Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kita telah sering menjumpai koloid di kehidupan sehari-hari. Contoh-conntoh koloid yang sering kita temui seperti
susu, tinta, agar-agar, shampoo, bahkan asap dan kabut termasuk koloid yang bisa kita jumpai tiap hari. Pada industri
kimia, seperti pemutihan gula tebu yang masih berwarna. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Maka partikel-partikel koloid akan mengabsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula berwarna putih.

Pada industri kimia lainnya, koloid sering menjadi kajian tersendiri karena kepentingannya. Hal ini karena dalam
industri tersebut diperlukan sistem koloid untuk pembuatannya, seperti pada industri keju, pasta gigi, sabun, deterjen, dan
sebagainya. Selain dari itu, koloid juga berfungsi dalam penjernihan air, pemutihan gula, penggumpalan darah, dan lain
sebagainya.

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun
secara makrokopis koloid tampak homogeny tetapi koloid digolongkan ke dalam heterogen. Campuran koloid pada
umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring

Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar merta di dalam
medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen

Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat
dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.

Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahsa Yunani berarti “lem”. Istilah koloid pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi
sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Oleh karen itu, zat semacam gelatin ini keudian
disebut koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan
ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi.

Percobaan kimia koloid dalam laporan ini meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid; dispersi
yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan
medium terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat,
seperti gelatin untuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk ; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang
melekat pada permukaan

1.2. Rumusan Masalah

1. Mengidentifikasi dispersi macam-macam koloid


2. Mengidentifikasi perbedaan larutan sejati,suspensi kasar, pembuatan emulsi dan koloid
3. Mengetahui koloid dan contohnya

1.3. Tujuan

1. Mempelajari sifat koloid.


2. Mengamati perubahan NaCl dan air susu dengan penyinaran senter.
3. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan perlakuan sentrifuge.
4. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan HCl pekat.
5. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan tawas.

1.4. Manfaat

Manfaat dengan adanya penelitian/percobaan ini pengetahuan akan menjadi lebih bertambah akan koloid dan dapat
memahami materi koloid ini dengan mudah. Perbedaan antara Koloid,Larutan dan Suspensi.

BAB II
Tinjauan Pustaka
Zat yang didespersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang dogunakan untuk mendispersikan
disebut medium disperse. Fase terdispersi bersifat dikontinu(terputus) sedangkan medium disperse bersifat kontinu. Suatu
campuran digolongkan ke dalam system koloid apabila memiliki sifat yang berbeda dari larutan sejati. Beberapa sifat yang
membedakan sistem koloid :

- Efek Tyndall
ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893). Efek Tyndall(hamburan cahaya) oelh suatu campuran menunjukkan
bahwa campuran adalah suatu koloid,dimana ukuran partikelnya lebih besar dari ukuran partikel dalam larutan.
- Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium(1905). Partikel koloid hanya dapat
bergerak dengan sedikit,tetapi karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fase pendispersinya
gerakannya akan terbentuk zig-zag.
- Adsorbsi
adalah keadaan dimana menyerap semua partikel sol padat bukan diatas permukaannya melainkan di dalam sol
padat tersebut. Partikel koloid memiliki kemampuan untuk mengadsorbsi partikel-partikel permukaannya,baik
partikel netral maupun bermuatan(kation dan anion)

BAB III
Metode Praktikum

3.1. Alat dan Bahan

Alat : - Lampu senter


- Kertas saring
- Gelas ukur
- Spatula
- Neraca analitik
- Erlenmayer
- Baker Glass

Bahan : - NaCl
- Akuades
- Tawas
- Susu cair
- HCl pekat
3.2. Cara kerja

a. Buatlah campuran A dan campuran B, dengan menggunakan NaCl dan Air Susu

b. Siapkan campuran A, yaitu 10 gr NaCl dan larutkan dengan 100 ml aquades

c. Sinari campuran A dengan senter dan amati hamburan sinarnya

d. Masukkan 20 ml campuran A ke dalam gelas ukur dan saring menggunakan kertas saring

e. Amati filtrate hasil dari saringan

f. Siapkan campuran A, dan masukkan ke tabung sentrifugasi hingga terisi dua pertiganya

g. Sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2000 rpm, dan amati perubahan warna yang terjadi

h. Tambahkan HCl pekat ke dalam campuran A dan amati pH nya,

i. Tambahkan tawas sebanyak 1 gr pada campuran A awal, kemudian amati perubahan yang terjadi

j. Lakukan juga pada campuran B, menggunakan Air Susu, dan kemudian bandingkan hasilnya antara campuran A dan B

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

Perlakuan Campuran A Campuran B


Penyinaran dengan senter Cahaya tembus Cahaya tembus(menghambur)
Tidak terdapat filtrate dan campuran lebih
Penyaringan Terdapat filtrate
jernih
Penambahan HCl Pekat pH campuran = 2 pH campuran = 5,1
Penambahan Tawas Warna campuran menjadi keruh Warna campuran semakin keruh

1. Pada campuran A,yaitu garam sebanyak 10 gram dicampur dengan air 100 ml sinar dapat tembus,karena sinar
diteruskan/tidak diserap. Hal ini menunjukkan bahwa garam jika ditambahkan kedalam airakan membentuk larutan. Hal itu
juga dibuktikan dengan tidak adanya filtrate atau endapan yang terbentuk setelah disaring. Hasil yang diperoleh setelah
penambahan HCl pekat adalah pH campuran sekitar 2. Setelah penambahan tawas kedalam campuran A ini,airnya menjad
keruh dan tidak terdapat endapan.

2. Pada campuran B,yaitu campuran 40 gram susu cair dengan 100 ml air,sinar dapat menembus campuran namun lebih
sedikit karena susu menghamburkan sinar. Kemudian setelah disaring dengan kertas saring terdapat filtrate. Hal ini
membuktikan bahwa campuran susu adalah koloid, Setelah penambahan HCl pekat kedalam campuran air susu pH nya
sekitar 5,1 dan campuran ini mengalami koagulasi. Setelah penambahan tawas kedalam campuran tersebut terjadi
koagulasi dan endapan\

BAB V
Kesimpulan
1. Pada Campuran A tersebut terdapat sifat larutan,yaitu tidak terdapat filtrate atau tidak terbentuk endapan,cahaya tembus
dan tidak menggumpal.
2. Pada Campuran B tersebut terdapat sifat koloid,yaitu bahwa campuran menghamburkan cahaya(Efek Tyndall). Setelah
penyaringan terdapat endapan dan campuran lebih pekat,dan terjadi koagulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Tim.Lab Kimia DasarII. 2016. ModulPraktikum Kimia DasarII. Bandung :UIN SGD

Syukri.S. 1999.Kimia dasar 2. Bandung. ITB.

Keenan.C.W. 1984. Kimia UntukUniversitas. Jakarta. Erlangga.

Sarosa, Wirawan J. 2010. Super kimia SMA. Jakarta : PT Wahyumedia

Timlaboratoriumkimia. 2014. Modul praktikum kimia dasar II. Bandung : Fakultas Sains dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai