Anda di halaman 1dari 12

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Disusun Oleh :

1. Givantoro Agma Ardira (12010118130158)

2. Ezza Fendiansyah P (12010118130336)

3. Rizqi Adam Pratama (12010118130355)

JURUSAN S1-MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2020
ARTIKEL 1

Supply Chain Management (SCM) pada PT Frisian Flag

Berawal sekitar tahun 1870-an ketika para peternak bergabung dalam koperasi peternak sapi
perah di seluruh Belanda. Pada waktu itu alat pendingin modern belum tersedia, sehingga
menjalin kerja sama dengan pihak lokal menjadi cara yang paling efektif untuk menjaga agar
penjualan susu terjaga dan meningkatkan kekuatan pasar. Seiring berjalannya waktu, produksi
susu meningkat pesat dan peternak mulai mencari cara terbaik agar produk mereka mampu
bertahan lebih lama, karena harus melalui melewati perjalanan distribusi yang panjang, namun
meski begitu produk mereka tetap dapat memberikan manfaat dan kebaikan susu.

Pada 1913, sekitar 30 koperasi memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri di Leeuwarden
dan pabrik pengolahan susu yang bernama De Cooperatieve Condensfabriek Friesland (CCF)
atau Pabrik Susu Kental Manis Friesland. Tujuannya adalah untuk memproses susu yang
dihasilkan peternak, dengan menggunakan metode penguapan dan memasarkannya secara lokal
maupun internasional. Di tahun pertama setelah pabrik didirikan, CCF mulai mengekspor produk
susu kental mereka ke seluruh Eropa.

Pada waktu yang sama, Friesche Vlag juga terdaftar sebagai merek dagang produk perusahaan,
dengan unsur visual dan nama yang diambil dari bendera di daerah Friesland, Belanda Utara,
yang terkenal dengan produk susunya. Pada tahun 1922, produk susu kaleng Frisian Flag dan
Friesche Vlag pertama kali diekspor ke Hindia Belanda, salah satunya Batavia, Indonesia. Dan
sejarah Frisian Flag di Indonesia pun dimulai.
Pemain utama dalam Supply Chain Management(SCM)

a.Supplier Rantai pada Supply Chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan
pertama dapat berupa bentuk bahan baku, bahan mentah, suku cadang dan barang dagang.

b.Supplier – Manufacturer

Rantai berikutnya yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun


menyelesaikan barang (finishing ). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai
potensi melakukan penghematan seperti inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep
supplier partnering

c.Supplier-  Manufacturer–  Distribution

Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,dimana biasanya
menggunakan jasa distributor/wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah yang
besar.

d.Supplier– Manufacturer– Distribution – Retail Outlets

Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer. Walaupun


ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada costumer.

e.Supplier– Manufacturer– Distribution– Retail Outlets – CustomerCustomer

merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain sebagai end-user


Analisa Proses Bisnis

1.Analisa Divisi Information and Communication Tecnology (ICT)

Sebagai faktor kesuksesan bagi perkembangan perusahaan dengan menyediakan infrastruktur


dalam divisi yang stabil, aman, dan dapat diandalkan, divisi ICT menyediakan tenaga pembantu
teknis dan fungsional yang handal guna membantu pengguna untuk masuk, menyimpan secara
sentral dan mengakses data secara efisien. Hal ini sangat penting karena divisi ICT PT. Frisian
Flag Indonesia yang berada di Pasar Rebo mengatur seluruh plant yang tersebar di seluruh
Indonesia. Semua ini diupayakan untuk mempermudah komunikasi dari jaringan sentral ICT di
Pasar Rebo dengan plant Ciracas dan dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

2.SAP (System Application Product)

SAP adalah suatu software yang dikembangkan untuk mendukung perusahaan ini dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih efisien dan efektif. SAP merupakan software
Enterprise Resource Planning (ERP), yaitu suatu perangkat IT dan manajemen untuk membantu
perusahaan merencanakan dan melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. SAP ini terdiri dari
beberapa modul aplikasi yang mempunyai kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu
dilakukan suatu perusahaan dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan sartu dengan yang lainnya.
Semua modul dalam aplikasi SAP dapat bekerja secara terintegrasi satu sama lain. Sistem SAP
ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengintegrasikan rangkaian proses bisnis yang
dijalankan PT.Frisian Flag Indonesia. Sistem ini menjalankan satu database yang memungkinkan
banyak departemen untuk berbagi informasi dan berkomunikasi satu sama lain.

