Entoh Tohani
Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract:
The use of language in an educational process provides effect to the personality of the
learner. A good language will facilitate substance of education, understood and internalized
by learners. Similarly, teachers who speak politely will lead to the happy feeling for
students to involve in education. Thus, it is a must in an educational environment; the
communication process is built based on the truth instead of mendacious communication,
without meaninglesness.
Key word:
philosophy, education, and school.
Proses pendidikan merupakan suatu upaya seperti karakteristik warga belajar, karakteristik
edukasi untuk memberikan pengalaman-pe- pendidik, saluran yang digunakan, gangguan
ngalaman belajar kepada para siswa untuk dari lingkungan dan faktor lainnya.
mengembangkan potensi yang dimilikinya Dalam proses pendidikan, proses ko-
secara optimal baik potensi akal, mental mau- munikasi tidak selalu berjalan dengan baik.
pun fisik. Pengalaman belajar diberikan oleh Berbagai persoalan dapat muncul diakibatkan
pendidik secara sengaja melalui berbagai kurangnya proses komunikasi yang setara antara
cara atau strategi tertentu misal melalui pe- pendidik dan siswa. Terkadang muncul berbagai
ngajaran, penyuluhan, pelatihan, dan pendam- perlakukan tidak sesuai yang dilakukan oleh
pingan. Dalam pemberian pengalaman belajar, salah satu pihak dalam proses pembelajaran.
satu hal yang penting adalah bagaimana pen- Kejadian-kejadian seperti penggunaan “label”
didikan mampu mengkomunikasikan secara bagi anak yang dipandang kurang pandai atau
efektif berbagai materi atau substansi penge- bodoh, atau kepada anak-anak yang dipandang
tahuan. Komunikasi efektif menjadi syarat tidak tertib akan norma, sering diberikan pen-
mutlak dan perlu dibangun dalam proses pen- didik dalam proses pendidikan/pembelajaran;
didikan. Komunikasi yang efektif dimaknai tindakan membeda-bedakan antara satu anak
sebagai komunikasi yang berhasil melahirkan dengan anak lain disebabkan oleh perbedaan
kebersamaan (commonness), kesepahaman ras, etnis, dan status sosial ekonomi; atau
antara sumber (source) dengan penerima bahkan kekurangjelasan mengenai apa yang di-
(audience)-nya. Sebuah komunikasi akan benar- sebut dengan pendidikan gratis, komersialisasi
benar efektif dalam pendidikan apabila warga pendidikan, dan sebagainya dalam kehidupan
belajar atau siswa (audience) menerima pesan, sehari-hari yang mana dapat membingungkan
pengertian dan lain-lain persis sama seperti masyarakat.
apa yang dikehendaki oleh pendidik (sebagai Terkait dengan konteks di atas, pema-
penyampai). Tentunya keberhasilan pemaknaan paran berikut berusaha meninjau proses pen-
pesan yang sama dipengaruhi oleh berbagai hal didikan/pembelajaran dari sudut pandang
940
Entoh Tohani, Analisis Filsafat dan Implikasi Pada Pendidikan 941
terjadinya komunikasi, yang pada dasarnya untuk mengklarifikasi dan membentuk pemak-
adalah penggunaan bahasa atau simbol-simbol naan dari bahasa. Analisis filsafat tidak berusaha
dalam proses pendidikan sebagai kajian dalam membentuk sistem filsafat baru yang mencakup
pendekatan filsafat yaitu analisis filsafat semua pengalaman umat manusia. Melalui
(philosopical analysis) dalam pendidikan dan metodologi verifikasi empiric, filsuf analitik
implikasinya terhadap kegiatan pendidikan. mencari penggolongan atau pemaknaan dari
pertanyaan-pertanyaan bahasa (Gutek, 1974).
