Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

“BIOENTERPRENEUR DI BIDANG MIKROBIOLOGI”

Dosen Pengampu :

MIFTAH ARINA HARAHAP, M.Pd

Tugas Terstruktur Mata Kuliah BIOENTERPRENEUR

Oleh :

KELOMPOK VI

Anni Hafizah Hasibuan (0310171015)

Kholidatun Nasriyah (0310172053)

Maghfira Mutia (0310173098)

Miftahul Jannah Masution (0310171029)

M. Ilham Ramadhan (0310173101)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Bioenterpreneur Dalam Bidang
Mikrobiologi dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioenterpreneur. Penulisan
makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Miftah Khairani, M. Pd sebagai dosen pembimbing mata kuliah.


2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan
material.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan penulisan
dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Medan, April 2020

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Produksi Pembuatan Tempe 3

2.2 Produksi Pembuatan Tape Singkong 11

2.3 Produksi Pembuatan Nata De Coco 16

2.4 Produksi Pembuatan Kecap 29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 40

3.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

ii
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita membahas mengenai mikrbiologi maka kita akan terkait pada materi
mikroorganisme. Dimana mikrorganisme ini sendiri merupakan jasad hidup yang mempunyai
ukuran sangat kecil dan setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan
energi dan bereproduksi dengan sendirinya.

Manusia (individu maupun kelompok) merupakan penggerak berbagai aset dan


sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam hal ini memiliki akses
terhadap berbagai aset dan sumberdaya produktif yang dapat dikelola untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Penghidupan berkelanjutan merupakan “suatu penghidupan yang meliputi
kemampuan atau kecakapan, aset-aset (simpanan, sumberdaya, claims dan akses) dan kegiatan
yang dibutuhkan untuk sarana hidup”. Oleh sebab itu, peranan teknologi harus ditingkatkan
untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan
memanfaatkan mikroorganisme dalam proses pengolahan dalam prose produk tersebut. Hal
tersebut memberikan dampak tersendiri bagi setiap orang salah satu contohnya dalam terus
berkaya dibidang entrepreneur.

Peranan mikroorganisme di dalam kehidupana dapat dijumpai pada bidang pangan,


pertanian, industri, kesehatan dan lainnya. Namun, peran mikroorganisme yang paling banyak
dan sering dijumpai yaitu mikrobiologi dalam bidang pangan. Mikrobiologi pangan merupakan
kajian yang membahas perannya mikroorganisme di dalam suatu makanan yang pertumbuhannya
dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan. Mikroorganisme yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau
kebusukan pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan.
Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah yang berperan dalam proses fermentasi
pangan, misalnya dalam pembuatan tempe, yogurt, nata de coco dan lainnya. Oleh sebab itu
makalah ini akan membahas lebih lanjut bagaimana proses produksi mikroorganisme tersebut
dan berbagai keuntungan yang menjadikan ide baru bagi enterpreneur serta manfaat lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana produksi pembuatan tempe ?


2. Bagaimana produksi pembuatan tape singkong ?
3. Bagaimana produksi pembuatan nata de coco ?
4. Bagaimana produksi pembuatan kecap ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui produksi pembuatan tempe


2. Untuk mengetahui produksi pembuatana tape singkong
3. Untuk mengetahui produksi pembuatan nata de coco
4. Untuk mengetahui produksi pembuatan kecap

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Produksi Pembuatan Tempe

A. Pengertian Tempe

Tempe merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai, komposisi gizi tempe
baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan kedelai.
Namun, karena proses fermentasi zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Kedelai mengandung
protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 – 43 %.
Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan
telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai
kadar protein susu skim kering. Tempe adalah makanan yang populer di negara kita.
Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung
sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan
jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar
dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan
kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tempe

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi produksi pembuatan tempe, antara


lain sebagai berikut :1

1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu
cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan
panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila
digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada

1
Koswara, Sutrisno. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

3
kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan
lubang lainnya sekitar 2 cm.
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk
pertumbuhannya.
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat
mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27°C). Oleh karena itu,
maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu
diperhatikan.
C. Kandungan Gizi Pada Tempe

Tempe, sebagai makan dengan nilai kandungan gizi yang tinggi, sudah lama diakui.
Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an
menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II pada zaman pendudukan Jepang di
Indonesia berhasil terhindar dari disentri dan busung lapar karena tempe. Penelitian terhadap
nilai gizi tempe terus dilakukan dan dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tempe
mengandung elemen yang berguna bagi tubuh, yakni asam lemak, vitamin, mineral, dan
antioksi, berikut penjelasannya : 2
1. Asam Lemak
Proses fermentasi pada tempe meningkatkan derajat ketidakjenuhan terhadap
lemak. Akibat proses ini, asam lemak tidak jenuh majemuk pada tempe meningkat
jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh ini mempunyai efek penurunan terhadap
kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam
tubuh.
2. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B
kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber
vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara

2
Astawan, M. dan Mita W. 1991. Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta : Akademika Pressindo,.
Hal. 94-96.

4
lain vitamin B1, B2, asam pantotenat, asam nikotinat, vitamin B6, dan B12. Vitamin
B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada
makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan bijibijian), namun tempe mengandung
vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial
dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada
pembuatan tempe. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3
mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan
vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para
vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang
mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
3. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim
fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi
fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu
(seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh.
4. Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon
yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan
radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein,
dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga
terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat
antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan
ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh
bakteri micrococcus luteus dan coreyne bacterium.

5
D. Cara Pembuatan Tempe

Adapun berbagai tahapan cara dalam pembuatan produksi tempe antara lain, sebagai
berikut :3

1. Alat

 Tampah besar
 Ember
 Keranjang
 Rak bamboo
 Cetakan dan Pengaduk Kayu
 Dandang
 Karung goni
 Tungku atau kompor
 Daun pisang atau plastik
2. Bahan
 Kedelai (10kg)
 Ragi tempe (20kg)
 Air (Secukupnya)
3. Cara Pembuatan

 Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah


lepas;
 Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan
mesin pengupas kedelai
 Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam.
Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar
 Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak 20 gram

3
Sarwono, B. 2002. Membuat Oncom dan Tempe. Jakarta : Penebar Swadaya

6
 Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau
dibungkus dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe
mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik
 Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat.
Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas
 Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan
biarkan selama 1 malam
 Keluarkan tempe dari cetakannya.
E. Distribusi Barang Hasil Produksi Tempe

Di samping memproduksi suatu barang, kita juaga harus memperhatikan tahap-tahap


setelah produksi. Sebagai produsen kita harus memiliki suatu cara untuk mengatasi berbagai
kemungkinan yang akan timbul setelah memproduksi suatu barang atau jasa.

