Anda di halaman 1dari 6

B.

Ciri-Ciri Nonfiksi
1. Ditulis menggunakan bahasa formal
Ciri yang paling menonjol dari kategori menulis buku non fiksi
terletak dari penyampaiannya. Dari segi penulisan, buku non fiksi
disampaikan menggunakan bahasa formal. Formal dalam hal ini tidak
menggunakan bahasa tulis alay, tidak menggunakan tulisan yang
macam-macam. Dari segi penulisan sesuai dengan bahasa yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah penulisan EYD. Tetapi ada beberapa
buku non fiksi, misal buku motivasi dan buku referensi ada yang
ditulis menggunakan bahasa yang lebih santai. Meskipun
menggunakan bahasa santai, penulisan tetap menggunakan bahasa
yang sesuai.
Terkait penulisan buku nonfiksi, setiap penerbit memiliki kategori
berbeda-beda. Ada penerbit buku yang menerima buku dengan
menggunakan bahasa baku dan ide yang baru. Ada juga penerbit yang
menerima buku nonfiksi dengan mengunakan bahasa yang sesuai
karakter penulis. Namun dari segi penyampaian tetap menggunakan
ejaan yang baik dan benar.

2. Menggunakan metode penulisan denotatif


Buku non fiksi menggunakan bahasa denotatif. Maksud dari
bahasa denotatif yaitu menggunakan makna sebenarnya. Jadi penulis
menyampaikan apa yang ingin disampaikan secara lengkap, to the
point dan tegas. Berbeda dengan kategori buku fiksi, pada buku fiksi
penyampaian penulisan bisa menggunakan bahasa tidak sebenarnya
dan pesan yang disampaikan pun tersamar.
Kenapa buku non fiksi menggunakan penulisan denotatif? Karena
tujuan penulis memberikan informasi kembaca pembaca. Informasi
yang tidak berbelit-belit. Tidak hanya memberikan informasi berbelit-
belit, tetapi juga memberikan motivasi dan inspirasi kepada pembaca.
3. Faktual/fakta
Sifat dari isi pesan bersifat fakta dan faktual. Fakta sesuai dengan
data yang diperoleh. Isi buku yang disampaikan bersifat faktual
sehingga pembaca langsung memperoleh manfaat dari informasi yang
disampaikan.

4. Berbentuk tulisan ilmiah popular


Ciri-ciri buku non fiksi juga dapat disampaikan dengan gaya
penulisan ilmiah popular. Dengan kata lain, tulisan tidak melulu kaku
dan itu-itu saja. Bagaimana bentuk tulisan ilmiah popular? Ketika kita
membaca artikel, skripsi, laporan, makalah, dan tesis adalah salah satu
contoh tulisan ilmiah popular yang dapat kita pelajari secara mandiri.
Dikatakan tulisan ilmiah popular karena disampaikan dengan
bahasa yang sesuai dengan pasar dan data yang diambil berdasarkan
dengan kajian, daftar pustaka dan sumber referensi yang diacu.
Sumber referensi yang digunakan bukan berarti langsung diambil
ditulis ulang begitu saja, tetapi cukup dipahami dan disampaikan ulang
menggunakan bahasa sendiri. Cara yang lebih baik dapat dilakukan
dengan cara mengkombinasi ide dari sumber referensi dengan ide yang
kita miliki.

5. Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada


Buku non fiksi ditulis oleh sang penulis karena bertujuan untuk
menyempurnakan ide dari penulis/ulasan naskah yang terlebih dahulu.
Oleh sebab itu, bagi penulis yang menulis tema yang sama, dengan isi
yang sama, dengan bahasa yang berbeda sering ditolak oleh penerbit
besar, karena penerbit-penerbit besar akan mencari sesuatu yang
menarik dan yang berbeda.

Itulah lima ciri-ciri buku non fiksi yang bisa dapat dijadikan
sebagai penanda. Pembeda paling tampak antara buku fiksi dan non
fiksi terlihat dari tujuannya. Buku fiksi tujuannya untuk menghibur dan
menumbuhkan daya imajinasi yang lepas, tanpa dibatasi oleh sekat-
sekat tertentu. Sedangkan buku non fiksi memiliki aturan sendiri agar
tulisan bersifat baku dan memiliki ranah yang sangat luas.

