Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

ZAKAT DAN PERPAJAKAN JUMRAN, S.E.I, M.M

BEA METERAI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
INDAH SETIAWATI 170101060302
FITRIANA 170101060330
NORAZIZAH 170101060559

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARIAH
BANJARMASIN
2020 M/1441 H
2
KATA PENGANTAR

‫ الصالة و السالم على أشرف األنبياء و المرسلين سيدنا‬،‫الحمد هلل رب العالمين‬


‫ أما بعد‬.‫و موالنا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬:

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita taufiq, rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan kerabat beliau hngga akhir zaman.

Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada


Bapak Jumran, S.E.I, M.M selaku dosen pengajar mata kuliah Zakat dan
Perpajakan. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal
Alamin.

Banjarmasin, 13 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. BEA METERAI.....................................................................................................3
B. TARIF BEA METERAI.........................................................................................4
C. YANG TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI...................................................5
D. SAAT TERUTANG BEA METERAI....................................................................6
E. PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI......................................................7
F. CARA PELUNASAN BEA METERAI.................................................................7
G. CARA PENGGUNAAN BENDA METERAI...................................................7
H. PEMETERAIAN KEMUDIAN.........................................................................8
I. SANKSI – SANKSI...............................................................................................8
J. DALUWASA.......................................................................................................11
K. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN................................................11
L. STUDI KASUS BEA METERAI.........................................................................13

BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. KESIMPULAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segenap warga negara berperan dalam menghimpun dana Pembangunan
Nasional. Salah satu caranya adalah dengan memenuhi kewajiban pembayaran
atas pengenaan Bea meterai terhadap dokumen-dokumen tertentu yang digunakan
oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum. Bea meterai yang selama ini dipungut
berdasarkan aturan bea meterai 1921 (Zegelverordening1921) sebagaimana
diubah beberapa kali, terakhir denganUU No. 13 Tahun 1985.Bea meterai adalah
pajak atas dokumen seperti yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Bea
Meterai. Benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikelarkan
oleh pemerintah Republik Indonesia. Banyak masyarakat yang belum mengerti
benar akan maksud dari penggunaan bea meterai, sehingga menimbulkan
pelanggaran dalam pengenaan bea meterai. Sehubungan dengan halitu, perlu
diadakan pengaturan kembali tantang bea meterai yang lebih bersifat sederhana
dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat.Yang menjadi objek bea meterai adalah
dokumen. Dokumen adalah kertas yangberisikan tulisan yang mengandung arti
dan maksud tentang: perbuatan, keadaanatau kenyataan bagi seseorang dan/atau
pihak-pihak yang berkepentingan. Tidak semua dokumen dikenakan bea meterai,
adapun dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berupa
surat penyimpanan barang, konosemen,surat angkutan penumpang dan barang,
keterangan pemindahan yang ditulis diatas dokumen surat penyimpanan barang,
konosemen dan surat angkutan penumpang dan barang, bukti untuk pengiriman
barang untuk dijual atas tanggungan pengirim,surat pengiriman barang untuk
dijual atas tanggungan pengirim, surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan
surat-surat di atas dan segala bentuk ijazah. Selain itu yang tidak dikenakan bea
meterai adalah tanda terima gaji,uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat
yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu, tanda bukti penerimaan
uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank, kuitansi untuk
semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu

1
ke kas negara, kas pememerintah daerah dan bank,tanda penerimaan uang yang
dibuat untuk keperluan intern organisasi, dokumen yang menyebutkan tabungan,
pembayaran uang tabungan kepada penabung olehbank, koperasi, dan badan-
badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut, suratgadai yang diberikan oleh
Perum Pegadaian, tanda pembagian keuntungan ataubunga dari efek, dengan
nama dan bentuk apapun.Walaupun di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun
1983 yang operasionalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2000 tentang tarif bea meterai telah menjelaskan secara rinci tentang dokumen
yang wajib atau tidak wajib diberimeterai, namun masih saja terdapat pelanggaran
dalam penggunaan bea meterai.Pelanggaran bea meterai ringan seperti kurang
meterai tempel dapat dilakukan dengan pemetraian kemudian. Namun pemalsuan
atau perbuatan dengan sengaja membuat atau meniru bea meterai merupakan
tindakan melanggar hukum yangdapat dituntut secara pidana.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Bea Meterai secara lengkap?
2. Bagaimana studi kasus dari Bea Meterai dengan penyelesaiannya?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Bea Meterai secara lengkap dan rinci.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menyelesaikan
studi kasus dari Bea Meterai.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BEA METERAI
1. PENGERTIAN BEA METERAI
1) Bea meterai adalah pajak atas dokumen.
2) Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti
dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.
3) Benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4) Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya
dipergunakan, termasuk pula taraf, teraan atau cap tanda tangan atau
cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda
tangan.
5) Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang
Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya
6) Pejabat Pos adalah Pejabat PT Pos dan Giro yang diserahi tugas
melayani permintaan pemeteraian kemudian.
2. DASAR HUKUM
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1985 atau disebuat juga Undang-undang Bea Meterai.
Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986. Selain itu untuk
mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.
3. Sebab-sebab Dikelurkannya UU NO.13 TAHUN 1985 TENTANG
BEA MATERAI
1) Agar lebih sempurna dan sedarhana (hanya terdiri 7 bab, 18 pasal )

3
2) Lebih mudah dilaksanakan karena hanya mengenal 1(satu) jenis Bea
Meterai tetap, yaitu Rp. 6.000.00 dan Rp 3.000.00
3) Objek lebih luas.
4. PRINSIP UMUM PEMUNGUTAN ATAU PENGENAAN BEA
METERAI
1. Bea Meterai dikenakan atas Dokumen (merupakan pajak atas
dokumen).
2. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai.
3. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai
sama dengan aslinya.
B. TARIF BEA METERAI
1. Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 Dikenakan Atas Dokumen
a. 1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa,
surat hibah, dan surat pernyataan) yang dibuat dengan tujuan
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan
atau keadaan yang bersifat perdata.
2) Akta-akta Notaris termasuk salinannya.
3) Akta-akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
termasuk rangkap-rangkapnya.
4) Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah):
●Yang menyebutkan penerimaan uang.
● Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpangan uang
dalam rekening di bank.
● Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
● Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau
seluruhnya telah dilunasi atau diperhitungkan.
5) Surat-surat Berharga seperti: wesel,promes, dan aksep yang
harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah)
6) Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga
nominalnya lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)

4
b. Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
di muka pengadilan:
1) Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan.
2) Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai
berdasarkan tujuaannya, jika dugunakan untuk tujuan lain
digunakan untuk orang lain, lain dari maksud semula.
2. Tarif Bea Meterai Rp 3.000,00 Dikenakan Atas Dokumen
a. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp. 250.000.00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi
tidak lebih dari Rp. 1.000.000.00 (satu juta rupiah)
1) Yang menyebutkan penerimaan uang.
2) Yang menyatakan pembukaan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening di bank.
3) Yang berisi pemeritahuan saldo rekening di bank.
4) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau
seluruhnya telah dilunasi atau diperhitungkan.
b. Surat-surat Berharga seperti: wesel, promes dan aksep yang harga
nominalnya lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
c. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga
nominalnya lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).
d. Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapapun.
Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai
nominal tidak lebih dari Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak berutang Bea Meterai.
C. YANG TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI
1. Dokumen yang berupa,antara lain:
a. Surat penyimpanan barang.
b. Konosemen.
c. Surat angkutan penumpang dan barang.

