OLEH :
KELOMPOK
Setiap bangsa memiliki arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik itu pada
bangunan kuno maupun bangunan modern. Dimana hal tersebut dapat mencerminkan dan
menjadi sebuah ciri khas dari suatu Negara.
Sebuah karya arsitektur dapat dibentuk oleh unsur-unsur, sistem, dan tatanan dasar
yang saling berkaitan untuk membentuk sebuah kesatuan terintegrasi yang memiliki suatu
struktur yang menyatu.
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan, yang berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan antara lain : seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi, dan sejarah. Oleh karena itu,
ada beberapa pengertian tentang arsitektur berdasarkan batasan-batasannya, tergantung
dari segi mana memandangnya.
Dipandang dari segi seni, arsitektur adalah segi bangunan, termasuk bentuk dan
ragam hiasnya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan, termasuk
proses perancangan konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi
dan keindahan. Dari segi ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia
atau kelompok manusia untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Sedangkan dari segi sejarah,
kebudayaan dan geografi, arsitetur dipandang sebagai ungkapan fisik dan peninggalan
budaya dari suatu masyarakat dalam batasan waktu dan tempat tertentu (Yulianto, 1997 : 1).
Arsitektur Romawi mengalami pemisahan bentuk dan struktur, bentuk tidak selalu
mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan hiasan atau ornamen. Arsitektur
Romawi lebih mengutamakan fungsi ( utilitarian), konstruksi bangunan, dan suasana
(grandeur).
PEMBAHASAN
Romawi merupakan tempat kuno di Eropa yang menjadi sumber kebudayaan Barat.
Terletak di Semenanjung Apenina (sekarang Italia). Sebelah Utara semenanjung Apenina
bersambung dengan daratan Eropa yang terdapat pegunungan Alpen sebagai batas alam
yang memanjang. Sebelah Barat Laut yang memisahkan Italia dengan Perancis. Sebelah
Utara memisahkan Italia dengan Swiss dan Austria. Sebelah Timur Laut dengan Yugoslavia.
Semenanjung Itali mempunyai iklim yang dapat dibedakan ke dalam tiga kategori
menurut letaknya, bagian utara sama dengan daratan Eropa lainnya cukup dingin, di bagian
tengah rata-rata cukup banyak matahari, di bagian selatan mendekati iklim tropis.
2.1.2 Kondisi Masyarakat
Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM hingga raja Julius Caesar pada tahun
100 SM bangsa Romawi tidak pernah mengalami masa demokrasi seperti bangsa Yunani.
Sehingga bangsa ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari seorang pemimpin yang
paling berkuasa dan tertinggi seperti Dewa. Tugas bagi para pemimpin yang harus diemban
adalah menaklukkan daerah-daerah perluasan sekiranya daerah tersebut mempunyai
penguasa. Konsep kepemimpinan ini menjadi konsep dasar hukum bagi sistem kepemimpinan
kekaisaran Romawi.
Etruscan merupakan kelompok suku yang menjadi cikal bakal dari bangsa Romawi
yang akan mendiami wilayah Etruria di barat-tengah semenanjung Itali sekitar tahun 750-100
SM. (Sir Baniste Fletcher, 1975 : 256).
Bahan mineral cukup melimpah di Etruria, terutama tembaga. Batu dan marmer
seperti di wilayah Yunani, sudah sejak dahulu menjadi bahan bangunan utama.
2.1.4 Sejarah Romawi
Zaman Romawi Awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah telah di sebut di atas, pada sekitar tahun 700-an SM.
Berdasarkan legenda, kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian selatan dari wilayah
Etruria. Dahulu wilayah ini di bawah kekuasaan raja Etruscan.
Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan mulai turun, hingga runtuh pada
500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di laut oleh Syracusans beraliansi
dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali bagian selatan. (Ibid : 25).
Penaklukan atas Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi Romawi
juga mendorong didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah Romawi pada 133
SM. Wilayah kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama
dari Provinsi Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma
mencakup wilayah Euphrates hingga Atlantik.
Arsitektur Etruska
membuat langgam baru selain mengoper dari yunani yaitu
langgam/gayaTuskana,sedangkan lainnya gaya komposit merupakan penggabungan lonia
dan Corhintia.
Atrium merupakan ''ruang keluarga resmi'' didalam tiap rumah tinggal orang romawi yang
fungsinya adalah tempat bagi seorang bapak untuk menasehati anak-anak lelakinya. Ruang
ini mempunyai lubang di atas atap yang sudah menjadi tradisi sejak Romawi Kuno
(Etruska),ketika tempat tinggalnya hanya terdiri dari satu ruang dengan lubang angin diats
yang diperlukan untuk memasukan cahaya serta udara dan mengeluarkan asap dari tungku.
Perkembanngan selanjutnya Artrium menjadi ruang tamu besar, dengan lubang atas tetpa
dipertahankan , tetapi tungku api diganti dengan kolom untuk menanmpung air hujan.