3.Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (Enterprise Resource Planning)

Selama ini PT. Frisian Flag Indonesia megimplementasikan Prism sebagai sistem back office
yang dipakai untuk penjadwalan produksi ataupun purchasing order. Akan tetapi PT.FFI tidak
mengimplementasikan modul Material Resources Planning (MRP), sehingga monitoring
pengadaan barang harus dicek langsung oleh user ke sistem, setelah itu user dari bagian
pengadaan memutuskan kapan pengadaan bahan mentahnya harus dilakukan.

Sementara itu, untuk keperluan logistik hingga transportasi ditambahkan submodul tersendiri ke
dalam Prism. Untuk memperoleh pelaporan, semua data harus dipindahkan ke aplikasi keuangan
yang dipakai FFI. Untuk menggabungkan pelaporan dan sejumlah simulasi yang dianggap
penting seperti manajemen akuntansi harus dikonversi ke format spreedsheet. Sementara sistem
yang ada cenderung untuk melakukan pencatatan, ketimbang proses pengolahan yang lebih
kompleks. Akibat belum terintegrasinya sistem secara otomatis tersebut, beragam persoalan pun
muncul. Mulai dari pengadaan, produksi, hingga pengiriman dan penjualan
produk. Sharing informasi tidak berjalan mulus dan perencanaan kolaborasi pun terhambat,
padahal masalah kecepatan dan ketepatan data dalam informasi yang hendak disajikan
merupakan sesuatu yang sangat penting. Tanpa sistem yang terintegrasi dan otomatis, tidak
mungkin dapat disajikan informasi yang sangat cepat, begitu pula penyusunan laporan dan
simulasi prediksi untuk jangka waktu tertentu tidak mudah dillakukan untuk mengatasi hal
tersebut, perusahaan yang terkenal dengan merek susu bendera ini berinisiatif untuk
mengaplikasikan electronic-Supply Chain Management (e-SCM) yang berjalan paralel dengan
ERP. Tahap awal penerapan e-SCM di FFI dipararelkan dengan penerapan ERP, tujuannya untuk
mendapatkan beberapa keuntungan pada saat yang bersamaan. Secara logika e-SCM
membutuhkan dukungan ERP, baik dalam hal akurasi data maupun proses bisnis yang teruji

Pembenahan dan moderenisasi sistemm di FFI mulai dilakukan pada tahun 2003. Ini sejalan
dengan penggabungan (merger) ketiga unit usaha yakni FFI, Foremost Indonesia, dan Tesori
Mulia. Kesempatan itu tidak hanya digunakan untuk mengonsolidasikan aplikasi bisnis yang
digunakan tetapi juga infrastrukturnya, mulai dari sever, jaringan, fasilitas e-mail dan
infrastruktur TI lainnya. Tim TI juga membentuk unit help-desk untuk melayani user dengan
menggunakan aplikasi yang dibangun sendiri, dan untuk mengenalkan kolaborasi diantara user
diadakan perlombaan desain internet antar departemen dalam FFI. Selain itu, dilakukan pula
pengembangan dan penerapan sistem secondary sales berbasis web untuk sekitar 150 distributor
yang tersebar di seluruh Indonesia. Terutama pada cabang-cabang yang menggunakan
fasilitasMulti Protocol Label Switching (MPLS). Dan redundansi tidak hanya dilakukan
pada Local Area Network (LAN), tetapi uga antara cabang dan kantor pusat. 

Dengan begitu jika ada gangguan pada salah satu koneksi, secara otomatis perangkat switch
over akan bekerja. Karena perusahaan ini menggunakan dua network yang berbeda, supaya tidak
ada interupsi akibat terputusnya koneksi. Fasilitas remote acces diberikan FFI kepada
kalangan mobile user. Sementara itu untuk meningkatkan keamanan jaringan, selain
menggunakan virtual Private Network (VPN), juga diterapkan token card seperti yang lazim di
gunakan pelaku transaksi e-banking.

