Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

A. Judul
Isolasi Bakteri
B. Latar belakang
Didalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri
khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus
dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya
hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal
dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah di
mengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam
ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 1986).
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium
yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini
memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus
mengusahakan agar semua alat-alat yang akan digunakan
untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar-
beanr steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak
diinginkan sehinggabiakan yang tumbuh di dalam medium
adalah benar-benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1980).
Pada praktikum yang dilakukan akan dikenalkan dan dipelajari
beberapa metode isolasi bakteri, yaitu metode streak plate (metode
penggoresan diatas medium agar, sehingga didapatkan koloni tunggal),
metode pour plate (menuangkan sampel bakteri kemudian medium agar,
lalu diratakan dalam petrdish), serta metode spread plate (metode
penumbuhan bakteri diatas medium agar, lalu meratakannya dengan
trigalski). Dalam praktikum ini juga akan mempelajari cara mengisolasi
bakteri dari udara, Starbio dan Rodac.
C. Tujuan
1. Mengenal beberapa teknik (pour plate, streak plate, spread plate)
dalam mengisolasi bakteri Eschericia coli dan Bascilus subtilis.
2. Mengetahui kegunaan masing-masing metode dalam mengisolasi
bakteri untuk tujuan tertentu, serta melihat sifat bakteri yang diisolasi.
3. Mengetahui dan mempelajari cara mengisolasi bakteri udara
4. Mengetahui salah satu uji sanitasi (Rodac)
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan mikroorganisme yang pada umumnya bersel


