Anda di halaman 1dari 8

TEORI KONSTRUKTIVISME DAN TEORI SOSIOKULTURAL:

APLIKASI DALAM PENGAJARANBAHASA INGGRIS

I.G.A. Lokita Purnamika Utami


Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang,
Jalan Semarang 5, Malang-Indonesia
E-mail: lokita.purnamika@yahoo.com

ABSTRACT

Abstract:The constructivism theory by Piaget and social constructivism or socio-cultural theory
by Vygotsky have long been observed as theories of cognitive development. Both of these theories have
two opposed ideas that deserve discussion. Piaget’s theory states that language students do their own
discovery, so that students are able to construct their own knowledge. Meanwhile, sociocultural theory
by Vygotsky states that social interaction influences language acquisition. In learning foreign languag-
es, namely English, these two theories make big contributions that need to be discussed pertaining to
how the application of these two theories in English class.

Key words: constructivism, English, socio-cultural

ABSTRAK

Teori-teori konstruktivisme seperti teori oleh Piaget dan konstruktivisme sosial atau teori so-
sio kultural oleh Vygotsky telah lama dicermati sebagai teori perkembangan kognitif. Kedua teori ini
memiliki dua ide yang bertentangan yang pantas didiskusikan. Teori Piaget menyatakan bahwa pelajar
bahasa melakukan penemuan sendiri sehingga para pelajar dinyatakan mampu mengkonstruksi pe-
ngetahuannya sendiri. Sementara, teori sosiokultural oleh Vygotsky menyatakan bahwa interaksi sosial
dan memberikan pengaruh pada penguasaan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa asing, yaitu Bahasa
Inggris, dua teori ini memberikan sumbangan yang besar sehingga perlu dicermati dalam hal bagaimana
aplikasi kedua teori ini di kelas Bahasa Inggris.

Kata-kata kunci: Bahasa Inggris, konstruktivisme, sosio kultural

PENDAHULUAN bahasa, seperti halnya pelajar Bahasa Inggris


(Oxford, 2003; Hoque, 2008; Razawi, dkk,
Para ahli pendidikan selalu ber- 2011; Zou, 2011; Gilakjani, 2012). Akademisi
usaha mengetahui jawaban dari pertanyaan meyakini bahwa tidak ada metode atau strate-
bagaimana pelajar belajar secara efektif. Pe- gi belajar yang sesuai dengan semua pelajar.
nelitian menemukan bahwa cara belajar setiap Akan tetapi untuk membuat sebuah strategi
pelajar berbeda-beda. Ada yang suka belajar belajar berguna, strategi tersebut harus: (1)
secara visual, audio ataupun kinestetik. Ada mengutamakan penugasan langsung (2) sesuai
juga yang suka belajar secara kelompok dan dengan cara belajar yang disukai oleh pelajar
sebaliknya ada yang suka belajar secara in- (3) dihubungkan dengan strategi belajar lain
dividual. Hal serupa juga terjadi pada pelajar yang relevan (Oxford, 1990).