Selanjutnya pada tahun 2005 FFI mulai mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru (yakni
SAP) untuk menggantikn Prism. Tahap awal impelementasi dilakukan pada fungsi SDM dengan
modul struktur organisasi, personalia, time management dan payroll. Kemudian secara regional
diterapkan secara bersama-sama modul penjualan, distribusi, produksi, finansial, dan lainnya.
Persiapan yang matang, komitmen manajemen, dan partisipasi aktif karyawan membuat
implementasi sistem ini berjalan dengan lancar. Memang ada beberapa fungsi seperti Secondary
Sales dan Plant Maintenance yang masih dilakukan dengan tidak menggunakan ERP ini.
Aplikasi –aplikasi tersebut tentunya perlu didukung infrastruktur yang memadai. Antara
lain :firewall, switch, wireless dan network device lainnya dengan menggunakan Cisco, serta
server dan workstation yang andal. Bahkan untuk mendukung kelangsungan bisnis nya di
bangun pula sistem disaster recovry. Aplikasi ini mempunyai sarana pendukung supaya aplikasi
kritikal tetap berjalan jika terjadi ancaman yang berbentuk bencana di kantor pusat. Sebelum
menerapkan ERP, perusahaan telah melakukan persiapan dengan melengkapi master data
pemasok, pelanggan, hingga material. Begitupula dengan data pendukung, seperti lead
time, safety stock,order point, delivery window tie, dan informasi lainnya.

Penerapan sistem ERP baru tersebut memang melibatkan banyak pihak, baik internal perusahaan
seperti departemen logistik, penjualan, keuangan dan TI. Maupun mitra usaha seperti logistik,
provider, perusahaan transportasi, distributor, key account, dan pihak lainnya. Untuk pertukaran
data secara elektronis antara sistem FFI dan para logistic provider dipakai aplikasi
middleware(EAI). Alur proses dari FFI ke logistik provider ini meliputi : pengiriman produk jadi
(finished goods) dari pabrik ke main distribtor center ( MDC), lalu dari MDC ke gudang cabang,
dan seterusnya hingga ada bukti penerimaan barang dari pelanggan. Pada tahap ini pula
diterapkan sistem bar code pada barang jadi dengan demikian setiap bagian produksi
menghasilkan barang jadi, secara otomatis dihasilkan pula label bar code yang ditempelkan di
setiap valet barang jadi. Hal ini mengurangi proses entry data, sehingga mempercepat proses dan
meningkatkan akurasi, terutama saat mengirimkan barang dari pabrik ke MDC.

Penerapan / implementasi Supply Chain Management (SCM)

Ada banyak perusahaan di indonesia yang menerapkan SCM pada proses bisnis mereka,
contohnya PT Frisian Flag Indonesia. Perusahaan PT Frisian Flag Indonesia menggunakan E-
SCM sekitar 8 tahun yang lalu yang menggunakan sistem paralel ERP pada tahapan awal. PT
Frisian Flag Indonesia juga mengembangkan sistem secondary sales berbasis web untuk
menunjang integrasi dengan 150 distributor di indonesia. 

Sebelum menggunakan E-SCM PT Frisian Flag Indonesia menggunakan sistem prism atau back
office yang membantu dalam penjadwalan produksi serta purchasing order yang tanpa
menggunakan material resource planning. Penggunaan sistem yang lama ini menyebabkan para
pengguna sistem harus mengecek langsung pada sistem untuk proses pengadaan barang barulah
dapat di putuskan kapan pengadaan barang baku harus di lakukan. Tentang urusan logistik serta
proses transprotasi PT Frisian Flag Indonesia menggunakan submodul yang terpisah, di mana
jika ingin memproses laporan tentang semua data yang di butuhkan harus di pindahkan pada
aplikasi yang sama terlebih dahulu.

Sistem lama yang di gunakan PT Frisian Flag Indonesia tentu saja pada proses pengolahannya
hanya melakukan pencatatan sehingga banyak masalah yang bermunculan akibat sistem yang
tidak terintegrasi secara sempurna. Rantai produksi dan SCM, sharing informasi tidak berjalan
lancara di karenakan terhambatnya penjualan produk. Untuk pelaporan data yang cepat juga
memiliki kendala, karena sangat sulit di lakukan dengan mengunduh data dan di operasikan pada
aplikasi lain.

PT Frisian Flag Indonesia menunjuk konsultan asal singapura untuk mengimplementasikan


sistem baru mereka. Mereka memulai dengan pelengkapan data master dan data pendukung
seperti lead time Juga digunakan aplikasi middleware (EAI) untuk logistik dimana proses
pengiriman produk jadi hingga sampai ke tangan pelanggan akan dihandle oleh bagian ini. Selain
itu juga digunakan sistem barcode, jadi setiap bagian produksi menghasilkan satu barang jadi
maka otomatis akan muncul label bar code nya sehingga mengurangi proses entry data. FFI
membangun jaringan wireless di seluruh pabriknya, sehingga data yang diterima
pemindai barcode dapat segera masuk ke dalam database.