5
d. Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen
sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), (b),dan (c).
e. Bukti pengiriman dan penerimaan barang.
f. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim.
g. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat
tersebut di atas.
2. Segala bentuk ijazah yang termasuk dalam pengertian ini adalah Surat
Tanda Tamat Belajar (STTB), tanda lulus, surat keterangan telah
mengikuti suatu pendidikan, latihan, kursus, dan penataran.
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta
surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah
Dearah, dan Bank.
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Dearah, dan
Bank.
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan
kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang
bergerak dibidang tersebut.
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pengadaian.
9. Tanda pembagian keutungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
D. SAAT TERUTANG BEA METERAI
1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu
diserahkan dan diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat,
jadi bukan pada saat ditandatangani. Misalnya: kuitansi dan cek.
2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, adalah pada saat itu
telah selesai dibuat, yang ditutp dengan pembubuhan tanda tangan dari
yang bersangkutan. Misalnya:surat perjanjian jual beli.

6
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri, adalah pada saat digunakan di
Indonesia. Bea Meterai yang berutang dilunasi dengan cara
pemetarian kemudian.
E. PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI
Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan
menentukan lain.
F. CARA PELUNASAN BEA METERAI
1. Dengan mengunakan benda meterai, yaitu:
a. Meterai Tempel
b. Kertas Meterai
2. Dengan cara lain yang ditetapkan oleh Meterai Keuangan.
Untuk lebih jelasnya cara Bea Meterai tersebut, dapat digambarkan
dengan bagan berikut ini:

CARA PELUNASAN BEA METERAI

Benda Meterai Cara Lain

Biasa Pemeterian Mesin Teraan Alat Lain


Kemudian Meterai

Oleh Wajib Oleh


Harus Seijin
Bea Pejabat Pos Menteri
Keuangan

G. CARA PENGGUNAAN BENDA METERAI


1. Meterai Tempel

7
a. Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan untuh dan tidak
rusak di atas dokumen yang dikenakan Bea Meterai.
b. Meterai tempel direkatkan di tempat di mana tanda tangan akan
dibubuhkan.
c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan tangal, bulan, dan tahun
dilakukan dengan menggunakan tinta atau yang sejenisnya.
Sebagian tanda tangan berada di atas meterai dan sebagian lagi di
atas kertas dokumen.
d. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus
dibubuhkan sebagian di atas kertas dokumen.
2. Kertas Meterai
a. Dokumen di tulis di atas Kertas Meterai. Jika isi dokumen terlalu
panjang untuk dimuat seluruhnya di atas kertas meteraiyang
digunakan, maka untuk bagian isi yang masih teringgal dapat
digunakan kertas tidak bermeterai.
b. Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi.
Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak dipenuhi, maka
dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai.
H. PEMETERAIAN KEMUDIAN
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea
Meterainya belum dilunsi sebagaimana mestinya.
Pemeteraian kemudian dilakukan atas :
1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya.
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia.
I. SANKSI – SANKSI
1. Sanksi Administrasi

8
Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi Bea Meterai sebagaimana
mestinya, maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari
Bea Meterai yang tidak dan kurang dibayar.
Misalnya Bea Meterai terutang Rp 6.000,00. Karena kelalaian belum
mengenakan Bea meterai, maka Bea Meterai dan sanksi yang harus
dibayar adalah:
Bea Meterai yang terutang Rp 6.000,00
Denda administrasi Rp 12.000,00
Jumlah Pemeterai Kemudian Rp 18.000,00
Pemeterai kemudian atad dokumen tersebut dilakukan oleh Pejabat Pos
menurut tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Untuk lebih memperjelas hubungan antara pemeterai kemudian dengan
denda adminstrasi, digambarkan dengan bagan berikut ini :

PEMETERAIAN KEMUDIAN

Tanpa Berikut
Denda Denda(20%
)