4 | PRASI | Vol. 11| No. 01 | Januari - Juni 2016 |


Selain itu, untuk menjawab pertanyaan sesungguhnya merupakan implementasi dari
diatas seseorang perlu menggali lebih dalam teori konstruktivisme dan yang mana meru-
lagi tentang bagaimana kognitif atau intelek- pakan implementasi teori sosio kultural. Ber-
tual seseorang bisa berkembang. Berkenaan talian dengan ini, Greeson (2006) menyebut-
dengan hal ini, ada 2 teori perkembangan kog- kan bahwa kendala yang sering ditemui adalah
nitif yang sangat populer. Pertama, teori dari banyak guru yang tidak mengetahui konsep
Jean Piaget yang dikenal dengan teori kon- konsep ini dan yang sedikit tahu kurang me-
struktivisme dan kedua teori dari Vygotsky nyebarkan bagaimana teori-teori ini diterap-
yang merumuskan teori sosiokultural. kan di kelas, sehingga terdapat gap yang tinggi
Jean Piaget adalah seorang ahli dari antara peneliti dan praktisi pengajaran bahasa.
Switzerland yang meyakini bahwa belajar Artikel ini bertujuan untuk mengupas
adalah proses penemuan sendiri, yaitu sebuah aplikasi dua teori perkembangan kognitif ini
proses yang dialami seseorang, karena ber- di kelas Bahasa Inggris. Namun, ulasan sing-
interaksi dan melakukan pengamatan terhadap kat tentang isi dua teori bukan bermakna pada
lingkungan. Piaget meyakini bahwa seseorang pemaparan yang mengajukan dukungan pada
belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya salah satu teori saja, melainkan lebih pada pen-
sendiri. Teori ini dikenal sebagai teori kon- jabaran yang setara. Hal ini disebabkan oleh
struktivisme. keyakinan bahwa tidak ada sebuah strategi
Sementara Vygotsky adalah seorang yang begitu sempurna, yang dapat mengako-
ahli dari Rusia yang meyakini bahwa perkem- modasi kebutuhan semua pelajar. Dengan de-
bangan kognitif seseorang merupakan sebuah mikian, artikel ini akan memberikan contoh-
hasil dari interaksinya dengan lingkungannya contoh bagaimana dua teori ini diaplikasikan
dan masyakarakat. Ia meyakini bahwa aspek di kelas Bahasa Inggris.
sosial dan kultural seseorang membantu mem-
bentuk perkembangan kognitif seseorang. Aplikasi Teori Konstruktivisme (Self-
Teorinya dikenal sebagai teori sosio-kultural discovery Learning) oleh Jean Piaget
atau teori konstruktif sosial. Jean Piaget adalah seorang ahli
Pembelajaran Bahasa Inggris, sama perkembangan kognitif dari switzerland yang
seperti pembelajaran lainnya, sangat mem- lahir di tahun 1896. Piaget yang dikenal se-
butuhkan pelajar dengan perkembangan kog- bagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989:
nitif yang baik. Piaget meyakini bahwa pema- 159) menegaskan bahwa perolehan kecakapan
haman bahasa dan struktur bahasa hanya bisa intelektual akan berhubungan dengan proses
terjadi jika kemampuan intelektual / kognitif mencari keseimbangan antara apa yang mere-
sudah berkembang, sehingga untuk bisa me- ka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan
nguasai bahasa pelajar harus memiliki tingkat apa yang mereka lihat suatu fenomena baru
intelektual yang cukup. Sementara Vygotsky sebagai pengalaman atau persoalan. Untuk
meyakini yang sebaliknya, bukan kognitif memperoleh keseimbangan atau ekuilibrasi,
yang membentuk penguasaan bahasa seperti seseorang harus melakukan adapatasi dengan
yang diyakini Piaget, tetapi penguasaan ba- lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai
hasa akan membentuk kognisi seseorang. Se- dua bentuk dan terjadinya secara simultan,
makin baik seseorang menguasai bahasa, se- yaitu asimilasi dan akomodasi.
makin baik ilmu pengetahuan bisa dipahami, Asimilasi adalah penyerapan informa-
sehingga semakin tinggi tingkat kognitif sese- si baru dalam pikiran, sedangkan, akomodasi
orang. adalah menyusun kembali struktur pikiran
Dua teori ini sesungguhnya mendasari karena adanya informasi baru, sehingga infor-
berbagai pendekatan atau strategi yang di- masi tersebut mempunyai tempat. Pengertian
pilih guru Bahasa Inggris dalam mengajar di tentang akomodasi yang lain adalah proses
kelas. Akan tetapi guru sering tidak mengeta- mental yang meliputi pembentukan skema
hui praktik-praktik dikelas yang bagaimana baru yang cocok dengan rangsangan baru atau