Untuk hubungan dengan mitra bisnis, FFI menerapkan sistem Collaborative Planning,


Forecasting and Replenishment (CPFR). Saat ini FFI dalam tahap akhir penerapan
sistem traceability dengan menggunakan pemindai barcode dan teknologi Radio Frequency
Identification (RFID) yang mencakup tahapan mulai penerimaan bahan baku, produksi, hingga
menghasilkan barang jadi.

Setelah mengimplementasikan SCM maka hasil yang didapat oleh PT. Frisian Flag Indonesia
a. Efisiensi
b. penghematan biaya
c. memiliki hubungan mitra yang lebih kuat
d. Transaksi sudah bisa dilakukan secara online dan real time
e. Perusahaan juga sudah dapat terhubung dengan 150 distributor melalui website.
f. Dengan adanya bar code dapat mengurangi proses entry data , sehingga mempercepat proses
dan meningkatkan akurasi , terutama saat mengirimkan barang dari pabrik ke MDC.
g. peningkatan service level
h. pertumbuhan penjualan melalui penurunan rasio lost sales akibat kekurangan stok
i. pengendalian working capital terkait stok
j. peningkatan akurasi peramalan (forecast)
k. sistem RFID yang mendukung pelacakan jika terjadi gangguan pada material atau hal lainnya.

Kesimpulan

Penerapan Supply Chain Management (SCM) yang didukung oleh teknologi informasi dan
internet yang semakin berkembang dan maju akan dapat meminimalisir pengeluaran dan
memaksimalkan keuntungan yang didapat. Dengan adanya 

Supply Chain Management (SCM), para pelaku bisnis dapat menciptakan produk yang
berkualitas dengan efektif dan efisien.Dengan penerapan Supply Chain Management(SCM),
proses pengadaan barang, pengiriman barang bahkan sampai transaksi dapat dilakukan secara
terkoordinasi dan realtime Dengan bantuan internet, semua orang dapat mengakses dimana dan
kapan sajatidak terbatas oleh waktu. 

Permasalahan / Kendala :

Penggunaan Sistem lama yang di gunakan PT Frisian Flag Indonesia

Di dalam penggunaan system megimplementasikan Prism sebagai sistem back office yang


dipakai untuk penjadwalan produksi ataupun purchasing order. Akan tetapi PT.FFI tidak
mengimplementasikan modul Material Resources Planning (MRP), sehingga monitoring
pengadaan barang harus dicek langsung oleh user ke sistem, setelah itu user dari bagian
pengadaan memutuskan kapan pengadaan bahan mentahnya harus dilakukan.

Sementara itu, untuk keperluan logistik hingga transportasi ditambahkan submodul tersendiri ke
dalam Prism. Untuk memperoleh pelaporan, semua data harus dipindahkan ke aplikasi keuangan
yang dipakai FFI. Untuk menggabungkan pelaporan dan sejumlah simulasi yang dianggap
penting seperti manajemen akuntansi harus dikonversi ke format spreedsheet. Sementara sistem
yang ada cenderung untuk melakukan pencatatan, ketimbang proses pengolahan yang lebih
kompleks. Akibat belum terintegrasinya sistem secara otomatis tersebut, beragam persoalan pun
muncul. Mulai dari pengadaan, produksi, hingga pengiriman dan penjualan
produk. Sharing informasi tidak berjalan mulus dan perencanaan kolaborasi pun terhambat,
padahal masalah kecepatan dan ketepatan data dalam informasi yang hendak disajikan
merupakan sesuatu yang sangat penting. Tanpa sistem yang terintegrasi dan otomatis, tidak
mungkin dapat disajikan informasi yang sangat cepat, begitu pula penyusunan laporan dan
simulasi prediksi untuk jangka waktu tertentu tidak mudah dillakukan

Solusi / Penyelesaian :