1. Dokumen yang dibuat di 1. Semua dokumen yang


luar negeri sebelum dikenakan Bea Meterai
digunakan di Indonesia. tetapi dokumen tersebut
tidak/kurang dibayar Bea
Meterainya, kecuali
dokumen yang akan
digunakan sebagai alat
pembuktian di muka
pengadilan.
2. Surat-surat biasa dan surat 2. Dokumen yang dibuat di
kerumah-tanggaan sebagai luar negeri, yang Bea
alat bukti di pengadilan. Meterai-nya dilunasi

9
sesudah dokumen tersebut
digunakan di Indonesia.
3. Dokumen yang semula
tidak dikenakan Bea
Meterai berdasarkan
tujuannya, kemudian
berubah tujuan atau
dipergunakan oleh orang
lain (sebagai alat bukti di
pengadilan).

Ketentuan Khusus:
1) Pejabat Pemerintah, hakim, penitera, jurusita, notaris, dan pejabat
umum lainnya dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan :
a. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang
Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar.
b. Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang
dibayar pada dokumen lain yang berkaitan.
c. Membuat salinan, tembusan, rangkapan, atau petikan dari dokumen
yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar.
d. Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang Bea
Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea
Meterainya.
2) Sanksi atas poin 1, sanksi administrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, misalnya: untuk yang berstatus
pegawai negeri sipil dapat diberlakukan dengan PP. No. 53 tahun 2010,
antara lain:
a. Teguran lisan, teguran tertulis.
b. Penundaan kenaikan gaji berkala/pangkat.
c. Pemberhentian.
2. Sanksi Pidana
Sanksi pidana, antara lain:

10
1. a) Pemalsuan/peniruan meterai tempel, kertas meterai dan tanda tangan
yang perlu untuk mensahkan meterai.
b) Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau
memasukkan ke Negara Indonesia Meterai palsu, yang dipalsukan
atau yang dibuat dengan melawan hak.
c) Dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan,
menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke
Negara Indonesia Meterai palsu, yang mereknya, capnya, tanda-
tandanya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah
dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dana atau
menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan hukum.
d) Dengan sengaja menyimpan bahan-bahan/perkakas-perkakas yang
diketahui untuk meniru dan memalsukan benda meterai.
Sanksi :
Sesuai dengan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kepastian
hukum, dapat berupa kurungan atau penjara sesuai dengan pasala 253
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
2. Dengan sengaja menggunakan cara lain untuk pelunasan Bea Meterai
(Pasal 7 (2) b) tanpa seijin Menteri Keuanganm dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 7 tahun.
Penanggung jawab sanksi :
1. Untuk sanksi administrasi : pemegang dokumen.
2. Untuk sanksi pidana : sesuai keputusan pengadilan.
J. DALUWASA
Daluwasa dari kewajiban memenuhi Bea Meterai ditetapkan 5 tahun,
terhitung sejak tanggal dokumen dibuat.
K. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Untuk lebih melengkapi mengenai penjelasan tentang Bea Meterai, berikut
ini diberikan pokok-pokok tambahan yang perlu diperhatiakan, yaitu :
1. Transaksi intern perusahaan (unit keuangan, unit produksi) tidak perlu
memakai Bea Meterai.