satu. Bakteri memiliki struktur sel yang sederhana, dan tidak memiliki
nukleus. Bakteri umumnya berukuran sekitar 0,5-5 mikrometer (Fank,
1998). Koloni bakteri sendiri adalah kumpulan dari bakteri yang
membentuk kelompok. Terdapat banyak bentuk koloni, tegantung dari
spesies dan ciri khasnya. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan
identifikasi suatu spesies misalnya seperti besar kecilnya koloni, mengkilat
tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni (Dwidjoseputro,
1987). Morfologi koloni bakteri akan mempermudah dalam
pengidentifikasian jenis bakteri (Fitria dan Yasmin, 2011).
Bakteri yang hidup di alam terbuka jarang dijumpai tumbuh
sebagai biakan murni. Isolasi bakteri adalah pemindahan bakteri dari
lingkungan di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Memindahkan bekteri dari medium lama ke medium yang
baru diperlukan ketelitian dan pensterilan alat-alat yang digunakan,
sehingga dapat terhindar dari terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan
bakteri di cawan petri tersebut harus dibalik. Hal ini berfungsi untuk
menghindari adanya tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup
cawan petri (Dwijoseputro, 1989).
Mikrobia yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran
dari berbagai jenis mikrobia yang berbeda. Prinsip dari isolasi mikrobia
adalah memisahkan satu jenis mikrobia dengan mikrobia lain dari
lingkungannya di alam dan ditumbuhkan di medium buatan. Pertumbuhan
mikrobia dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam medium
padat sel-sel mikrobia akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya (Sutedjo dan Kartajapoetra, 1991).
Isolasi bakteri merupakan pengambilan atau memindahkan
mikroba dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai
biakan murni dala medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2011). Bakteri
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan
prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis merupakan kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptis sangat penting
bila bekerja kontak dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk
menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak
dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh
miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan.
Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri
(Singleton dan Sainsbury, 2006).
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan
jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk
menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan metode
gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium petridish, dapat
digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang)
atau spread plate (metode sebar). Setelah inokulasi, dilakukan proses
inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer ada
temperature tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan
yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri (Harley dan
Presscot, 2002).
Metode-metode untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme
menurut Pelczar dan Chan (1986) adalah:
1. Cawan gores: Inokulum digoreskan di permukaan medium agar
nutrient, dalam cawan petri, dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di
antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah-
pisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni-koloni terpisah.
2. Cawan tebar: Setetes inokulum diletakkan di tengah-tengah medium
agar nutrient, dalam cawan petri, dan dengan menggunakan batang
kaca bengkok yang steril, inokulum itu disebarkan di permukaan
medium. Batang yang sama dapat digunakan untuk menginokulasi
pinggan kedua untuk menjamin penyebaran sel-selnya dengan baik.
Pada beberapa pinggan akan muncul koloni-koloni yang terpisah.
3. Cawan tuang: Dengan lup inokulasi, pindahkan satu lup penuh
suspense asal ke sebuah tabung (medium agar cair steril yang agak
dingin). Tabung tersebut digelindingkan di antara kedua tangan agar
inokulumnya tercampur secara merata. Pemindahan serupa dilakukan
pada tabung-tabung selanjutnya. Isi setiap tabung dituangkan ke dalam
cawan petr i terpisah. Setelah inkubasi, cawan-cawan diperiksa kalau-
kalau ada koloni-koloni yang terisolasi. Dari cawan yang berisikan
koloni-koloni terisolasi, dapat diisolasi biakan murni mikroorganisme
dengan memindahkan seebagian dari satu koloni ke dalam tabung
berisi medium steril.
Medium pada petri dish umumnya digunakan memelihara bakteri
dalam lempengan (di dalam petridish) sampel bakteri diambil dengan
menggunakan jarum ose. Jarum ose kemudian digesekkan dengan gerakan
ke kanan dan ke kiri sampai meliputi seluruh permukaan agar-agar.
Sehingga akan diperoleh koloni-koloni yang menggerombol dan koloni-
koloni yang memencil. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan
mengenai bentuk, permukaan, dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai
titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar, serupa kumparan.
Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung,
timbul mencembung, timbul membukit, timbul berkawah. Tepi koloni ada
yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
bergerigi, ada yang berbenang-benang, ada yang keriting (Dwidjoseputro,
1987).
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis
mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni atau biakan
aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu macam mikroorganisme
(bakteri) dikenal sebagai biakan campuran, jika hanya terdiri dari dua
jenis mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain
dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan dua-jenis (Sandjaja, 1992).
Isolasi suatu galur murni pada prinsipnya dapat dilakukan secara
bertingkat. Tingkat pertama bebas dilakukan secara manual yaitu dengan
cara sejauh mungkin mengencerkannya, seringkali sampai 10-4 atau 10-6.
Tingkat kedua adalah dengan media yang bersifat selektif bagi mikroba
tertentu atau beberapa mikroba tertentu yang mungkin masih satu