| PRASI | Vol. 11 | No. 01 | Januari - Juni 2016 | 5


memodifikasi skema yang sudah ada, sehingga mengembangkan kecakapan intelektualnya di
cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: tahap ini, tapi anak-anak ini masih memiliki
7). keterbatasan intelektual, yaitu belum mam-
Di kelas Bahasa Inggris ala Piaget pu bernalar (reasoning), sehingga dalam
anak-anak akan diajarkan dengan cara me- pembelajaran di kelas anak usia TK / SD, guru
lakukan pengamatan terhadap lingkungannya Bahasa Inggris tidak bisa memperkenalkan
dan belajar dari lingkungan, sehingga ruang pemahaman struktur bahasa (grammar) yang
kelas haruslah mengekspos banyak kosakata sifatnya abstrak.
Bahasa Inggris. Dinding kelas dipenuhi de- 3. Tahap operasi konkret (7 – 11 ta-
ngan gambar binatang, bunga, atau bagian tu- hun): anak-anak berpikir secara logis tentang
buh yang semuanya dalam Bahasa Inggris. kejadian-kejadian konkret. Tahap operasi
Menurut Piaget, perkembangan kog- konkret dinyatakan dengan perkembangan
nitif merupakan suatu proses genetik, yaitu sistem pemikiran yang didasarkan pada peri-
proses yang didasarkan atas mekanisme stiwa - peristiwa yang langsung dialami.
biologis dalam bentuk perkembangan sistem Anak masih menerapkan logika berpikir pada
syaraf. Makin bertambah umur seseorang, barang-barang yang konkret, belum bersifat
makin komplekslah susunan sel syarafnya abstrak maupun hipotesis. Di kelas Bahasa
dan makin meningkat pula kemampuannya. Inggris untuk anak-anak, guru harus banyak
Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola menggunakan media/ objek nyata. Seperti
tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur dalam menjelaskan warna, guru bisa mem-
seseorang, sehingga dalam pembelajaran Ba- bawa bola yang berwarna-warni dan mulai
hasa Inggris, guru harus mampu menentukan mengajarkan jenis-jenis warna seperti “red”,
cara atau strategi mengajar yang sesuai de- “white”, “black” dan lain-lain.
ngan tingkat karakteristik intelektual pelajar. 4. Tahap operasi formal (11 tahun kea-
Tahap-tahap yang dimaksud dalam tas): anak-anak memiliki perkembangan pe-
teori Piaget meliputi 4 tahap, yaitu: tahap sen- nalaran abstrak. Pada tahap ini anak mampu
sorimotor, tahap praoperasional, tahap opera- bernalar tanpa harus berhadapan dengan ob-
sional konkrit, dan tahap operasional formal. jek atau peristiwanya langsung. Pada tahap
1. Pada tahap sensorimotor (0-2 ta- ini, seorang remaja sudah dapat berpikir lo-
hun): anak-anak mempelajari dunia melalui gis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal
gerak dan inderanya. Anak mengenal ling- berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis,
kungan dengan kemampuan sensorik yaitu dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari
dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, apa yang dapat diamati saat itu. Cara ber-
perabaan. pikir yang abstrak mulai dimengerti, sehingga
2. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun): pembelajaran bahasa yang sifatnya abstrak
munculnya kecakapan motorik dan bahasa. seperti struktur bahasa baru bisa dimulai pada
Pada tahap ini anak belum mampu me- tahap ini, karena kematangan intelektualnya
laksanakan operasi - operasi mental. Unsur sudah cukup untuk memahami penalaran kon-
yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai sep abstrak.
digunakannya bahasa simbolis, yang berupa Selanjutnya, Piaget yang dikenal seba-
gambaran dan bahasa ucapan. Dalam peng- gai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
gunaan bahasa, anak menirukan apa saja yang menegaskan bahwa perolehan kecakapan in-
baru ia dengar. Pengulangan ini memperlan- telektual akan berhubungan dengan proses
car kemampuan berbicara meskipun tanpa mencari keseimbangan antara apa yang mere-
disadari, sehingga guru-guru Bahasa Inggris ka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan
di tingkat taman kanak-kanak atau SD se- apa yang mereka lihat suatu fenomena baru
ring meminta anak-anak mengulangi kata-kata sebagai pengalaman atau persoalan. Untuk
dalam Bahasa Inggris yang diucapkan oleh memperoleh keseimbangan atau ekuilibrasi,
guru. Akan tetapi, walaupun anak sudah mulai seseorang harus melakukan adaptasi dengan