11
2. Kantor pusat dan cabang perusahaan merupakan badan yang berdiri
sendiri, sehingga transaksinya harus menggunakan Bea Meterai.
3. Yang menganggung Bea Meterai apabila ada sesuatu di kemudian hari
(pelanggaran administrasi) adalah pemegang dokumen. Yang terutang
Bea Meterai adalah orang-orang atau pihak-pihak yang mendapatkan
manfaat dari dokumen tersebut.
4. Tanggal meterai.
5. Tanggal yang tercantum di meterai lebih sah dibandingkan dengan
tangga dokumen .
6. Kurang diperhatiakn masalah yuridis atau isi dokumen, tetapi yang
lebih diutamakan/penting adalah terutangnya pajak.
7. Warna tinta yang ditulis pada meterai tidak menjadi masalah. Misal
pencantuman tanggal pakai tinta biru, tetapi tanda tanggannya
memakai tinta hijau. Ini boleh, yang penting tinta tersebut masih
merupkana tinta yang lazim/biasa dipakai.
8. Tulisan pada dokumen (misalnya tulisan di kertas meterai) tidak boleh
dihapus dengan cairan penghapus. Kalau ada kesalaha, maka lebih baik
dicoret dan dituliskan yang benar.
9. Keras biasa yang dipakai untuk lembaran berikutnya (karena isi
dokumen terlalu panjang) tidak perlu memakai meterai lagi, karena
masih merupakan satu kesatuan (prinsip satu dokumen hanya terutang
satu Bea Meterai).
10. Micro film perlakuannya bisa dianggao sebagai foto kopi dokumen,
seperti juga batch dalam komputer, tidak terutang Bea Meterai.
11. Tindakan dengan kertas karbon sama dengan foto kopi, tidak terutang
Bea Meterai, karena rangkap/tindasan tersebut tidak ikut
ditandatangani lagi (tanda tangan asli), maka terutang Bea Meterai.
12. Penggunaan dokumen yang dibuat di luar negeri.
Misal: dokumen dibuat di Singapura, akan digunakan aebagai
dokumen di Indonesia, maka :

12
a. Belum ada Bea Meterainya : dimeteraikan dulu di Indonesia denan
pemeteraian kemudian.
b. Sudah ada meterainya (meterai Singapura) : diberi meterai lagi
dengan cara pemeteraian kemudian (jadi ada 2 meterai).
Sebagai penutup, diberikan gambaran tentang perbedaan antara ABM
1921 (yang lama) dengan UU Bea Meterai (yang baru).

No Uraian ABM 1921 UU Bea Meterai Baru


1. Jumlah pasal 142 pasal 18 pasal
2. Objek Bersifat perdata Bersifat perdata (sangat
dan publik terbatas)
(tertentu)
3. Macam/jenis B.M. Umum -
pemeteraian B.M. Luas Kertas -
B.M. Luar Biasa -
B.M. Tetap Bea Meterai Tetap
B.M. Sebanding -
4. Tarif 167 macam 2 macam
5. Cara Benda Meterai Benda Meterai
pelunasan SKUM -
Cara lain Cara lain
6. Daluwasa 3 tahun sejak 5 tahun sejak dokumen
diketahui dibuat.

L. STUDI KASUS BEA METERAI


1. Tuan Brojo sebagai seorang pengusaha dalam bulan Maret 2003
memiliki transaksi bisnis sebagai berikut:
1) Membayar gaji karyawan dengan masing-masing karyawan
memperoleh Rp 1.000.000,00
2) Membayar utang kepada supplier atas pembelian atas pembelian
100 buah balok kayu dengan masing-masing balok seharga Rp
150.000.000.
3) Membayar pajak senilai Rp. 750.000,00

13
4) Transfer intern bank untuk membayar kuliah anaknya di Yogya Rp.
1.000.000,00
5) Membuat akta PPAT atas pengalihan tanah milik Pak Brojo di
Cirebon.
Bagaimana perlakuan bea meterai atas dokumen-dokumen diatas?
Jawab:
1) Dokumen gaji yang merupakan bukti pembayaran gaji kepada
karyawa bukan merupan dokumen yang terutang bea meterai.
2) Dokumen pembayaran utang kepada supplier atas pembelian 100
buah balok kayu terutang bea meterai sebesar Rp. 6.000.00.
3) Dokumen pembayaran pajak tidak terutang bea meterai.
4) Dokumen transfer intern bank tidak kena bea meterai.Akte PPAT
yang dibuat oleh pejabat PPAT beserta rangkapnya merupakan
dokumen yang terutang Bea Meterai masing-masing sebesar Rp
6000.