Ada berbagai banyak cara yang biasa seorang produsen lakukan untuk
mendistribusikan barang hasil olahanya. Sama halnya dengan tempe, tempe adalah barang
hasil produksi yang tidak await (tidak tahan lama). Setelah tahap produksi paling lama tempe
hanya bias bertahan seama 2-3 hari jika tidad dimasukan kedalam temat pending. Sekalipun
di tempat pendinginan tempe hanya bias bertahan selama kurang lebih 8-10 hari saja. Sudah
seharusnya seorang produseen tempe harus memiliki tatik tersendiri untuk menyalurkan
tempe ini. Saya sebagai produsen akan melakukan bebrapa cara untuk bias menyaurkan
tempe hasil olahan saya.

Cara-cara itupun seperti : 4

1. Menghubungi orang-orang seperti penjual sayur keliling dan sejenisnya. Seperti


penjual sayur mereka juga menjual bahan makanan sejenisnya seperti tahu, tempe
dan sebagainya. orang-orang seperti ini merupakan konsumen yang bias membeli
tempe kita dengan cara paket atau dalam jumlah yang banyak dalam sekali
pembelian. Bagi mereka membeli tempe dan akan di jual kembali itu akan dapat
menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Jika mareka membi dari pabrik

4
Judoamidjojo, M, Darwis, AA & Said, EG. 1992. Jakarta : Teknologi Fermentasi, Bumi Aksara

7
lansung maka mereka akan bias menjualnya kembali dengan harga sedikit
bertambah.
2. Mendistribusikan tempe hasil produksi kepada orang-orang yang sering berjualan
di pasar-pasar. Sama halnya dengan para penjual sayur di atas orang-orang ini
juga membeli tempe secara paket (dalam jumlah yang banyak).
3. Mancari konsumen tetap. Artinya konsumen tetap yaitu orang-orang yang
membeli tempe setiap hari. Contohnya seperti di rumah-rumah makan. Mereka
membutuhkan makanan tempe sebagi pelengkap menu di rumah makan.
4. Mendistribusikan tempe dengan turun tangan secara lansung atau memuar mdal
secara lansung. Caranya yaitu saya akan membeli beberapa unit sepeda motor
kemudian saya akan mempekerjakan bebrapa orang sebagai penjual tempe saya
dengan cara membawa tempe dengan keranjang di atas sepeda motor sambil
berkeliling. Hal ini bias mmbuat pelanggan tidak usah susua-susah lagi berbelnja
keperluan tempe di pasar.

F. Analisis Pembiayaan Pembuatan Tempe

1) Harga Tipe Jenis Tempe (Berbeda Ukuran)

 Harga konsumen sebesar 1000 rupiah untuk tempe berukuran 9x12cm, dengan harga
agen sebesar 1.200 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 200 rupiah/pc atau
bungkus.
 Harga konsumen sebesar 1,000 rupiah untuk tempe berukuran 9x17cm, dengan harga
agen sebesar 750 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 250 rupiah/pc bungkus.
 Harga konsumen sebesar 2,000 rupiah untuk tempe berukuran 11x20cm, dengan
harga agen sebesar 1,500 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 500 rupiah/pc
bungkus.

8
2) Laporan keuangan

nama barang Jumlah Harga

Baskom 60 600.000

Saringan 30 120.000

kipas angin 15 1.500.000

sotel kayu 55 150.000

Tampah 85 120.000

Dandang 20 450.000

Kompor 15 3.450.000

Total 6.270.000

3) Bahan untuk produksi

 Kacang Kedelai Rp. 2.450.000

 Ragi tempe Rp.730.000

 Daun pisang/kantong plastik Rp.350.000

4) Aspek keuangan

 Modal persiapan

Modal usaha untuk biaya pembuatan tempe ini di peroleh dari beberapa suber
modal antara lain :

Modal sendiri Rp. 45.200.000

Modal bantuan yang di harapkan Rp. 7.000.000

Sisa modal lain Rp. 500.000

9
 Biaya investasi atau oprasional

Biaya investasi atau jumlah uang yang di butuhkan dalam produksi, antara lain
sebagai berikut :

Pembelian lahan Rp. 34.000.000

Pembelin alat dan bahan Rp. 10.000.000

Gaji Rp. 5.000.000

Transportasi Rp. 600.000

Listrik Rp. 600.000

Lain-lain Rp. 1.500.000 +

Rp. 51.700.000

5) Proyeksi keuntungan yang di peroleh setelah beberapa bulan tanpa ada biaya yg
dikeluarkan untuk pembelian lahan dan alat produksi yang jangka waktu
pemakaiannya dapat bertahan lama diperkirakan akan menghaslkan keuntungan
sebagi berikut :

 Penjualan tempe Rp. 57.000.000

 Biaya oprasional Rp. 3.500.000

 Gaji Rp. 10.000.000

 Jumlah Rp. 43.500.000

 Pengambilan modal usaha

Lain-lain Rp. 500.000

Laba bersih Rp. 43.000.000

10
2.2 Produksi Pembuatan Tape Singkong

A. Pengertian Tape Singkong

Tape singkong adalah makanan yang berasal dari hasil proses fermentasi singkong
menggunakan ragi. Melalui proses fermentasi zat pati yang terdapat pada singkong diubah
menjadi gula, sehingga rasa asli singkong yang cenderung tawar berubah menjadi manis
keasam-asaman dan tekstur singkong yang semula keras berubah menjadi lebih lunak.

Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol.Makanan ini


dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera, Rhizopus
oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun oleh tepung
beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat tape perlu
diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya manis dan
strukturnya lembut.

B. Cara Pembuatan Tape Singkong

Pembuatan tape singkong tidak memerlukan banyak bahan baku. Tape singkong
dibuat hanya menggunakan singkong dan ragi. Adapun beberapa cara dalam pembuatannya,
antara lain sebagai berikut :5

1. Kupas kulit singkong, kemudian kerik singkong menggunakan pisau atau batang
bambu yang ditipiskan untuk menghilangkan lendir yang menempel.

2. Cuci menggunakan air sebanyak dua kali hingga singkong benar-benar bersih.

3. Rebus singkong sekitar 40 menit. Selama merebus panci sebaiknya ditutup agar
singkong cepat matang.

4. Angkat, kemudian dinginkan dipara-para (anyaman datar yang terbuat dari


bambu) Selama sekitar satu jam.

5
Amien Muhammad. 1985. Pegangan Umum Bioteknologi 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

11
5. Belah bagian tengah singkong, tetapi hanya setengah. Tujuannya agar ragi dapat
meresap ke bagian dalam singkong sehingga proses pembentukkan tape menjadi
lebih cepat.

6. Bungkus ragi menggunakan kain kasa, kemudian pukul-pukulkan ke singkong


hingga merata atau hingga seluruh bagian singkong terlihat putih.

7. Jejerkan singkong dipara-para yang telah dialasi daun pisang. Tutupi singkong
menggunakan kain agar terhindar dari angin dan debu. Diamkan selama satu
malam.

8. Pagi harinya singkong dapat dipindahkan ke keranjang bambu yang sudah dialasi
daun pisang. Tutupi bagian atas keranjang menggunakan daun pisang, kemudian
diamkan selama dua hari. Setelah itu, tape singkong siap dikonsumsi atau dijual.
Tape singkong dapat bertahan selama sekitar satu minggu.

C. Tips Menghasilkan Tape Singkong Berkualitas.

1. Bahan baku singkong yang digunakan sebaiknya singkong mentega kuning super
dengan umur panen Sembilan bulan dan memiliki panjang 25-30 cm.

2. Gunakan ragi dengan mutu baik agar tape yang dihasilkan rasanya manis.
Menurut narasumber, ragi dengan mutu baik biasanya berasal dari Sukabumi.

3. Sebagai gambaran, untuk membuat tape singkong dari 10kg singkong dibutuhkan
ragi sekitar enam butir. Ragi yang akan digunakan sebaiknya dikeringkan terlebih
dahulu agar mudah ditaburi ke singkong.

D. Gambaran dan Peluang Usaha Pembuatan Tape Singkong

1) Produk

Tape singkong sudah banyak dikenal masyarakat. Biasanya orang lebih memilih tape
singkong dengan tekstur agak padat, manis, dan tidak terlalu lembek. Tape singkong yang
terlalu lembek biasanya terjadi karena tape disimpan terlalu lama di tempat yang suhunya

12
tinggi, sementara rasa tape yang terlalu asam terjadi karena bahan baku singkong yang
digunakan mutunya yang tidak bagus atau dipanen kurang dari tujuh bulan.

Bahan baku singkong dapat diperoleh langsung dari para petani singkong. Singkong
dapat dibeli dari petani dengan harga Rp1.000/kg. Penjualan tape singkong biasanya
meningkat pada saat-saat tertentu seperti pada saat Ramadhan, Lebaran, Natal, dan Tahun
Baru. Pada musim hujan penjualan tape singkong biasanya menurun.

2) Pengemasan

Usaha rumah tangga pembuatan tape singkong dapat mengemas produknya


menggunakan keranjang bambu. Satu buah keranjang bambu dengan ukuran 30 x 50 cm
mampu menampung 65-70 kg tape singkong. Sebelum tape dimasukkan, sebaiknya
keranjang dilapisi daun pisang. Daun pisang juga digunakan untuk menutupi tape singkong.
Satu buah keranjang dapat dibeli dengan harga sekitar Rp7.500.

3) Perlengkapan Usaha

Antara lain terdapat atas dandang stainless steel untuk merebus singkong, kompor,
tangki minyak tanah, para-para untuk mendinginkan singkong yang telah direbus, keranjang
bambu untuk mengemas tape, pisau, dan tampah sebagai tempat ragi.

4) Tenaga Kerja

Usaha pembuatan tape singkong tidak memerlukan banyak tenaga kerja, cukup dua
orang. Tenaga kerja yang digunakan bisa yang sudah berpengalaman bisa juga yang belum
berpengalaman. Tenaga kerja dapat diberi upah sekitar Rp.750.000/bulan, sudah termasuk
uang makan.

5) Promosi dan Penjualan

Pada awal usaha, promosi dan penjualan tape singkong bias dimulai dengan cara
memberikan contoh produk kepada para pedagang tape di sekitar tempat usaha atau di pasar-
pasar. Jika sudah merasakan langsung dan merasa cocok dengan rasa tape singkong yang kita
buat, para pedagang akan memesan secara teratur. Saat memberikan contoh produk, jangan
lupa memberikan nomor kontak agar mudah dihubungi setiap saat. Jika usaha sudah berjalan,

13
penjualan tape singkong bisa dilakukan dengan cara mengantarkan tape ke pelanggan-
pelanggan atau menjual tape secara langsung di tempat pembuatan (pembeli dating lansung
ke tempat pembuatan).

6) Penetapan Harga

Tape singkong yang diambil langsung oleh pembeli di tempat pembuatan dapat dijual
dengan harga sekitar Rp1.750/kg, sedangakan tape singkong yang diantarkan langsung oleh
penjual kepada pembeli dijual dengan harga sekitar Rp2.500/kg. Sistem pembayaran
biasanya dilakukan secara tunai pada saat transaksi.

7) Resiko

Cuaca ideal yang dibutuhkan untuk membuat tape adalah seimbang antara panas dan
hujan. Cuaca yang dingin selama proses pembuatan membuat tape yang dihasilkan menjadi
keras, sementara cuaca panas terus menerus dalam proses pembuatan membuat tape menjadi
terlalu lembek. Resiko lain usaha ini adalah pesaing. Namun tidak perlu pesimis
menghadapinya. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memenangkan persaingan
dalam usaha pembuatan tape singkong. Menjaga mutu produk juga sangat penting untuk
menghindari larinya pelanggan. Jangan lupa, mutu produk merupakan alat promosi dari
mulut ke mulut yang sangat penting.

G. Analisis Pembiayaan Usaha Tape Singkong

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini, antara lain sebagai :

1) Masa pakai dandang stainless steel selama 2 tahun.

2) Masa pakai keranjang bambu selama 1 tahun.

3) Masa pakai para-para selama 1 tahun.

4) Masa pakai kompor selama 1 tahun.

5) Masa pakai tangki minyak tanah selama 3 tahun.

6) Masa pakai tampah selama 1 tahun.

14
7) Masa pakai pisau selama 1 tahun.