PEMBAHASAN DAN HASIL Lebih lanjut dijelaskan oleh Akinpelu (1981:169)
bahwa filsafat analitik mencoba menjelaskan
Analisis filsafat atau Analisis bahasa bahwa filsafat tidak lagi menerima atau ber-
Kehadiran analisis filsafat tidak lepas dari hubungan dengan suatu substansi spesifik yang
pemikiran-pemikiran filsuf Idealism (Hegelian) terkandung dalam ilmu sains, namun focus
yang berkembang di Inggris. Pemikiran idealisme filsafat lebih diarahkan pada penggunaan bahasa
telah mampu menggoyahkan pemikiran-pe- atau konsep-konsep yang orang-orang gunakan
mikiran empirisme yang berkembang pada abab dalam setiap jenis diskusi. Dengan penggunaan
ke-18 sampai pertengahan abah ke-19. Namun, menjelaskan konsep, dan menemukan makna
pada awal abab ke-20 iklim filsafat berubah pokok dari ekspresi-ekspresi yang digunakan
khususnya di Inggris, para ahli fikir Inggris mulai oleh individu-individu, individu akhirnya akan
mencurigai atau meragukan ungkapan-ungkapan dapat memahami masalah-masalah apa yang
filsafat yang dilontarkan oleh kaum Hegelian. ada dan menemukan di mana menemukan
Para ahli fikir Inggris menilai ungkapan- solusi untuk permasalahan tersebut. Dan juga,
ungkapan mereka dipandang sulit dipahami dan dapat memahami makna setiap konsep yang se-
menyimpang jauh dari akal sehat. Oleh karena bagaimana digunakan oleh masyarakat dalam
itu, pemikir Inggris berusaha melepaskan diri bahasa sehari-hari mereka. Filsafat ini tidak
dari cengkraman filsafat idealism. Revolusi membuat bahasa khususnya sendiri, namun
yang semula ditiupkan oleh ahli fikir Inggris menjadikan suatu kejelasan mengenai berbagai
yang cukup terkenal yaitu G.E. Moore, segera makan kata yang digunakan menurut konteks
disambut hangat oleh tokoh Cambridge lainnya yang berbeda-beda, supaya akhirnya terbentuk
seperti Bertrand Russel, kemudian dilanjutkan kesepakatan bersama mengenai cara kata-kata
secara beranting oleh Wittgenstein. Melalui digunakan.
Wittgenstein inilah revolusi yang menentang Menurut Wittgenstein (Rizal M, 2007:9)
pengaruh kaum Hegelian itu muncul metode tugas filsafat bukanlah membentuk pernyataan
filsafat baru yaitu: metode analisis bahasa tentang sesuatu yang khusus (seperti yang
atau lebih dikenal dengan analisis filsafat dibuat oleh para filsuf sebelumnya), melainkan
(philosophical analytic). memecahkan persoalan yang timbul akibat
Analsisi filsafat atau analisis bahasa ketidakpahaman terhadap bahasa logika. Ini
(Orstein & Levine, 1989) merupakan suatu me- berarti, analisis bahasa pada dasarnya bersifat
tode penentuan bahasa yang digunakan dalam kritik terhadap bahasa (critical of language)
pembuatan pernyataan-pernyataan mengenai yang dipergunakan dalam filsafat. Metode
pengetahuan, pendidikan, persekolahan dan analisis bahasa ini telah memberikan gambaran
mencari klarifikasinya dengan membentuk pe- yang memudahkan kebanyakan orang karena
maknaan. Analisis filosifis telah mencapai ke- dianggap bahasa filsafat terlalu berlebihan dalam
sepakatan di antara filosofer pendidikan yang mengungkapkan realitas. Begitu banyak istilah
percaya bahwa komunikasi mengenai masalah atau ungkapan yang ‘aneh” dalam filsafat seperti
pendidikan sering membingungkan dalam ke- “eksistensi”, “nothingness”, ‘substansi”, dan se-
hidupan sehari-hari. Untuk memaknai, para filsuf bagainya, sehingga menimbulkan teka-teki yang
analisis filosifis mencoba mereduksi pernyataan- membingungkan para peminat filsafat.
pernyataan tentang pendidikan ke dalam istilah Analisis bahasa bermaksud membersih-
empiris (nyata). kan dan menyembuhkan pemakaian bahasa
Analisis filosofis merupakan metode baru dalam filsafat. Hal ini disebabkan oleh anggapan
mengenai penggunaan bahasa dan mencoba bahwa bahasa filsafat mengandung banyak pe-
942 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972
nyakit, seperti kekaburan arti (vagueness), ke- Melalui pengamatan yang cermat terhadap
maknagandaan (ambiguity), ketidaktegasan struktur proporsi serta kesimpulan logic
(inexplicitness), dan lainnya. Maka, perlu disusun mengenai realitas, Wittgenstein bermaksud
suatu criteria logis yang dapat menentukan apa- menjernihkan kesalahpahaman yang diperbuat
kah suatu istilah/ungkapan tertentu mengandung oleh pendahulunya. Penyebab utama kekacauan
makna (meaningful) atau tidak (meaningless). bahasa dalam filsafat adalah tidak ada tolak ukur
Dengan demikian, tidak terjebak ke dalam pe- yang dapat menentukan apalah suatu ungkap
rangkap filsafat yaitu: “mencari jawaban ter- bermakna atau tidak. Oleh karena itu, menurut
hadap suatu pernyataan yang sesungguhnya ia, penggunaan bahasa logika yang sempurna
tidak dapat diajukan”. berarti pemakaian alat-alat bahasa–kata dalam
kalimat–secara tepat sehingga setiap kata
Aliran-aliran Analisis filosofi hanya mempunyai satu fungsi tertentu saja, dan
Dalam perkembangannya, analisis filosifis setiap kalimat hanya “mewakili” suatu keadaan
memiliki beberapa aliran setelah abab ke-20, factual saja. Suatu bahasa logika yang sempurna
yaitu: atomistic logis, positivism logis, dan mengandung aturan sintaksi sehingga mencegah
filsafat bahasa biasa atau the ordinary language ungkapan tidak bermakna, dan mempunyai
philosophy (www.home.sandiego.ed ). Berikut simbol tunggal yang selalu bermakna unik dan
pemikiran pokok masing-masing aliran. Filsafat terbatas.