F. Contoh Karangan Nonfiksi

1. Karangan tentang kebakaran

Kebakaran Hutan yang Terjadi di Indonesia

Indonesia adalah suatu negara dengan iklim tropis yang terdiri


dari ribuan pulau. Walaupun daratan Indonesia tak seluas lautannya,
hutan di Indonesia sangat banyak mulai dari ujung Aceh yaitu Sabang
hingga Merauke (Papua). Beberapa tahun terakhir kebakaran di
Indonesia kerap terjadi, hal itu disebabkan dua faktor yaitu faktor
alam dan buatan (manusia).
Mengenai faktor alam memang tak ada yang dapat disalahkan,
namun mengenai faktor buatan yaitu manusia itulah hal yang perlu
dievaluasi. Manusia kini telah kehilangan kesadarannya hingga
mereka melakukan hal-hal yang merugikan banyak pihak diantaranya
merugikan lingkungan hidup contohnya hutan. Hutan adalah habitat
dari ribuan spesies makhluk hidup yang saling bergantungan. Maka
dari itu, aksi manusia membakar hutan untuk memenuhi maksud dari
dalam dirinya sendiri memang perlu diadili. Alasan mereka
melakukan pembakaran hutan beragam mulai dari ingin membuka
lahan tanam baru hingga berdirinya gedung-gedung bertingkat.
Namun, hal yang disayangkan yaitu betapa mereka tak memikirkan
aneka flora dan fauna yang tinggal di dalam hutan tersebut.
Flora dan fauna di dalam hutan akan melarikan diri bahkan
akan mati hangus terbakar api yang berkobar karena ulah manusia.
Mereka akan kehilangan habitat aslinya dan akibat dari hal tersebut
yaitu larinya para satwa ke pemukiman penduduk. Mereka merasa tak
lagi memiliki rumah yang dapat mereka tempati sehingga jalan
terakhir ialah lari ke pemukiman warga sekitar.
Tak heran bila akhir-akhir ini kasus ditemukannya hewan liar
seperti macan dan singa di pemukiman warga sering dikabarkan.
Seperti kata pepatah bahwa apa yang kita lakukan akan berbalik ke
diri sendiri, maka berbuatlah sesuatu yang baik. Sedangkan faktor
alam dari kebakaran hutan yaitu musim kemarau dan adanya
sambaran petir saat hujan. Musim memang tak dapat diprediksi
manusia, sehingga bila musim kemarau tiba dengan jangka waktu
yang sangat panjang itu wajar. Namun, hal itu memengaruhi keadaan
hutan karena hutan yang setiap hari disinari matahari terik dapat
menimbulkan percikan api. Hal ini juga serupa bila terjadi petir lalu
petir tersebut menyambar suatu bagian hingga timbul percikan api.

2. Karangan tentang kebanjiran

Fakta-Fakta Penyebab Banjir yang Melanda Jakarta

Liputan6.com, Jakarta – Beberapa wilayah di ibukota dan


sekitarnya saat ini sedang dilanda banjir. Berdasarkan data dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat tujuh kelurahan
di Jakarta yang dilaporkan terendam banjir. Selain di Jakarta, banjir
juga melanda sejumlah kawasan di Bekasi, Tanggerang, Tanggerang
Selatan, dan juga Lebak.

Tak hanya menghambat aktivitas, banjir juga tentunya


berimbas pada sektor perekonomian masyarakat Ibu Kota. Terlebih
lagi, banyak moda transportasi umum yang terkendala untuk
beroperasi. Lantas tentunya banyak dari kalian yang bertanya-tanya,
sebenarnya apa sih penyebab banjir di Jakarta kali ini. Dikutip dari
Merdeka, berikut ulasannya.

 Curah Hujan Tinggi


Salah satu penyebab utama banjir yang melanda Jakarta dan
sekitarnya adalah hujan yang ekstrem. Ya, curah hujan tinggi telah
melanda Jakarta pada Rabu (1/1/2020) lalu. BMKG bahkan
memperkirakan bahwa hujan akan terus turun hingga satu minggu ke
depan. Jadi, harap waspada ya.
 Kendala Normalisasi Kali Ciliwung
Selain curah hujan yang tinggi, salah satu penyebab banjir
Jakarta yang karena normalisasi kali ciliwung yang belum tuntas. Dari
total panjang kali 33 kilometer baru sekitar 16 kilometer yang
dilakukan normalisasi. Rupanya kendala dari proses normalisasi ini
diakibatkan oleh faktor sempitnya lahan. Pasalnya banyak rumah
warga yang berada tepat di palung sungai.
 Kurangnya Kawasan Resapan Air
Kurangnya Ruang Tebuka Hijau atau RTH membuat kawasan
resapan air berkurang sehingga menyebabkan banjir. Tak hanya itu,
pembangunan gedung dan hotel-hotel di wilayah Jakarta
menyebabkan penggunaan air tanah secara berlebihan. Berdasarkan
informasi yang berhasil didapatkan Jakarta mengalami penurunan
muka tanah sebanyak 5-12 cm per tahun. Kondisi ini membuat potensi
banjir semakin besar.
 Kebiasaan Buang Sampah Sembarangan
Tak bisa dipungkiri kebiasaan buang sampah sembarangan
masih sangat melekat pada warga Ibu Kota dan sekitarnya. Jangan
heran, banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya kalau
kalian masih sering melakukan kebiasaan buruk ini.
Dapus :

Elisa. 2018. “Mendalami Ciri-Ciri Buku Non Fiksi”. Penerbit Deepublish di


https://www.google.com/amp/s/penerbitdeepublish.com/mendalami-lima-
ciri-ciri-buku-nonfiksi/amp/ (diakses tanggal 28 April 2020)

Lahitani, Sulung. 2020. “Fakta-Fakta Penyebab Banjir yang Melanda Jakara” di


https://m.liputan6.com/citizen6/read/4147248/top-3-fakta-fakta-penyebab-
banjir-yang-melanda-jakarta (diakses tanggal 28 April 2020)

Safira, Winda. 2020. “Kebakaran Hutan di Indonesia” di


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/windasafira67
34/5e144e22d541df2887297a66/kebakaran-hutan-di-indonesia (diakses
tanggal 28 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai