CO2 akan menyebabkan
tinggi dibanding diluar naungan penurunan laju fotosintesis. Menurut
sedangkan pada siang tidak terlalu panas. Lakitan (1995) bahwa kandungan CO2 di
Naungan plastik juga dapat merubah udara kurang lebih 335 ppm dan
unsur-unsur cuaca/ iklim lainnya terutama menunjukkan peningkatan konsentrasi
suhu udara, kelembaban, evapotraspirasi CO2 secara konsisten. Peningkatan
dan kosentrasi karbodioksida. Pada konsentrasi CO2 secara konsisten memacu
umumnya naungan kaca / plastik dapat laju fotosintesis, kecuali jika stomata
memanaskan radiasi surya hanya pada menutup. Peningkatan CO2 akan
panjang gelombang 0,320 – 2.800 µm. menghabat fotorespirasi. Perlu di ingat
Hanya sedikit radiasi ultra violet yang bahwa pada tingkat cahaya rendah
dapat menembus kaca / plastik tersebut konsentrasi CO2 antar sel dapat menjadi
(Anonim, 2002). Radiasi surya yang tiba faktor pengendali yang utama, namun
di permukaan kaca / plastik tidak semua pada tingkat cahaya tinggi respon
dapat diteruskan oleh tanaman tetapi langsung terhadap cahaya dapat melebihi
sebagian diserap dan dipantulkan kembali. kebutuhan pemenuhan CO2 untuk
Penerimaan intensitas cahaya matahari fotosintesis dan menyebabkan konsentrasi
yang optimal akan mempengaruhi CO2 meningkat (Salisbury dan Ross,
aktivitas fotosintesis. Menurut 1995).
Nasaruddin (2002), pada kondisi cahaya Konsentrasi CO2 eksternal (453,55
penuh nilai fotosintesis aktif rasio (PAR) ppm) dan internal (252,54 ppm) akan
pada permukaan daun mencapai 500 – mempengaruhi bukaan stomata. Pada
1500 mmol m-2 s-1 dan intensitas cahaya sebagian besar tumbuhan konsentrasi CO2
efektif untuk fotosintesis optimum yang rendah di daun menyebabkan
tanaman kakao pada intensitas cahaya konduktan stomata meningkat sehingga
200 – 750 mmol m-2s-1. Intensitas cahaya stomata akan membuka, sebaliknya jika
yang optimal akan mempengaruhi konsetrasi CO2 meningkat menyebabkan
aktivitas stomata untuk menyerap CO2, konduktan stomata rendah dan sebagian
makin tinggi intensitas cahaya matahari stomata menutup. Konduktan stomata
yang diterima oleh permukaan daun rendah dapat menurunkan laju transpirasi
tanaman, maka jumlah absorpsi CO2 sehingga air yang berada dalam mesofil
relatif makin tinggi pada kondisi jumlah daun dapat dimanfaatkan secara efisien
curah hujan cukup, tetapi pada intensitas pada proses fotosintesis (Zakaria, 1999)
cahaya matahari diatas 50% absorpsi CO2 lebih lanjut oleh Gardner dkk (1991)
mulai konstan (Nasaruddin, 2002). mengemukakan konduktan stomata yang
Tingginya aktivitas fotosintsis juga rendah menyebabkan suhu daun
dipengaruhi oleh suhu di sekitar meningkat sebab transpirasi rendah
pertanaman. Suhu akan meningkatkan melalui permukaan daun. Naiknya suhu
perkembangan tanaman sampai pada batas daun, misalnya sangat banyak menaikkan
tertentu. Suhu optimum untuk fotosintesis penguapan dan sedikit difusi