atomistic logis merupakan suatu paham atau Aliran positivism logik berpendapat
ajaran yang berpandangan bahwa bahasa itu bahwa suatu bahasa bermakna atau tidak dapat
dapat dipecah menjadi proporsi-proporsi atomic diketahui dengan cara melalakukan verifikasi.
atau proporsi-proporsi elementer, melalui teknik A.J. Ayer, tokoh aliran ini, berpendapat bahwa
analisis logic atau analisis bahasa. Setiap proporsi prinsip verifikasi merupakan pengandaian untuk
atomik mengacu pada atau mengungkapkan melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui
kepribadian suatu fakta atomik, yaitu sebagian criteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu
terkecil dari realitas. Dengan pandangan ini, kalimat mengandung makna atau tidak. Melalui
kaum Atomisme logic bermaksud menunjukkan pinsip verifikasi ini tidak hanya kalimat yang
adanya hubungan yang mutlak antara bahasa teruji secara empirik saja yang dapat dianggap
dengan realitas. bermakna, tetapi juga kalimat yang dapat
Tokoh Atomisme adalah Betrand Russel dianalisis. Lebih lanjut dijelaskan Ayer, terdapat
(1872-1970), yang mana ia menjelaskan bahwa dua macam verifikasi yaitu verifikasi ketat
dalam analisis bahasa perlu mengunakan metode di mana menjelaskan sejauh mana kebenaran
ilmiah. Menurutnya analisis logic mengandung suatu proporsi didukung pengalaman yang
pengertian suatu upaya untuk mengajukan alasan meyakinkan; dan verifikasi lunak di mana jika
a priori yang tepat bagi pernyataan, sedangan suatu proporsi mengandung kemungkinan bagi
sintesa logic berarti menentukan makna pengalaman atau merupakan pengalaman yang
pernyataan atas dasar empiric/pengalaman. memungkinkan.
Russel lebih mendahulukan analitik logic Aliran terakhir adalah filsafat bahasa
daripada sintesa logic, karena teori yang melulu sehari-hari. Aliran filsafat ini menekankan pada
bersifat empiric (didasarkan atas fakta) tidak permasalahan utama yang lebih penting daripada
dapat menjangkau hal-hal yang bersifat universal. masalah makna, yaitu bagaimana penggunaan
Menurutnya, kebenaran yang bersifat logic dan suatu istilah atau ungkapan mengandung arti
matematik (diungkapkan dengan analisis logic) demikian. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu
menyakinkan untuk mengakui kepribadian diselidiki atau diteliti aspek pragmatisnya
sifat-sifat “universal” yang tak terubahkan, ketimbang semantiknya. Aliran ini memfokuskan
padahal banyak teori empiric murni tidak dapat pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-
mempertanggungjawabkan hal seperti itu. hari yang mana berbagai bahasa digunakan oleh
Tokoh lain adalah Ludwig Wittgenstein kebanyakan orang, dan mereka kadang tidak
(1889-1951) yang menjelaskan bahwa cara mempersoalkan aspek semantiknya; bahkan
merumuskan persoalan filsafat terbentur pada kadang tidak jelas atau logis namun dapat
kesalahpahaman mengenai bahasa logika. disepakati dan dipahami terkait istilah yang
Entoh Tohani, Analisis Filsafat dan Implikasi Pada Pendidikan 943
mereka gunakan. Tokoh dari aliran dipelopori Dalam tataran interaksi pendidik dan
olehj Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle (1900- peserta didik, proses komunikasi harus dapat
1976), dan John Langshaw Austin (1911-1960). dibangun secara humanis. Pendidik harus me-
nempatkan peserta didik sebagai orang yang
Implikasi terhadap proses pendidikan mampu memaknai pesan-pesan pendidikan
Proses pendidikan yang terjadi di (materi, atau bahasa pendidik). Pendidik mampu
lingkungan lembaga pendidikan tidak lepas menyadari bahwa peserta didik adalah manusia
dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang dapat yang dapat berbicara, dan berkomunikasi sehingga
berakibat positif maupun negatif. Pengaruh- pendidik tidak selalu atau dominan memaksakan
pengaruh baik dari lingkungan makro, maupun apa yang dia pikirkan; namun peserta didik di-
meso sistem, atau dalam lingkungan mikro ajak untuk dapat berdialog berdiskusi terkait
sendiri perlu ditelaah lebih jelas dan cermat dengan pemikiran, problem, atau isu yang