golongan. Tingkat ketiga dari koloni yang seolah -olah yang sudah
mungkin masih perlu untuk diencerkan kembali atau diisolasi ulang agar
dapat lebih menyakinkan. Selanjutnya diperlukan berbagai metode
karakteristik sebagai pembuktian bahwa galur isolat yag diperoleh benar-
benar galur murni (Mulyono, 1992).
Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni
dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada
suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan
bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-
macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam
kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber
bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara
(Talaro, 1999).
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai
teknik pemindahan biakan bakteri dari satu wadah ke
wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan murni
yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini sangat penting
dalam tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang
berasal dari stok kultur (bukan dari substrat). Kegagalan
dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan
kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak
diharapkan (Dwidjoseputro, 1990).
Menurut Meryandini, dkk (2009), sebelum melakukan isolasi
terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Macam-macam
pengambilan sampel menurut tempatnya :
1. Sampel tanah
Jika mikroorganisme yang diinginkan berada di dalam tanah, maka
cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan. Misal jika yang
diinginkan adalah mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari
sekitar perakaran dekat permukaan tanah.
2. Sampel udara
Teknik pengambilan hanya dengan membuka tutup cawan petri
yang berisi media steril selama ±5 menit.
Menurut Jutono, dkk.(1980), berdasarkan sumber makanan,
bakteri tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(1) Bakteri Autotroph atau Bakteri Lithotropik, yaitu bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, contohnya: bakteri nitrifikasi, dll.
Berdasarkan sumber energi yang diperlukan, dibagi menjadi:
(a) Bakteri Photoautotroph / Bakteri Foto Lithotropik, sumber energi
yang digunakan berasal dari sinar matahari.
(b) Bakteri Khemoautotroph / Bakteri Khemolithotropik, sumber energi
yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik.
(2) Bakteri Heterotroph atau Bakteri Organotropik, yaitu bakteri yang
mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup
lain, baik fauna maupun flora, dan baik yang makro maupun yang mikro.
Berdasarkan sumber makanannya dibagi menjadi dua kelompok :
(a) Bakteri Photoheterotroph / Bakteri Fotoorganotropik, sumber energi
yang digunakan berasal dari sinar matahari.
(b) Bakteri Khemoheterotroph / Bakteri Khemoorganotropik, sumber
energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik.
Menurut Dwidjoseputro (1980), pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium lama ke medium baru membutuhkan banyak ketelitian,
terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut
pautnya dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril, ini
untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang
tidak diinginkan. Perpindahan bakteri biasanya menggunakan kawat
inokulasi dimana ujung sebaiknya dari platina atau mikrom. Ujung kawat
lurus atau berupa bolongan berdiameter 1-3 mm. kawat terlebih dahulu
dipanaskan, setelah dingin, ujung kawat disentuhkan pada suatu koloni.
Mulut tabung tempat pemeliharaan itu juga dipanasi setelah sumbatnya
diambil dan setelah pengambilan inokulasi selesai, mulut tabung dipanasi
lagi untuk kemudian disumbat seperti semula.
Menurut Jutono (1980), ada beberapa macam cara untuk
mengisolasi mikrobia. Untuk isolasi tersebut harus diperhatikan beberapa
hal yang penting, antara lain :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut
3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai
4. Cara menanam mikrobia tersebut
5. Cara inkubasi mikrobia tersebut
6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni
dan sesuai dengan yang dimaksud
Bakteri mudah ditemukan di air, udara, dan tanah. Mereka hidup
dalam suatu koloni, baik bersimbiose, bebas, ataupun parasit pada
makhluk hidup. Jumlah bakteri di alam sangat melimpah dengan
keragaman yang sangat tinggi. Untuk mempelajari kehidupan dan
keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan
mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan
dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa
makanan, dan lain-lain, dalam media yang mengandung nutrisi. Media
pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media
penyubur, media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi
berbeda dan digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam
mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme,
maka mikroorganisme tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya,
sehingga didapatkan kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni
merupakan suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu species atau satu
galur mikroorganisme. Kultur murni diperoleh dengan cara isolasi
menggunakan metode tuang maupun gores (Pelczar dan Chan, 1986).
Menurut Fadzkur dkk., (2011), udara merupakan suatu komponen
yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Karena
metabolisme dalam tubuh suatu makhluk hidup tidak mungkin bisa terjadi
tanpa oksigen dalam udara. Kelompok mikroorganisme yang paling
banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan
kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan. Udara
terdiri atas berbagai campuran gas, antara lain oksigen, nitrogen,
karbondioksida. Keberadaan oksigen dan karbondioksida di udara
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri di udara.
Udara dapat menjadi salah satu transmisi bagi bakteri pathogen untuk
dapat menginfeksi inang yang baru. Bakteri yang hidup di udara
cenderung merupakan bakteri aerob (Bauman, 2007).
III. METODE