 Biaya Investasi

Dandang stainless steel 2 buah @ Rp250.000 Rp. 500.000

Keranjang bambu 25 buah @ Rp7.500 Rp. 187.500

Para-para 2 buah @ Rp50.000 Rp. 100.000

Kompor 2 buah @ Rp100.000 Rp. 200.000

Tampah 4 buah @ Rp5.000 Rp. 20.000

Pisau 10 buah @ Rp15.000 Rp. 150.000

Total biaya investasi Rp. 1.157.500

 Biaya Operasional per Bulan

1) Biaya Tetap

Penyusutan dandang stainless steel 1/24 x Rp500.000 Rp. 20.800

Penyusutan keranjang bamboo 1/12 x Rp187.500 Rp. 15.600

Penyusutan para-para 1/12 x Rp100.000 Rp. 8.300

Penyusutan kompor 1/12 x 180.000 Rp. 15.000

Penyusutan tampah 1/12 x Rp20.000 Rp. 1.700

Penyusutan pisau 1/12 x Rp 150.000 Rp. 12.500

Total biaya tetap Rp. 73.900

2) Biaya Variabel

Singkong mentah 300 kg x Rp1.000/kg x 30 hari Rp. 9.000.000

Ragi tape singkong 171 butir x Rp70/butir x 30 hari Rp. 359.100

15
Daun pisang Rp5.000/hari x 30 hari Rp. 150.000

Minyak tanah 8 liter x Rp3.500/liter x 30 hari Rp. 840.000

Upah tenaga kerja 2 orang x Rp750.000/orang Rp. 1.500.000

Biaya pengiriman Rp150.000/hari x 30 hari Rp. 5.000.000

Total biaya variable Rp. 16.849.100

Total biaya operasional Rp. 16.966.900

 Penerimaan per Bulan

 Penjualan tape singkong 300 kg x Rp2.500/kg x 30 hari Rp. 22.500.000

 Keuntungan per Bulan

 Keuntungan = Total penerimaan – Total biaya operasional

= Rp.22.500.000 – Rp16.966.900

= Rp.5.503.100

2.3 Produksi Pembuatan Nata De Coco

A. Pengertian Nata De Coco


Nata de Coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan
bantuan aktifitas mikroorganime Acetobacter Xylinum. Nata berasala dari bahasa
Spanyol yang artinya terapung ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak diamati dari proses
awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan
yang semakin lam semakin tebal. Nata de Coco merupakan jenis komponen minuman
yang terdiri dari komponen senyawa selulosa (dietry fiber) yang dihasilkan dari air kelapa
melalui proses fermentasi yang melibatkan jasad renik yang selanjutnya dikenal sebagai
bibit nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bias beragam kualitasnya. kualitas yang baik akan
terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar bahan nata dan prosesnya
dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktorr yang

16
mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas Acetobacter Xylinum yang digunakan. Apabila
rasio antara karbondan nitrogen diatur secara optimal dan prosesnya terkontrol dengan
baik maka semua cairanakan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu
sedikitpun. oleh sebab itu definisinata yang terapung di atas cairan setelah proses
fermentasi selesai tidak berlaku lagi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi produksi Nata De Coco


1. Temperatur ruang inkubasi
Tempertaur ruang inkubasi harus deperhatikan karena berkaitan dengan
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
2. Jenis dan Konsentrasi Medium
Medium fermentasi ini harus mengandung banyak karbohidrat gula: di samping
vitamin dan mineral karena pada hakekatnya nata tersebut adalah slime
menyerupai lender
3. Jenis dan Konsentrasi Stater
Pada umumnya Acetobacter Xylinum merupakan stater yang lebih produktif
dari jenis stater lainnya.
4. Kebersihan Alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat pertumbuhan bakteri Acetobacter
Xylinum..Sedangkan alat-alat yang steril dapat mendukung pertumbuhan bakteri
5. waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang di gunakan dalam pembuatan Nata de coco umumnya
minggu minggu ke- 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang maksimal
untuk memproduksi Nata de coco
6. Tempat fermentasi6
Tempat fermantasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah korosif yang
dapat mengganggu.

6
Bambang Setiaji, Prof. Dr. 2010. Panduan Pembuatan Nata De Coco (materi Pelatihan pembuatan Nata de Coco).

17
C. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan Nata De Coco (Acetobacter
Xylinum )

Klasifikasi ilmiah dari Acetobacter Xylinum :


Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhodospirilia
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter Xylinum
Adapun tahap-tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum dalam kondisi normal.
1. Fase Adaptasi
Begitu dipindahkan ke media baru, bekteri Acetobacter Xylinum tidak
langsngtumbuh dan berkembang.
2. Fase Pertumbuhan Awal
Pada fase ini, sel mulai membelah dengan kecepatn rendah. Fase ini menandai
diawalinya fase pertumbuhan eksponensial. Fase ini dilalui dalam beberapa jam.
3. Fase Pertumbuhan Eksponensial
Fase ini disebut juga sebagai fase pertumbuhan logaritmik, yang ditandai
dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri Acetobacter Xylinum, fase ini
dicapai dalam waktu antara 1- hari tergantung pada kondisi
4. Fase Pertumbuhan Diperlambat

18
Pada fase ini, terjadi pertumbuhan yang diperlambat karena ketersediaan
nutrisi yang telah berkurang, terdapatnya metabolit yang bersifat toksik yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, dan umur sel yang telah tua.
5. Fase Stasioner78
Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relative sama dengan jumlah sel yang
mati. Penyebabnya adalah didalam media terjadi kekurangan nutrisi, pengaruh
metabolic toksik lebih besar dan umur sel semakin tua.
6. Fase Menuju Kematian
Pada fase ini, bekteri mulai mengalami kematian karena nutrisi telah habis dan
sel kahilangan banyak enrgi cadangannya.
7. Fase Kematian
Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian, dan hampir merupakan
kebalikan dari fase logaritmik. Sel mengalami lisis dan melepaskan komponen yang
terdapat di dalamnya.

D. Kelebihan Atau Daya Tarik Dari Nata De Coco Yang Menjadikannya Sebagai
Sebuah Industri
1. Nata de coco dikenal sebagai produk kaya serat. Kebutuhan masyarakat akan
serat memang sesuatu hal mutlak, terutama masyarakat menengah ke atas.
2. Nata de coco kaya akan gizi. Satu hal yang merupakan ciri masyarakat masa
depan adalah kecenderungannya mengkonsumsi makanan yang bergizi
merupakan suatu kebutuhan.
3. Nata de coco mempunyai rasa yang lumayan enak. Di samping kaya akan
gizi, nata de cocojuga enak dikonsumsi.
4. Bahan pembuatan nata de coco mudah diperoleh dan tidak bersifat
musiman. Nata de cocoterbuat dari air kelapa.
5. Proses pengolahan dan peralatan industri nata de coco sederhana dan tidak
memakan waktu yang lama.

7
Rony Palungkun. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Bogor : Penebar Swadaya
8
Philip, 2000. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

19
6. Industri nata de coco, merupakan industri yang ramah lingkungan.

E. Peran Bakteri Acetobacter xylinum dalam Pembuatan Nata De Coco

Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata
jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan
enzim yang dapat menyusun zat gula(glukosa) menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari
jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-
benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut
sebagai nata.

Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal
bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada
suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen.