6 | PRASI | Vol. 11| No. 01 | Januari - Juni 2016 |


lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai mukan sendiri. Seperti misalnya anak-anak
dua bentuk dan terjadinya secara simultan, TK diberikan blok-blok berisi berbagai huruf
yaitu asimilasi dan akomodasi. yang bisa disusun membentuk beragam kata
Asimilasi adalah penyerapan informa- dalam Bahasa Inggris. Selain itu memper-ke-
si baru dalam pikiran, sedangkan akomodasi nalkan permainan seperti snake and ladders,
adalah menyusun kembali struktur pikiran atau crossword yang berisi teka-teki tentang
karena adanya informasi baru, sehingga infor- kosakata Bahasa Inggris juga memberikan
masi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi kesempatan anak-anak untuk melakukan self-
1988:133). Pengertian tentang akomodasi discovery learning.
yang lain adalah proses mental yang meliputi Guru Bahasa Inggris juga harus ber-
pembentukan skema baru yang cocok dengan usaha memberikan materi pelajaran sesuai
rangsangan baru atau memodifikasi skema dengan tingkatan skema pikiran anak-anak.
yang sudah ada, sehingga cocok dengan rang- Untuk anak-anak yang masih sangat kecil ja-
sangan itu (Suparno, 1996: 7). Selanjutnya, ngan memaksakan mengajarkan konsep yang
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersifat abstrak. Guru hendaknya selalu me-
dibangun dalam pikiran seorang anak dengan ngaitkan konsep abstrak dengan sesuatu yang
kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai de- konkret, misalnya mengajarkan huruf atau al-
ngan skemata yang dimilikinya. Belajar me- phabet, guru TK bisa memanfaatkan gambar
rupakan proses aktif untuk mengembangkan yang memiliki inisial huruf yang ingin diajar-
skemata sehingga pengetahuan terkait bagai- kan. Untuk mengajarkan sesuatu yang sifatnya
kan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersu- abstrak, seperti grammar bisa ditekankan
sun secara hirarkis (Hudoyo, 1998:5). pada pelajar sekolah menengah bukan sekolah
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dasar.
guru diharapkan bisa memfasilitasi pelajar Piaget meyakini bahwa perkembangan
dengan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan intelektual pelajar itu berbeda-beda sehingga
mereka melalui proses asimilasi dan adapta- harus dikelompokkan dalam kelompok yang
si ini. Guru bisa mengintegrasikan apa yang homogen untuk memperkecil gap kemam-
mungkin sudah diketahui pelajar, prior know- puan, sehingga guru Bahasa Inggris menge-
ledge, dengan konsep baru yang akan diper- lompokkan anak-anak yang memiliki level
kenalkan. Misalnya, pelajar diminta untuk kemampuan Bahasa Inggris yang sama dalam
menyebutkan jumlah benda-benda yang ada satu kelompok seperti misalnya kelompok be-
pada sebuah gambar, setelah mereka mem- lajar di kursus-kursus Bahasa Inggris ditentu-
pelajari tentang ordinal number kemudian di- kan lewat placement test dan dikelompokkan
kaitkan dengan pelajaran selanjutnya tentang dalam kelompok beginner, intermediate, dan
cardinal number dan diminta mengidentifikasi advanced. Dengan demikian, anak-anak bisa
perbedaan kedua jenis bilangan ini. berinteraksi dengan anak-anak yang memiliki
Piaget juga mengemukakan bahwa kemampuan yang sama.
pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh Dari pandangan Piaget tentang tahap
seseorang, melainkan melalui tindakan (Poe- perkembangan kognitif anak dapat dipahami
djiadi, 1999:61). Di kelas Bahasa Inggris, bahwa pada tahap tertentu cara maupun ke-
anak-anak diminta untuk melakukan apa yang mampuan anak mengkonstruksi ilmu berbe-
diperintahkan guru seperti “close your eyes,” da-beda berdasarkan kematangan intelektual
“touch your nose” atau “ stand up please”. anak berkaitan dengan anak dan lingkungan
Dikelas Bahasa Inggris yang menganut pe- belajarnya menurut pandangan konstruktiv-
mikiran Piaget, anak-anak diberikan kesempa- isme.
tan memodifikasi media atau memanipulasi- Dari pengertian di atas, dapat dipaha-
nya sesuai dengan pengalaman yang ia miliki mi bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
(Ormrod, 2007). Guru bisa menyiapkan hands berlangsung secara interaktif antara faktor in-
on learning yaitu pembelajaran dengan mene- ternal pada diri pembelajar dengan faktor eks-