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum isolasi bakteri adalah cawan
petri, tabung reaksi, gelas benda, pipet tetes, jarum ose, bunsen, trigalski,
kertas label, Laminair air flow, mikro pipet, gelas beker, mikro tube, rak
tabung reaksi, inkubator, Erlenmeyer, karet, kapas, dan vortex.
Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi bakteri adalah
aquades, alkohol 70%, bakteri dari udara, bakteri Eschericia coli, bakteri
Bascillus subtilis, medium nutrient agar, korek, dan medium nutrient
broth.
B. Cara Kerja
1. Streak plate method
Petridish diberi tanda dan dibagi menjadi tiga bagian kuadran yang
sama. Bakteri Eschericia coli dan bakteri Bascillus subtilis, diambil
masing-masing 1 ose secara aseptis. Ose digoreskan dengan arah zig-zag
pada bagian pertama. Ose difiksasi dengan bunsen. Ose yang telah
difiksasi ditempelkan sebentar pada bagian akhir goresan di bidang
pertama baru kemudian digoreskan pada bidang kedua. Cara tersebut
dilakukan hingga bidang terakhir, yaitu bidang keempat. Petridish
dibungkus dengan kertas payung dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48
jam, kemudian pertumbuhan diamati.

2. Pour plate method


Mikrobia murni Bakteri Eschericia coli dan bakteri Bascillus
subtilis, diambil secara aseptis sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet dan
disemprotkan pada petri kosong. NA yang telah dipanaskan yang ada pada
erlenmeyer dituang ke cawan petri kemudian diratakan seperti bentuk
angka delapan. Larutan tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 370C
selama 48 jam, kemudian diamati.

3. Spread plate method


Larutan diambil sebanyak 0,1 ml secara aseptis dengan mikropipet
dan dituang pada medium agar petri. Larutan kemudian diratakan dengan
trigalski secara searah dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam.

4. Isolasi Bakteri Udara


Nutrien agar dalam petridish dibiarkan terbuka selama 3 menit.
Nutrien agar dalam petridish tersebut ditutup dan dibungkus kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam.

5. Isolasi Bakteri Starbio


Bakteri Starbio sebanyak satu gram dimasukkan dalam erlenmeyer,
lalu disuspensikan dalam 99 ml aquades. Suspensi diambil sebanyak satu
ml, kemudian dibuat seri pengenceran dengan kelipatan 10, yaitu : 10 -2, 10-
4
, dan 10-6. Pada seri pengenceran 10-2, 10-4, dan 10-6 masing-masing
diambil sebanyak 1 ml kemudian diteteskan pada petridish, lalu
dituangkan medium agar cair, kemudian ditutup dan diinkubasi selama 48
jam. Setelah diinkubasi, bakteri diamati pertumbuhannya serta sifatnya
terhadap udara.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi bakteri adalah suatu cara untuk memindahkan mikrobia dari


lingkungannya di alam dan menumbuhkannya dalam medium buatan.
Cara-cara untuk mengisolasi bakteri antara lain adalah:
a. Streak plate method (cara goresan)
Menggoreskan suspensi bahan yang mengandung bakteri pada
permukaan medium agar yang sesuai dalam petridish. Setelah diinkubasi,
pada bekas goresan pada petridish akan muncul koloni bakteri.
b. Pour plate method (cara taburan)
Menginokulasikan suspensi bahan yang mengandung bakteri ke
medium agar yang sedang mencair dan menuangkannya pada petridish.
Suspensi disemprotkan ke dalam petridish, dan setelah diinkubasi akan
terlihat koloni bakteri.
c. Spread method
Menginokulasikan suspensi bahan yang mengandung bakteri ke
atas medium kemudian diratakan dengan trigalski. Setelah diinkubasi,
akan terlihat koloni bakteri di permukaan medium agar.

Menurut Pelczar dan Chan (1986), Perbedaan isolasi dan inokulasi


adalah Isolasi merupakan proses pemindahan mikroorganisme dari
lingkungan ke medium sedangkan inokulasi proses pemindahan
mikroorganisme dari medium ke medium yang lebih steril lagi.
1. Streak Plate
Metode yang pertama adalah streak plate. Metode ini digunakan
untuk menumbuhkan bakteri aerob dan bertujuan untuk memisahkan
bakteri secara individual. Metode ini efektif untuk pengamatan morfologi
dan identifikasi, namun bentuk dan struktur kurang diperhatikan kecuali
untuk bakteri yang banyak kemiripan morfologinya. Percobaan dilakukan
dengan membagi petridish yang berisi medium agar dalam empat bagian.
Ose yang telah mengandung bakteri digoreskan dengan arah zig-zag pada
bagian pertama. Kemudian, ose difiksasi dengan api agar steril.
Selanjutnya, ose yang telah difiksasi ditempelkan sebentar pada bagian
akhir goresan di bidang pertama baru kemudian digoreskan pada bidang
kedua. Cara tersebut dilakukan hingga bidang terakhir, yaitu bidang ke
empat.
Goresan pada bidang pertama merupakan goresan paling tebal dan
koloni bakterinya masih bertumpuk-tumpuk. Semakin banyak gerakan
penggoresan maka jumlah bakteri pada ose akan berkurang sehingga
goresan pada bidang keempat akan meninggalkan koloni bakteri individual
yang sudah terpisah satu sama lain.
Setelah proses inokulasi selesai, petridish dibungkus dengan kertas
payung dan diinkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. Tujuan dari
inkubasi adalah agar bakteri mendapatkan lingkungan yang optimal untuk
bertumbuh. Setelah diinkubasi, maka pada bekas goresan akan tampak
koloni-koloni bakteri. Keuntungan dari metode ini adalah dapat diperoleh
koloni yang terpisah satu sama lain sehingga dapat diamati dengan jelas.
Selain itu, metode ini sangat efektif karena apabila dilakukan dengan benar
maka akan didapatkan bakteri yang diinginkan. Sedangkan kerugian dari
metode ini adalah hanya untuk bakteri yang bersifat aerob dan tidak bisa
untuk yang bersifat anaerob. Selain itu, dibutuhkan ketelitian dan
keterampilan karena proses penggoresan yang salah dapat membuat proses
isolasi gagal.
Berikut hasil percobaan Streak Plate yang telah dilakukan berupa
gambar :
Gambar 1. Hasil percobaan Streak Plate bakteri Bascillus subtilis
(Sumber : dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Hasil percobaan Streak Plate bakteri Eschericia coli


(Sumber: dokumentasi pribadi)
Pada metode streak plate, dengan bakteri Eschericia coli dapat
dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya merata disetiap goresan, tidak ada
kontaminan, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob karena bakteri
akan tumbuh berupa goresan-goresan di atas permukaan medium. Bakteri
Bascillus subtilis dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya tidak
merata, karena disebabkan kurang teliti saat menarik goresan. Tidak ada
kontaminan, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob . Metode ini
memiliki keunggulan yaitu, dapat menghemat bahan dan waktu. Streak
plate method ini sangat efektif untuk mengetahui sifat bakteri yang
ditanam, bakteri yang tumbuh secara merata sesuai bentuk goresan-
goresan ini menyebabkan bakteri-bakteri tersebut memperoleh cukup
nutrisi, sehingga tidak akan ada persaingan memperebutkan makanan.
Kekurangan metode ini ialah tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan
bakteri anaerob, disamping itu cara pengerjaannya lebih rumit daripada
pour plate method

2. Pour plate
Metode yang kedua adalah metode pour plate. Metode ini dapat
menumbuhkan bakteri anaerob dan aerob. Metode ini menyebabkan
bakteri yang terinokulasi dapat tumbuh tersebar di seluruh permukaan
medium, baik di permukaan maupun di tengah-tengah. Jika proses
penginokulasian dilakukan dengan tidak benar maka akan terbentuk
spreader yaitu pertumbuhan yang bakteri yang terlalu banyak sehingga
morfologi koloni bakteri terlihat bertumpuk-tumpuk. Spreader terjadi
karena bakteri kurang diencerkan sehingga masih terlalu banyak bakteri
yang tumbuh.
Percobaan dengan metode ini dilakukan dengan cara
menginokulasikan suspensi bakteri pada petridish kosong, kemudian
medium agar yang sedang mencair dituangkan ke dalam petridish tersebut.
Selanjutnya, petridish digerakkan membentuk angka delapan pada meja.
Tujuannya adalah agar suspensi bakteri dapat tercampur merata dengan
medium agar.
Setelah proses inokulasi selesai, petridish dibungkus dengan kertas
payung dan diinkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. Tujuan dari
inkubasi adalah agar bakteri mendapatkan lingkungan yang optimal untuk
bertumbuh. Metode pour plate memiliki beberapa kelebihan diantaranya
adalah proses pengerjaan lebih sederhana dibanding metode streak plate,
pertumbuhan koloni akan mudah diamati karena ada bakteri yang dapat
hidup di permukaan medium dan di tengah-tengah medium. Selain itu,
tidak ada persaingan antar bakteri untuk mengambil oksigen karena letak
bakteri tersebut tersebar. Tetapi, kekurangan metode ini adalah mudah
terkena kontaminasi bila dalam pengerjaannya kurang aseptis, dapat terjadi
spreader, dan membutuhkan nutrien yang banyak untuk pertumbuhan
bakteri
Berikut hasil percobaan darin Pour Plate berupa gambar :