Dengan proses yang sama, Tablinum yang mula-mula adalah sengkang dibelakang,
Atrium, menjadi ruang makan kecil, yang menghadap kebun sayur sederhana yang
seharusnya dikembangkan menjadi taman tertutup yang indah dan dikelilingi oleh ruang-
ruang yang lain, misalnya ruang tidur atau thalamus, taman ini di sebut Peristyllum yang di
batasi pilar-pilar besar dan dilengkapi dengan kolam serta patung yang dipergunakan untuk
ruang santai keluarga.
Bahan bangunan yang dingunakan adalah bata yang dikeringkan kemudian diapisit teracota,
sedangkan pemakaian atap dari bahan kayu.
Arsitektur Romawi
Bangsa Romawi mengambil kolom dan balok dari bangsa Yunani lalu dengan busur
lengkung dari Etruska. Kombinasi kolom, balok dan busur ini merupakan ciri dari pedoman
arsitektur Romawi selanjutnya. Langgam gaya yang diapkai untuk pilar-pilar adalah Doria,
Lonia, Korintia,Kompposit dan Tuskana.
Arsitektur Vitruvius telah menyusun pedoman, juga memberikan proporsi langgam gaya
tersebut, kecuali Komposit. Proporsi gaya tersebut kemudiian dipelajari secara mendalam
oleh Palladio, Vignolla dkk, pada zaman Renaissance
Kuil yang ada pada phase Hellenistik Yunani,terdiri dari satu lantai yang sangat dominan,
pada zaman Romawi menjadi bermacam-macam tipe yang dikembangkan dan berlantai
banyak.
Dinding Romawi terdiri dari batu dan beton, yang merupakn karakter kubus. Pembuatan
lengkung busur ], di tunjang oleh rangka kayu/bekesting sampi beton mengeras. Sedangkan
beton merupakan bahan bangunan yang bisa diproduksi secara masal, uniform dan
sederhana.
Suku bangsa Etruscans, telah disebut di atas mendiami wilayah tengah-barat Itali
adalah kelompok suku yang sangat maju pada zamannya dalam arsitektur. Pada sekitar abad
VII SM sudah membangun kota dengan antara lain dinding-dinding, pipa-pipa pembuangan
air, hingga mengontrol sungai sehingga permukaan airnya sama dengan rata-rata permukaan
danau-danau. (Sir Banister Fletcher, 1975 : 263).
Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting, karena berfungsi
sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok. Berkat pelengkung berbagai bangunan
besar dan tinggi dapat didirikan.
Gambar 2.2 Dinding keliling dengan gerbang berkonstruksi pelengkung Falerii Novi pada abad III SM.
Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung sebuah
jalan yang berada di samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada zaman Titus,
untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke tangan orang-orang Roma. Bagian dalam
pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul.
Konstruksi kolom dan balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur Yunani yang
disebut Order. Keindahan dari Order terpancar dari ornamen yang menenkankan pada
bagian-bagian yang dominan antara lain kolom dan kepalanya, entablature dan pediment
dengan dekorasi, terbagi menjadi aliran masing-masing mempunyai ciri khas antara lain,
Dorik, Ionik dan Korintien.
Elemen-elemen Order dalam arsitektur Romawi hanya diambil bentuknya, sama sekali
tidak terkait dengan konstruksi, menghias pilaster dan balok-baloknya. Dalam berbagai
bangunan Romawi, elemen arsitektur Yunani hanya menjadi hiasan misalnya pada pintu
masuk dan jendela. Pada teater, kolom, balok atau entablature yang menyatu dengan
pelengkung yang berfungsi ganda yaitu sebagai bagian konstruksi penguat dinding dan juga
sebagai dekorasi.
Gambar 2.6 Kolom-kolom menyangga semacam entablature, lengkap dengan cornice, bukan berfungsi sebagai
balok, namun juga sebagai ornament. Ditengah frieze, terdapat berkaitan dengan sejarah.
Sumber : http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html
2.4 Tipologi Bangunan Romawi
KESIMPULAN
Kekokohan
Keamanan
Kenyamanan
Fungsi
Arsitektur Romawi mengalami pemisahan bentuk dan struktur, bentuk tidak selalu
mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan hiasan atau omamen. Arsitektur
Romawi lebih mengutamakan fungsi ( utilitarian), kontruksi bangunan dan suasana
(grandeur).
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Cornice : Perhiasan di atas tembok; pilar dari sebuah gedung yang menonjol keluar,
umumnya berbentuk segitiga.
Dome : Kubah; lengkungan puncak.
Entablature : Bagian dari arsitektur Klasik Yunani; merupakan susunan dari balok
horizontal, dibagi ke dalam 3 bagian.
Molding : Papan hias tembok.
Pediment : Konstruksi dalam arsitektur klasik, berbentuk segitiga di bagian depan atap
yang berbentuk pelana dibingkai dibagian bawah oleh horizontal cornice dan
bagian yang miring oleh cornice miring.
Pilaster : Kolom penguat yang menyatu dengan dinding, kadang dihias dengan
capital dan base.
Tympanum : Bidang segitiga atau lengkung pada pediment.