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan
keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-
asam organik dan anorganik lain bisa digunakan. 9

F. Cara Pembuatan Nata De Coco


1. Alat :
 Kompor
 Panic untuk merebus media (air kelapa)
 Gelas ukur
 Pengaduk
 Saringan air kelapa

9
Gumbira dan Intan, 2001. Bertanam Kelapa Hybrida. Bogor : Penebar Swadaya

20
 Wadah untuk fermentasi
 Kain putih/ kertas Koran untuk menutup
 Tali pengikat/ raffia
 Timbangan
2. Bahan :
 Stater nata mengandung Acetobacter Xylinum
 Air kelapa/ bahan lain
 Gula pasir
 Asam cuka dapur
 Asam asetat glacial
 Urea ZA
3. Prosedur Kerja
 Air kelapa 7 liter disaring dengan menggunakan kain saring bersih.
 Sambil dipanaskan, air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 70 gr, dan
urea 17,5 gr, diaduk hingga homogeny dan air kelapa mendidih.
 Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka)
sebanyak 70 ml.
 Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoclave pada suhu 121ºC,
tekanan 1 atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
 Substrat didinginkan hingga suhu 40ºC kemudian dimasukkan pada nampan atau
baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira
3 cm.
 Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10% (v/v).
 Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa (boleh
menggunakan kertas koran).
 Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang
yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan.
 Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini
tidak boleh digoyang-goyang.
 Pada umur 10-15 hari nata dapat di panen dan di kelola.

21
F. Panen Dan Hasil pemasaran
Panen nata de coco/sari kelapa dapat dinikmati pada hari ke 7. Ciri nata de coco yang
baik permukaan rata dan halus. Apabila dari hasil tersebut di permukaannya ada yang
berlubang, seperti sisa gunung berapi maka itu dimungkinkan karena baki atau koran yang
tidak steril.
 kendala Produksi
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh produsen adalah cuaca yaitu musim penghujan.
Selain pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan
juga akan mengganggu suhu udara yang bisasangat mempengaruhi proses fermentasi.
Kestabilan suhu kamar.
 Aspek Pemasarana.
a. Permintaan

Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak
goreng, gula merah dan kelapa butiran. 0adahal banyak sekali produk-produk yang
bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang
menggunakan bahan baku air kelapa. Kebutuhan kelapa dan produksi kelapanasional
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. !ari sisi permintaan,kebutuhan kelapa
setara konsumsi kopra pada tahun 1992 di dalam negeri sebesar 1,782 juta ton dan
pada tahun 1993 meningkat menjadi 1,982 juta.peningkatan konsumsi tersebut
mengindikasikan peningkatan supply air kelapayang bisa diman aatkan dalam
pembuatan nata de coco.!i tengah situasi semakin maraknya konsumsi berbagai
ragam minumanringan dengan label 'minuman kesehatanF oleh masyarakat, nata de
coco memiliki prospek yang cerah sebagai salah satu 'makanan kesehatan' yang
alamiah dari air kelapa. Nata de coco merupakan 'makanan kesehatan' karena
memiliki kandunganserat yang tinggi tetapi rendah kalori. ;rang 1epang percaya
bahha produk inimampu melindungi tubuh dari kanker dan baik bagi pencernaan.
0asar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha nata de coco,
selainaspek-aspek yang lain seperti pengelolaan, distribusi, lembaga keuangan,
pasokan bahan lain, sumberdaya manusia.0asar dalam usaha nata de coco terdiri dari
pasar input dan pasar output.pasar input nata de coco meliputi pasar bahan baku,
tenaga kerja dan modal.Karakteristik pasar input nata de coco akan mempengaruhi

22
pola produksi nata decoco. Seperti pada umumnya pasokan bahan baku produk-
produk agribisnis, inputnata de coco juga dipengaruhi oleh musim, meskipun tidak
terlalu besar penyimpangannya. Lembaga keuangan merupakan sumber modal
in?estasi danmodal kerja bagi usaha. 0asar kedua adalah pasar output nata de coco.

b. Persaingan dan Peluang Pasar

Tingkat persaingan usaha nata de coco sesuai dengan jenis yang


dihasilkandalam bentuk lembaran atau kemasan. 0erusahaan-perusahaan kecil
danmenengah mengambil segmen pasar lokal, daerah sekitar dan beberapa ke luar
pulau. 0ersaingan terjadi lebih ketat pada input karena baik perusahaan
besar,menengah atau kecil mengambil input air kelapa dari sumber yang relatif sama.

c. Harga

Naik nata de coco lembaran maupun kemasan (gelas) harga relatif stabil
danterjangkau. hal ini disebabkan oleh harga input utama air kelapa yang relatif sama.
persaingan dalam mendapatkan input serta sifat input yang mudah rusak merupakan
faktor utama kestabilan harga air kelapa. harga air kelapa berkisar antara 100- 150 per
liter. harga nata de coco lembaran berkisar antara 900-1000 per lembaran (kurang
lebih 1 kg). Nata de coco kemasan berariasi antar perusahaan.

d. Jalur Pemasaran

Nata de coco tawar dapat dipasarkan ke produsen-produsen nata de coco


kemasan yang ada di daerah maupun luar daerah. adanya perusahaan besar yang
sekaligus membuat nata de coco tawar dan nata de coco kemasan siap konsumsi
membuka kesempatan bagi produsen kecil nata de coco tawar untuk memasok bahan
bakunya. Pasar produsen besar bahkan sudah menembus pasar ekspor.Sayangnya,
sering kualitas dan standar nata de coco tawar tidak sesuai yangdiharapkan produsen
besar. produsen besar menghadapi permasalahan standarisasidan kualitas pada
pasokan usaha kecil. akibatnya, produsen besar tidak menerimanata de coco tawar
dari usaha kecil. 0rodusen besar hanya bermitra dengan petani penyedia input air
kelapa tidak dengan produsen nata de coco tawar.0rodusen kecil nata de coco tawar

23
relatif lebih banyak bermitra dengan produsen menengah dan kecil nata de coco
kemasan baik di daerah maupun luar daerah. Sayangnya, hubungan menguntungkan
ini tidak terdapat kontrak sehinggakepastian keberlanjutan tidak terjamin. produsen
nata de coco tawar memproduksi berdasarkan permintaan produsen nata de coco
kemasan.

G. Contoh Perusahaan dan Analisis Pembiayaan Pembuatan Nata De Coco

1) Profil Pemilik Usaha

 Nama pemilik : Adika Abdul Rohman S.