Gambar 3. Hasil Pour plate bakteri


(Sumber : dokumentasi pribadi)
Pada metode pour plate, dapat dilihat bahwa pertumbuhan
bakterinya merata, tidak terdapat kontaminan, bakteri tersebut diketahui
bersifat aerob. Keuntungan isolasi dengan pour plate method adalah dapat
memperoleh banyak jenis bakteri, volume yang dapat diinokulasikan
dalam jumlah besar (0,1-1 ml), pour plate method dalam proses
pengerjaannya lebih sederhana dibandingkan dengan streak plate method.
pertumbuhan koloninya mudah diamati karena bakteri yang dapat hidup
ada di permukaan medium dan di tengah-tengah medium. Kelemahan
menggunakan metode pour plate method ini yaitu mudah terkontaminasi,
serta terkadang koloni yang terbentuk nampak berkumpul di satu sisi saja
ataupun menyebar tidak merata, dan pertumbuhan koloninya sulit diamati
karena bakteri yang dapat hidup ada di permukaan medium dan di tengah-
tengah medium.
3. Spread Plate
Metode yang ketiga adalah spread plate. Tujuan dari isolasi dengan
metode ini adalah mendapatkan koloni tunggal dengan teknik penanaman
dan penyebaran suspensi bakteri pada permukaan medium. Percobaan
dengan metode ini dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi bakteri
di atas permukaan medium agar padat. Suspensi bakteri tersebut kemudian
diratakan dengan trigalski. Bakteri yang ditumbuhkan dengan metode ini
adalah bakteri aerob (bakteri yang membutuhkan oksigen).
Setelah proses inokulasi selesai, petridish dibungkus dengan kertas
payung dan diinkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. Tujuan dari
inkubasi adalah agar bakteri mendapatkan lingkungan yang optimal untuk
bertumbuh. Metode spread plate memiliki beberapa kelebihan diantaranya
adalah cara inokulasi cukup mudah, dapat diperoleh koloni yang terpisah,
dan koloni bakterinya mudah untuk diamati. Sedangkan kekurangan
metode ini adalah mudah terjadi kontaminan bila dalam pengerjaannya
kurang aseptis. Selain itu, apabila perataan dengan trigalski kurang merata
maka koloni yang terbentuk akan terkumpul di suatu tempat saja.
Berikut hasil dari percobaan Spread plate berupa gambar :

Gambar 4. Hasil Spread plate Bascillus subtilis


(Sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Hasil Spread plate Eschericia Coli
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Pada metode spread plate, dengan bakteri Bascillus subtilis dapat


dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya merata, dan bakteri tersebut
diketahui bersifat aerob karena bakteri akan tumbuh berupa spreader di
atas permukaan medium.
Bakteri Eschericia Coli dapat dilihat bahwa pertumbuhan
bakterinya merata, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob.
Keuntungan dari metode spreed plate adalah akan diperoleh koloni-koloni
bakeri yang terpisah dan tersebar di permukaan medium agarnya dengan
ketentuan pada saat meratakan bakteri arah harus searah, agar bisa
didapatkan koloni bakteri yang baik dan biakan murni bakteri yang
diinginkan. Kelemahannya metode spreed plate yaitu jika bakteri
disemprotkan terlalu banyak maka medium agar akan penuh maka pada
saat perataaan dengan trigalski bisa saja membuat bakteri terpisah dan
tidak tumbuh dengan merata.