sehingga memungkinkan kegiatan pembelajaran sedang dihadapi dirinya maupun di lingkungan
di lembaga pendidikan dapat berjalan dengan sosialnya. Pendidik mengkomunikasikan materi
baik, mampu mencapai tujuan pendidikan indi- belajar dengan cara yang pantas, dan menantang
vidual maupun secara social. Terkait dengan ini, peserta didik untuk belajar. Bukan dengan proses
pemikiran analisis filsafat atau analisis bahasa pentransferan pengetahuan yang mendogma
dapat memberikan gambaran atau framework pikiran-pikiran peserta didik. Komunikasi yang
kepada para pendidik atau pemimpin lembaga secara, tidak adanya pemaksaan pemikiran yang
pendidikan agar mampu selalu menjalankan kaku, dan dengan bahasa lisan atau tulisan yang
tugasnya. mudah dipahami peru dilakukan oleh pendidik
Menurut Akinpelu (1981) pentingnya ana- dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
lisis bahasa dipahami oleh pendidik disebabkan Hal inilah yang Friere (1972) nyatakan bahwa
oleh beberapa hal yaitu: a) Lembaga pendidikan proses pendidikan harus terhindar dari pem-
(sekolah) merupakan institusi sosial yang belajaran yang “membisukan” peserta didik, dan
dapat dijadikan media untuk menanamkan menjadikan mereka hidup dalam “kebisuannya”,
pemikiran-pemikiran (dogma) atau isu-isu, terasing dalam realitas kehidupan mereka sendiri.
dimana kadang menyebabkan permasalahan dan Pendidik dalam menyampaikan substansi
membingungkan. Dalam hal ini, seorang pendidik pendidikan secara tertulis perlu memperhatikan
perlu dengan teliti dan menjelaskan pemikiran- penampilan kemasan penyampaian pesan kepada
pemikiran atau isu-isu mana yang bermanfaat peserta didik. Tulisan yang terbaca, rapi, dan
bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menarik sebaiknya diperhatikan para pendidik
pembelajaran; b) Lembaga pendidikan sebagai ketika ia menyampaikan materi dalam bentuk
suatu lembaga yang memiliki pihak-pihak tulisan. Tulisan yang baik dan terbaca akan
berkepentingan perlu memperhatikan vested menghindarkan peserta didik dari kebingunan
interest yang dimiliki masing-masing pihak mengenai substansi atau pesan pendidikan
(stakeholders). Kepentingan masing-masing dalam memaknai pesan yang ditulis. Sebagai
pihak terkait sangat berbeda-beda sehingga contoh, akhir-akhir ini dalam realita di dunia
manajer atau pendidik lembaga pendidikan perlu pendidikan, seni dan keterampilan menulis yang
dengan peka, teliti, tidak langsung menerima, baik sudah jarang dikembangkan bahkan dipakai
namun mempertimbangkan secara seksama oleh para pendidik sendiri bahkan dimungkinkan
semua usulan-usulan atau masukan-masukan sejak mereka mengikuti jenjang pendidikan di-
dari mereka. Mempertimbangkan masukan tempuhnya di lembaga pendidikan tenaga
mana yang paling benar dan bermanfaat dalam kependidikan. Oleh karena itu, seorang pendidik
pengambilan keputusan pendidikan; dan c) sudah selayaknya memiliki keterampilan me-
Pendidik dalam mengajar, selain mengajarkan nulis yang baik dalam menjalankan peran dan
konsep-konsep dengan baik kepada peserta fungsinya.
didik, alangkah baiknya juga ia menguasai secara Pendidik pun perlu membangun kesadaran
empirik konsep-konsep dimaksud sehingga kritis peserta didik. Berbagai propaganda atau
pembelajaran akan lebih kongkrit dan tidak slogan-slogan yang ada di lingkungan masyarakat
ambigu. bermunculan yang mana memerlukan penelaahan
944 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972
DAFTAR PUSTAKA
Akinpelu, J.A. (1981). An Introduction to Ornstein, Allan C., & Levine, Daniel U.
hiloshophy of education. Hong Kong: (1989). Foundation of educaton.Boston:
Macmillan Publisers. Houghton Mifflin Company.
Freire, Paulo. (1972). Pedagogy of the oppressed. Rizal Mustansyir. (2007). Filsafat analitik.
Victoria: Penguin Books Ltd. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Gutek, Gerald Lee. (1974). Philosophical www. home.sandiego.ed diakses pada November
alternatives in education. Ohio: A bell & 2011.
Howell Company.