Mengimplementasikan system baru

FFI mulai mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru (yakni SAP) untuk
menggantikn Prism. Tahap awal impelementasi dilakukan pada fungsi SDM dengan modul
struktur organisasi, personalia, time management dan payroll. Kemudian secara regional
diterapkan secara bersama-sama modul penjualan, distribusi, produksi, finansial, dan lainnya.
Persiapan yang matang, komitmen manajemen, dan partisipasi aktif karyawan membuat
implementasi sistem ini berjalan dengan lancar. Memang ada beberapa fungsi seperti Secondary
Sales dan Plant Maintenance yang masih dilakukan dengan tidak menggunakan ERP ini.
Aplikasi –aplikasi tersebut tentunya perlu didukung infrastruktur yang memadai. Antara
lain :firewall, switch, wireless dan network device lainnya dengan menggunakan Cisco, serta
server dan workstation yang andal. Bahkan untuk mendukung kelangsungan bisnis nya di
bangun pula sistem disaster recovry. Aplikasi ini mempunyai sarana pendukung supaya aplikasi
kritikal tetap berjalan jika terjadi ancaman yang berbentuk bencana di kantor pusat. Sebelum
menerapkan ERP, perusahaan telah melakukan persiapan dengan melengkapi master data
pemasok, pelanggan, hingga material. Begitupula dengan data pendukung, seperti lead
time, safety stock,order point, delivery window tie, dan informasi lainnya.

Penerapan sistem ERP baru tersebut memang melibatkan banyak pihak, baik internal perusahaan
seperti departemen logistik, penjualan, keuangan dan TI. Maupun mitra usaha seperti logistik,
provider, perusahaan transportasi, distributor, key account, dan pihak lainnya. Untuk pertukaran
data secara elektronis antara sistem FFI dan para logistic provider dipakai aplikasi
middleware(EAI). Alur proses dari FFI ke logistik provider ini meliputi : pengiriman produk jadi
(finished goods) dari pabrik ke main distribtor center ( MDC), lalu dari MDC ke gudang cabang,
dan seterusnya hingga ada bukti penerimaan barang dari pelanggan. Pada tahap ini pula
diterapkan sistem bar code pada barang jadi dengan demikian setiap bagian produksi
menghasilkan barang jadi, secara otomatis dihasilkan pula label bar code yang ditempelkan di
setiap valet barang jadi. Hal ini mengurangi proses entry data, sehingga mempercepat proses dan
meningkatkan akurasi, terutama saat mengirimkan barang dari pabrik ke MDC.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/35983326/Penerapan_Supply_Chain_Management_pada_PT._Frisia
n_Flag_Indonesia?auto=download

https://juliaacitraa.wordpress.com/2014/11/03/pt-frisian-flag-indonesia/

ARTIKEL 2
PT Posindo Bangun Proyek Sistem Informasi Keuangan Terintegrasi

PT Pos Indonesia (Persero) memerlukan sistem keuangan berbasis teknologi informasi


yang terintegrasi guna mendukung analisis dan pengambilan keputusan manajemen serta solusi
bisnis dalam mengelola keseluruhan operasional perusahaan. Maka itu Pos Indonesia
mengimplementasikan suatu sistem Enterprise Resource Planning (ERP).

Direktur PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana dan Direktur Keuangan, Tavip Parawansa
meluncurkan proyek pembangunan Sistem Informasi Keuangan Pos (Simkugpos) berbasis
Sistem Aplication Product (SAP)-FICO di Gedung Pos Indonesia, Jalan Banda, Kota Bandung,
Selasa (23/7/2012). Hadir juga manajemen PT Astra Graphia Information Technology (Agip)
sebagai pihak yang turut bekerjasama dalam proyek tersebut.

"Sistem informasi keuangan ini merupakan implemetasikan suatu sistem ERP yang bisa
mengintegrasikan semua sistem operasi dan keuangan. Sehingga mempermudah proses
pengendalian dan pengawasan serta memberikan laporan akutansi keuangan dan manajemen
secara cepat, handal, dan tepat," jelas Ketut Mardjana.

Ia menambahkan, konsep ERP merupakan sistem informasi perusahaan yang dirancang


mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi, dan aktivitas yang diperlukan untuk proses
bisnis lengkap. Konsep itu, sambung dia, sangat ideal guna solusi bisnis dalam pengelolaan
perusahan.

ERP di Pos Indonesia ini berbasis SAP modul FICO. Maksudnya, modul FI merupakan
modul berkaitan dengan akutansi keuangan, sedangkan CO modul berkaitan dengan akutansi
manajemen. 

"Sistem ini terintegrasi mulai frontend hingga backend, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pekerjaan. Sistem yang dibangun berdampak positif terhadap perbaikan proses bisnis
serta mempermudah proses pengendalian dan pengawasan," Selain itu, sistem ini fleksibel, dan
tak mengurangi fungsi kemanan serta kehandalan," papar Ketut Mardjana.