| PRASI | Vol. 11 | No. 01 | Januari - Juni 2016 | 7


ternal atau lingkungan, sehingga melahirkan oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa pela-
perubahan tingkah laku. Dalil pokok Piaget jar dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu
dalam kaitannya dengan tahap perkembangan memperhatikan lingkungan sosial, sehingga
intelektual menyatakan bahwa perkembangan Konstruktivisme oleh Vygotsky sering juga
intelektual terjadi melalui tahap-tahap berun- disebut teori sosio kultural atau konstruktiv-
tun yang selalu terjadi dengan urutan yang isme sosial (Wilson, Teslow & Taylor,1993).
sama. Selain itu, penentu utama terjadinya be- Ada dua konsep penting dalam teori
lajar adalah individu yang bersangkutan (pela- Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proxi-
jar) sedangkan lingkungan sosial menjadi fak- mal Development (ZPD) dan scaffolding.
tor sekunder. Teori belajar semacam ini lebih 1. Zone of Proximal Development
mencerminkan ideologi individualisme dan (ZPD) merupakan rentang antara tingkat
gaya belajar Sokratik yang lazim dikaitkan perkembangan sesungguhnya (kemampuan
dengan budaya Barat yang mengunggulkan pemecahan masalah tanpa melibatkan ban-
“self-generated knowledge” atau “individu- tuan orang lain) dan tingkat perkembangan
alistic pursuit of truth” yang dipelopori oleh potensial (kemampuan pemecahan masalah di
Sokrates (Supratiknya, 2000:27). bawah bimbingan orang dewasa atau melalui
Pada perkembangan selanjutnya, dite- kerjasama dengan teman sejawat yang lebih
mukan bahwa cara belajar setiap individu mampu).
bersifat berkelanjutan dan tidak terkotak-ko- 2. Scaffolding merupakan pembe-
tak dalam tahapan seperti yang diyakini oleh rian sejumlah bantuan kepada pelajar selama
Piaget (Siegler dan Richard, 1979). Sehingga tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian
teori Piaget tidak cukup menjelaskan keadaan- mengurangi bantuan dan memberikan kesem-
keadaaan tertentu seperti misalnya, beberapa patan untuk mengambil alih tanggung jawab
pelajar masih membutuhkan bantuan dari yang semakin besar setelah pelajar dapat me-
orang lain dan kemampuan orang berbeda- lakukannya sendiri (Slavin, 1997). Scaffold-
beda dan tidak tepat seperti tahapan-tahapan ing merupakan bantuan yang diberikan ke-
Piaget. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pada pelajar untuk belajar dan memecahkan
seorang guru harus mampu memahami lebih masalah.
dari sebuah teori belajar untuk bisa menemu- Pandangan yang mampu mengakomo-
kan strategi mengajar yang mampu membantu dasi sociocultural-revolution yaitu untuk me-
pelajar. mahami pikiran seseorang bukan dengan cara
menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan
Aplikasi Teori Sosio kultural/konstruktiv- pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-
isme sosial oleh Vygotsky usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial
Apabila teori konstruktivisme ala Pia- yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll &
get lebih menekankan pada self-discovery Greenberg, 1990).
learning, konstruktivisme sosial yang dikem- Menurut Vygotsky, perolehan pengeta-
bangkan oleh Vigotsky menekankan pada huan dan perkembangan kognitif seseorang
assisted-discovery learning (Ormord, 2007). seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi
Ini berarti bahwa belajar bagi anak dilaku- kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan
kan dalam interaksi dengan lingkungan sosial dimensi individualnya bersifat derivatif atau
maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam merupakan turunan dan besifat sekunder
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks (Palincsar, Wertsch & Tulviste, dalam Su-
sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). pratiknya, 2000). Artinya, pengetahuan dan
Inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi perkembangan kognitif individu berasal dari
antara aspek internal dan eksternal yang pene- sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini
kanannya pada lingkungan sosial dalam bela- tidak berarti bahwa individu bersikap pasif
jar. dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vy-
Konstruktivisme ala Piaget dikritik gotsky juga menekankan pentingnya peran