 Tempat lahir : Bantul

 Tanggal lahir : 10 Desember 199

 Alamat rumah : Kujon Lor. Pedukuhan V, Kranggan, Galur, Kulon Progo

 Perkawinan : Belum kawin

 Pendidikan terakhir : D3 Otomotif UNY

 Kursus-kursus yang pernah diikut : Pelatihan pembuatan Nata De Coco

2) Profil Perusahaan

 Nama : Usaha Nata De Coco “TEKAD MANDIRI”

 Alamat : Kujon Lor. Pedukuhan V, Kranggan, Galur, Kulon Progo

 No. Telepon : 081 804 181 524

 Bidang usaha : Produksi Nata De Coco

 Badan usaha : Perorangan

 Tanggal berdiri : 20 Mei 2012

24
3) Aspek Produksi

Usaha yang dilakukan oleh kelompok usaha bersama Nata De Coco “TEKAD
MANDIRI” adalah pembuatan Nata De Coco dalam bentuk agar-agar atau jel dari olahan
air kelapa yang difermentasikan. Usaha produksi ini dalam bentuk lembaran yang
memiliki kualitas yang sama dengan masing-masing tebal 1,2 cm berat kurang lebih 1 kg
dan memiliki kekenyalan yang tinggi.

Lembaran-lembaran Nata De Coco yang telah jadi dimasukkan kedalam bak-bak


penampungan atau dalam tong, menunggu pengangkutan oleh pihak pengepul
(distributor). Dalam kurun waktu 7-10 hari produsen selalu menunggu panen atau
terbentuknya lembaran Nata De Coco.

Produsen memiliki 3.000 nampan sehingga dalam satu minggu memperoleh hasil
produksi kurang lebih 2.700 kg. Harga per kilogram adalah Rp. 1.200,00, bentuk
sempurna dan mempunyai mempunyai tingkat kekenyalan yang tinggi dan tebal.

4) Analisa Pasar

Kalau kita lihat untuk 3.000 nampan rata-rata produsen baru bisa menghasilkan
2.700 kg per minggu, sementara permintaan distributor lokal per minggu 15-20 ton,
belum lagi distributor lain seperti : CV. Surya Nedika Isabella, PT. Sanjung, PT. Panen
Mboja, CV Agri Indo, dll.

Seandainya bisa memenuhi permintaan itu semua, maka masih sangat terbuka
untuk menjual dengan meningkatkan produksi dan sangat terbuka bagi para produsen-
produsen baru. Bisa dikatakan disini usaha Nata De Coco masih sangat-sangat
menjanjikan untuk dikerjakan dan ditingkatkan produksinya.

Dari kesemuanya tadi, baru kita lihat dari satu sisi peluang kita produksi dengan
menjual dalam bentuk lembaran namun masih ada satu sisi yang belum tergarap yaitu
menjual dalam bentuk potongan dalam kemasan kecil dan minuman siap saji dalam
kemasan plastik atau pun cup.

25
5) Sumber Daya Manusia

Meningkatkan pengelolaan usaha Nata De Coco ini, harus diimbangi dengan


meningkatknya ketrampilan dan pengetahuan para produsen pemilik usaha dan para
karyawan atau pekerja melalui pelatihan uji coba. Peningkatan ketrampilan dapat
berbentuk penekanan kegagalan sampai 0%.

Perlunya pelatihan khusus untuk pengelolaan Nata De Coco dalam bentuk


minuman dan makanan siap santap dalam kemasan, serta pengetahuan ketrampilan
penjualan dan pemasaran hasil produksi.

6) Organisasi

 Nama Usaha : Usaha Nata De Coco “TEKAD MANDIRI”

 Alamat : Kujon Lor, Pedukuhan V, Kranggan, Galur, Kulon Progo

 No. Telepon : 081 804 181 524

 Susunan Pegurus : Ketua : Adika Abdul R. S.

Sekretaris : Adika Abdul R. S.

Bendahara : Adika Abdul R. S.

Karyawan : Karyawan 1 dan Karyawan 2

7) Biaya

 Modal Investasi

No Uraian Volume Harga Jumlah

1 Nampan 3.000 x 3.500 = 10.500.000

2 Panci rebus 100 liter 3 x 250.000 = 750.000

3 Tong tampungan 220 L 15 x 125.000 = 1.875.000

26
4 Tong tampungan 150 L 5 x 85.000 = 425.000

5 Jirigen 30 L 15 x 25.000 = 375.000

6 Botol 350 x 300 = 105.000

7 Tangki Minyak 30 L 1 x 250.000 = 250.000

8 Kompor 2 x 150.000 = 300.000

9 Karet ban / tali nampan 1000 x 50 = 50.000

10 Saringan 2 x 30.000 = 60.000

11 Kain Saring 70 x 2500 = 175.000

12 Rak kapasitas 400 3 x 300.000 = 900.000

13 Torong 2 x 5.000 = 10.000

14 Ember tenteng 20 L 5 x 30.000 = 150.000

15 Ember cuci loyang 3 x 25.000 = 75.000

16 Ciduk tuang 2 x 10.000 = 20.000

17 Gelas ukur plastik 1 L 2 x 15.000 = 30.000

18 Sikat botol 2 x 5.500 = 11.000

Total 16.061.000

27
8) Biaya Produksi

No Uraian Volume Harga Jumlah

1 Air kelapa 3.600 L x 150 = 540.000

2 Cuka 6L x 16.000 = 96.000

3 Za 45 kg x 1.500 = 67.500

4 Gula Pasir 50 kg x 11.500 = 575.000

5 Koran 45 kg x 1.500 = 67.500

6 Karet Gelang 3 bks x 5.000 = 15.000

7 Sabun cuci 3 bks x 10.000 = 30.000

8 Sodium metabisolfit 3 kg x 7.000 = 21.000

9 Tenaga kerja (borong) 2 orang x 350.000 700.000

Total 2.112.000

9) . Pemasaran

Pemasaran atau penjualan dilakukan berdasar permintaan dari distributor lokal seperti
: CV. Surya Nedika Isabella, PT. Sanjung, PT. Panen Mboja, CV Agri Indo, dll. yang per
minggunya membutuhkan 15-20 ton. Selain itu penjualan ditujukan kepada para pedagang-
pedagang minuman maupun makanan yang menggunakan bahan baku Nata De Coco. Harga
jual tiap kilo gram atau tiap lembar Nata De Coco adalah Rp. 1.200,00.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat Nata De Coco adalah memanfaatkan
limbah air kelapa yang tadinya air kelapa tersebut hanya dibuang. Diantaranya adalah air
kelapa dari pembuatan VCO, kelapa cukilan, geplak, minya bothok, dll dengan harga Rp.
150,0 per liter.

28
Biaya produksi total yang diperlukan untuk produksi 3.000 nampan Nata De Coco
adalah Rp. 2.112.000,00. Dari perhitungan tersebut dapat dihitung keuntungan untuk
produksi Nata De Coco yaitu :

Laba = Hasil penjualan - Biaya produksi

(2.700 x Rp. 1.200,00) - (Rp. 2.112.000,0) = Rp. 1.128.000,00

2.3 Produksi Pembuatan Kecap

A. Pengertian Kecap

Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir,
koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang
sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam
proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen,
jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.

Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga


mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu
diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta
minuman seperti bubuk dan susu kedelai.

Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya


dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang
hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau
tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55
gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di
rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.

29
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna
hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai
atau kedelai hitam. Namun adapula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang
umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara
kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak,
atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa,
kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.10

Tabel. Komposisi zat gizi kecap kedelai dalam 100 gram

N0 Zat gizi Kecap


1 Energi 86 kalori
2 Air 57,4 gram
3 Protein 5,5 gram
4 Lemak 0,6 gram
5 Karbohidrat 15,1 gram
6 Serat 0,6 gram
7 Abu 21,4 gram
8 Kalsium 85 mg
9 Besi 4,4 mg
10 Vitamin B1 0,04 mg
11 Vitamin B2 0,17 mg

B. Proses Pembuatan Kecap

1) Alat dan Bahan

 Alat :

 Tampah

10
M, Sudigdo. 1983. Kedelai Dijadikan Lebih Bergizi Cetakan Ke Dua.Bandung : Tarate.

30
 Kompor

 Kain saring

 Botol

 Sendok

 Basom

 Pengaduk

 Bahan :

 Kedelai hitam

 Air

 Bumbu (daun saalm, daun jeruk. Engkuaskemiri, wijen)

 Garam

 Jamur (laru)

2) Prosedur pembuatan kecap 11

 Penyortiran

Menyiapkan biji kedelai hitam yang tua. Bebas dari sisa tanaman batu, kerikil,
tanah, biji kedelai tidak luka, bebas serangan hama dan penykit, tidak memar atau
rusak, kulit biji tidak keriput. Caranya biji kedelai diletekan pada tampah kemudian di
tampi.

 Pencucian

Setelah disortir, kedelai dicuci dengan air bersih. Tujuannya agar kotoran –
kotoran yang masih melekat atau tercampur dapat hilang.

 Perebusan
11
Budi Santoso, Hieronymus. 1994. Kecap Dan Taucu Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.

31
Perebusan dilakukan selama 2 jam. Caranya biji kedelai dimasukan ke dalam
panci kemudian direbus dengan kompor. Banyaknya air dalam perebusan sampai
terendam atau sekitar 2,5 kali volume bahan. Tujuannya agar mendapatkan biji
kedelai yang lunak dan kulitnya mudah diku

 Penirisan

Penirisan dilakukan dengan menggunakan kalo selama 0,5 – 1 jam sampai


kedelai dingin.

 Penjamuran

Setelah kedelai dingin dilakukan penjamuran menggunakan laru kecap dengan


perbandingan 1 kg bahan membutuhkan 1 gram laru jenis Rhizopus. Sp.

 Penggaraman

Biji kedelai yang telah berjamur dimasukan dalam larutan garam 20 %.


Maksudnya mencampur 200 gram garam kedalam air 1 liter. Sebagai patokan untuk 1 kg
bahan membutuhkan 4 liter larutan garam 20 %.

 Penyaringan I

Selanjutnya dilakukn penyaringan dengan menggunakan kalo. Hasil utamanya


berupa filtrat, sedangkan hasil sampingnya berupa ampas.

 Perebusan II

Sebelum direbus, kedalam filtrat ditambahkan gula kelapa yang dicairkan,


bumbu-bumbu penyedap dan air bersih. Sebagi patokan untuk 1 liter filtrat
membutuhkan 2 kg gula kelapa yang telah dicairkan atau larutkan dalam 0,5 liter air.

 Penyaringan II

Selanjutnya dilakukan penyaringan II dengan menggunakan kain penyaring.

32
 Pembotolan

Pembotolan dengan menggunakan botol yang bersih. Kemudian cairan kecap


dimasukan ke dalam botol dan di tutup rapat.

Catatan :

 Pemberian jamur harus sesuai jumlahnya dengan banyaknya kedelai, agar

 Tidak menimbulkan kegagalan jamur yang tumbuh.

 Setelah direbus dan ditiriskan, kedelai harus didinginkan dengan sempurna.

 Bila tidak, jamur yang ditebarkan diatasnya akan mati.

 Bahan baku untuk pembuatan kecap, selain dari kacang kedelai dapat juga dari biji
kecipir, dengan proses pembuatan yang sama.

C. Analisis Pembiayaan Pembuatan Tempe

1) Peluang bisnis untuk kecap

Mengintip peluang dari bisnis kecap memang sangat bagus dan cerah. Usaha
kecap merupakan bisnis yang selalu ramai. Sebab kecap dibutuhkan banyak orang mulai
dari ibu rumah tangga hingga usaha kuliner. Usaha kecap bisa dikatakan sangat bagus
peluangnya. Kecap terus dibutuhkan sehingga produk ini terus laku keras di pasaran.
Sehingga jika Anda menerjuni bisnis kecap tentu sangat menguntungkan untuk
menambah penghasilan Anda. Sehingga bisnis kecap ini tidak boleh di lewatkan begitu
saja. Anda harus jeli untuk memanfaatkan bisnis kecap dengan sebaiknya.

2) Prospek dalam menjalankan bisnis kecap

Prospek dalam bisnis kecap dapat dikatakan akan terus bersinar. Dimana melalui
bisnis kecap dapat mendatangkan keuntungan yang terbilang bombastis. Bisnis yang
bergelut dengan olahan kecap memiliki prospek sangat bagus dalam jangka ke depan.
Bisnis kecap yang sejak dahulu tumbuh hingga sekarang masih berkembang juga tak
pernah sepi dari para konsumen.

33
3) Memulai bisnis kecap

Ketika menjalankan bisnis kecap memang dapat dimulai dengan langkah mudah.
Dalam menjalankan bisnis kecap bisa dijalankan dalam kebutuhan modal kecil.
Yangmana berkecinampungan bisnis kecap bisa dilakukan dengan skala rumahan
memakai modal yang tidak besar.

4) Pelaku bisnis kecap

Bisnis kecap ini bisa juga cocok dijalankan oleh semua orang yang ingin
menginginkan bisnis yang ramai mendatangkan keuntungan. Untuk Anda yang berminat
untuk terjun ke dalam bisnis kecap maka Anda bisa menekuni bisnis ini lebih lanjut.

5) Konsumen bisnis kecap

Konsumen kecap memang tidaklah sulit, sebab kecap sangat dibutuhkan untuk
berbagai masakan dan di sukai mulai dari anak-anak hingga orang tua. Kecap ini di
butuhkan oleh para ibu rumah tangga dan juga pelaku bisnis kuliner.