2. PT Angin Ribut memiliki dokumen rata-rata 100 buah perhari yang


harus bermeterai. Perusahaan ini biasanya menggunakan mesin teraan
untuk mempermudah pelunasan Bea Meterai. Apabila perusahaan ini
lupa memeteraikan 100 dokumen yang merupakan tagihan untuk
kliennya yang nilai tagihan untuk masing-masing dokumen sebesar Rp
1.000.000,00 dan dokumen tersebut telah dipergunakan, berapa bea
meterai yang harus dibayar PT Angin Ribut berikut sanksinya?
Jawab:
Dokumen yang belum dimeteraikan = 100 dokumen
Bea Meterai terutang untuk 1 dokumen = Rp 6.000,00
Bea Meterai Terutang = Rp 600.000,00
Sanksi 200% = Rp 1.200.000,00
Bea Meterai yang masih harus dibayar = Rp 1.800.000,00

14
3. Sebutkan surat atau dokumen yang terkena bea materai sesuai peraturan
pemerintah no.24 th 2000. Berikut transaksi yang di kenakan atau
terutang bea materai dan berapa nilai bea materai yang di kenakan.
1) Apakah terutang bea materai untuk pembayaran bunga deposito
sebesar 6 juta dengan dokumen kwatansi?
2) Apakah dikenakan bea materai perpajangan deposito 100 dengan
surat atau dokumen konfirmasi perpajangan deposito?
3) Apakah di kenakan bea cukai untuk pemberian kredit barang
seharga Rp 40 juta dengan dokumen surat keterangan pemberian
kredit?
4) Apakah terutang saat Pembayaran suatu barang senilai Rp senilai
Rp setengah juta dengan kwitasi
5) Apakah pembelian barang sesuai kontrak perjanjian apakah
terutang bea materai
Jawaban :
1) Tidak terutang bea materai
2) Terutang bea materai 6000
3) Terutang bea materai 6000
4) Terutang bea materai 3000
5) Terutang bea materai 6000

4. Tanggal 25 januarai 2014, Mr Richard dari Austrialadan Bapak Budi


dari Indonesia melakukan perjanjian bisnis perdagangan komputer dan
bea materai di lunasi si Australia. Suatu hari ada perselisihan diantara
mereka dan pada tanggal 15 November 2014 Mr Richard mengajukan
gugatan di pengadilan Jakarta karena ingkar janji atas perjanjian
tersebut. Pertanyanya:
1) Kapan terutang atas dokumen tersebut?
2) Bagaimana cara pelunasan bea materai tersebut?
3) Siapakah yang harus bayar pelunasan bia materai?
4) Berapa besarnya nilai bea materai yang terutang?

15
Jawab :
1) Tanggal 15 November saat menggugat di indonesia pengasilan
jakarta
2) Dengan menempel materai tempel atau ssp
3) Tuan Richard
4) Bayar bea materai 200% plus denda bayar = Rp 12.000,00
Bea Materai = Rp 6.000,00
Jadi besarnya nilai bea meterai yang terutang =Rp 18.000,00.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bea meterai merupakan pajak atas dokumen yang nilai pajaknya
telah ditentukan oleh Pemerintah untuk Dokumen tertentu, bersifat
perdata, pengadilan atau hukum. Dasar hukum pengenaan Bea Meterai
yaitu Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau disebut juga Undang-
undang Bea Meterai. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari
1986. Selain itu untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif
Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang
Dikenakan Bea Meterai. Adapun tarifnya, tarif bea meterai Rp 6.000,00
dikenakan atas dokumen yang jumlah harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00 sedangkan tarif bea meterai Rp 3.000,00 dikenakan atas
dokumen yg jumlah harga nominalnya lebih dari Rp 250.000,00 tetapi
tidak lebih dari Rp 1.000.000,00.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Edisi terbaru 2016. Yogyakarta: Penerbit


Andi
http://pajakpph21.blogspot.com/2018/01/bea-meterai.htm/m=1

18

Anda mungkin juga menyukai