Sumber : http://m.detik.com/news/berit-jawa-barat/d-1972584/pt-posindo-bangun-proyek-
sistem-informasi-keuangan-terintegrasi

PEMBAHASAN :
Permasalahan :

Kurang efisien pekerjaan yang dilakukan, cukup sulitnya proses pengendalian dan
pengawasan, kebutuhan tentang sistem keuangan berbasis teknologi informasi yang terintegrasi
guna mendukung analisis dan pengambilan keputusan manajemen serta solusi bisnis dalam
mengelola keseluruhan operasional perusahaan di dalam PT Pos Indonesia.

Solusi :

PT Pos Indonesia mengimplementasikan suatu sistem Enterprise Resource Planning


(ERP). Selain itu, direktur PT Pos Indonesia dan direktur Keuangan meluncurkan proyek
pembangunan Sistem Informasi Keuangan Pos (Simkugpos) berbasis Sistem Aplication Product
(SAP)-FICO di Gedung Pos Indonesia, Jalan Banda, Kota Bandung. Dengan sistem ini
diharapkan mampu mengintegrasikan semua sistem operasi dan keuangan. Sehingga
mempermudah proses pengendalian dan pengawasan serta memberikan laporan akutansi
keuangan dan manajemen secara cepat, handal, dan tepat.

ARTIKEL 3
Begini Cara Dishub DKI Jakarta dan Bank DKI Percepat Layanan Uji KIR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka mempercepat Layanan pengujian


KIR kendaraan bermotor, Bank DKI bekerjasama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah
menciptakan Sistem Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (Simpel PKB) pada awal
September lalu.

“Melalui Simpel PKB, Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses uji KIR akan
terpangkas jauh lebih cepat dibandingkan proses sebelumnya yang berkisar 1 s/d 2 jam menjadi
15 s/d 20 menit." Demikian disampaikan Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini
dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, (2/12),

Simpel PKB sendiri terdiri dari 5 (lima) fitur yakni Pendaftaran Booking Online melalui
aplikasi e-KIR Jakarta Booking, Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah (SIMPAD),
Integrasi Sistem Layanan dan Pemeriksaan Teknis, Smart Card atau Buku Uji Elektronik serta
Dasboard Cek KIR, Sistem Data Monitoring (SIDAMON) PKB dan Portal PKB.

Dengan adanya kemudahan Simpel PKB, pemilik kendaraan niaga baik perorangan
ataupun perusahaan dapat memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan uji berkala KIR
sehingga memberikan jaminan keselamatan & kenyamanan bagi pengguna kendaraan niaga
untuk turut menciptakan kelestarian lingkungan dengan mengurangi tingkat polusi yang
disebabkan oleh emisi kendaraan.

Setelah melakukan booking online, pemilik kendaraan niaga dapat langsung melakukan
pembayaran secara non tunai melalui JakOne Mobile, EDC, ATM Bank DKI ataupun Cash
Management System.
Secara eksklusif, perusahaan yang ingin melakukan uji KIR secara kolektif dapat
menggunakan aplikasi layanan Cash Management System Bank DKI yang sudah terintegrasi
dengan 4 (empat) Unit Pengelola Pengujian Kendaraan Bermotor (UP PKB) wilayah DKI
Jakarta yakni Pulogadung, Ujung Menteng, Kedaung Kali Angke dan Cilincing.

“Kami bangga bahwa layanan ini merupakan yang pertama di Indonesia” tutup Herry.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Layanan e-KIR kolektif, masyarakat dapat mengakses
melalui website http://kolektif-ekir.jakarta.go.id/.

Sumber :

https://www.tribunnews.com/bisnis/2019/12/03/begini-cara-dishub-dki-jakarta-dan-bank-dki-
percepat-layanan-uji-kir

Pembahasan :

Permasalahan :

Lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pengujian KIR kendaraan
bermotor yang memakan waktu berkisar 1- 2 jam yang dinilai tidak efektif

Solusi :

Bank DKI dan Dinas perhubungan Negeri Jakarta bekerjasama dalam menciptakan
Sistem Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (Simpel PKB) pada awal september lalu yang
dapat memangkas waktu jauh lebih cepat dan efektif menjadi sekitar 15-20 menit.Simpel PKB
juga memudahkan pemilik kendaraan niaga baik perorangan maupun perusahaan untuk
melakukan uji berkala KIR sehingga keselamatan dan kenyamanan penggunanya menjadi lebih
terjamin.

Anda mungkin juga menyukai