Anda di halaman 1dari 2

Penerapan Supply Chain Management di PT Frisian Flag Indonesia

Diposkan oleh Putri Agustiyani di 03.40

Gambaran Umum Perusahaan


Sekitar 8-9 tahun yang lalu PT Frisian Flag Indonesia (FFI) masih menggunakan sistem yang semi otomatis dimana kegiatan pengadaan barang, pengiriman dan transaksi masih belum bisa dilakukan secara terintegrasi dan real time. Pada awalnya FFI menggunakan Prism sebagai sistem back office yang menopang proses penjadwalan produksi dan purchasing order, tanpa menggunakan modul Material Resource Planning (MRP). Hal ini yang menyebabkan user harus mengecek langsung ke sistem untuk monitoring pengadaan barang, baru diputuskan kapan pengadaan bahan baku dilakukan. Untuk urusan logistik dan transportasi digunakan submodul terpisah, dimana jika ingin memproses laporan semua data harus dipindah ke aplikasi keuangan terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa sistem ini jarang melakukan pengolahan proses dan lebih banyak melakukan pencatatan saja. Sehingga banyak persoalan muncul karena sistem yang kurang terintegrasi ini. Rantai produksi dan SCM, mulai dari pengadaan hingga penjualan produk terhambat karena sharing informasi yang tidak berjalan lancar. Apalagi untuk pelaporan yang cepat, sangat sulit dilakukan mengingat data harus didownload dan diolah di aplikasi lain. Untuk dapat mengimplementasikan produksi dan SCM dengan baik, maka perusahaan susu yang bermarkas pusat di Belanda ini memutuskan untuk memperbarui infrastruktur IT nya dengan mengaplikasikan electronic-Supply Chain Management (e-SCM) yang berjalan paralel dengan ERP untuk tahap awal. Selain itu juga dikembangkan sistem secondary sales berbasis web untuk 150 distributor di Indonesia. Di tahun 2005 FFI mulai mengimplementasikan sistem ERP baru yaitu SAP untuk menggantikan Prism. Dalam pelaksanaannya, FFI menunjuk konsultan dari Singapura untuk membantu implementasinya. Dimulai dengan melengkapi data master hingga data pendukung seperti Lead Time, Safety Stock, Order Point, Delivery Window Time, dan lain-lain. Juga digunakan aplikasi middleware (EAI) untuk logistik dimana proses pengiriman produk jadi hingga sampai ke tangan pelanggan akan dihandle oleh bagian ini. Selain itu juga digunakan sistem bar code, jadi setiap bagian produksi menghasilkan satu barang jadi maka otomatis akan muncul label bar code nya sehingga mengurangi proses entry data. FFI membangun jaringan wireless di seluruh pabriknya, sehingga data yang diterima pemindai bar code dapat segera masuk ke dalam database. Untuk hubungan dengan mitra bisnis, FFI menerapkan sistem Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR). Saat ini FFI dalam tahap akhir penerapan sistem traceability dengan menggunakan pemindai bar code dan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang mencakup tahapan mulai penerimaan bahan baku, produksi, hingga menghasilkan barang jadi.

Jaringan Perusahaan-Perusahaan Yang Ada Pada Rantai Pasok


Jaringan perusahaan yang terlibat di FFI cukup banyak. Dimulai dari perusahaan penyedia hewan sebagai bahan baku susu, perusahaan pengemasan, pengadaan barang dan lain sebagainya. Lalu ada juga bagian yang mengurus masalah order tracking, pemesanan oleh para distributor, pengiriman barang dan penjualan.

Perangkat Lunak dan Modul Yang Digunakan Pada Penerapan SCM


Modul pelayanan pelanggan yang baik: market business intelligence, eksekusi logistik (inventori/manajemen pergudangan dan manajemen distribusi), perencanaan produksi berbasis pada tingkat konsumsi (consumption-based planning), serta Supplier Relationship Management (SRM) dan e-procurement. Semua modul di atas harus terintegrasi, karena modul-modul itu menjadi pendukung keberhasilan SCM Semua elemen tersebut harus terintegrasi. Ituakan menjadi kunci keberhasilan SCM. APO juga sangat mendukung proses penjadwalan, jadi pihak sales bisa memberikan info yang jelas kepada pelanggan tentang pengiriman barang, lama pembuatan barang, dan semua jadwal yang berhubungan dengan pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai