Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI

INTERPRETASI KEDALAMAN DAN LITOLOGI BAWAH


PERMUKAAN WILAYAH BABARSARI MENGGUNAKAN
METODE HAGIWARA

Disusun oleh :

ELKANA AMELIA F
111.180.104
KELOMPOK 4

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI
INTERPRETASI KEDALAMAN DAN LITOLOGI BAWAH
PERMUKAAN WILAYAH BABARSARI MENGGUNAKAN
METODE HAGIWARA

Disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Seismik Refraksi selanjutnya,


tahun ajaran 2019/2020, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh :

ELKANA AMELIA F
111.180.104
KELOMPOK 4

Yogyakarta, Maret 2020


ACC

Asisten Seismik

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI
INTERPRETASI KEDALAMAN DAN LITOLOGI BAWAH
PERMUKAAN WILAYAH BABARSARI MENGGUNAKAN
METODE HAGIWARA

Elkana Amelia F
111.180.104
Program Studi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
el.ameliael@gmail.com

ABSTRAK
Metode Delay Time digunakan pada bidang batas lapisan dangkal dengan kontras
kecepatan yang besar (untuk mencari ketebalan lapisan lapuk). Metode Hagiwara
merupakan metode waktu tunda (delay time) yang berdasarkan asumsi bahwa
undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar. Metode Hagiwara pada lapisan
pertama diperoleh lapisan lapuk dengan kecepatan (V1) sebesar 395,2630 m/s dan lapisan
kedua diperoleh litologi clay dengan kecepatan (V2) sebesar 1685,58 m/s.
Kata Kunci : Kecepatan, Kedalaman, Litologi, Metode Delay Time, Metode Hagiwara,
Undulasi.

ABSTRACT
The Time Delay method is used in the boundary plane of the layer with great
speed. The Hagiwara method is a time delay method (time delay) based on subsurface
considerations that are not too large. Hagiwara method in the first layer was obtained
weathered layer with a velocity (V1) of 395.2630 m / s and the second layer obtained clay
lithology with a speed (V2) of 1685.58 m / s.
Keyword : Delay Time Method, Depth, Hagiwara Method, Lithology, Speed,
Undulation.
1. PENDAHULUAN penginterpretasian serta dapat
Metode seismik adalah metode menghitung kedalaman lapisan dan
geofisika yang memanfaatkan penjalaran mengetahui litologi lapisan dengan
gelombang untuk mendapatkan sumber bantuan Microsoft Excel dan Software
daya alam. Metode ini didasarkan pada Surfer dalam bantuan pengolahan
sifat penjalaran gelombang yang data yang sederhana namun sebagai
mengalami refraksi dengan sudut kritis dasar dalam menemukan informasi
yaitu bila dalam perambatannya, bawah permukaan. Tujuan dari
gelombang tersebut melalui bidang batas penelitian ini adalah mampu mengolah
yang memisahkan suatu lapisan dengan dan menginterpretasikan data dalam
lapisan yang di bawahnya, yang mencari kecepatan, kedalaman, dan
mempunyai kecepatan gelombang lebih mengetahui litologi daerah Babarsari.
besar. Parameter yang diamati adalah 2. DASAR TEORI
karakteristik waktu tiba gelombang pada 4.1 Seismik Refraksi
masingmasing geophone (Wahyuningsih Metode seismik refraksi

et al. 2006). Metode seismik terbagi 2 merupakan metode yang

yaitu seismik refraksi dan seismik memanfaatkan waktu tempuh dari

refleksi. gelombang yang telah terbiaskan

Seismik refraksi merupakan untuk menuju pada suatu penerima

penjalaran gelombang yang gelombang.

memanfaatkan gelombang yang 4.2 Hukum Dasar Seismik


1. Hukum Snellius
dibiaskan karna perbedaan dari densitas
Hukum snellius menyatakan
suatu batuan. Pada seismik refraksi
bahwa bila suatu gelombang
terdapat beberapa metode dalam
jatuh pada bidang batas dua
pengolahan datanya, salah satunya yaitu
medium yang mempunyai
metode plus minus.
perbedaan densitas, maka
Metode plus-minus merupakan
gelombang tersebut akan
metode seismik refraksi untuk
dibiaskan, jika sudut datang
menganalisa kedalaman dan
gelombang lebih kecil atau
penentuan kecepatan. Dasar pada
sama dengan sudut kritisnya.
metode ini ialah terletak pada waktu
Gelombang akan dipantulkan,
tempuh gelombang.
jika sudut datangnya lebih
Penelitian seismik refraksi
besar dari sudut kritisnya.
dengan metode plus minus digunakan
Gelombang datang, gelombang
untuk mengetahui lapisan dan
bias, gelombang pantul terletak menghindari zona-zona
pada suatu bidang datar. kecepatan rendah. Untuk lebih
2. Prinsip Huygens jelasnya perhatikan gambar di
Prinsip Huygens menyatakan bawah ini.
bahwa setiap titik-titik 4.3 Asumsi-Asumsi Dasar Seismik
pengganggu yang berada di Untuk memahami