6) Bahan baku bisnis kecap

Dalam menjalankan bisnis kecap memerlukan bahan baku untuk pembuatannya.


Untuk membuat kecap yang nikmat membutuhkan bahan baku yakni kedelai hitam, gula
merah, ragi tempe, lengkuas, pokak, bumbu kering, daun-daun bumbu dan lainnya. Untuk
mencari bahan baku kecap bisa dijumpai di toko, pasar juga supermarket terdekat.

7) Peralatan bisnis kecap

Dalam bisnis kecap membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya mesin


giling kedelai, kompor dan gas LPG, panci besar, saringan, tampah, mesin pengemas,
timbangan, timba dan pisau, nampan dan serbet serta peralatan lainnya.

8) Karyawan bisnis kecap

Karyawan dalam menjalankan bisnis kecap bisa menggunakan satu orang dahulu
dalam permulaan.

34
9) Harga jual kecap

Patokan harga untuk kecap dapat Anda buat dalam hitungan per kemasan dimana
harga mulai Rp 8.000 hingga Rp 10.000.

10) Keuntungan dalam menjalankan bisnis kecap

Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis kecap ini yakni
merupakan bumbu masakan yang digandrungi banyak orang.

11) Kekurangan bisnis kecap

Segi kekurangan bisnis kecap ialah kecap memiliki tingkat persaingan yang tinggi
dan ketat. Sehingga dalam berjualan kecap dapat diminimalisir dengan membuat kecap
yang lebih enak dengan harga yang lebih murah. Produk kecap inilah yang akan paling
banyak dicari dan laris manis di pasaran.

12) Analisa bisnis kecap

 Investasi

Peralatan Harga

mesin giling kedelai Rp. 2.333.000

kompor dan gas LPG Rp. 312.600

panci besar Rp. 21.000

Saringan Rp. 22.500

Tampah Rp. 3.172.500

mesin pengemas Rp. 325.200

Timbangan Rp. 220.500

timba dan pisau Rp. 25.000

35
nampan dan serbet Rp. 21.000

Peralatan tambahan yang


Rp. 23.000
lainnya

Jumlah Investasi Rp. 6.476.300

Biaya Tetap Nilai

Penyusutan wajan penggorengan


Rp. 37.629
1/62 x Rp.2.333.000

Penyusutan kompor dan gas LPG


Rp. 5.042
1/62 x Rp. 312.600

Penyusutan spatula 1/44 x Rp.


Rp. 477
21.000

Penyusutan pengangkat gorengan


Rp. 511
1/44 x Rp. 22.500

Penyusutan mesin peniris minyak


Rp. 51.169
1/62 x Rp. 3.172.500

Penyusutan mesin pengemas


Rp. 5.245
makanan 1/62 x Rp.325.200

Penyusutan timbangan 1/62 x Rp.


Rp. 3.556
220.500

Penyusutan timba dan wadah 1/44 x


Rp. 568
Rp. 25.000

Penyusutan nampan dan serbet 1/44


Rp. 477
x Rp. 21.000

36
Penyusutan peralatan lainnnya 1/44 x
Rp. 523
Rp. 23.000

gaji karyawan Rp. 1.400.000

Total Biaya Tetap Rp. 1.505.199

Biaya Variabel

kedelai hitam Rp. 125.000 x 30 = Rp. 3.750.000

gula merah Rp. 41.500 x 30 = Rp. 1.245.000

ragi tempe Rp. 32.800 x 30 = Rp. 984.000

Lengkuas Rp. 5.000 x 30 = Rp. 150.000

Pokak Rp. 12.500 x 30 = Rp. 375.000

bumbu kering Rp. 24.000 x 30 = Rp. 720.000

daun-daun
Rp. 6.000 x 30 = Rp. 180.000
bunbu

Label Rp. 19.500 x 30 = Rp. 585.000

kemasan plastik Rp. 16.500 x 30 = Rp. 495.000

sabun cuci Rp. 250 x 30 = Rp. 7.500

pengemas Rp. 18.000 x 30 = Rp. 540.000

gas LPG Rp. 17.000 x 30 = Rp. 510.000

sewa tempat Rp. 16.000 x 30 = Rp. 480.000

air dan listrik Rp. 17.000 x 30 = Rp. 510.000

37
Total Biaya
Rp. 10.531.500
Variabel

Total Biaya
Operasional

Biaya tetap + biaya


Rp. 12.036.699
variabel =

Keuntungan per
Bulan

Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional

Rp. 14.400.000 – 12.036.699 = Rp. 2.363.301

Lama Balik Modal

Total Investasi /
Rp. 6.476.300 : 2.363.301 = 3 bln
Keuntungan =

Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis kecap sangat


menguntungkan dimana modal Rp 6.476.300 dengan kentungan per bulan Rp 2.363.301
dan balik modal dalam 3 bulan.

38
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai bioenterpreneur dalam bidang mikrobiologi


ditemukanlah berbagai produk yang dapat di investasikan, antara lain sebagai Berikut :

1. Produksi pembuatan tempe merupakan proses fermentasi yang terbuat dari kedelai
dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks
kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna
karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.

2. Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol.Makanan ini


dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera,
Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai ragi.

3. Produksi pembuatan nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air
kelapa dengan bantuan aktifitas mikroorganime Acetobacter Xylinum.
4. Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna
hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah
kedelai atau kedelai hitam. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai,
sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan
komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut.

3.2 Saran

Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
oleh karena itu, kritik dan saran dari ibu dosen pembimbing serta teman-teman sekalian yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Agitasi Pada Fermentor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol .4, No .2

Amien Muhammad. 1985. Pegangan Umum Bioteknologi 3. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

Astawan, M. dan Mita W. 1991. Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta :
Akademika Pressindo,. Hal. 94-96.

Bambang Setiaji, Prof. Dr. 2010. Panduan Pembuatan Nata De Coco (materi Pelatihan
pembuatan Nata de Coco).

Budi Santoso, Hieronymus. 1994. Kecap Dan Taucu Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.

Gumbira dan Intan, 2001. Bertanam Kelapa Hybrida. Bogor : Penebar Swadaya

Judoamidjojo, M, Darwis, AA & Said, EG. 1992. Jakarta : Teknologi Fermentasi, Bumi Aksara

Koswara, Sutrisno. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

M, Sudigdo. 1983. Kedelai Dijadikan Lebih Bergizi Cetakan Ke Dua.Bandung : Tarate

Philip, 2000. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

Rony Palungkun. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Bogor : Penebar Swadaya

Sarwono, B. 2002. Membuat Oncom dan Tempe. Jakarta : Penebar Swadaya

40

Anda mungkin juga menyukai