Berdasarkan ketiga metode tersebut, cara isolasi bakteri dengan


metode streak plate merupakan metode yang paling efektif. Metode streak
plate akan menumbuhkan bakteri secara teratur dan terpisah sesuai dengan
goresan-goresan yang dibuat sehingga lebih mudah untuk diamati. Metode
pour plate dan spread plate lebih mudah dalam pengerjaannya, tetapi
kemungkinan terjadinya spreader lebih besar sehingga koloni bakteri sulit
untuk diamati.
4. Isolasi bakteri udara
Pada kegiatan praktikum ini juga dilakukan isolasi bakteri udara.
Dalam mengisolasi bakteri udara dilakukan dengan cara membuka cawan
petri yang di dalamnya telah terdapat medium agar lalu didiamkan terbuka
selama 5-10 menit, setelah itu ditutup kembali dan dibungkus dengan
kertas payung, kemudian diinkubasi.

Gambar 5. Isolasi bakteri udara


(Sumber: dokumentasi pribadi)
Hasil pengamatan untuk bakteri udara ini adalah pertumbuhannya
tidak merata, tidak ada kontaminan, bentuk koloni berupa circular dan
tidak ada spreader
5. Starbio
Pada bakteri starbio, memiliki kemampuan untuk mengakumulasi
sumber nutrien yang diperlukan oleh tumbuhan karena adanya siklus
nitrogen, fosfor, kabon, sulfur. Biasanya bakteri tanah bersifat patogen
namun tidak semua bersifat patogen. Pada bakteri udara memiliki
kemampuan untuk mengindiasikan pencemaran udara pada suatu
lingkungan tertentu dan bakteri ini juga merupakan jasad kontaminan yang
dapat mengkontaminasi lingkungan. Bakteri ini ada yang bersifat patogen
namun juga ada yang non patogen.
Dalam praktikum isolasi bakteri tanah, pertama yang dilakukan
adalah mengambil tanah sebanyak 1 gram kemudian mensuspensikannya
kedalam 100 ml akuades, hal ini dilakukan agar bakteri juga larut dalam
akuades sehingga proses isolasi lebih mudah. Suspensi diambil 1 ml dan
dimasukkan kedalam 9 ml akuades kemudian di vortex agar larutan
homogen, pengenceran selanjutnya dengan mengambil suspensi 1 ml dari
pengenceran sebelumnya dan ditambahkan 9 ml akuades, dilakukan seri
pengenceran perkelompok praktikum, kelompok pertama pengenceran 10-
2
, kelompok dua 10-4 dan kelompok tiga10-6. Pengenceran dilakukan untuk
mendapatkan koloni bakteri yang paling mudah diamati untuk
pengenceran tertentu, jika pengenceran terlalu pekat maka koloni akan
padat dan bertumbukan sehingga sangat susah diamati. Namun jika
pengenceran terlalu besar, maka jumlah koloni yang didapat akan sangat
sedikit, sehingga akan susah jika diamati, maka dari itu pemilihan faktor
pengenceran sangat penting untuk mengamati bakteri. Praktikum
menggunakan pengenceran pertama 10-2, larutan diambil 1 ml kemudian di
inokulasi menggunakan teknik pour plate karena kita belum mengetahui
sifat bakteri tanah yang kita isolasi terhadap udara. Kemudian diinkubasi
dengan suhu 370 C dalam waktu 48 jam agar pertumbuhan bakteri menjadi
optimal didalam inkubator.
Gambar 6. Starbio 10-4
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 7. Starbio 10-6


(Sumber: dokumentasi pribadi)
Setelah proses inkubasi selesai, dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa pertumbuhan bakteri rata di 3 bagian kuadran petri, serta bakteri
bersifat aerob. Pertumbuhan bakteri menunjukkan terjadinya spreader
karena bakteri bebas berkembang dan tumbuh dalam zona yang luas.
Selain itu juga karena faktor pengenceran yang masih terlalu pekat untuk
pengamatan bakteri yaitu 10-2 . Bakteri bersifat aerob, karena tumbuh
dipermukaan medium agar.