depan muka gelombang utama penjalaran gelombang seismik

akan menjadi sumber bagi pada bawah permukaan

terbentuknya deretan diperlukan beberapa asumsi

gelombang yang baru. Jumlah sebagai berikut :

energi total deretan gelom] 1. Asumsi Dasar Seismik ke-1

bang baru tersebut sama Medium bumi dianggap

dengan energi utama. berlapis-lapis dan setiap

3. Prinsip Fermat lapisan menjalarkan

Prinsip Fermat menyatakan gelombang seismik dengan

bahwa jika sebuah gelombang kecepatan yang berbeda-

merambat dari satu titik ke beda.

titik yang lain, maka 2. Asumsi Dasar Seismik ke-2

gelombang tersebut akan Semakin bertambahnya

memilih jejak yang tercepat. kedalaman lapisan batuan,

Kata tercepat diboldkan untuk maka semakin kompak

memberikan penekanan bahwa lapisan batuannya, sehingga

jejak yang akan dilalui oleh kecepatan gelombang pun

sebuah gelombang adalah jejak semakin bertambah seiring

yang secara waktu tercepat dengan bertambahnya

bukan yang terpendek secara kedalaman.

jarak. Tidak selamanya yang 3. Asumsi Dasar Seismik ke-3

terpendek itu tercepat. Dengan Panjang gelombang seismik

demikian, jika gelombang yang digunakan jauh lebih

melewati sebuah medium yang kecil dibandingkan dengan

memiliki variasi kecepatan ketebalan lapisan batuan.

gelombang seismik, maka Dengan kondisi seperti ini

gelombang tersebut akan memungkinkan setiap

cenderung melalui zona-zona lapisan batuan akan

kecepatan tinggi dan terdeteksi.


4. Asumsi Dasar Seismik ke-4
Pada bidang batas antar Gambar 1. Ilustrasi Metode Delay Time
lapisan, geombang seismik pada single shot

menjalar dengan kecepatan 4.5 Metode Hagiwara


Metode ini merupakan
gelombang pada lapisan di
bawahnya. metode waktu tunda (delay time)

5. Asumsi Dasar Seismik ke-5 yang berdasarkan asumsi bahwa


Kecepatan gelombang undulasi bawah permukaan tidak
seismik akan bertambah terlalu besar. Kelebihan dari
seiring dengan metode Hagiwara adalah lapisan
bertambahnya kedalaman. bawah permukaan dapat
4.4 Metode Delay Time ditampilkan mengikuti kontur
Metode delay time digunakan
bawah permukaan itu. Berbeda
pada bidang batas lapisan dangkal
dengan kontras kecepatan yang dengan metode interceptime yang

besar (untuk mencari ketebalan menganggap lapisan dibawah


lapisan lapuk). Disebut waktu tunda permuaan adalah flat (bidang).
karena terdapat perbedaan waktu Terutama untuk lapisan bawah
yang diperlukan untuk perambatan permukaan yang harus detail,
pulsa gelombang ke arah atas (up- maka metode Hagiwara adalah
ward) atau ke arah bawah (down- metode perhitungan yang
ward) yang melalui lapisan atas
menjadi pilihan utama.
terhadap waktu yang digunakan
Perhitungan dengan metode
untuk merambat di permukaan
Hagiwara dikembangkan untuk
lapisan kedua (pembias) sepanjang
struktur bawah permukaan yang
proyeksi lintasan normal tersebut
pada bidang batas. terdiri dari dua lapisan. Bidang