8 | PRASI | Vol. 11| No. 01 | Januari - Juni 2016 |


aktif seseorang dalam mengkonstruksi penge- sesungguhnya memberikan landasan teoritis
tahuannya. Berkaitan dengan ini, penelitian untuk bentuk-bentuk collaborative learning
oleh Al-Gahtani dan Roever (2013) menemu- dan situated learning (Geerson, 2006).
kan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Ing- 3. Kelompok anak yang masih meng-
gris, kemampuan kompetensi interaksional alami kesulitan meskipun telah diberikan ber-
pelajar yang memiliki kemampuan rendah bagai bantuan, mungkin karena soalnya terlalu
bisa ditingkatkan melalui extended conversa- sulit, perlu diberikan soal yang bisa ia kerjakan
tion dengan interlocutor yang mahir. dengan bantuan / tuntunan orang lain. Con-
Gagasan Vygotsky mengenai rekon- tohnya, anak-anak yang sama sekali tidak me-
struksi pengetahuan melalui interaksi sosial mahami konsep past continuous walau sudah
bila diterapkan dalam konteks pembelajaran diberikan bantuan, bisa diberikan scaffolding
Bahasa Inggris, maka guru perlu memperhati- dengan menjelaskan konsep present continu-
kan hal-hal berikut. ous sebelum ke konsep past continuous ke-
1. Pada setiap perencanaan dan imple- mudian meminta salah satu pelajar yang lebih
mentasi pembelajaran, perhatian guru harus mampu untuk turut membantunya memahami
dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dua konsep ini. Contoh lain, dalam pembela-
dapat memecahkan masalah belajar sendiri, jaran kosakata melalui menebak makna kata
yaitu mereka yang hanya dapat menyelesai- dengan representasi gerak tubuh, anak-anak
kan masalah dengan bantuan. Contoh, guru yang belum begitu menguasai Bahasa Inggris
Bahasa Inggris perlu menyediakan berbagai hanya perlu menonton gerakan temannya un-
jenis dan tingkatan bantuan yang dapat mem- tuk mengetahui makna kata yang tidak diketa-
fasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan hui (Brouillette, 2012).
permasalahan yang dihadapinya. Bantuan- 4. Cooperative Learning juga meru-
bantuan tersebut dapat dalam bentuk pembe- pakan aplikasi konsep Vygotsky. Hal ini
rian contoh-contoh ungkapan Bahasa Inggris, disebabkan karena pelajar mengkonstruksi
petunjuk atau pedoman mengerjakan sebuah pengetahuannya melalui berinteraksi dengan
tulisan / karangan, pemberian balikan pada temannya. Misalnya, dalam kelas reading bisa
kualitas speaking, listening, reading compre- menggunakan teknik jigsaw dimana pelajar
hension atau writing. saling ketergantungan secara positif dengan
2. Bimbingan atau bantuan dari orang temannya untuk memahami sebuah reading
dewasa atau teman yang lebih kompeten atau text.
dalam Bahasa Inggris dikenal denga MKO Sudah jelaslah, bahwa teori sosio-kul-
(More Knowledgable Others) sangat efektif tural dari Vygotsky banyak memberi peranan
untuk meningkatkan produktivitas belajar Ba- pada pembelajaran Bahasa Inggris terutama
hasa Inggris. Bimbingan oleh orang dewasa dalam implikasinya terhadap buku-buku, kuri-
atau oleh teman sebaya yang lebih kompeten kulum, serta pendekatan pengajaran Bahasa
bermanfaat untuk memahami konsep-konsep Inggris seperti contextual language teaching
Bahasa Inggris yang sulit. Dalam kerja kelom- atau situated language learning dan collabo-
pok guru bisa mengelompokkan pelajar dengan rative learning.
kemampuan Bahasa Inggris yang lebih baik
dengan pelajar yang kemampuan Bahasa Ing- PENUTUP
gris kurang dalam satu kelompok. Guru juga
bisa menerapkan Peer review dalam pembela- Berdasarkan pemaparan diatas kedua
jaran menulis, yang melibatkan negosiasi daf- teori ini memberikan sumbangan besar bagi
tar kriteria, feedback training, kelompok peer dunia pendidikan, termasuk pembelajaran
reviewing, dan produksi draft akhir, sehingga Bahasa Inggris. Artikel ini tidak menimbang
pelajar bisa belajar dari memberikan feed- secara berat sebelah, tetapi menyampaikan
back sekaligus membantu pelajar lain (Berg- pandangan secara setara pada pentingnya dua
gren, 2015). Dengan demikian, teori Vygotsky konsep ini pada proses pembelajaran di kelas

