BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa aspek mikrobiologis yang dikaji salah satunya yaitu tentang
karakteristik mikroba sehingga perlu dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri.
Isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya
dari berbagai macam campuran mikroba dengan tujuan untuk mendapatkan biakan
murni. Identifikasi mikroba yaitu untuk mengetahui sifat-sifat morfologi, biokimia
dan molekuler dari bakteri (Kusdiyantini, 2018).
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
mikrobiologi lingkungan dan untuk mengidentifikasi suatu mikroba sehingga
diketahui karakteristiknya.
Ruang lingkup percobaan pada praktikum ini adalah membahas tentang apa yang
dimaksud dengan mikroorganisme, dimana terdapatnya mikroba, prinsip isolasi
mikroba, faktor yang mempengaruhi isolasi mikroba dan macam-macam metode
isolasi mikroba.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan percobaan,
prinsip percobaan, ruang lingkup percobaan dan sistematika penulisan laporan.
Berisikan tentang uraian referensi dalam pembuatan laporan dan acuan lainnya
yang berhubungan dengan percobaan isolasi mikroba.
Berisikan tentang alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan serta cara kerja yang
dilakukan pada praktikum.
Berisikan tentang data dan hasil yang didapat pada praktikum serta pembahasan
mengenai bagaimana hasil tersebut.
BAB V PENUTUP
Menguraikan tentang kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil percobaan dan saran
yang diperlukan dalam melakukan percobaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. NA (Nutrient Agar)
NA (Nutrient Agar) digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk membawa stok kultur,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni;
Upaya manusia untuk meningkatkan taraf hidup secara individu dan kelompok
dengan tanpa memperhatikan kaidah lingkungan yang ada ternyata telah
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kegiatan pertanian, penebangan hutan,
kegiatan perikanan dan industri telah menurunkan kualitas lingkungan dan berpotensi
untuk menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup
yang terikat dengan lingkungan tersebut. Kondisi ini telah menyadarkan pemerintah
Indonesia, sehingga pada tahun 1985 membentuk Komisi Nasional Bioteknologi guna
melaksanakan kebijakan pemerintah tentang bioteknologi yang ditetapkan sebagai
prioritas dalam pengembangan bangsa. Bioteknologi merupakan revolusi ke tiga
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Dalam era biologi ini,
peran teknologi hayati dalam berbagai aktivitas manusia semakin nyata dan semakin
diperlukan (Winiati dan Nurwitri, 2012).
Lingkungan yang memerlukan bioremidiasi adalah tanah, udara, air, dan sedimen
yaitu gabungan tanah dengan pelapukan tanaman dan hewan yang ada di dasar air.
Menurut jenisnya bioremidiasi terdiri dari (Jekti, 2018):
Pada bioremidiasi in-situ ada beberapa hal yang tidak menguntungkan, yaitu lebih
memakan waktu dibandingkan yang lain. Aktivitas mikroba langsung terekspose
dalam mengubah factor lingkungan yang tidak dapat dikontrol. Mikroba bereaksi
baik hanya jika materi yang ada ditempat tersebut memungkinkan untuk
memproduksi makanan dan energy untuk pengembangan sel-sel mikroba. Bila
kondisi tidak baik maka kapasitas untuk mendegradasi menjadi berkurang.
Sehingga perlu digunakan genetic engenering pada mikroba walaupun stimulasi
mikroba indigen juga perlu diupayakan.
b. Bioremidiasi ex situ
Bioremediasi ex situ yaitu bioremidiasi yang dilakukan dengan mengambil limbah
tersebut dan dilakukan treatment ditempat lainuntuk dilakukan degradasi. dan
setelah itu dikembalikan ke tempat asal yang selanjutnya diberikan perlakuan
khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremidiasi ex situ lebih cepat dan
mudah untuk dikontrol dibanding in situ. Disamping itu bioremidiasi ex situ
mampu meremidiasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.
2. Bioremidiasi berdasarkan penggunaan mikroba
a. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi adalah penambahan satu jenis atau lebih mikroorganisme pengurai
baik yang alami maupun yang sudah mengalami perbaikan sifat untuk melengkapi
populasi mikroba yang telah ada. Cara ini paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminan di suatu tempat. Beberapa hambatan yang ditemui
adalah sulit mengontrol kondisi tempat yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimum dan mikroorganisme yang dilepas ke lingkungan
baru muingkin akan sulit untuk beradaptasi;
b. Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan zat gizi
tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menstimuli kondisi
lingkungan sedemikian rupa agar mikroorganisme tumbuh dan beraktivitas
dengan baik;
c. Bioremidiasi instrinsik adalah bioremidiasi yang terjadi secara alami di dalam
air atau tanah yang tercemar.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
MIKROBA DI TANAH
6. Tanah diambil sebanyak 1 gram;
7. Masukkan tanah ke erlenmeyer 250 ml dengan tambahan aquades sebanyak
10 ml. Homogenkan sampel dengan shaker dengan ketentuan 160 rpm selama
10 menit. (10-1);
8. Diambil 1 ml sampel dari erlenmeyer yang sudah dihomogenkan (10 -1) dan
dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (10 -2) secara aseptis (dari
preparasi suspensi) dengan aquades sebanyak 9 ml. Perbandingan berat
Arnita Sari (2010931007) III-2
KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Kampus Unand Limau Manis Padang 25163
Telp. (0751) 7862901, Fax (0751 72566)
sampel dengan volume tabung pertama adalah 1:9. Setelah sampel masuk lalu
dilarutkan dengan dikocok;
9. Diambil 1 ml dari tabung 10 -2 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke
tabung 10-3 secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen. Pemindahan
dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama
sampai ke tabung 10-6;
10. Ambil 1 ml sampel dari pengencaran 10 -6, lalu dimasukkan kedalam cawan
petri yang telah berisi media NA dan PDA yang telah padat;
11. Kemudian disterilkan dengan cara memutar petri untuk menghomogenkan
sampel;
12. Bungkus kembali cawan petri dengan kertas;
13. Inkubasi selama 24 jam lalu amati;
14. Perhatikan bentuk koloni-koloni dan periksalah struktur halusnya, dengan
cara melihatnya dengan mikroskop dengan perbesaran 10 kali;
15. Mencatat hasilnya:
a. Hitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan coloni counter;
b. Lihatlah dari koloni-koloni yang tumbuh dan catat:
Bentuk (apakah berbentuk titik, bulat, teratur, bentuk benang, tipis, tebal,
cembung, rata);
Pinggirannya;
Permukaan (apakah rata, mengkilat, kasar, suram, tidak teratur);
Warna.
c. Gambarlah apa yang dilihat secara mikroskopis dan makroskopis.
MIKROBA DI UDARA
16. Cawan petri tadi (poin 5) dibiarkan terbuka selama 30 menit;
17. Lakukan langkah pada poin 12-14.
Rizal, Muchamad Saiful. 2016. Pengaruh Waktu Dan Suhu Sterilisasi Terhadap
Susu Sapi Rasa Coklat. Malang: Universitas Widyagama Malang Journal