Delay time (waktu tunda) batas lapisan yang akan


ialah waktu penjalaran gelombang diperlihatkan oleh hasil
dari AB pada V1 ke BC pada V2 perhitungan merupakan rata-rata
(waktu tunda pada source) atau dari kedalaman yang memiliki
DE pada V1 ke DF pada V2 (waktu kerapatan yang berbeda. Bila
tunda pada geophone). kerapatan berbeda maka
kecepatan gelombang seismiknya
juga akan berbeda, sehingga arah
penjalaran gelombang seismik
akan mengalami pembiasan permukaan dengan menggunakan corel
(refraksi) beserta litologinya. Litologi didapatkan

3. METODOLOGI dari kecepatan yang didapatkan pada


Diagram Alir Pengolahan Data perhitungan diexcel yang disesuaikan
dengan table litoloogi menurut
klasifikasi burger (1992). Setelah itu
dilakukan pemasukan data excel ke
dalam software surfer untuk membuat
peta V1, V2, kedalaman dan penampang
kecepatan. Kemudian dilakukan analisis
dan pembahasan sesuai dengan data-data
yang dihasilkan dan kemudian ditarik
kesimpulan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Metode Hagiwara

Gambar 3. Grafik T-X Metode


Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data Hagiwara

Pengolahan data dimulai dengan Pengolahan data dimulai dengan

menyiapkan data kemudian data diolah menyiapkan data Metode Hagiwara

dengan menggunakan excel sehingga yang kemudian data diolah dengan

menghasilkan grafik T-X. Kemudian menggunakan excel sehingga

membuat grafik delay time metode menghasilkan grafik T-X dimana sumbu

Hagiwara dengan data offset dan T’AP vertikal dari grafik menunjukkan waktu

serta T’BP. Lalu menghitung data TAB, (ms) dan sumbu horizontal grafik

V1 FWD, V1 RVR, V1 RERATA, V2 menunjukkan offset (m). Garis biru

FWD, V2 RVR, V2 RERATA, V1/V2, tegas dari grafik yaitu gelombang

Ic, Cos Ic, DELTA TG, T'AP, T'BP, langsung forward dengan persamaan y=

TIA, TIB, dan h. Setelah data tersebut 2,52x-0,6 garis merah tegas dari grafik

didapatkan lalu membuat profil bawah yaitu gelombang refraksi forward


dengan persamaan y= -2,54x+267,03. TG, T’AP, T’BP, lalu mencari TIA dan
Garis tegas berwarna hijau merupakan TIB yaitu sebesar 8,797 dan 9,348
gelombang langsung reverse dengan setelah itu menentukan h . Kemudian
persamaan y= 0,5755x+20,089 lalu garis dari hasil perhitungan-perhitungan
ungu tegas merupakan gelombang tersebut digunakan untuk membuat
refraksi reverse. Garis biru putus-putus profil bawah permukaan, grafik analisa
berarti linear (gelombang langsung kecepatan dan grafik analisa kedalaman,
forward) dan garis merah putus-putus dan juga akan digunakan sebagai data
berarti linear (gelombang refraksi yang akan diolah menjadi peta di
forward). Sedangkan garis putus-putus software surfer.
hijau berarti linear ( gelombang
langsung reverse) dan garis putus-putus
ungu berarti linear (gelombang refraksi
reverse).
Metode Hagiwara yang
digunakan diambil pada titik refraksi
pada offset ke 3 yaitu 10 m dengan
waktu (forward) 25,2 ms dan offset ke
20 yaitu 95 m dengan waktu (reverse)
25,4 ms. Perhitungan dilakukan
menggunakan software Microsoft Excel,
dari data yang diperoleh hitungan Gambar 4. Profil Bawah Permukaan T-X
Metode Hagiwara
terlebih dahulu TAB diperoleh hasil
sebesar 81,7 ms kemudian menghitung Pada profil bawah permukaan,
X1 FWD didapatkan 396,825 lalu sumbu vertical menunjukkan z
menghitung V1 RVR sebesar 393,700 (kedalaman) lalu pada sumbu horizontal
dilanjutkan menghitung nilai V menunjukkan offset (m), Pada profil
RERATA didapat nilai 395, 26 m/s. terdapat juga source yang bersimbol
setelah itu menentukan nilai V2 FWD percikan api dan terdapat geophone yg
sebesar 1640,76. Kemudian menghitung bersimbol segitiga biru. Lapisan 1
V2 RVR didapatkan nilai 1730, 419 m/s berwarna coklat diperoleh dari
lalu mencari nilai V2 RERATA yaitu kecepatan (V1) sebesar 395,2630 m/s
1685,589,V1/V2 sebesar 0,2344 nilai Ic dan menurut klasifikasi burger (1992)