| PRASI | Vol. 11 | No. 01 | Januari - Juni 2016 | 9


Bahasa Inggris. Teori Piaget menekankan Brouillette, L. 2012. Advancing the Speaking and
pengalaman belajar dengan mengkonstruksi Listening Skills of K–2 English Language
penge-tahuannya dalam tahapan-tahapan Learners Through Creative Drama.
tertentu. Teori ini sulit menggambarkan TESOL Journal: 3(1): 138-145.
kompleksitas variasi interindividual dan in- Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
traindividual dari setiap individual dalam
Geerson, E.B. 2006. An Overview of Vyqotsky’s
perkembangannya (Hopkins, 2011), sehing- Language and Thought for EFL teachers.
ga pada perkembangan selanjutnya banyak Language Institute Journal, 3: 41-61.
peneliti melontarkan kritik pada teori Piaget Gilakjani, A.P. 2012. Visual, Auditory, Kinaesthe-
karena temuan tahapan-tahapan yang disam- tic Learning Styles and Their Impacts on
paikan Piaget tidak selalu terjadi sesuai English Language Teaching. Journal of
dengan umur dalam gagasan teorinya (Bower Studies in Education, 2 (1): 104-113.
and Wishart, 1972; McGarrigle and Donald- Hudoyo, H. 1998. Ilmu Pendidikan. Surabaya:
son, 1974; Rose and Blank, 1974; Keating, Usaha Nasional.
1979). Teori Vigotsky yang menimbang fak- Hopkis, J. R. 2011. The enduring Influence of
tor-faktor kultural dalam perkembangan anak Jean Piaget. Diakses tanggal 7 Novem -
ber 2016 dari http://www.psychologi
yang terlihat dari pemberian bantuan terhadap
calscience.org/publications/observer/2011
ZPD, dapat menjelaskan apa yang tidak bisa /december-11/jean-piaget.html
dijelaskan oleh teori Piaget. Hoque, M.E. 2008. Learners’ Strategies, Prefer-
Sementara itu, teori Vygotsky yang ences and Styles In Learning Eng-
terbatas pada perilaku-perilaku yang tampak, lish as a Foreign Language: A Study on
kurang dapat menjelaskan perilaku-perilaku The Preferences of Higher Secondary Stu-
yang sukar diamati. Dalam hal ini teori Pia- dents In Bangladesh. Diakses 1 Juli 2016
get dapat memberikan penjelasan terhadap dari http://www.languageinindia.com/
persoalan tersebut melalui rumusan tahapan- march/2008/bangladeshenglishlearning.
tahapan perkembangan sesuai dengan ting- pdf
katannya. Dengan demikian, sesungguhnya Keating, D. 1979. Adolescent Thinking dalam
J. Adelson (Ed.), Handbook of adolescent
kedua teori ini bersifat saling melengkapi dan
psychology, pp. 211-46.New York: Wiley.
memberikan jawaban atas kelemahan masing- McGarrigle, J. & Donaldson, M. 1974. Conserva-
masing teori yang dikemukakan. Implikasi tion accidents. Cognition, 3: 341-350.
dalam pembelajaran Bahasa Inggris, guru Moll,L.C & Greenberg,J. 1990. Creating Zones
harus mampu melihat poin-poin penting di of Possibilities: Combining Social context
setiap teori untuk dapat digunakan dalam for Instruction. Dalam L,C, Moll Vygot
pembelajaran untuk menghadapi kebutuhan sky and Education (pp 319-348).
dan karakteristik pelajar yang beragam. Cambridge: Cambridge University Press.
Ormrod, J.E. 2007. Educational Psychology: De-
veloping Learners (sixth edition).
DAFTAR PUSTAKA New york: Prentice Hall.
Poedjiadi, A. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu bagi
Pendidik. Bandung: Penerbit Yayasan
Al-Gahtani, S and Roever, C. 2013. ‘Hi doctor,
Cendrawasih.
give me handouts’: lowproficiency learn
Oxford, R.L. 2003. Language Learning Styles And
ers and requests. ELT Journal, 67(4):413-
Strategies:An Overview. Diakses tanggal
424.
6 agustus 2016 dari http://web.ntpu.edu.
Berggren, J. 2015.Learning from giving feedback:
tw/~language/workshop/read2.pdf
a study of secondary-level students ELT
Oxford, R.L. 1990. Language Learning Strate-
Journal, 69 (1): 58-70.
gies: What Every Teacher Should Know.
Bower, T.G.R., & Wishart, J.G. 1972. The effects
Boston: Heinle & Heinle.
of motor skill on object permanence.
Razawi, N . A., Muslim, M., Razali, M. S. C.,
Cognition, 1:165–172.
Husin, N., Samad, N.Z.A., 2011.

10 | PRASI | Vol. 11| No. 01 | Januari - Juni 2016 |


Students’ Diverse Learning Styles
In Learning English As A Second
Language. International Journal of Busi
ness and Social Science, 2(19):179-186.
Rose, S. A., & Blank, M. 1974. "The potency of
context in children’s cognition: An illus -
tration throughconservation." Child
Development, 45: 199-502.
Siegler, R.S. & Richards, D. 1979. Deve -
lopment of time, speed and distance con -
cepts. Developmental Psychology, 15,
288-298. In McLeod, S. A. 2010. Formal
Operational -Piagetian Stage Formal
Operational-Piaget ian Stage.
Diakses tanggal 10 Februari 2016 dari
http://www.simplypsychology. org/formal
-operational.html
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E.1997. Educational Psychology: Theo
ry and Practice. Boston: Allyn & Bacon.
Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius.
Supratiknya, A. 2000. Statistik Psikologi. Jakarta:
Grasindo.
Wilson, B.G, Teslow, James L, & Taylor, Lyn.
1993. Instructional design perspectives
on Mathematics Education with Referen-
ce to Vygotsky’s Theory social cogniti-
on.
Diakses lewat online tanggal 2 Agustus
2016 dari http://carbon.ucdenver. edu/
~bwilson
Zhou, M. 2011. Learning Styles and Teaching
Styles in College English Teaching. Inter
national Education Studies, 4(1): 73-77.

| PRASI | Vol. 11 | No. 01 | Januari - Juni 2016 | 11

Anda mungkin juga menyukai