6. Rodac (Replicate Organism Direct Agar Contact)


Rodac adalah salah satu Pengujian sanitasi permukaan suatu
sampel (benda/alat/permukaan lantai dan meja). Setelah ditempelkan di
beberapa sampel petri Rodac diinkubasi: suhu 37o selama 48 jam lamanya.
Ada beberapa sampel yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain :
Sepatu, kulit, jari, tangan, rambut, dan jas lab. Berikut hasil percobaan
rodac berupa Tabel dan gambar :

No Sampel Pertumbuhan Koloni Keterangan


(CFU/Rodac)
1 Sepatu Ada - Spreader
2 Kulit Ada - Spreader
3 Jari tangan Ada - Spreader
4 Tangan Ada - Spreader
5 Rambut Ada 1 -
6 Jas lab Ada - Spreader

Gambar 8. Hasil uji Rodac


(Sumber: dokumentasi pribadi)

V. KESIMPULAN
Setelah dilakukan seluruh percobaan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
Isolasi bakteri Eschericia coli dan bakteri Bascillus subtilis dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode taburan suspensi biakan bakteri
kemudian dituangkan agar yang mencair (pour plate) , metode goresan
biakan bakteri pada agar petri menggunakan ose (streak plate) dan spread
plate method yaitu meneteskan suspensi bakteri diatas medium agar
petridish kemudian meratakannya menggunakan trigalski. Pour plate
digunakan untuk mengisolasi bakteri yang belum diketahui sifatnya
terhadap udara (aerob dipermukaan, mikroaerofilik di tengah, dan anaerod
didasar medium agar). Streak plate digunakan untuk mendapatkan koloni
tunggal pada jalur goresan, sehingga bakteri lebih mudah diamati (untuk
bakteri aerob). Spread plate untuk mendapatkan koloni tunggal dengan
teknik penanaman dan penyebaran suspensi bakteri pada permukaan
medium sehingga diperoleh kultur murni (untuk aerob).
Isolasi bakteri starbio dilakukan dengan menjadikan pupuk starbio
sebagai sebuah suspensi, kemudian dilakukan pengenceran, lalu isolasi
menggunakan cara pengenceran, didapat hasil bahwa setiap pengenceran
yang dilakukan 10-4, dan 10-6 menghasilkan pertumbuhan koloni bakteri
yang berbeda. Isolasi bakteri udara dengan membiarkan medium terbuka,
kemudian diinkubasi, didapat hasil bahwa pertumbuhan bakteri rata dan
koloni membentuk pola tertentu, serta bakteri bersifat aerob.

DAFTAR PUSTAKA
Bauman, R. 2007. Microbiology With Diseases by Taxonomi, Pearson
International, San Fransisco.
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Dwijoseputro. D.1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Dwijoseputro. D.1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fadzkur, A., Surtiningsih, T., Trisnadi. 2011. Analisis Kualitas Udara Ruang
(Indoor) Secara Mikologis; Studi Kasus di Pemukiman Kumuh
Kecamatan Semampir Surabaya. Jurnal Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga. 3(2): 1-9.
Fitri, L. dan Yasmin Y. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinoloitik. Jurnal Ilmu Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi. 3(2): 20-
25.
Harley, J. P. dan Prescott, L. M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th
Edition. McGraw-Hill, Massachussets.
Jakarta.
Jutono, Hartadi, S., Kabirun, S., Susanto, Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum.
Departemen Mikrobiologi Pertanian UGM, Yogyakarta.
Meryandini, A., Widosari, W., Maranatha, B. 2009. Isolasi Bakteri Selulotik dan
Karakterisasi Enzimnya. Jurnal Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi IPB, Vol : 13 (1). Hal 33-38.
Mulyono, Mauled. 1992. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press.
Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widja Medika.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Sutedjo, M.M. dan Kartajapoetra, S. A. 1991. Mikrobiologi Dasar. Rieka Cipta.
Jakarta.
Talaro, K.P. and A. Talaro. 1999. Foundations Mikrobiologi, 3th edition. MC
Graw Hill: Mexico.

Anda mungkin juga menyukai