(13,561 º), Cos Ic (0,972). Lalu menunjukkan lapisan lapuk dan lapisan
dilanjutkan dengan menentukan Delta 2 yang berwarnna hijau tua diperoleh
dari kecepatan (V2) sebesar 1685,58 Pada gambar di atas merupakan
merupakan litologi clay menurut peta penampang kecepatan yang
klasifikasi burger (1992). menggambarkan kecepatan data
kelompok 4. Sumbu vertikal dari grafik
menunjukkan kedalaman (z) dan sumbu
horizontal grafik menunjukkan offset
(m). Perbedaan warna pada gambar
menunjukkan kecepatan yang berbeda-
beda. Pada peta penampang kecepatan
Gambar 5. Grafik Hagiwara
kelompok 4 memiliki kecepatan yang
Pengolahan data dimulai dengan
berbeda-beda, dapat dilihat dari setiap
menyiapkan data Metode Hagiwara
warna yang terdapat pada peta
yang kemudian data diolah dengan
penampang di atas. Nilai pada peta
menggunakan excel yaitu dengan data
penampang kecepatan tertinggi bernilai
offset dan T’AP serta T’BP sehingga
1700 m/s yang ditunjukkan warna
menghasilkan grafik analisa kecepatan
orange sedangkan nilai terendah sebesar
dimana sumbu vertikal dari grafik
350 m/s yang ditunjukkan warna biru.
menunjukkan waktu (ms) dan sumbu
Dari peta penampang tersebut dapat
horizontal grafik menunjukkan offset
dilihat bahwa setiap lapisan memiliki
(m). Kecepatan dari grafik tersebut
nilai kecepatan yang berbeda-beda
berbeda-beda terlihat dari grafik yang
sesuai asumsi dasar seismik ke-1 yaitu
naik dan turun.
pada lapisan pertama berwarna biru tua
Garis biru tegas dari grafik yaitu
dengan kecepatan 395,2630 m/s, lapisan
gelombang refraksi forward dengan
kedua berwarna orange dengan
persamaan y= 0,6185x+8,797 garis
kecepatan 1685,5894 m/s dan semakin
merah tegas dari grafik yaitu gelombang
bertambah kedalam suatu lapisan maka
refraksi reverse dengan persamaan y=
kecepatan gelombang semakin
-0,6146x+73,881.
bertambah sesuai dengan asumsi dasar
4.3 Penampang Kecepatan
seismic ke-5 terbukti lapisan kedua lebih
cepat kecepatannya dibandingkan
lapisan pertama.

Gambar 6. Penampang Kecepatan


Kelompok 4 Metode Hagiwara
4.4 Peta V1 Metode Hagiwara

Gambar 8. Peta V2 Metode


Hagiwara
Gambar 7. Peta V1 Metode Hagiwara
Peta kecepatan (V2) merupakan
Peta kecepatan (V1) peta yang menggambarkan kecepatan
merupakan peta yang lapisan 1 data kelompok 1-4. Pada peta
menggambarkan kecepatan lapisan 1 kecepatan (V2) memiliki kecepatan
data kelompok 1-4. Pada peta yang berbeda-beda, dapat dilihat dari
kecepatan (V1) memiliki kecepatan setiap warna yang terdapat pada peta.
yang berbeda-beda, dapat dilihat dari Nilai pada peta kecepatan (V2) tertinggi
setiap warna yang terdapat pada peta. bernilai 1690 m/s yang ditunjukkan
Nilai pada peta kecepatan (V1) warna orange sedangkan nilai terendah
tertinggi bernilai 590 m/s yang sebesar 1410 m/s yang ditunjukkan
ditunjukkan warna orange warna biru. Dari peta penampang
sedangkan nilai terendah sebesar 390 tersebut dapat dilihat bahwa setiap
m/s yang ditunjukkan warna biru. lapisan memiliki nilai kecepatan yang
Dari peta penampang tersebut dapat berbeda-beda sesuai asumsi dasar
dilihat bahwa setiap lapisan memiliki seismik ke-1 dan semakin bertambah
nilai kecepatan yang berbeda-beda kedalam suatu lapisan maka kecepatan
sesuai asumsi dasar seismik ke-1 dan gelombang semakin bertambah sesuai
semakin bertambah kedalam suatu dengan asumsi dasar seismic ke-5.
lapisan maka kecepatan gelombang Dari Peta V1 dan V2 dapat
semakin bertambah sesuai dengan dilihat bahwa peta V2 (lapisan 2)
asumsi dasar seismic ke-5. memiliki kecepatan lebih besar daripada
4.5 Peta V2 Metode Hagiwara kecepatan V1 (lapisan 1) hal tersebut
juga membuktikan bahwa semakin bertambah kedalaman suatu lapisan
bertambah kedalam suatu lapisan maka maka kecepatannya semakin cepat.
kecepatan gelombang semakin 5. KESIMPULAN
bertambah sesuai dengan asumsi dasar Dari data yang didapatkan pada