31
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

kemungkinan menyebabkan stomata tinggi di atas optimal akan merusak


menutup atau membuka lebih lebar, tanaman dengan mengacau arus respirasi
tergantung pada spesis atau faktor lain. dan absorpsi air. Bila suhu udara
Stomata membuka karena meningkatnya meningkat laju transpirasi meningkat
pencahayaan (dalam batas tertentu) dan karena terjadi penurunan uap dari udara
peningkatan cahaya menaikkan suhu daun yang hangat dan suhu daun yang tinggi.
sehingga air menguap lebih cepat naiknya Tingginya laju transpirasi pada tanaman
suhu membuat udara mampu membawa kakao tanpa naungan (4,47 milmol m-2s-1)
lebih banyak kelembaban sehingga menyebabkan absorpsi air terbatas karena
transpirasi meningkat dan akan terjadi kekurangan air secara berlebihan.
mempengaruhi bukaan stomata (Salisbury Lebih lanjut oleh Lakitan (1995) bahwa,
dan Ross, 1995). kekurangan air dapat menghambat laju
Berbagai faktor lingkungan seperti fotosintesis terutama karena pengaruh
suhu, intensitas cahaya, ketersediaan air, terhadap turgiditas sel penjaga stomata.
CO2 dan sebagainya memperngaruhi laju Jika kekurangan air turgiditas sel penjaga
fotosintesis tumbuhan dan ketersediaanya akan menurun hal ini menyebabkan
dibutuhkan dalam jumlah tertentu sesuai stomata menutup, konduktan stomata
dengan kebutuhan jenis tanaman untuk meningkat dan menurunnya difusi CO2.
mengoptimalkan pertumbuhan dan Lebih lanjut oleh Nasaruddin (2002)
produksi. bahwa tanaman kakao merupakan
Tanaman kakao muda tanpa tanaman C3 dimana penurunan kadar CO2
naungan (K0) memperlihatkan aktivitas internal dalam mesofil daun akan
fotosintesis terendah yaitu 12,74 mmol m- mengakibatkan penurunan rasio CO2 / O2.
2 -1
s hal ini mempengaruhi rendahnya Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan tanaman kakao muda di peningkatan fotorespirasi dan sebaliknya
pertanaman baik pada tinggi tanaman penurunan laju fotosintesis.
(16,08cm), jumlah daun (11,33 helai ), Efisiensi fotosintesis yang rendah
diameter batang (0,24 cm) dan total luas pada tanaman kakao muda tanpa naungan
daun (132,59 cm2). disebabkan oleh hilangnya sebagian dari
Rendahnya aktivitas fotosintesis CO2 yang terhambat dengan
pada tanaman kakao muda tanpa naungan meningkatnya intensitas cahaya, hal ini
disebabkan karena tidak optimalnya disebut fotorespirasi. Penghambatan ini
penerimaan intensitas cahaya pada awal terjadi pada semua spesis C3, tanaman C3
pertanaman sehingga hal ini akan memiliki laju respirasi yang lebih cepat
mempengaruhi kondisi lingkungan di pada saat terang dan menyebabkan
sekitar pertanaman, khususnya suhu, hilangnya seperempat sampai sepertiga
ketersediaan CO2, kelembaban dan CO2 yang sedang dihambat oleh
sebagainya . hal ini akan mempengaruhi fotosintesis, sehingga terjadi penurunan
aktivitas fisiologi tanaman. Penerimaan laju fotosintesis (Anonim, 2001)
intensitas cahaya matahari penuh dan Ketersediaan CO2 merupakan
terus menerus menyebabkan terjadinya bahan baku sintesis karbohidrat,
kenaikan suhu secara tidak terkontrol di kekurangan CO2 akan menyebabkan
sekitar pertanaman. Menurut Anonim penuruna laju fotosintesis. Fotosintesis
(2001) bahwa, suhu yang sangat tinggi pada tumbuhan C3 sering dibatasi oleh
kecepatan molekul berjalan sangat cepat tingkat CO2 atmosfer. Pada suhu tinggi,
sehingga enzim dan biokatalisator lainnya CO2 kurang larut dalam air kloroplas
akan rusak, jaringan tanaman akan mati sehingga menurunkan fotosintesis, terjadi
apabila suhu mencapai diatas 40oC. Suhu cekaman kekeringan dan penutupan

32
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330

stomata, sehingga menghambat masuknya Salisbury, B.F., C.W. Ross, 1995. Plant
CO2 ke dalam daun (Salisbury dan Ross, Physiology (Fisiologi Tumbuhan:
1995). Terjemahan Diah R. Lukman
Sumaryono). Jilid II. Penerbit ITB
KESIMPULAN Bandung, Bandung.

Jenis naungan plastik putih Zakaria, B., 1999. Aktivitas Fotosintesis


memperlihatkan aktivitas fisiologi dan Rubisco Yang Diberi
tanaman kakao muda yang lebih baik Metanol Pada Berbagai Tingkat
khususnya pada fotosintesis, dan mampu Cekaman air. Program Pasca
mendukung pertumbuhan dan Sarjana Universitas Hasanuddin,
perkembangan tanaman kakao muda di Makassar.
pertanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. Klimatologi Pertanian.


PT. Gramedia, Jakarta

Anonim, 2001. Ekologi Tanamn.


Rajawali Press, Jakarta

Gardner, F. P., R. B. Pearce, R. L.


Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Terjemahan
Herawati Susilo. Universitas
Indonesia.

Jumin, H. B., 1989. Ekologi Tanaman


Suatu Pendekatan Fisiologi.
Rajawali Press, Jakarta

Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi


Tumbuhan. Raja Gravindo
Persada, Jakarta.

Nasaruddin, 2002. Kakao, Budidaya dan


Beberapa Aspek Fisiologisnya.
Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian dan Kehutanan
Universitas Hasanuddin. Makassar

Nasaruddin, 2003. Metabolisme


Fotosintesis, Respirasi, dan
Nutrisi Mineral. Laboratorium
Fisiologi Tanaman. Fakultas
Pertanian dan Kehutanan
Universitas Hasanuddin, Makassar.

33

Anda mungkin juga menyukai