seismic ke-5 lapangan penelitian dapat disimpulkan

4.6 Peta Kedalaman Hagiwara sebagai berikut :


1. Pada profil bawah permukaan
(Delay Time Metode Hagiwara),
Dari data yang diperoleh kecepatan
(V1 rata-rata) dan diperoleh hasil
sebesar 395,2630 m/s dan menurut
klasifikasi burger (1992) lapisan ini
merupakan lapisan lapuk (lapisan
1) dan (V2 rata-rata) sebesar
1685,58 m/s yang menurut
klasifikasi burger (1992)
merupakan lempung/clay (lapisan
2).
Gambar 9. Peta Kedalaman Metode
Hagiwara 2. Pada peta penampang kecepatan
kelompok 4 memiliki kecepatan
Peta kedalaman merupakan
yang berbeda-beda, dapat dilihat
peta yang menggambarkan
dari setiap warna yang terdapat
kedalaman lapisan data kelompok 1-
pada peta penampang di atas. Nilai
4. Pada peta kedalaman memiliki
pada peta penampang kecepatan
kecepatan yang berbeda-beda, dapat
tertinggi bernilai 1260 m/s yang
dilihat dari setiap warna yang
ditunjukkan warna orange
terdapat pada peta. Nilai pada peta
sedangkan nilai terendah sebesar
kecepatan tertinggi yang ditunjukkan
740 m/s yang ditunjukkan warna
warna orange sedangkan nilai
biru.
terendah yang ditunjukkan warna
3. Pada peta kecepatan (V1) memiliki
biru. Dari peta kedalaman tersebut
kecepatan yang berbeda-beda, dapat
dapat dilihat bahwa peta kedalaman
dilihat dari setiap warna yang
tersebut memiliki nilai kecepatan
terdapat pada peta. Nilai pada peta
yang berbeda-beda sesuai asumsi
kecepatan (V1) tertinggi bernilai
dasar seismik ke-1 dan semakin
17000 m/s yang ditunjukkan warna
orange sedangkan nilai terendah
sebesar 350 m/s yang ditunjukkan Wahyuningsih, S., G. Yuliyanto., & M.
warna biru. I. Nurwidyanto. 2006.
4. Pada peta kecepatan (V2) memiliki Interpretasi Data Seismik
kecepatan yang berbeda-beda, Refraksi Menggunakan
dapat dilihat dari setiap warna yang Metode Reciprocal Hawkins
terdapat pada peta. Nilai pada peta dan Software SRIM (Studi
kecepatan (V2) tertinggi bernilai kasus daerah Sioux Park,
1690 m/s yang ditunjukkan warna Rapid City, South Dakota,
orange sedangkan nilai terendah USA). Berkala Fisika Vol. 9,
sebesar 1410 m/s yang ditunjukkan No. 4, hal 177-184.
warna biru. Sulystyaningrum, E., Supriyadi,
5. Dari Peta V1 dan V2 dapat dilihat Khumaedi. 2014. Aplikasi
bahwa peta V2 (lapisan 2) Metode Seismik Refraksi
memiliki kecepatan lebih besar Untuk Identifikasi
daripada kecepatan V1 (lapisan 1) Pergerakan Tanah Di
hal tersebut juga membuktikan Perumahan Bukit Manyaran
bahwa semakin bertambah kedalam Permai (Bmp) Semarang.
suatu lapisan maka kecepatan Unnes Physics Journal Vol, 3
gelombang semakin bertambah (2).
sesuai dengan asumsi dasar seismic
ke-5.
6. SARAN
1) Dalam penyampaian cara pengolahan
data agar dibuat step-step
pengerjaannya.
2) Dalam pengolahan data lebih baik
langsung menggunakan software
yang berfungsi untuk mengolah
datanya.
DAFTAR PUSTAKA
Pascaning, A. 2020. Panduan Praktikum
Seismik Refraksi.
Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geofisika Upn “Veteran”
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai